Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di instalasi
kesehatan. Sehingga hipertensi tidak asing lagi di kalangan masyarakat.
Adapun hipertensi pada kehamilan yaitu tingginya tekanan darah saat hamil.
Hipertensi pada kehamilan biasa disebut preeklampsia atau eklamspsia.
Tingginya tekanan darah pada kehamilan biasanya pada primigravida.
Penyebab preeklampsia atau eklampsia sampai saat ini belum diketahui, tetapi
sering dikaitkan dengan umur > 35 tahun atau < 20 tahun. Hingga saat ini
hipertensi pada kehamilan merupakan salah satu penyebab terjadinya
morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin..
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, bahwa
setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari
500.000 orang, salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin
adalah Preeklampsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%.
Di negara maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia
0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan preeklampsia
dan eklampsia di negara berkembang masih tinggi. Preeklampsia salah satu
sindrom yang dijumpai pada ibu hamil di atas 20 minggu terdiri dari
hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema (dalam jurnal
Situmorang, et al 2016).
Di Indonesia, AKI masih cukup tinggi. Analisis hasil survei demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan AKI sebanyak 334 kematian
per 100.000 kelahiran. Angka ini menurun menjadi 307 per 100.000 kelahiran
pada tahun 2003 dan menjadi 228 kematian per 100.000 kelahiran pada tahun
2007. Target AKI untuk tahun 2010 adalah 125 kematian per 100.000
kelahiran. (Survei Demografi, 2007). Angka kematian ibu di Indonesia jauh
lebih tinggi dibandingkan AKI negara Asia Tenggara lainnya (dalam jurnal
Sirait, 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut target Millenium Development Goals
(MDGs) tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup, untuk itu
diperlukan upaya yang maksimal dalam pencapaian target tersebut. Kejadian
kematian Ibu bersalin sebesar 49,5%, hamil 26,0% nifas 24%. Penyebab
terjadinya angka kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 60-70%,
infeksi 10-20%, preeklampsia dan eklampsia 20-30%. Penyebab angka
kematian di Indonesia adalah perdarahan 38,24% (111,2 per 100.000
kelahiran hidup), infeksi 5,88% (17,09 per 100.000 kelahiran hidup),
preeklampsia dan eklampsia 10-20% (30,7 per 100.000) (dalam jurnal
Situmorang, et al 2016).
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia menurut data pada tahun 2010
mencapai angka 34/1000 kelahiran hidup dengan acuan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012. Kondisi bayi pada saat lahir dapat menjadi
cerminan bagaimana keadaan bayi tersebut ketika berada di dalam kandungan
ibunya, dimana faktor ibu sangat dominan. Sehingga, pada sebuah penelitian
ditemukan 95.5% penyebab kejadian lahir mati adalah komplikasi pada
kehamilan dengan hipertensi maternal di posisi pertama (23.6%), dan
dilanjutkan dengan komplikasi saat bersalin (17.5%), ketuban pecah dini
(12.7%), perdarahan antepartum (12.7%), ibu cedera (10.9%), dan lain
sebagainya (Akip, et al 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Negara berkembang masih dikatakan cukup
tinggi. Khususnya di Indonesia itu sendiri angka kejadian preeklampsia dan
eklampsia berkisar antara 10-20% (30,7 per 100.000). Sehingga Negara
Indonesia masih berada diangka kematian yang lebih tinggi di bandingkan
Negara Asia Tenggara lainnya.
Penyebab Preeklampsia dan eklampsia sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
Preeklampsia dalam kehamilan yaitu primigravida terutama primigravida
muda, usia > 35 tahun atau < 20 tahun, penyakit medis yang menyertai
kehamilan seperti hipertensi kronik dan diabetes melitus (Bobak dkk,
2000:52-58. Dalam jurnal Utama, 2008).

Anda mungkin juga menyukai