Anda di halaman 1dari 16

Askep pada klien dengan

Leukemia
S. Imun dan Hematologi

Kelompok 4 :
1. Frisca Marsiana Ana
2. Hendri Pratama
3. Naila Winarni
4. Mela Tri Herawati
Definisi Leukemia

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis


dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas
leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau
akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal.
Proliferasi juga terjadi di hati, limpa, dan nodus
limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis
seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal,
dan kulit.
Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan
tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
– Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan
terjadinya perubahan struktur gen (Tcell Leukemia –
Lhymphoma Virus/ HLTV).
– Radiasi
– Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik
seperti diethylstilbestrol.
– Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
• Kelainan kromosom, misalnya pada down
sindrom
Patofisiologi

Leukemia dikatakan penyakit darah yang


disebabkan karena terjadinya kerusakan pada
pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum
tulang. Penyakit ini sering disebut kanker
darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum
tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah
tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang
tidak normal dan sel ini mendesak
pertumbuhan sel darah normal.
Tanda dan Gejala

a. Anemia
b. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
c. Pendarahan
d. Penurunan kesadaran
e. Penurunan nafsu makan
f. Kelemahan dan kelelahan
Gambaran Klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada


penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Sesak nafas
Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC
kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis
paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis
kurang baik pada anak sembarang umur.
b. Fungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat.
c. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
e. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
f. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
g. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan
Penatalaksanaan

1. Program Terapi
a. Memperbaiki keadaan umum
b. Pengobatan spesifik
c. fase Pelaksanaan Kemoterapi
2. Pengobatan Imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia
yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya
dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus
Klasifikasi

1. Leukemia Mieloid Akut


Leukemia mieloid akut (LMA) adalah
proliferasi neoplastik yang berasal dari unsur-
unsur sumsum tulang.
Gejala pertama biasanya terjadi karena
sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah
yang normal dalam jumlah yang memadai.
Gejalanya berupa: lemah, sesak nafas, infeksi,
perdarahan, demam. Gejala lainnya adalah sakit
kepala, muntah, gelisah dan nyeri tulang dan
sendi.
2. Leukemia Mieloid Kronis
Leukemia mieloid kronis (LMK) ditandai
dengan proliferasi sel yang tidak terkendali
mieloid. Ini menyumbang 15% dari leukemia.
klasifikasi dari LMK:
• Leukemia mieloid kronik, ph negatif (CML,
ph-).
• Leukemia mieloid kronik juvenilis.
• Leukemia netrofilik kronik dan eosinofilik
• Leukemia mielomonositik kronik (CMML)
3. Leukemia Limfosit Kronis
Leukemia limfosit kronis (LLK) adalah
proliferasi monoklonal limfosit kecil. Pasien
berusia biasanya lebih dari 40 tahun. Pria terkena
dua kali lebih sering sebagai perempuan.
Sel tumor tampak sebagai suatu sel B yang
relative matur dengan eskpresi immunoglobulin
M (lgM) atau lgD permukaan yang lemah. Sel-sel
ini berakumulasi dalam darah, sumsum tulang,
hati, limpa, dan kelenjar getah bening akibat lama
hidup yang memajang di sertai terganggunya
apoptosis normal.
4. Leukemia Limfosit Akut
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas
limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, lakilaki
lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak
insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun LLA
jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi
dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
Penyakit ini disebabkan oleh akumulasi
limfoblas dan merupakan penyakit keganasan
masa anak yang paling banyak ditemukan.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) pengumpulan data
b) Pemeriksaan fisik head to too
c) Pengkajian psikososial
Pasien dengan terdiagnosa leukemia, akan
mengalami kecemasan, karena masih adanya
anggapan prognosisnya pasti buruk dan berakhir
dengan kematian. Disamping itu penggunaan obat-
obatan yang lama menimbulkan kebosanan, demikian
juga dengan efek samping obat dapat menimbulkan
perubahan pada tubuh pasien sehingga berpotensi
adanya perubahan body image dan citra diri yang
rendah.
Diagnosa yang muncul
1. Risiko tinggi terjadinya infeksi b/d penurunan respon
imun
2. Risiko tinggi injuri berhubungan dengan pendarahan
yang berlebihan sekunder trombositopenia
3. Kelelahan b/d anemia dan meningkatnya kebutuhan
energi
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
efek kemoterapi
5. Gangguan citra diri b/d perubahan struktur dan fungsi
tubuh
6. Ansietas b/d tidak terpaparnya pengalaman dan
kurangnya pengetahuan tentang prognosis
Dx 1: Risiko tinggi terjadinya infeksi
b/d penurunan respon imun
1. Tempatkan pasien pada ruangan khusus, tidak digabung dengan pasien
infeksi lainnya. Rasional : mengurangi risiko infeksi silang karena daya
tahan tubuh yang rendah.
2. Anjurkan pada pengunjung dan petugas kesehatan untuk menjaga
kebersihan diri sebelum kontak dengan klien. Rasional : infeksi silang
dapat dibawa oleh pengunjung maupun petugas kesehatan.
3. Lakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien. Rasional : mencegah
infeksi nosokomial
4. Anjurkan pasien untuk cuci tangan sebelum makan dan selalu menjaga
kebersihan diri. Rasional : mengurangi risiko infeksi
5. Anjurkan pasien untuk tidak makan sayuran dan buah mentah. Rasional :
sayuran dan buah mentah lebih banyak mikroorganismenya dibandingkan
yang sudah dimasak
Dx 2 : Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d efek kemoterapi
1. Kajian tanda dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat
badan, tanda-tanda anemia, tanda vital. Rasional : menentukan
adanya kekurangan nutrisi pasien.
2. Monitor intake nutrisi pasien. Rasional : salah satu efek
kemoterapi dan radio terapi adalah tidak nafsu makan.
3. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering. Rasional :
mengurangi mual dan terpenuhinya nutrisi
4. Sajikan makanan dalam keadaan tertutup, bersih dan hangat.
Rasional : meningkatkan selera makan pasien
5. Timbang berat badan 3 hari sekali. Rasional : berat badan salah
satu indikator kebutuhan nutrisi.
6. Kolabotasi dalam pemberian obat antiemetik. Rasional :
menguragi mual dan muntah untuk meningkatkan intake
makanan.

Anda mungkin juga menyukai