A. Hidung
a. Area vestibuler
Terletak bagian terdepan rongga hidung , terdapat rambut-rambut kaku pendek
(vibrissae = menyaring udara), epitel gepeng berlapis.
b. Ruang respirasi
Terbagi menjadi wilayah medial dan lateral yang terpisah oleh tulang turbinate.
Disebut tulang turbinate karena konka mampu menimbulkan turbulensi udara
yang mengalir melalui saluran hidung membentur dinding penghalang :
chonca, septum nasi, dan dinding faring yang menyangkutkan partikel-partikel
yang kecil dalam mucus pelapis. Terbagi atas : concha nasalis superior (epitel
olfaktorius : menangkap partikel partikel yang berbahaya), medial & inferior
(epitel respiratorius : sel goblet menghasilkan mucus). Dalam ruang respirasi
juga terdapat venous plexus (di lamina propria concha) yang berfungsi
menghangatkan daerah rongga hidung.
c. Area olfaktori
Area penciuman yang terletak dilangit rongga hidung, lokasinya sempit
d. Sinus paranasalis
Terbagi menjadi 4, yaitu, sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis,
sinus ethmoidalis, sinus ini berfungsi sebagai resonator suara dan
melembabkan udara.
Hidung
a. Eksternal radix nasi (dahi), dorsum nasi, apex nasi (pangkal), nares (cuping)
B. Resonansi
Yang termasuk resonator adalah mulut, hidung, dan sinus nasal yang
berhubungan, faring dan bahkan rongga dada sendiri.
Misalnya, fungsi resonator hidung diperlihatkan oleh perubahan kualitas
suara bila seseorang menderita pilek berat yang menghambat aliran udara ke
resonator resonator.
C. Indera Penciuman
Selama deteksi bau, sebuah bau diuraikan menjadi berbagai komponen.
Setiap reseptor yaitu silia olfaktorius hanya berespons terhadap satu
komponen diskret suatu bau.
Selanjutnya, komponen bau tersebut akan berikatan dengan protein reseptor
di membran setiap silium.
Bau yang berikatan dengan bagian protein reseptor yang melipat ke arah
luar. Bagian dalam protein yang melipat akan saling berpasangan untuk
membentuk yang disebut protein-G.
Pada perangsangan protein reseptor, subunit alfa akan memecahkan diri dari
protein-G dan segera mengaktivasi adenilat siklase.
Siklase yang teraktivasi kemudian mengubah banyak molekul adenosin
trifosfat intrasel menjadi cAMP.
cAMP mengaktivasi protein lain di dekatnya, yaitu gerbang kanal ion
natrium yang akan membuka gerbangnya dan memungkinkan sejumlah
besar ion natrium mengalir melewati membran ke reseptor di dalam
sitoplasma sel.
Perpindahan ion yang terjadi menyebabkan depolarisasi potensial reseptor
yang menghasilkan potensial aksi di serat aferen.
Serat serat aferen yang berasal dari ujung reseptor di hidung berjalan
melalui lubang lubang yang halus di tulang ethmoidalis.
Serat serat ini segera bersinaps di bulbus olfaktorius. Masing masing
pada bulbus olfaktorius dilapisi oleh taut taut saraf kecil mirip bola yang
dikenal sebagai glomerulus.
Di dalam setiap glomerulus ini, ujung ujung sel reseptor yang membawa
informasi tentang komponen bau tertentu bersinaps dengan sel berikutnya di
jalur olfaktorius, sel mitral.
Sel mitral tempat berakhirnya reseptor olfaktorius di glomerulus
menyempurnakan sinyal bau dan memancarkannya ke otak untuk
pemrosesan lebih lanjut. Serat serat yang meninggalkan bulbus olfaktorius
berjalan dalam 2 rute berbeda :
a) Sebuah rute korteks menuju daerah sistem limbik, khususnya sisi medial
bawah lobus temporalis, termasuk hipotalamus.
b) Sebuah rute melalui talamus ke korteks. Seperti indera lain, rute korteks
penting untuk persepsi dasar dan diskriminasi halus bau.
(Sherwood & Guyton)
Struktur faring:
Fungsi faring:
C. Laring
Epiglotis, katup yang berfungsi menutup/membuka saat respirasi atau pencernaan
(lapisan anterior terdapat epitel, yaitu epitel berlapis gepeng, sedangkan bagian
posterior epitelnya, bertingkat semu silindris bersilia)
Kartilago Tiroid, merupakan tempat melekatnya jakun (Adams Apples)
Kartilago Cricoid, berada dibawah dari kartilago cricoid
Kartilago Aritenoid,
Glotis,
Pita suara,
Fungsi laring:
Katup penjaga saluran udara, saling mendekat guna menutup jalan masuk ke
trakea
Mengatur jalan nafas dengan mengatur glottis
Melembabkan dan menghangatkan udara
Fonasi
Berbicara
Otot pada laring:
Plica Vestibularis
Plica Vocalis (Apabila abduksi, maka suara semakin ke arah bass,
sedangkan apabila adduksi semakin ke arah suara tinggi)
Ventriculus Laryngis
Recessus Piriformis
Tuberculum Curniculatum
Tuberculum Curneiforme
Cartilago Thyroideus
Cartilago Cricoideus
Cartilago Arytenoid
Cartilago Corniculatum
Cartilago Epiglottis
Os Hyoid
Tulang utama pada laring (tiroidkrikoid dan aritenoid) adalah tulang rawan
hialin yang lebih kecil (corniculata, kuneiformia dan ujung aretenoid) adalah
elastis , seperti tulang rawan epiglotis. Epitel mukosa yang membatasi laring
bermacam macam sesuai dengan tempatnya. Epitelnya adalah berlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk dan juga bertingkat silindris bersilia bersel goblet.
D.Trakea
i. Tunica adventitia
ii. Cartilago trachealis
iii. M. Trachealis
iv. Paries membranaceus
v. Karina
bronkus intrapulmonar dan bronkus ekstrapulmonar. Struktur lapisan mukosa bronkus sama
dengan trakea , hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian
bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna
Bronkus intrapulmonar tampak bulat dan tidak memperlihatkan bagian posterior yang rata.
Epitel yang membatasinya adalah epitel silindris bersilia, bersel goblet. Bronkus bercabang-
cabang lagi menjadi bronkiolus.
Struktur pada bronkus yaitu : bronkus utama > sekunder > tersier > bronkiolus -> 5-7
bronkus terminalis ->bronkus respiratorius -> kultur alveolar -> arteria -> alveoli.
a. Bronkiolus
Bronkiolus dianggap sebagai saluran penghantar. Bronkiolus mempunyai ciri tidak
mengandung tulang rawan,kelenjar dan kelenjar limf. Lamina propria tersusun oleh berkas
otot polos serta serat-serat elastis. Epitel yang membatasi bronkiolus besar merupakan
epitel silindris bersilia dengan sedikit sel goblet, pada bronkiolus halus kecil, sel goblet
hilang dan sel bersillia merupakan sel kuboid atau silindis rendah.
Pada bronkiolus ini terbagi 2 pada sebelah kanan terdiri 3 lobus , sedangkan pada sebelah
kiri terdapat 2 lobus. Struktur pada bronkiolus ini sama dengan trakea dan bronkus.
b. Alveolus
Alveolus berfungsi untuk pertukaran udara. Pada alveolus terdapat makrofag yang
melakukan pertahanan saluran pernafasan berupa fagositosis partikel hingga 0,5 mikron.
Paru-paru (pulmo) dilapisi oleh pleura (selaput paru) yang terbagi menjadi:
- Pleura visceral. Berupa serabut tebal, melapisi dinding luar organ pulmo.
- Pleura parietal. Berupa serabut kolagen/ elastis, membatasi bagian dalam cavitas thorakal
Pada pulmo, juga terdapat fissura obliqua, yakni pemisah lobus pulmo. Pada pulmo
dekstra, fissura obliqua memisahkan antara lobus superior dan inferior. Pada pulmo
dekstra juga terdapat fissura horisontalis pulmonis dekstra yang memisahkan antara lobus
inferior dan lobus medius. Sedangkan pada pulmo sinistra yang hanya memiliki dua
lobus, fissura obliqua hanya satu, untuk memisahkan antara lobus superior dan inferior.
Rangkaian saluran(tubes) ekspirasi dan inspirasi. Adapun yang termasuk bagian ini
adalah nasal cavities, pharynx, larynx, trachea, bronchi, dan bronchioles. Fungsi
utama dari zona konduksi ini adalah untuk mengalirkan udara ke alveoli
pulmonary guna pertukaran CO2. Fungsi lain termasuk meningkatkan kualitas
udara inspirasi, seperti menghangatkan atau mendinginkan, melembabkan,
menyaring, detoksifikasi dengan absorpsi gas berbahaya, dan menjebak bakteri dan
virus yang berbahaya.
Fungsi tersebut didukung oleh sel-sel epitel kolumner bersilia dan banyak sel goblet
yang melingkupi jalan napas. Silia menghalau secara ritmis pada satu arah, seperti
menuju mulut. Karenanya, silia memindahkan partikel pathogen ke arah mulut,
dibatukkan maupun ditelan.
Fungsi lainnya adalah mengontrol suhu udara. Ini didukung oleh kapiler profuse di
bawah epitel yang menghangatkan atau mendinginkan udara inspirasi. Di dalam
cavitas nasal, venous plexuses memodifikasi suhu udara.
b) Respiratory portion
Tempat pertukaran CO2 dan O2, dinding tipis alveoli
c) Musculoelastic ventilation apparatus
Terdiri dari otot-otot seperti m. intercostalis dan diaphragma
C. Refleks Bersin
Menurut Guyton & Hall (2012), mekanisme terjadinya refleks
bersin adalah sebagai berikut:
Rangsangan awal yang menimbulkan refleks bersin : iritasi dalam
saluran hidung. Impuls aferen berjalan dalam nervus ke 5 menuju
medula,tempat refleks ini dicetuskan. Terjadi reaksi serangkaian
reaksi seperti pada refleks batuk, tetapi uvula ditekan.(Guyton &
Hall, 2012, page 504 505)
2. Imunitas
Benda asing yang memasuki tubuh akan segera dihancurkan oleh sistem
pertahanan tubuh / sistem imunitas. Tugas penting ini dikerjakan oleh leukosit
atau sel darah putih. Leukosit terbagi atas eosinofil, neutrofil, basofil, monosit dan
makrofag. Salah satu tugas penting dari dari leukosit adalah fagositosis yang
dilakukan oleh neutrofil dan makrofag. Proses dari neutrofil dalam melakukan
fagositosis ialah :
a) Neutrofil memasuki jaringan dengan cara diapedesis
b) Neutrofil bergerak dengan gerak ameboid
c) Neutrofil tertarik ke jaringan yang meradang dengan kemotaksis
d) Neutrofil melekatkan diri pada partikel partikel kemudian menjulurkan
pseudopodia ke semua jurusan di sekeliling partikel. Pseudopodia kemudian
bertemu dari arah berlawan dan bergabung.
e) Hal ini menciptakan ruangan tertutup yang berisi partikel yang sudah
difagositosis.
f) Ruangan ini berinvaginasi ke dalam rongga sitoplasma dan kemudian
melepaskan diri.
Makrofag adalah fagosit mononuklear yang ditemukan sepanjang saluran
napas. Makrofag memberikan proteksi halus melawan mikroorganisme yang
diinhalasi dan partikel lain dengan fagositosis. Bahan organik yang difagosit
ditelan, sedangkan bahan annorganik disimpan di dalam sel. Namun, pada infeksi
yang lebih berat, makrofag dapat menginisiasi respons radang dan melalui
pelepasan chemoattractant seperti leukotrien B4 meningkatkan infiltrasi neutrofil
dari plasma. (Jeremy P.T. Ward, 2007, page 45)
Demam merupakan suatu peningkatan suhu tubuh akibat adanya
perlawanan dari sel sel leukosit tubuh terhadap bakteri maupun
benda asing lainnya yang masuk ke dalam tubuh. Menurut Guyton &
Hall (2012), mekanisme terjadinya demam adalah :
i) Bakteri atau hasil pemecahan bakteri terdapat di dalam jaringan
darah.
ii) Bakteri atau hasil pemecahan bakteri akan difagositosis oleh
limfosit pembunuh bergranula besar, makrofag jaringan dan
leukosit tubuh yang dilepaskan oleh tubuh.
iii) Ketiganya akan mencerna bakteri atau hasil pemecahan bakteri dan
menghasilkan suatu zat bernama interleukin-1 atau pirogen endogen atau
leukosit pirogen sebagai suatu respon terhadap endotoksin lipoposakarida
yang dilepaskan oleh membran sel bakteri.
iv) Zat interleukin-1 ini kemudian akan menginduksi pembentukan
prostaglandin E2.
v) Selanjutnya zat interleukin-1 akan menuju hipotalamus tepatnya di termostat
untuk mengaktifkan demam.
* Mikrobiologi
Flora hidung tediri dari corinebakteria, staphylococcus, dan streptococcus. Selaput
mukosa mulut dan faring seringkali steril waktu lahir, tetapi dapat terkontaminasi waktu
keluar melalui jalan lahir. Dalam 4-12 jam setelah lahir streptococcus viridans menetap
sebagai anggota flora yang paling utama dan tetap seperti ini selama hidup.
Pada awal kehidupan jenis flora bertambah dengan staphylococcus aerob dan
anaerob, diplococcus gram-negatif (neiseria, Branhamella), difteroid, dan kadang-kadang
lactobasil.
Dalam faring dan trakea, flora yang sama akan menetap, sementara hanyak
ditemukan sedikit bakteri dalam bronchi normal. Bronchi kecil dan alveoli dalam
keadaan normal bersifat steril.
mh d sp pp)
(oh st sh)
Mm.Intrinsik larynx:
Adductor:
Cartilago Laryngeus
Cartilago epiglottis
Os hyoid
Cartilago thyroideus
Cartilago cricoideus
Cartilago arytenoid
Cartilago corniculatum
Otot Pharynx
- M. Palatopharynx
- M. Salphyngopharynx
pyriformis
Dorsal: choane