Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Santrock (2003) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, sosial emosional. Sedangkan menurut Rumini dan Sundari (2004) remaja
adalah peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja adalah masa datangnya pubertas 11-14 tahun sampai usia sekitar18 tahun yang
merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-
masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Masa perkembangan itu merupakan suatu tugas
yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu
dapat berhasil di tuntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan
tugas-tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidak bahagiaan
pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-
kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya (Monks, 2003).
Permasalahan yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan
pendidik tentang berbagai tuntutan psikologi ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak
mampu mengarahkan remaja menuju perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan
pendidik mengambil sikap yang tidak sejalan dari yang seharusnya diharapkan, sehingga
semakin mengacaukan perkembangan diri para remaja tersebut. Dengan demikian di harapkan
para orang tua dan pendidik dapat memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong remaja
menuju pada kepenuhan dirinya
(Stice dan Whitenton, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari remaja?
2. Apa saja ciri-ciri pada remaja?
3. Apa saja tahap-tahap pada perkembangan remaja?
4. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan remaja?
5. Apa saja perubahan fisik dan pisikologis pada masa remaja?
6. Apa saja tugas – tugas perkembangan pada masa remaja?
7. Apa saja permasalahan pada masa remaja?
8. Bagaimana cara mengatasi masalah pada remaja?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari remaja.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pada remaja.
3. Untuk mengetahui tahap-tahap pada perkembangan remaja.
4. Untuk mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja.
5. Untuk mengetahui perubahan fisik dan pisikologis pada masa remaja.
6. Untuk mengetahui tugas – tugas perkembangan pada masa remaja.
7. Untuk mengetahui permasalahan pada masa remaja.
8. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah pada remaja.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Remaja
1. Menurut Rumini dan Sundari (2004), remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
2. Menurut Santrock (2003), masa remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara
masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
3. Menurut Pardede (2002), masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa
dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang
berlangsung pada dekade kedua kehidupan.

B. Ciri-ciri Remaja
Ciri-ciri Remaja adalah sebagai berikut:
1. Pemekaran diri sendiri (extension of the self)
Ditandai dengan kemampuan seorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian
dari diri sendiri juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri sendiri) berkurang sebaliknya
tumbuh perasaan ikut memiliki, salah satu tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk
mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk bertenggang rasa dengan orang
yang dicintainya untuk ikutmerasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya,
menunjukkan adanya tanda-tanda kepribadian dewasa (mature personality) ciri lain adalah
berkembangnya ego ideal berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan wujud
ego (diri sendiri) di masa depan (Hurlock, 2002).
2. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self objectivication)
Ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight)
dan kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor) terrmasuk yang menjadikan
dirinya sendiri sebagai sasaran. Dia tidak marah jika dikritik pada saaat-saat yang yang
diperlukan ia dapat melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai
orang luar (Hurlock, 2002).
3. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life)
Hal itu dapat dilakukan tanpa perlu merumuskannnya dan mengucapkankannya dalam kata-
kata. Orang yang sudah dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan objek-objek
lain di dunia. Ia tahu kedudukannnya dalam masyarakat ia paham bagaimana seharusnya ia
bertingkah laku orang seperti ini tidak lagi mudah terpengaruh dan pendapatnya serta
sikap sikapnya cukup jelas dan tegas (Chaplin, 2004).
C. Tahap – tahap Perkembangan Remaja
Tahap-tahap perkembangan remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
1. Periode masa pra pubertas usia 12-18 tahun
Masa pra pubertas merupakan masa peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal
pubertas. Ciri-cirinya:
a. Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
b. Anak mulai bersikap kritis
2. Masa pubertas usia 14-16 tahun merupakan masa remaja awal. Ciri-cirinya:
a. Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
b. Memperhatikan penampilan
c. Sikapnya tidak menentu/plin-plan
d. Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
3. Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun merupakan peralihan dari masa pubertas ke masa
adolesen. Ciri-cirinya:
a. Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai
sepenuhnya
b. Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.
4. Periode remaja adolesen usia 19-21 tahun merupakan masa akhir Remaja. Beberapa sifat penting
pada masa ini adalah:
a. Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
b. Mulai menyadari akan realitas
c. Sikapnya mulai jelas tentang hidup
d. Mulai nampak bakat dan minatnya

D. Aspek-aspek Perkembangan Remaja


1. Perkembangan fisik
Menurut Papalia dan Olds (2001), yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah
perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan
pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot,
dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh
kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah
kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan
kemampuan kognitif.
2. Perkembangan Kognitif
Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis
mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di
mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif
mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting
dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak
saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara
berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,
menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan
sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds,
2001).
3. Perkembangan kepribadian dan sosial
Menurut Papalia & Olds (2001) yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah
perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik
sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang
dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran
yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
1. Faktor Pribadi
Setiap anak berkepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak bisa menjadi sumber
munculnya berbagai perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini adalah keadaan konstitusi,
potensi, bakat, atau sifat dasar pada anak yang kemudian melalui proses perkembangan,
kematangan, atau perangsangan dari lingkungan, menjadi aktual, muncul, atau berfungsi
(Lester, 2004).
Seorang anak bisa bertingkah laku tertentu sebagai bentuk pelarian-pelarian karena ia
mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah.(Liebert, 2003) Kesulitan
ini bersumber pada kemampuan dasar yang kurang baik, taraf kemampuannya terletak di bawah
rata-rata. Pelajaran yang dalam kenyataannya terlalu berat bagi anak, menjadi beban yang
menekannya sehingga ia selalu berada dalam keadaan tegang, tertekan, dan tidak bahagia.
Sehubungan dengan masalah pelajaran ini, perasaan-perasaan tertekan dan beban yang tidak
sanggup dihadapi juga dapat timbul karena berbagai hal yang lain seperti berikut ini:
a. Tuntutan dari pihak orang tua terhadap prestasi anak yang sebenarnya melebihi kemampuan
dasar yang dimiliki anak. Berbagai ungkapan yang sebenarnya keliru sering terdengar dari orang
tua, seperti: "Sebenarnya anak saya tidak bodoh, tetapi ia malas" atau "Saya tidak mengharap
anak saya mendapat angka 9, asal cukup saja, karena ia sebenarnya bisa."
b. Tuntutan terhadap anak agar ia bisa memperlihatkan prestasi-prestasi seperti yang diharapkan
orang tua. Pada kenyataannya, anak tidak bisa memenuhinya karena masa-masa
perkembangannya belum siap untuk bisa menerima kualitas dan intensitas rangsangan yang
diberikan. Hal ini sering terjadi pada anak di bawah umur.
c. Tekanan dari orang tua agar anak mengikuti berbagai kegiatan, baik yang berhubungan dengan
pelajaran-pelajaran sekolah maupun kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan
pengembangan bakat dan minat. Seorang anak memperlihatkan sikap-sikap negatif terhadap
pelajaran karena ia harus bersekolah di dua tempat, yaitu di sekolah dan di tempat les privat atau
bimbingan belajar yang waktu belajarnya bahkan lebih lama dari sekolah biasa daripada di
sekolah biasa.
d. Kekecewaan pada anak karena tidak berhasil memasuki sekolah atau jurusan yang dikehendaki
dan yang tidak dinetralisasikan dengan baik oleh orang tua. Atau kekecewaan pada anak karena
ia tidak berhasil memuaskan keinginan-keinginan atau harapan-harapan orang tua. Kekecewaan
yang berlanjut pada penilaian bahwa harga dirinya tidak perlu dipertahankan karena orang tua
tidak mencintainya lagi.
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa masalah yang berkaitan dengan masalah sekolah,
masalah belajar, prestasi, dan potensi (bakat) bisa menjadi sumber timbulnya berbagai tekanan
dan frustrasi. Hal tersebut dapat mengakibatkan reaksi-reaksi perilaku nakal atau
penyalahgunaan obat terlarang (Libert, 2003).
2. Faktor Keluarga
Keluarga adalah unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat. Meskipun demikian,
peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal perkembangan
yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Anak yang baru dilahirkan
berada dalam keadaan lemah, tidak berdaya, bisa melakukan apa-apa, tidak bisa mengurus diri
sendiri, dan tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi, ia tergantung
sepenuhnya dari lingkungan hidupnya, yakni lingkungan keluarga, dan lebih luas lagi lingkungan
sosialnya
(Prawirosudirjo, 2003).
Dalam perkembangannya, anak membutuhkan uluran tangan dari orang lain agar bisa
melangsungkan hidupnya secara layak dan wajar. Anak yang baru dilahirkan bisa diibaratkan
sebagai sehelai kertas putih yang masih polos. Bagaimana jadinya kertas putih tersebut pada
kemudian hari tergantung dari orang yang akan menuliskannya. Jadi, bagaimana kepribadian
anak pada kemudian hari tergantung dari bagaimana ia berkembang dan dikembangkan oleh
lingkungan hidupnya, terutama oleh lingkungan keluarganya. Lingkungan keluarga berperan
besar karena merekalah yang langsung atau tidak langsung terus-menerus berhubungan dengan
anak, memberikan perangsangan (stimulasi) melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua
dengan anak(Prawirosudirjo, 2003).
Seiring dengan tumbuh kembang anak, akan lebih banyak lagi sumber-sumber untuk
mengembangkan kepribadian anak. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan
pendidikan informal yang memengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya, hal ini
berlangsung melalui ucapan-ucapan atau perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk
menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan oleh anak. Adakalanya pula,
orang tua bersikap atau bertindak sebagai patokan, sebagai contoh atau model agar ditiru.
Kemudian, apa yang ditiru akan meresap dalam diri anak dan menjadi bagian dari kebiasaan
bersikap dan bertingkah laku, atau bagian dari kepribadiannya (Payne, 2002).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, orang tua jelas berperan besar dalam perkembangan
kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang
ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi, gambaran
kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan
serta proses-proses yang ada dan yang terjadi sebelumnya. Lingkungan rumah, khususnya orang
tua, menjadi teramat penting sebagai tempat persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh dan
berkembang lebih lanjut. Pengalaman buruk dalam keluarga akan buruk pula diperlihatkan
terhadap lingkungannya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat dari suasana
dan perlakuan negatif yang dialami dalam keluarga. Hubungan antar pribadi dalam keluarga,
yang meliputi pula hubungan antar saudara, menjadi faktor penting yang mendorong munculnya
perilaku yang tergolong nakal (Payne, 2002).
Agar terjamin hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan peran aktif orang tua untuk
membina hubungan-hubungan yang serasi dan harmonis di antara semua pihak dalam
keluarga. Namun, yang tentunya terlebih dahulu harus diperlihatkan adalah hubungan yang baik
di antara suami dan istri (Payne, 2002).
3. Lingkungan Sosial dan Dinamika Perubahannya
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang menyertainya memegang peranan besar
terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian pada anak. Apalagi kalau tidak didukung
oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Kesenjangan antara
norma, ukuran, patokan dalam keluarga dengan lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul
keadaan timpang atau serba tidak menentu, suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku
tanpa kendali, yakni penyimpangan dari berbagai aturan yang ada. Kegoncangan memang mudah
timbul karena kita berhadapan dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat (Ellis,
2001).
Dalam kenyataannya, pola kehidupan dalam keluarga dan masyarakatsssdewasa ini, jauh
berbeda dibandingkan dengan kehidupan beberapa puluh tahun yang lalu. Terjadi berbagai
pergeseran nilai dari waktu ke waktu~ seiring dengan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Bertambahnya penduduk yang demikian pesat, khususnya di kota-kota besar,
mengakibatkan ruang hidup dan ruang lingkup kehidupan menjadi bertambah sempit. Urbanisasi
yang terus-menerus terjadi sulit dikendalikan, apalagi ditahan, menyebabkan laju kepadatan
penduduk di kota besar sulit dicegah. Dinamika hubungan menjadi lebih besar, sekaligus
menjadi lebih longgar, kurang intensif, dan kurang akrab. Dalam kondisi seperti ini, sikap yang
menjadi ciri dari kehidupan masyarakat yang padat yaitu: individualistis, kompetitif, dan
materialistis, amat mudah timbul. Sesuatu yang sebenarnya wajar, sesuai dengan hakikat
kehidupan, hakikat perjuangan hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan
memenuhi kebutuhan paling pokok dari sistem kebutuhan, yakni makanan (Santrock, 2002).
Pengaruh pribadi terhadap pribadi lain di rumah, di kantor, dan di mana saja yang
memungkinkan hubungan yang cukup sering terjadi, akan memengaruhi kehidupan pribadi,
kehidupan dalam keluarga, dan kehidupan sosialnya. Banyak kota yang sedang berkembang
menjadi tempat pertemuan, percampuran antara berbagai corak kebudayaan, adat istiadat,
termasuk bahasa dan sistem nilai sikap. Tidak mustahil dalam keadaan seperti itu, muncul
ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap, perlakuan negatif orang tua
terhadap anak, dan lebih lanjut dalam lingkungan pergaulan(Santrock, 2002).
Lingkungan pergaulan anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan
tersebut seorang anak bisa terpengaruh ciri kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh
oleh hal-hal yang baik. Di samping itu, lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam
pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat. Karena itu, lingkungan sosial sewajarnya
menjadi perhatian kita semua, agar bisa menjadi lingkungan yang baik, yang bisa meredam
dorongan-dorongan negatif atau patologis pada anak maupun remaja(Santrock, 2002).

F. Perubahan Fisik dan Psikologis pada Remaja


Perubahan fisik dan psikologis pada remaja menurut Prawirosudirjo (2003) sebagai berikut:
1. Perubahan Fisik
a. Perubahan fisik pada wanita remaja antara lain:
1) Pertumbuhan fisik lebih menonjol, tinggi dan besar badannya
2) Kulit menjadi lebih halus
3) Buah dada (payudara) membesar
4) Timbunan lemak pada bagian badan tertentu lebih banyak: pinggul, pantat, sekitar dada, sekitar
pinggang tampak kecil atau ramping
5) Suara meninggi satu oktaf
6) Tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu, sekitar kemaluan dan ketiak
b. Perubahan fisik pada laki-laki Remaja
1) Testil membesar
2) Tumbuh rambut pada bagian tertentu, kumis, janggut, sekitar dada, ketiak dan sekitar kemaluan.
3) Suara menurun satu oktaf lebih rendah nadanya
4) Mimpi basah
2. Perubahan psikologis pada remaja
a. Perubahan psikologi pada wanita remaja
1) Pasif dan menerima
2) Cenderung menerima perlindungan
3) Minatnya tertuju pada hal yang sifatnya emosional dan kongkrit
4) Berusaha mengikuti dan mengenang orang lain
5) Sifatnya subyektif
b. Perubahan psikologi pada laki-laki remaja
1) Aktif memberi
2) Cenderung memberikan perlindungan
3) Minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat interaktual abstrak
4) Berusaha memutuskan sendiri dan ikut bicara
5) Sifatnya objektif

G. Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja


Menurut Hurlock (Dalam Ali, 2002), tugas-tugas perkembangan masa remaja,yaitu:
1. Mampu menerima keadaan fisiknya
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
4. Mencapai kemandirian emosional
5. Mencapai kemandirian ekonomi
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan
peran sebagai anggota masyarakat
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia
dewasa
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga
H. Permasalahan pada Masa Remaja
Permasalahan pada masa remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai berikut:
1. Masalah dengan keluarga
Kebanyakan anak yang dalam masa remaja pasti menginginkan masa remaja mereka ingin
sempurna dan di perhatikan oleh keluarga terutama pada ayah dan ibu. Tapi bagi sebagian
mereka yang masa remajanya ingin sempurna harus meninggalkan sedih di hati karena harus
menghabiskan masa remaja mereka di jalanan bergabung dengan mereka yang masa remajanya
kurang beruntung, itu semua terjadi karena pertengkaran yang terjadi pada orang tua dan
melibatkan anak – anak mereka yang tidak seharusnya terlibat, karena kalau orang tua
melibatkan masalah mereka kepada anaknya bisa membuat anak tersebut berpikir yang harusnya
belum dia pikirkan dan bisa membuat dia menjadi depresi.
2. Masalah percintaan
Dalam masa remaja ini kita bisa mengenal yang namanya cinta biarpun yang di bilang itu
cinta monyet, tapi gara – gara cinta bisa merusak masa remaja kita apa lagi kalau kita semua
sudah mengenal free sex (seks bebas).
Dalam kalangan remaja tidak mungkin tidak tahu yang namanya cinta, tapi inilah masalah
yang sering terjadi di saat kita hanyut dengan cinta. Kita bisa saja melakukan apa saja untuk
sampai – sampai kita bisa melupakan keluarga kita sendiri.
3. Masalah lingkungan

Lingkungan sangat berperan penting dalam masa remaja karena lingkungansanga mempen
garuhi masa pertumbuhan remaja. Jika lingkungan yang
ditempati baikmaka berdampak positif terhadap remaja itu dan sebaliknya, Jika lingkungan yang
di tempati itu buruk,
maka berdampak negatif bagi perkembangan remaja. Maka dari itukita harus
bisa menentukan mana yang baik dan yang buruk.

I. Cara Mengatasi Masalah Remaja


Cara mengatasi masalah remaja menurut Stevenson (2002) adalah sebagai
berikut:
1. Masalah Keluarga
Dalam permasalahan remaja orang tua sangat berperan penting terhadap
perkembangan psikologi seorang anak, sehingga orang tua harus lebih
memperhatikan perilaku seorang anak. Jadi, sebagai orang tua kita harus lebih
terbuka terhadap masalah-masalah yang ada pada keluarga, agar tercipta
kenyamanan dan keharmonisan dalam keluarga.
2. Masalah Percintaan
Dalam masalah percintaan remaja harus mengetahui batasan-batasan dalam
berpacaran, agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas (free seks). Oleh sebab
itu remaja di harapkan lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
3. Masalah Lingkungan
Dalam masalah lingkungan, remaja harus bisa membatasi pergaulan dan bisa
memilih mana pergaulan yang positif dan negatif. Karena, lingkungan juga
berperan penting terhadap perubahan perkembangan remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Crow, 2004, Educational Psychology, American Book Company, New York.


Hurlock, 2002, Developmental Psychology, McGraw Hill Book Company, Inc., New
York.
Liebert., 2003, Development Psychology, Prentice Hall, Inc., New York.
Piaget, 2001, The Construction of Reality in the Child, Translated by Margaret Cook,
Inc., New York.
Prawirosudirjo, 2003, Menginjak Masa Remaja, Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Chaplin J.P, 2004, Dictionary of Psychologi, Dell Publishing Co, Inc., New York.
Ellis, 2001, Studies in the Psychologie of Sex, Rancom House, New York.
Payne, 2002, Conception of Feminity, Brit. J.M. Psychologie, New York.
Stevenson, 2002, Psychologie des Jungmadchens, Quella dan Meyer, Heidelburg.

Anda mungkin juga menyukai