Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Pekan Kebudayaan Aceh PKA Ajang Sosialisasi Kebudayaan Rakyat Aceh

Sejarah mencatat bahwa PKA I diselenggarakan pada tahun 1958. ketika itu ide
penyelenggaraan acara PKA I ini diilhami oleh kesadaran tokoh-tokoh Aceh saat itu pentingnya
penyelesaian sesuatu melalui pendekatan budaya. Ada tiga pejabat yang menjadi trio lahirnya islah
kebudayaan ini. Mereka mencurahkan perhatiannya untuk pelestarian kebudayaan. Trio itu adalah
Gubernur A. Hasjmy, ketua penguasa Perang/Panglima Komando Daerah Militer Aceh Letkol Syamaun
Gaharu dan Mayor T. Hamzah Bendahara.

Ide PKA I ini dicetuskan didasarkan kepada beberapa motivasi saat itu. Di antaranya, keinginan
memulihkan Aceh secara total setelah peristiwa DI/TII pada tahun 1950-an. Serentetan usaha kearah itu
dilakukan (Pemda dan masyarakat) yang berada di luar Aceh dalam upaya memulihkan keamanan.
Misalnya, masyarakat dan mahasiswa Aceh di Bandung – yang tergabung dalam IPS (Ikatan Pemuda
Seulawah) mengadakan Kongres Pelajar/Mahasiswa Aceh pada tahun 1956 di bawah pimpinan AK
Yacoby di Jakarta. Pada tahun yang sama (1956) dilakukan pula Kongres Kilat Masyarakat Aceh yang
dipimpin oleh Nyak Husda . Demikian pula pada tahun 1957 diadakan Kongres Masyarakat Aceh di
Medan di bawah pimpinan Nur Nekmat dan Said Ibrahim. Tahun itu juga para Pemuda Pejoang Aceh
yang tergabung dalam Divisi Gadjah Putih mengadakan Reuni di Yogyakarta.

Semua pertemuan itu telah memberikan andil bagi memulihkan keamanan dan pembangunan
kembali daerah Aceh. Di antara pikiran dan gagasan itu kemudian terwujud adalah rencana membangun
kembali pendidikan melalui pembangunan Kopelma Darussalam.Motivasi lain adalah kenyataan sejarah
masa lampau bahwa daerrah Aceh kaya budaya. Karenanya, ide PKA disambut hangat oleh masyarakat.
Masyarakat merindukan kebesaran budaya indatunya, menghidupkan dan melestarikannya, terutama
adat dan kesenian, yang nyaris hilang setelah sekian lama terpendam dan hilang akibat sejarah Aceh
yang suram dirundung oleh konflik.

Kerinduan membangun kembali kebudayaan Aceh terangkum dalam piagam “Adat bak
Poteumeurohom, Hukom bak Syiah Kuala”. Hal itu menjadi tema PKA I, yang saat itu diketuai oleh
Mayor T. Hamzah. Acara pembukaan PKA I ini berlangsung di Gedung Balai Teuku Umar pada tanggal 12
Agustus 1958 dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan Prof. Dr. Prijono, yang juga sekaligus
menutup acara ini pada tanggal 23 Agustus 1958. PKA I pertama telah memberi bias positif bagi
perkembangan Aceh. Sebab selain berhasil mengangkat kembali sejumlah adat dan kesenian tradisional
Aceh, juga terwujudnya tujuan-tujuan lain yang selaras, yaitu terbentuknya Propinsi Daerah Istimewa
Aceh. Ketika itu telah dapat digali dan dihidupkan kembali sekitar 20 buah tarian tradisional Aceh dan
beberapa tari kreasi baru, termasuk tari Ranub Lampuan dan tari Punca Utama. Pagelaran adat dari
berbagai etnis lokal ditampilkan.

Seperti adat perkawinan, perdamaian, bereles (sunat rasul), Imah Ku Wih (turun mandi) yang
biasa dilaksanakan oleh masyarakat Aceh Tengah. Bermacam-macam permainan, seperti maen gaseng,
meuen galah, sepak raga, panza, geude-geude dan sebagainya, tarian Saman (tarian asli Aceh
Tenggara), Ratoh yang berasal dari Padang Tiji Pidie, tarian Landak Sampot, taria Guel berhasil diangkat
kembali. Yang paling penting lagi terwujudnya cita-cita rakyat untuk membangun kembali pendidikan di
Aceh, yang ditandai oleh berdirinya Kopelma Darussalam pada tahun 1959.

Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) – II

Masa terus bergulir dan musim terus berganti, politik pemerintah berubah – dari Orde Lama ke Orde
Baru – dan berbagai pemikiran terus berkembang. Kalau pada PKA I telah berhasil mewujudkan cita-cita
rakyat di bidang pendidikan dengan simbol Kopelma Darussalam , maka pada PKA II (20 Agustus – 2
September 1972) juga berhasil menggagas berdirinya sebuah institut seni budaya di Aceh. Selain itu,
pada PKA II telah berhasil diselenggarakan berbagai kegiatan yaitu pameran kebudayaan, pawai

kebudayaan, seminar kebudayaan, pertunjukan adat, pementasan kesenian, perlombaan rakyat dan
tour.

Banyak nama-nama besar yang memegang peranan dalam terlaksananya pesta budaya PKA ini. Di
antaranya A. Muzakkir Walad (Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh), Mayjen Aang Hanafi (Pangdam I
Iskandar Muda), Drs. Marzuki Nyakman (Wakil Gubernur), Brigjen A. Rivai Harahap (Kepala Staf Kodam I)
dan Prof. A. Madjid Ibrahim, kala iu masih menjabat sebagai Rektor Universitas Syiah Kuala sekaligus
ketua Aceh Development Board. PKA IV dibuka oleh Menteri Penerangan H. Budiarjo dan ditutup oleh
Ibu Tien Soeharto.

Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) – III

Aceh yang bermartabat menjadi api simbolis rakyat Aceh melaksanakan PKA III. PKA III
diselenggarakan pada tahun 1988, pada masa itu gubernur dijabat oleh Ibrahim Hasan. Hasilnya yang
diperoleh dari event ini adalah peletakan dasar rajutan sejarah dari masa ke masa. Tidak hanya
mengenai filosofi dan tradisi yang mendasarinya, tetapi juga membahas tentang masyarakat Aceh ke
masa depannya. Ketika itu PKA III telah mampu menampilkan lebih dari 80 buah tarian tradisional dan
kreasi baru. Selain itu, banyak juga produk budaya yang sudah hilang dihidupkan kembali dan dipakai
menjadi kebanggaan bersama.
Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) – IV

Setelah mengakhiri masa penantian yang begitu lama, kurang lebih 16 tahun. Pekan Kebudayaan
Aceh IV dilaksanakan pada tanggal 19 – 28 Agustus 2004. Pembukaan PKA IV dilakukan oleh Presiden
Megawati. Adapun lokasi pelaksanaan PKA ini Taman Safiatuddin. Taman ini berada persis di belakang
kantor Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dari kejauhan akan terlihat pemandangan dan
suasana seperti di Taman Mini Indonesia Jakarta, walaupun yang menjadi perbedaan adalah lokasinya
tidak begitu luas.

Pada PKA IV ini telah terlaksana berbagai kegiatan, baik kegiatan yang berupa seminar maupun
kegiatan non seminar, seperti atraksi budaya, pasar seni, pameran buku, pawai budaya, kenduri massal,
dan sebagainya. Dapat dikatakan kegiatan PKA ini berlangsung sangat meriah apalagi pelaksanaan PKA
IV dilaksanakan berbarengan dengan event Tahun Budaya.

Demikian perjalanan panjang Pekan Kebudayaan Aceh di Nanggroe Aceh Darussalam yang kita
cintai ini. Bagaimanakah pagelaran PKA ke V nanti, mudah-mudahan akan mampu menghidupkan
kembali seni budaya Aceh yang saat ini semakin telindas dengan perubahan zaman. Pekan Kebudayaan
Aceh (PKA) ke-5 kembali akan digelar di Kota Banda Aceh pada 1-11 Agustus 2009. Berbagai kegiatan
antara lain parade budaya, gebyar seni, seminar budaya, aneka lomba seni dan permainan rakyat, serta
Aceh Expo untuk mempromosikan dan memasaran paket wisata Aceh akan menyemarakan PKA V.
Menurut rencana Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono akan membuka PKA V yang dipusatkan di
Taman Sulthanah Shafiatuddin Banda Aceh pada hari Minggu (2/8), sedangkan acara penutupan akan
berlangsung Selasa malam (11/8).

Dalam acara seminar budaya akan mengangkat tema menarik seperti Pandangan dan Pemikiran
Ulama terhadap Pengembangan Budaya dan Pariwisata, Penggalian Sejarah, Seni, dan Warisan Budaya
(dengan pembicara DR.Anhar Gonggong, DR. Mukhlis Paeni, Prof.A.D. Pirous, Christine Hakim, DR. Kamal
A. Arief, dan Prof. DR. Irwan Abdullah), Perdamaian dalam Konteks Pelestarian Budaya Aceh (pembicara
tokoh perdamaian Aceh seperti Malik Mahmud al-Haitar, Sofyan Jalil, Hamid Awaluddin, Laksamana
Widodo AS, Juha Christhensen, dan Prof.DR. Bahtiar Aly), serta Hubungan Budaya Melayu-Aceh
(pembidara dari Malaysia/Patthany Thailand dan Melayu Indonesia). Kegiatan PKA V yang mengangkat
tema Satukan Langkah, Bangun Aceh dengan Tamadhun dimaksudkan antara lain untuk meningkatkan
peran serta dan apresiasi masyarakat dalam mengaktualisasikan nilai-nilai budaya Aceh yang Islami,
melestarikan keragaman budaya dalam memperkokoh kedamaian yang abadi di Aceh, serta
meningkatkan peran serta masyarakat sekaligus mempromosikan adat dan produk budaya maupun
pariwisata Aceh.

Masyarakat Aceh memiliki keistimewaan dalam agama, pendidikan, adat-istiadat serta peran
ulama. Adat-istiadat telah memberikan sumbangan yang tidak ternilai harganya terhadap kelangsungan
kehidupan sosial budaya masyarakat di Aceh. Hal ini terlihat dalam ungkapan; Matee aneuk meupat
jeurat, gadoh adat pat tamita (Mati anak tahu makamnya, hilang adat di mana dicari). Usaha pelestarian
adat-istiadat terus di tingkat Provinsi Aceh terus ditingkatkan melalui Perda No.2/1990 yang mengatur
pembinaan dan pengembangan adat-istiadat, kebiasaan masyarakat, serta lembaga adat.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Ir. Jero Wacik, SE mengharapkan
penyelenggaraan PKA V dapat mendorong tumbuhnya motivasi dan daya cipta para seniman dan
budayawan Aceh serta memperkokoh jatidiri bangsa Indonesia, Sehingga terwujudnya kedamaian Aceh
yang hakiki, kata Menbudpar Jero Wacik dalam jumpa pers di Gedung Sapta Pesona Jakarta, Selasa (
28/7).

Pekan Kebudayaan Aceh VI

Alhamdulillah Pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh akan
menyelenggarakan event pesta kebudayaan terbesar yang dilaksanakan 4 tahun sekali “Pekan
Kebudayaan Aceh ke-6” yang Insya Allah akan dilaksanakan pada tanggal 20 s.d 29 September 2013 di
Taman Sulthanah Syafiatuddin Banda Aceh. Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) Ke-6 mengusung tema “ACEH
SATU BERSAMA”, melalui event budaya ini diharapkan dapat merajut kembali seluruh elemen
masyarakat untuk bersatu padu membangun Aceh yang tamaddun. suatu kehormatan bagi Pemerintah
Aceh sebagaimana PKA di tahun-tahun sebelumnya di buka oleh Presiden, maka PKA tahun ini juga
dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. kegiatan yang diikuti oleh
seluruh Kabupaten/Kota Se-Aceh akan menampilkan kekayaan dan kearifan lokal mereka melalui
kegiatan-kegiatan lomba, pameran dan eksibisi.

Pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-6 dimaksudkan untuk : Membentuk kepribadian
masyarakat yang berbudaya. Menumbuhkan pemahaman, pengamalan dan pelestarian nilai budaya
daerah yang luhur dan beradab. Melestarikan nilai budaya bangsa untuk mengangkat harkat dan
martabat manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai agama. Meningkatkan peran serta dan apresiasi
masyarakat dalam mengaktualisasikan nilai-nilai budaya Aceh yang Islami. Menumbuhkembangkan
minat dan kreatifitas seniman dan budayawan Aceh. Melestarikan keragaman budaya untuk
memperkokoh kedamaian yang abadi di Aceh. Mempromosikan adat budaya, produk budaya, dan
pariwisata Aceh. Menjadi perekat keragaman budaya bagi masyarakat Aceh

Masyarakat Aceh diharapkan agar: Meningkatkan peran serta mereka dalam menjaga,
mengembangan dan melestarikan budaya daerah. Memantapkan budaya daerah sebagai saringan
untuk budaya luar yang tidak sesuai. Tumbuhnya motivasi, daya cipta para semiman/budayawan dan
masyarakat. Menguatnya perhatian pemerintah dalam pengembangan kebudayaan Aceh.
Meningkatnya arus kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara

Target yang akan dicapai: Berkembangnya budaya Islam. Berkembangnya sejumlah karya
budaya. Meningkatnya peran serta dan apresiasi masyarakat dalam melestarian kebudayaan. Semakin
berkembang aktifitas para budayawan dan seniman. Semakin berkembangnya karya seni untuk
meningkatkan kesejahteraan. Semakin berkembangnya pariwisata. Semakin dirasakan budaya sebagai
penyejuk dalam kehidupan.www.pka6.com
Aceh undang sejumlah negara meriahkan pekan kebudayaan
Banda Aceh (ANTARA News) - Pemerintah Aceh mengundang sejumlah negara Islam,
baik di Asia Tenggara, Eropa, maupun Timur Tengah untuk ikut memeriahkan Pekan
Kebudayaan Aceh (PKA) VIII yang berlangsung di Banda Aceh, 5 hingga 15 Agustus 2018.
"Negara itu di Asia Tenggara, Turki, Kazakstan, dan di Timur Tengah untuk ikut
memeriahkan PKA 2018 ini," kata Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah di Banda Aceh, Senin.
Nova yang juga Ketua Panitia PKA VII menambahkan selain negara-negara tersebut,
pihaknya juga mengundang seluruh provinsi di Indonesia untuk mengikuti perhelatan seni
budaya lima tahunan tersebut.
Ia menyebutkan ada puluhan rangkaian atraksi seni dan budaya yang dikemas dalam
tujuh kegiatan utama. Kegiatan tersebut merupakan jumlah terbanyak sepanjang pelaksanaan
PKA. PKA 2018 ini, lanjut dia, selain dipusatkan di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, juga
digelar di 16 tempat lainnya di Banda Aceh. Di antaranya pameran produk di Blangpadang, serta
seremoni pembukaan di Stadion Harapan Bangsa.
"PKA VII rencananya dibuka Presiden RI yang dihadiri 35 ribu tamu undangan dan
masyarakat umum. Pembukaan akan menampilkan tari kolosal Aceh Lhee Sagoe dengan
melibatkan 1.000 penari," ujarnya. Biaya penyelenggaraan PKA, sebut dia, dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) mencapai Rp22 miliar. Diperkirakan, estimasi
anggaran keseluruhannya dengan 23 kabupaten/kota mencapai Rp50 miliar.
"PKA ini tidak hanya untuk menampilkan seni budaya Aceh, tetapi juga akan memberi
dampak banyak kepada perekonomian masyarakat. serta mampu mendongkrak pariwisata Aceh,"
kata Nova.
Peninggalan Istana Pase Akan Dipamerkan di Pekan Kebudayaan Aceh

ACEH UTARA, KOMPAS.com – Puluhan koleksi benda bersejarah dari Kerajaan


Samudera Pase, akan dipamerkan pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) 7 di Banda Aceh, 5-15
Agustus 2018 di Taman Sulthanah Saifuatuddin.
Koleksi itu berupa mata uang kuno, simbol kerajaan, dan wadah yang digunakan istana
Kerajaan Samudera Pase. “Kami membawa belasan koleksi Museum Samudera Pase. Koleksi ini
terbilang langka, dan susah menemukannya. Kami ingin tunjukkan ke publik dalam PKA 7 di
Banda Aceh bahwa begini loh simbol, umbul-umbul kerajaan tempo dulu,” kata Kepala Bidang
Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Aceh Utara, Nur Liana, Minggu (22/7/2018).
Dia menyebutkan, selain itu, koleksi perhiasan kerajaan, alat musik tradisional serta
benda bersejarah lainnya juga turut dipamerkan. Momentum itu, menurut Nur Liana, bisa
menjadi pengetahuan baru bagi publik yang menghadapi PKA 7 di Banda Aceh. Petugas
kebudayaan memperlihatkan koleksi Museum Pase di Kecamatan Samudera, Aceh Utara.
Petugas kebudayaan memperlihatkan koleksi Museum Pase di Kecamatan Samudera,
Aceh Utara.(KOMPAS.com/MASRIADI SAMBO) “Kami harap ini menjadi pemicu ramai-
ramai orang datang ke museum. Ramai pula yang mau belajar dan paham sejarah daerahnya,”
katanya. Kerajaan Samudera Pase, merupakan kerajaan pertama yang menganut Islam di
nusantara. Kerajaan ini pula yang terbesar pada masa lampau di Indonesia. Selain Samudera
Pase, kerajaan Aceh yang dikenal publik yaitu Kerajaan Aceh Darussalam dan Kerajaan
Peureulak.
Persiapan Pekan Kebudayaan Aceh VII Sudah 80 Persen

Pemerintah Aceh menggelar rapat persiapan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII di
Gedung Serba Guna Setda Aceh, Kamis (28/6/2018). Rapat yang ketiga kalinya ini membahas
capaian persiapan kegiatan.

“Untuk keseluruhan progres yang telah dilakukan, persiapan sudah mencapai 80%,” sebut
Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh Amiruddin dalam rapat tersebut.

Amiruddin mengatakan, Acara PKA VII itu direncanakan dibuka langsung oleh Presiden
Joko Widodo pada tanggal 5 Agustus 2018 di Stadion Harapan Bangsa Lhoong Raya dan ditutup
oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla pada 15 Agustus 2018.

PKA VII yang bertema “Aceh Hebat dengan Adat Budaya Bersyariah”, sebut Amiruddin,
juga menghadirkan pertunjukan budaya dari luar baik tingkat nasional maupun internasional
seperti Rusia, Malaysia, Singapura dan beberapa negara tetangga lainya .

Amiruddin mengajak seluruh masyarakat Aceh untuk hadir pada dan berpartisipasi dalam
menyukseskan Pekan Kebudayaan itu. Selain sebagai sarana memperkenalkan adat budaya,
Kegiatan itu diharapkan menjadi hiburan bagi masyarakat Aceh.

Sementara itu, guna mengamankan hajatan besar masyarakat Aceh tersebut, pihak
Kodam Iskandar Muda akan mengerahkan 3.500 personil TNI selama acara berlangsung dan
dibantu oleh Polda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai