Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP DAN URGENSI PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN DALAM PENCERDASAN
KEHIDUPAN BANGSA
Dosen Pengampu: ROZA ANDRIANI, S.IP, M.SI

Disusun Oleh:
KASMALIZA
2315201004

PROGRAM STUDI SARJANA DAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU
TAHUN 2024
ABSTRAK
Pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu
mata pelajaran wajib dalam kurikulum di semua jenjang pendidikan, mulai dari
tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat perguruan tinggi. Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk
diajarkan kepada warga negara, hal ini dikarenakan Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan program pendidikan yang membekali siswa dengan seperangkat
pengetahuan guna mendukung peran aktif mereka dalam masyarakat dan negara di
masa yang akan datang.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan atau


pembelajaran yang membekali siswa dengan seperangkat pengetahuan sebagai
upaya memanusiakan, membudayakan dan memberdayakan serta menjadikan
warga negara yang baik, yakni warga negara yang tahu akan hak dan kewajibannya,
memiliki pola pikir yang cerdas, kritis, sikap yang demokratis serta memiliki
karakter seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjat-kan kepada Allah S.W.T serta shalawat
dan salam kita sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhamad S.A.W.
Di antara sekian banyak nikmat Allah S.W.T yang membawa kita dari kegelapan
ke dimensi terang yang memberi hikmah yang paling bermanfaat bagi seluruh umat
manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat menyelesaikan tugas Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) ini dengan baik, dan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan. Dalam proses penyusunan tugas ini
kami menjumpai hambatan, namun berkat dukungan materil dan segala bentuk
dukungan lainnya dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas
ini dengan cukup baik, oleh karena itu melalui kesempatan ini kami
menyampaikan terimakasih sebagai penghargaan kepada semua pihak terkait yang
telah membantu terselesaikannya tugas ini.

Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal
yang benar datangnya hanya dari dari Allah SWT dan Agama kita, meski begitu,
tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada
tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami
dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Pekanbaru, 1 Maret 2024

KASMALIZA

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4
1.1. Latar belakang ...............................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3. Tujuan Pembahasan .......................................................................................5
BAB II ISI ................................................................................................................6
2.1. Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam pencerdasan
kehidupan bangsa .................................................................................................6
2.2. Pertanyaan - pertanyaan tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ........9
2.3. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pendidikan
Kewarganegaraan Indonesia ...............................................................................10
2.3.1. Sumber Historis ....................................................................................10
2.3.2. Sumber Sosiologis ................................................................................11
2.3.3. Sumber Politis .......................................................................................11
2.4. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Pancasila .............................................................................................................13
2.4.1. Dinamika Pendidikan Pancasila ............................................................13
2.5. Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa depan ........16
2.5.1. Esensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa depan......................16
2.5.2. Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa depan ...................17
2.5.3 Contoh Esensi & Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa
depan ...............................................................................................................17
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................19
Daftar Pustaka ........................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang


wajib dipelajari mulai dari tingkat Sekolah Dasar, menengah, hingga Perguruan
Tinggi. Adapun maksud mempelajari mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
yaitu agar dapat memupuk karakter siswa untuk memiliki rasa nasionalisme, juga
membentuk karakter bangsa sejak dini.

Dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan,


kami sebagai mahasiswa bagian dari Pendidikan tingkat tinggi juga turut
melaksanakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena setiap
mahasiswa merupakan bibit untuk mempertanggung jawabkan Indonesia
kedepannya. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan akademis untuk
menunjang sosok pribadi mahasiswa. Di masa yang akan datang sangat diperlukan
ilmu yang cukup agar dapat mendukung kokohnya pendirian suatu Negara dan
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga Negara dengan cara menumbuhkan
jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
bela Negara demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan Negara.

1.2.Rumusan Masalah

Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya adalah


belajar tentang keindonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian
Indonesia, membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh
karena itu, seorang sarjana atau profesional sebagai bagian dari masyarakat
Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian
Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air Indonesia.
Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kriteria bagi
pengembangan kemampuan utuh sarjana atau profesional? Untuk mendapat
jawaban atas pertanyaan ini, kami akan mempelajari jati diri Pendidikan

4
Kewarganegaraan. Sejalan dengan kaidah pembelajaran ilmiah dan aktif, maka
Anda akan mengikuti proses sebagai berikut:
1. Menelusuri konsep dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam
pencerdasan kehidupan bangsa;
2. Menanya alasan mengapa diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan;
3. Menggali sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia;
4. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan;
5. Mendeskripsikan esensi dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk
masa depan;

1.3.Tujuan Pembahasan

Hakikat kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan


kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral
bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara diharapkan:
6. Bersikap positif terhadap fungsi dan peran pendidikan kewarganegaraan
dalam memperkuat jati diri keindonesiaan para sarjana dan profesional;
7. Mampu menjelaskan tujuan dan fungsi pendidikan kewarganegaraan dalam
pengembangan kemampuan utuh sarjana atau profesional
8. Mampu menyampaikan argumen konseptual dan empiris tentang fungsi dan
peran pendidikan kewarganegaraan dalam memperkuat jati diri
keindonesiaan para sarjana dan profesional .

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pencerdasan


Kehidupan Bangsa
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, program sarjana merupakan jenjang pendidikan akademik bagi
lulusan pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui penalaran ilmiah. Lulusan program sarjana
diharapkan akan menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu
memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu mengembangkan diri
menjadi profesional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen dikemukakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dapat menjadi sumber penghasilan, perlu keahlian, kemahiran, atau kecakapan,
memiliki standar mutu, ada norma dan diperoleh melalui pendidikan profesi.
Apakah profesi yang akan Anda capai setelah menyelesaikan pendidikan sarjana
atau profesional? Perlu Anda ketahui bahwa apa pun kedudukannya, sarjana atau
profesional, dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara, bila memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan, maka Anda berstatus
warga negara.
Konsep warga negara (citizen; citoyen) dalam arti negara modern atau
negara kebangsaan (nation-state) dikenal sejak adanya perjanjian Westphalia 1648
di Eropa sebagai kesepakatan mengakhiri perang selama 30 tahun di Eropa.
Berbicara warga negara biasanya terkait dengan masalah pemerintahan dan
lembaga-lembaga negara seperti lembaga Dewan Perwakilan Rakyat, Pengadilan,
Kepresidenan dan sebagainya.
Di Indonesia, istilah “warga negara” adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda,
staatsburger. Selain istilah staatsburger dalam bahasa Belanda dikenal pula istilah
onderdaan. Menurut Soetoprawiro (1996), istilah onderdaan tidak sama dengan
warga negara melainkan bersifat semi warga negara atau kawula negara.
Munculnya istilah tersebut karena Indonesia memiliki budaya kerajaan yang

6
bersifat feodal sehingga dikenal istilah kawula negara sebagai terjemahan dari
onderdaan.
Setelah Indonesia memasuki era kemerdekaan dan era modern, istilah kawula
negara telah mengalami pergeseran. Istilah kawula negara sudah tidak digunakan
lagi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini. Istilah
“warga negara” dalam kepustakaan Inggris dikenal dengan istilah “civic”, “citizen”,
atau “civicus”. Apabila ditulis dengan mencantumkan “s” di bagian belakang kata
civic mejadi “civics” berarti disiplin ilmu kewarganegaraan.
Siapa saja WNI? Menurut undang-undang yang berlaku saat ini, warga
negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Mereka dapat meliputi TNI, Polri, petani, pedagang, dan
profesi serta kelompok masyarakat lainnya yang telah memenuhi syarat menurut
undang-undang.

“Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Indonesia, yang dimaksud warga negara adalah warga
suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Lalu siapakah yang termasuk warga negara Indonesia itu?
Telusuri kembali dari berbagai sumber, siapa saja yang termasuk warga
negara Indonesia itu. Hasilnya dipresentasikan secara kelompok.”

Untuk menelusuri konsep PKn, Anda dapat mengkajinya secara etimologis,


yuridis, dan teoritis.
Apabila PKn memang penting bagi suatu negara, apakah negara lain memiliki
PKn atau Civic (Citizenship) Education? Berikut sejumlah literatur dan hasil
penelitian tentang pendidikan kewarganegaraan di sejumlah negara. Ada istilah
kunci yang sudah banyak dikenal untuk menelusuri pendidikan kewarganegaraan
di negara lain. Berikut ini adalah istilah pendidikan kewarganegaraan hasil
penelusuran Udin S. Winataputra (2006) dan diperkaya oleh Sapriya (2013)
sebagai berikut:
1. Pendidikan Kewarganegaraan (Indonesia)
2. Civics, Civic Education (USA)

7
3. Citizenship Education (UK)
4. Ta’limatul Muwwatanah, Tarbiyatul Watoniyah (Timur tengah)
5. Educacion Civicas (Mexico)
6. Sachunterricht (Jerman)
7. Civics, Social Studies (Australia)
8. Social Studies (USA, New Zealand)
9. Life Orientation (Afrika Selatan)
10. People and Society (Hongaria)
11. Civics and Moral Education (Singapore)
12. Obscesvovedinie (Rusia)
13. Pendidikan Sivik (Malaysia)
14. Fuqarolik Jamiyati (Uzbekistan)
15. Grajdanskiy Obrazavanie (Russian-Uzbekistan) (Kemahasiswaan, 2016)

8
2.2.Pertanyaan Tentang PendidikanKewarganegaraan (PKn)

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang pendidikan kewarganegaraan


(PKn) pastinya akan berkaitan langsung dengan tujuan pendidikan
kewarganegaraan itu sendiri dimana Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman
politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam
perikehidupan bangsa.
Dalam konteks Indonesia, pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain
mengenai pluralisme yakni sikap menghargai keragaman, pembelajaran
kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu mengajarkan nilai-nilai
kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional. Dengan adanya pernyataan
dari tujuan Pendidikan Kewarganegaraan itu, maka akan banyak pertanyaan yang
akan muncul tentang pendidikan kewarganegaraan itu sendiri.

Secara umum beberapa pertanyaan itu antara lain, seberapa pentingkah


pendidikan ini di terapkan di Lembaga-lembaga pendidikan termasuk universitas?
Manfaat apa yang akan didapatkan dari hasil penerapan pendidikan
Kewarganegaraan ini? Bagaimana cara penerapan pendidikan Kewarganegaraan
ini? dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya, tetapi yang paling
penting yang akan dibahas yaitu tiga pertanyaan yang akan menggambarkan
keseluruhan dari pertanyaan pertanyaan yang muncul terhadap pendidikan
kewarganegaraan ini yaitu :

16. Apakah sumber historis PKn di Indonesia?

17. Apakah sumber sosiologis PKn di Indonesia?

18. Apakah sumber politis PKn di Indonesia?

9
2.3.Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pendidikan Kewarganegaraan
Indonesia
2.3.1. Sumber Historis
Secara historis, pada tahun 1908 yang dikenal dengan masa Kebangkitan
Nasional, mulai timbul kesadaran masyarakat sebagai bangsa walaupun mereka
belum menamakan diri sebagai Indonesia. Karena itu, muncul semangat
kebangkitan bangsa Indonesia untuk merdeka dari penjajahan Belanda. Dan pada
20 Mei 1908 didirikanlah organisasi pertama di Indonesia bernama Budi Utomo
yang diprakarsai oleh Mr. Soepomo.
Setelah berdiri Boedi Oetomo, berdiri pula berbagai macam organisasi pergerakan
kebangsaan lain. Di antaranya adalah; Sarekat Islam, NU, Muhammadiyah,
Indische Partij, PSII, PKI, dll. Organisasi-organisasi tersebut bergerak di berbagai
bidang, namun tetap berpegang pada tujuan utama yaitu ingin memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.

Tahun 1928 para perwakilan organisasi pemuda dari berbagai penjuru


Nusantara datang dan berkumpul. Mereka mengadakan sebuah kongres yang
dinamakan dengan Kongres Pemuda II. Adapun tujuan diadakannya kongres adalah
untuk:

a. Melahirkan cita cita semua perkumpulan pemuda pemuda Indonesia.


b. Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia.
c. Memperkuat kesadaran kebangsaan indonesia dan memperteguh
persatuan Indonesia.

Dari kongres pemuda inilah lahirlah ikrar yang dikenal dengan Sumpah Pemuda,
sebuah tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini
dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya
negara Indonesia. Momen ini pula yang menandai lahirnya bangsa Indonesia.

Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan, melepaskan diri dari


penjajahan, bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaan
karena ternyata penjajah belum mengakui kemerdekaan dan belum ikhlas
melepaskan Indonesia sebagai wilayah jajahannya. Oleh karena itu, periode pasca

10
kemerdekaan Indonesia, tahun 1945 sampai saat ini, bangsa Indonesia telah
berusaha mengisi perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui berbagai cara,
baik perjuangan fisik maupun diplomatik. Perjuangan mencapai kemerdekaan dari
penjajah telah selesai, namun tantangan untuk menjaga dan mempertahankan
kemerdekaan yang hakiki belumlah selesai.

2.3.2. Sumber Sosiologis


Pendidikan Kewarganegaraan pada saat permulaan atau awal kemerdekaan
lebih banyak dilakukan pada lingkup sosial kultural. Dalam pidato-pidatonya, para
tokoh masyarakat dari berbagai lapisan mengajak seluruh rakyat supaya mencintai
tanah air dan bangsa Indonesia. Mereka membacakan pidato dengan berapi-api
supaya membakar semangat rakyat untuk mengusir penjajah yang ingin merebut
kembali negara Indonesia yang telah dinyatakan merdeka. Pidato dari tokoh
masyarakat yang mengajak umat berjuang mempertahankan tanah air merupakan
Pendidikan Kewarganegaraan dalam dimensi sosial kultural. Inilah sumber
Pendidikan Kewarganegaraan dari aspek sosiologis. Karenanya, Pendidikan
Kewarganegaraan dalam dimensi sosiologis sangat dibutuhkan oleh masyarakat
maupun oleh negara-bangsa guna menjaga, memelihara, serta mempertahankan
eksistensi negara-bangsa.

2.3.3. Sumber Politis


Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam
pendidikan sekolah dapat digali dari dokumen kurikulum sejak tahun 1957 bahwa
pada masa Orde Lama mulai dikenal istilah:
1. Kewarganegaraan (1957);
2. Civics (1962);
3. Pendidikan Kewargaan Negara (1968).
Pada masa awal Orde Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn
membahas cara pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam
Civics (1961) lebih banyak membahas tentang sejarah Kebangkitan Nasional,
UUD, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan untuk "nation and
character building” bangsa Indonesia.

11
Pada awal pemerintahan Orde Baru, Kurikulum sekolah yang berlaku
dinamakan Kurikulum 1968. Dalam kurikulum tersebut di dalamnya tercantum
mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara. Dalam mata pelajaran tersebut
materi maupun metode yang bersifat indoktrinatif dihilangkan dan diubah dengan
materi dan metode pembelajaran baru yang dikelompokkan menjadi Kelompok
Pembinaan Jiwa Pancasila.
Kurikulum Sekolah tahun l968 akhirnya mengalami perubahan menjadi Kurikulum
Sekolah Tahun 1975. Nama mata pelajaran pun berubah menjadi Pendidikan Moral
Pancasila atau disebut juga PMP dengan kajian materi secara khusus yakni
menyangkut Pancasila dan UUD 1945 yang dipisahkan dari mata pelajaran sejarah,
ilmu bumi, dan ekonomi. Hal-hal yang menyangkut Pancasila dan UUD 1945
berdiri sendiri dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP), sedangkan
gabungan mata pelajaran Sejarah, Ilmu Bumi dan Ekonomi menjadi mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (lPS). Dan juga, mata pelajaran PMP ditujukan untuk
membentuk manusia yang Pancasilais.
Sesuai dengan perkembangan iptek dan tuntutan serta kebutuhan masyarakat,
kurikulum sekolah mengalami perubahan menjadi Kurikulum 1994. Selanjutnya
nama mata pelajaran PMP pun mengalami perubahan menjadi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn) yang terutama didasarkan pada ketentuan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pada ayat 2 undang- undang tersebut dikemukakan bahwa isi kurikulum
setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat:
(1) Pendidikan Pancasila;
(2) Pendidikan Agama;
(3) Pendidikan Kewarganegaraan.
Pasca Orde Baru sampai saat ini, nama mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan kembali mengalami perubahan. Yaitu menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan (Pkn). Walaupun menghilangkan kata Pancasila, namun esensi
penanaman nilai Pancasila kepada para siswa tidak dihilangkan.

12
2.2.Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila

2.4.1. Dinamika Pendidikan Pancasila


Sebagaimana diketahui upaya pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai
Pancasila tersebut telah secara konsisten dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai
dengan sekarang. Pada masa kemerdekaan, nilai-nilai pancasila dilakukan dalam
bentuk pidato-pidato para tokoh bangsa dalam rapat-rapat yang disiarkan melalui
radio dan surat kabar. Pada tanggal 1 Juli 1947, diterbitkan sebuah buku yang berisi
pidato Bung Karno tentang lahirnya Pancasila. Buku tersebut diterbitkan dengan
maksud membentuk manusia Indonesia baru yang patriotik melalui pendidikan.
Pada tahun 1961 terbit pula buku yang berjudul penetapan Tujuh Bahan-Bahan
Pokok Indoktrinasi. Buku tersebut ditujukan kepada masyarakat umum dan aparatur
Negara.

Sejak lahirnya ketetapan MPR RI Nomor 11 / MPR / 1978, tentang Pedoman


Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4), P-4 tersebut kemudian menjadi salah
satu sumber pokok materi pendidikan Pancasila. Diperkuat dengan Tap MPR RI
Nomor 11/ MPR/ 1988 tentang GBHN. Dirjen Dikti, dalam rangka
menyempurnakan kurikulum inti Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) menerbitkan
Sk, Nomor 25/ DIKTI / KEP/ 1985. Dampak dari beberapa kebijakan pemerintah
tentang pelaksanaan penataran P-4, terdapat beberapa perguruan tinggi terutama
perguruan tinggi swasta yang tidak mampu menyelenggarakan penataran P-4 pola
100 jam sehingga tetap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan pancasila tanpa
penataran P-4 pola 45 jam. Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan yang
memperkokoh keberadaan dan menyempurnakan penyelenggaraan mata kuliah
pendidikan pancasila, yaitu :

1. Sk Dirjen Dikti, Nomor 232/ U/ 2000, tentang Pedoman Penyusunan


Kurikulum Pendidikan Tinggi.
2. Sk Dirjen Dikti, Nomor 265/ Dikti/ 2000, tentang Penyempurnaan
Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).

13
3. Sk Dirjen Dikti, Nomor 38/ Dikti/ kep/ 2002, tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.

Ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003,


kembali mengurangi langkah pembudayaan Pancasila melalui pendidikan. Dalam
rangka membudayakan nilai-nilai Pancasila kepada generasi penerus bangsa.
Penguat keberadaan mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi ditegaskan dalam
Pasal 35, Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012.

1. Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika.
2. Pasal 35 Ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi
wajib memuat mata kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan, dan
bahasa Indonesia.
3. Tantangan Pendidikan Pancasila.

Tantangan ialah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah


Pendidikan Pancasila dapat diselenggarakan di berbagai program studi dengan
menarik dan efektif. Tantangan ini berasal dari perguruan tinggi, misalnya faktor
ketersediaan sumber daya. Adapun tantangan yang bersifat eksternal , untuk
memahami dinamika dan tantangan Pancasila pada era globalisasi.
Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk masa depan.
Dirjen Dikti mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila yang
meliputi :
1. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila
2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia.
3. Pancasila sebagai dasar Negara.
4. Pancasila sebagai ideologi Negara.
5. Pancasila sebagai sistem Filsafat.
6. Pancasila sebagai sistem Etika.
7. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.

14
Pendekatan pembelajaran dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila adalah
pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa untuk mengetahui dan
memahami nilai-nilai Pancasila, filsafat Negara, dan ideologi-ideologi bangsa.
Agar mahasiswa menjadi jiwa pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Selain itu, urgensi pendidikan Pancasila adalah untuk membentengi dan
menjawab tantangan perubahan-perubahan dimasa yang akan datang.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 tahun 2003, pasal 3
menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan merupakan alternatif terbaik dalam
melakukan sosial secara damai. Setiap warga Negara sesuai dengan kemampuan
dan tingkat pendidikannya memiliki pengetahuan, pemahaman, penghayatan,
penghargaan, dan pola pengamalan Pancasila. Contoh urgensi pendidikan Pancasila
bagi suatu program studi, misalnya yang terkait dengan tugas menyusun atau
membentuk peraturan perundang-undangan. Orang yang bertugas untuk
melaksanakan hal tersebut, harus mempunyai pengetahuan, pengertian,
pemahaman, penghayatan dan pola pengalaman yang lebih baik daripada warga
Negara yang lain karena mereka lah yang menentukan kebujakan untuk negaranya.
Begitu pula dengan mahasiswa yang lulusan prodi perpajakan dituntut memiliki
berkomitmen dan bertujuan agar dapat memberikan kontribusi terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan tempat kerja secara baik dan benar.
Demikian bahwa keberadaan pendidikan Pancasila merupakan suatu program studi
di perguruan tinggi. Oleh karena itu, menjadi keharusan Pancasila disebarluaskan
secara benar, antara lain melalui mata kuliah di perguruan tinggi. Karena mahasiswa
sebagai bentuk perubahan muda di masa depan yang akan menjadi pembangunan
dan pemimpin bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-lembaga di Negara, lembaga
daerah dan sebagainya. Dengan demikian, pemahaman nilai-nilai Pancasila
dikalangan mahasiswa amat penting, yang berprofesi sebagai pengusaha, pegawai
swasta,pegawai pemerintah, dan sebagainya. Semua masyarakat mempunyai peran
penting terhadap kejayaan bangsa di masa depan.

15
2.3.Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa
depan
2.5.1.Esensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa depan
Prof. Dr. Nadiroh, M. Pd., seorang Guru Besar Pada Prodi PPKn FIS UNJ
(Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta) mengatakan bahwa,
Pembentukan Karakter Bangsa Sebagai Esensi Pendidikan Kewarganegaraan.
Beliau mengukuhkan hal tersebut lantaran fenomena dan fakta empiris yang
diberitakan di mass media akhir-akhir ini merupakan gambaran realita kehidupan
bangsa Indonesia yang sampai saat ini masih mengalami krisis multidimensi. Jika
keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, kita akan sulit mengejar ketertinggalan dalam
upaya mencapai Millenium Developments Goals (MDG’s), yaitu:
1. Menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan;
2. Mencapai Pendidikan Dasar secara Universal
3. Mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan ;
4. Mengurangi tingkat kematian anak;
5. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya;
6. Menjamin pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan;
7. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (United
Nations Development Group, 2003).
Tujuan ini dapat tercapai jika didukung oleh masyarakat dan bangsa yang
berkualitas atau SDM Indonesia yang unggul. Untuk itulah peran pendidikan sangat
penting, sebagaimana tersirat dan tersurat dalam Undang-undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat
2 dikatakan bahwa: Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman. Dalam pasal 3, dikatakan bahwa Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

16
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

2.5.2.Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa depan


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai
wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam
bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu, maupun
sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berupaya mengantarkan warga
negara Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air; menjadi warga negara demokratis yang berkeadaban; yang
memiliki daya saing: berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan berkontribusi penting menunjang tujuan bernegara Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. PPKn berkaitan dan berjalan seiring
dengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Maka kedepannya, bangsa ini harus benar-benar berpedoman terhadap pancasila.
Untuk dapat mengentaskan kemiskinan, membasmi praktik KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme), berbagai bentuk kejahatan, dan lain sebagainya, keberadaan
pancasila tetap harus dipertahankan. Karena jika pancasila sudah diujung tanduk
oleh ekses-ekses negatif, maka akan menjadi apa bangsa ini kemudian. (Leman,
2018)

2.5.3 Contoh Esensi & Urgensi Pendidikan Kewarganegaraanuntuk masa depan


Berikut adalah mengapa Pendidikan Kewarganegaraan dibutuhkan di masa
depan :
1. Karena hancurnya berbagai macam nilai demokrasi yang dimana ada pada
masyarakat itu sendiri.
2. Terjadi sikap pemudaran terhadap berbagai kehidupan kewarganegaraan
dan juga nilai komunitas pada masyarakat.

17
3. Terjadi sebuah sikap kemunduran dari nilai toleransi yang dimana terjadi
pada masyarakat.
4. Terjadi sebuah sikap pelemahan terhadap nilai yang dimana ada pada
sebuah keluarga.
5. Terjadi sebuah sikap pemudaran yang dimana berada pada sebuah nilai
kejujuran.
6. Terjadi sebuah sikap maraknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang
dimana terjadi pada masyarakat dalam melakukan penyelenggaraan
terhadap pemerintahan.
7. Terjadinya sebuah kerusakan pada sistem dan juga kehidupan ekonomi.
Dan;
8. Terjadinya berbagai macam pelanggaran terhadap nilai berbangsa dan juga
bernegara. (Brainly, 2018)

18
BAB III
KESIMPULAN
Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata
"pendidikan" dan "kewarganegaraan". pendidikan yang berarti usaha sadar dan
terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik bisa aktif
untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sedangkan
kewarganegaraan adalah segala hal yang berhubungan dengan warga negara.
1. Secara yuridis pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik agar memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
2. Secara terminologis pendidikan kewarganegaraan adalah program
pendidikan yang berintikan demokrasi politik, dan diperluas dengan
sumber-sumber lain; contohnya seperti pengaruh positif dari pendidikan
sekolah, masyarakat, dan orang tua.
a. Negara perlu menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan
karena setiap generasi itu adalah orang baru yang harus mendapat
pengetahuan, termasuk sikap/nilai maupun keterampilan agar
mereka mampu menjadi warga negara yang memiliki karakter yang
baik dan juga cerdas untuk hidup dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Secara historis, PKn di Indonesia awalnya diselenggarakan oleh organisasi
pergerakan dengan tujuan untuk membangun rasa kebangsaan dan cita-cita
Indonesia merdeka.
4. Pendidikan kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika perubahan
dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
5. PKn Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan bangsa
Indonesia sendiri, eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika
perkembangan bangsa.

19
Daftar Pustaka
Brainly. (2018, Oktober 15). Deskripsi tentang Esensi dan Urgensi PKn untuk
masa depan. Diambil kembali dari Brainly:
https://brainly.co.id/tugas/18356418

Kemahasiswaan, D. J. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:


Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Leman. (2018, Mei 19). Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila untuk masa
depan. Diambil kembali dari Wordpress:
https://leman2311.wordpress.com/2018/05/19/urgensi-dan-esensi-
pendidikan-pancasila-bagi-masa-depan/

20

Anda mungkin juga menyukai