Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BAGAIMANA HAKIKAT PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN DALAM MENGEMBANGKAN
KEMAMPUAN UTUH SARJANA ATAU PROFESIONAL?

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

Riadi Budiman, S.T,M.T,M.Pd

DISUSUN OLEH :

Meizar Facti Silitonga (D1011231055)


Dyan Amdizera (D1011231056)
Muhandi Arso (D1011231057)
Muhammad Reva Efanda (D1011231064)
Darvesh Afzaal Haqqani (D1011231138)
Waka Saguna (D1011231139)
Dimas Mustopa Kamil (D1011231140)

UNIVERSTAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL
PONTIANAK
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul Bagaimana Hakikat Pendidikan
Kewarganegaraan dalam Mengembangkan Kemampuan Utuh Sarjana atau
Profesional ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini kami buat dan kami
susun dengan maksud untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan serta
untuk menambah pengetahuan pembaca khususnya pada mata kuliah
Kewarganegaraan.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak Riadi Budiman,

S.T,M.T,M.Pd selaku dosen yang mengajar mata kuliah Kewarganegaraan di


semester genap ini yang telah membimbing kami, dan kepada semua pihak terkait
yang telah membantu kami dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
penyusunan makalah ini. Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih
belum sepenuhnya sempurna. Maka dari itu kami terbuka terhadap kritik dan
saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar pada tugas berikutnya bisa
menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami dan para pembaca.

Pontianak, 10 Februari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................
2.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Pencerdasan Kehidupan Bangsa...............................................................................................
2.2 Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan….….5
2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia…………………………….………………..7
2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan…………………………………………………………..11
2.5 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Masa Depan………………………………………………………………...12
BAB III PENUTUP……………………………………………………………..15
3.1 Kesimpulan………………….……………………………………..............15
3.2 Saran…………………………………………………………………….....15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan UUD NRI 1945. Pendidikan kewarganegaraan juga dapat diartikan
sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan
moral yang berakar dari budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai
individu, anggota Masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan kewarganegaraan ini menitik beratkan pada keterampilan berpikir
dalam menginternalisasikan nilai-nilai warga negara yang baik dengan
suasana demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu,
seorang sarjana atau professional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia
perlu memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian bangsa Indonesia,
memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air Indonesia agar
menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart and good citizen) dalam
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang demokratis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dan urgensi pendidikan kewarganegaraan dalam
pencerdasan kehidupan bangsa?
2. Mengapa diperlukan pendidikan kewarganegaraan?
3. Bagaimana sumber historis, sosiologis, dan politik tentang pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia?
4. Apa esensi dan urgensi pendidikan kewarganegaraan untuk masa depan?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan konsep dan urgensi pendidikan kewarganegaraan dalam
pencerdasan kehidupan bangsa
2. Menjelaskan alasan diperlukan pendidikan kewarganegaraan
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, dan politik tentang pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia
4. Menjelaskan esensi dan urgensi pendidikan kewarganegaraan untuk masa
depan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam


Pencerdasan Kehidupan Bangsa
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran sentral dalam membentuk
karakter, moralitas, dan pemahaman akan hak serta kewajiban sebagai warga
negara. Dalam konteks pencerdasan kehidupan bangsa, pemahaman yang
mendalam tentang konsep dan urgensi Pendidikan kewarganegaraan menjadi
landasan krusial untuk mewujudkan Masyarakat yang inklusif, demokratis,
dan berkeadilan. Mari kita telaah Bersama mengapa Pendidikan ini menjadi
landasan penting bagi peradaban bangsa kita.

1. Menelusuri Konsep Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pencerdasan


Kehidupan Bangsa
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, program sarjana merupakan jenjang Pendidikan
akademik bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat sehingga mampu
mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penalaran ilmiah.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dikemukakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menjadi sumber penghasilan, perlu keahlian,
kemahiran, atau kecakapan, memiliki standar mutu, ada norma dan diperoleh
melalui pendidikan profesi.
Dari undang-undang di atas maka Lulusan program sarjana diharapkan
akan menjadi intelektual dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu
memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja, serta mampu
mengembangkan diri menjadi profesional. Lantas, apakah profesi yang akan
anda capai setelah menyelesaikan Pendidikan sarjana atau profesional? Perlu
anda ketahui bahwa apapun kedudukannya, sarjana atau profesional, dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, bila memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, maka anda
berstatus warga negara. Konsep warga negara (citizen; citoyen) dalam arti

2
negara modern atau negara kebangsaan (nation-state) dikenal sejak adanya
perjanjian Westphalia 1648 di Eropa sebagai kesepakatan mengakhiri perang
selama 30 tahun di Eropa.
Berbicara warga negara biasanya terkait dengan masalah pemerintahan
dan lembaga-lembaga negara seperti lembaga Dewan Perwakilan Rakyat,
Pengadilan, Kepresidenan dan sebagainya. Dalam pengertian negara
modern, istilah “warga negara” dapat berarti warga, anggota (member) dari
sebuah negara. Warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang
hidup atau tinggal di wilayah hukum tertentu yang memiliki hak dan
kewajiban. Di Indonesia, istilah “warga negara” adalah terjemahan dari
istilah Bahasa Belanda, staatsburger. Selain istilah staatsburger dalam
bahasa Belanda dikenal pula istilah onderdaan. Menurut Soetoprawiro
(1996), istilah onderdaan tidak sama dengan warga negara melainkan
bersifat semi warga negara atau kawula negara. Munculnya istiah tersebut
karena Indonesia memiliki budaya kerajaan yang bersifat feodal sehingga
dikenal istilah kawula negara sebagai terjemahan dari onderdaan.
Setelah Indonesia memasuki era kemerdekaan dan era modern, istilah
kawula negara telah mengalami pergeseran. Istilah kawula negara sudah
tidak digunakan lagi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia saat ini. Istilah “warga negara” dalam kepustakaan Inggris dikenal
dengan istilah “civic”, “citizen”, atau “civicus”. Apabila ditulis dengan
mencantumkan “s” di bagian belakang kata civic menjadi “civics” berarti
disiplin ilmu kewarganegaraan.
Secara konseptual, istilah kewarganegaraan tidak bisa dilepaskan
dengan istilah warga negara. Selanjutnya ia juga berkaitan dengan istilah
Pendidikan kewarganegaraan. Dalam literatur Inggris ketiganya dinyatakan
dengan istilah citizen, citizenship dan citizenship education. Lalu apa
hubungan dari ketiga istilah tersebut?
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang
berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber
pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah,
masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para

3
siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis
dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
2. Menelusuri Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pencerdasan
Kehidupan Bangsa
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki urgensi yang penting dalam
membentuk kesadaran, pengetahuan, dan keterlibatan warga negara dalam
kehidupan demokratis. Melalui pendidikan ini, individu diajarkan tentang
hak dan kewajiban sebagai warga negara, memahami sistem pemerintahan,
menghargai keragaman, dan berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat.
Contohnya, di beberapa negara, mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan mengajarkan sejarah negara, konstitusi, hak asasi
manusia, serta keterlibatan dalam kegiatan sosial dan politik.
Menurut Hasni, dkk, urgensi Pendidikan Kewarganegaraan pada
dasarnya adalah membentuk generasi muda atau warga negara yang cerdas
(smart) dan baik serta mampu membantu pembangunan bangsa. Pendidikan
Kewarganegaraan juga dijadikan sebagai wadah dan instrumen untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Menurut "Modul Pendidikan Kewarganegaraan" oleh Kemdikbud,
urgensi pendidikan kewarganegaraan antara lain meliputi:
a. Membentuk kesadaran dan identitas kewarganegaraan.
b. Mendorong partisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi.
c. Membangun sikap saling menghormati dan bekerja sama dalam
masyarakat yang multikultural.
d. Mengembangkan pemahaman tentang hak asasi manusia dan nilai-
nilai kemanusiaan.
e. Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan tanggung jawab terhadap
pembangunan bangsa.
Selanjutnya, bagaimana urgensi pendidikan kewarganegaraan di
negara kita? Mari kita telusuri pentingnya pendidikan kewarganegaraan
menurut para ahli dan peraturan perundang undangan.

4
Kita dapat mencermati Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Pasal 37 Ayat (1) huruf b yang menyatakan bahwa kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan
kewarganegaraan. Demikian pula pada ayat (2) huruf b dinyatakan bahwa
kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan kewarganegaraan.
Bahkan dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi lebih
eksplisit dan tegas dengan menyatakan nama mata kuliah kewarganegaraan
sebagai mata kuliah wajib.
Dengan demikian, urgensi Pendidikan Kewarganegaraan terletak pada
pembentukan karakter, kesadaran, dan keterlibatan aktif warga negara dalam
membangun masyarakat yang demokratis dan beradab.

2.2 Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan


Perkembangan era globalisasi yang begitu cepat saat ini membuat
tatanan kehidupan termasuk perilaku warga negara ikut berubah. Pendidikan
kewarganegaraan sangat perlu diberikan untuk mencegah terjadinya perilaku
negatif akibat perkembangan tersebut. Pendidikan kewarganegaraan
merupakan salah satu elemen penting dalam membentuk masa depan individu
dan masyarakat agar memiliki rasa nasionalisme yang tinggi terhadap negara
kita tercinta Indonesia dan agar menjadi warga negara yang baik. Di
Indonesia, mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan masuk di dalam
kurikulum pendidikan sekolah sekitar tahun 1968. Tujuan pendidikan
kewarganegaraan khususnya pada kalangan siswa dan mahasiswa agar lebih
mengenal bangsanya sendiri. Selain itu, pendidikan kewarganegaraan
bertujuan untuk membekali warga negara dengan pengetahuan dan
pemahaman serta keterampilan yang diperlukan untuk menjadi warga negara
yang aktif, berpartisipasi, dan bertanggungjawab dalam masyarakat. Oleh
karena itu, negara perlu menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan
karena di dalamnya diajarkan sikap saling menghargai keragaman, partisipasi
dalam politik, hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta mengenai sistem
pemerintahan dan peraturan yang berlaku.

5
Terdapat dua landasan yang digunakan dalam pendidikan
kewarganegaraan, yakni hukum dan historis. Landasan hukum adalah segala
hal yang menyangkut peraturan dasar pelaksanaan pendidikan
kewarganegaraan. Menurut Baso Madiong, dkk dalam buku Pendidikan
Kewarganegaraan: Civiv Education (2018), landasan hukum pendidikan
kewarganegaraan adalah:
a. Pasal 27 ayat (1), Pasal 30 ayat (1), dan Pasal 31 ayat (1) UUD 1945
b. UU Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia
c. UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
d. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 Tentang
Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.
Dilansir dari buku Teori dan Aplikasi Pendidikan Kewarganegaraan
(2021) oleh Safriadi dkk, landasan historis pendidikan kewarganegaraan
berangkat dari Upaya dan perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan serta landasan historis ini lebih mengarah pada fakta sejarah
yang menjadi dasar pengembangan pendidikan tersebut. Berikut beberapa
poinnya:
a. Perjuangan pahlawan dari berbagai pelosok negeri untuk melawan
penjajahan
b. Munculnya berbagai pergerakan melalui pendirian organisasi pemuda
seperti Taman Siswa dan Budi Utomo
c. Sumpah Pemuda pada 28 Oktober sebagai perwujudan tekad dan
semangat pemuda
d. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945
e. Perjuangan bangsa Indonesia pada awal kemerdekaan
f. Perjuangan bangsa Indonesia untuk menghadapi pemberontakan,
penyelewengan, serta separatis.

6
2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Dan Politik Tentang Pendidikan
Kewarnegaraan Di Indonesia
Secara historis, pendidikan kewarganegaraan dalam arti substansi telah
dimulai jauh sebelum Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka.
Dalam sejarah kebangsaan Indonesia, berdirinya organisasi Boedi Oetomo
tahun 1908 disepakati sebagai Hari Kebangkitan Nasional karena pada saat
itulah dalam diri bangsa Indonesia mulai tumbuh kesadaran sebagai bangsa
walaupun belum menamakan Indonesia. Setelah berdiri Boedi Oetomo,
berdiri pula organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan lain seperti Syarikat
Islam, Muhammadiyah, Indische Party, PSII, PKI, NU, dan organisasi
lainnya yang tujuan akhirnya ingin melepaskan diri dari penjajahan Belanda.
Pada tahun 1928, para pemuda yang berasal dari wilayah Nusantara berikrar
menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia, bertanah air, dan berbahasa
persatuan bahasa Indonesia.
Pada tahun 1930-an, organisasi kebangsaan baik yang berjuang secara
terang-terangan maupun diam-diam, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Secara umum,
organisasiorganisasi tersebut bergerak dan bertujuan membangun rasa
kebangsaan dan mencita-citakan Indonesia merdeka. Indonesia sebagai
negara merdeka yang dicita-citakan adalah negara yang mandiri yang lepas
dari penjajahan dan ketergantungan terhadap kekuatan asing. Inilah cita-cita
yang dapat dikaji dari karya para Pendiri Negara-Bangsa (Soekarno dan
Hatta).
Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan, melepaskan diri dari
penjajahan, bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan
kemerdekaan karena ternyata penjajah belum mengakui kemerdekaan dan
belum ikhlas melepaskan Indonesia sebagai wilayah jajahannya. Oleh karena
itu, periode pasca kemerdekaan Indonesia, tahun 1945 sampai saat ini, bangsa
Indonesia telah berusaha mengisi perjuangan mempertahankan kemerdekaan
melalui berbagai cara, baik perjuangan fisik maupun diplomatis. Perjuangan
mencapai kemerdekaan dari penjajah telah selesai, namun tantangan untuk
menjaga dan mempertahankan kemerdekaan yang hakiki belumlah selesai.

7
Mencapai tujuan nasional sesuai cita-cita para pendiri negara-bangsa
(the founding fathers), belumlah selesai bahkan masih panjang. Oleh karena
itu, diperlukan adanya proses pendidikan dan pembelajaran bagi warga
negara yang dapat memelihara semangat perjuangan kemerdekaan, rasa
kebangsaan, dan cinta tanah air.
PKn pada saat permulaan atau awal kemerdekaan lebih banyak
dilakukan pada tataran sosial kultural dan dilakukan oleh para pemimpin
negarabangsa. Dalam pidato-pidatonya, para pemimpin mengajak seluruh
rakyat untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia. Seluruh pemimpin
bangsa membakar semangat rakyat untuk mengusir penjajah yang hendak
kembali menguasai dan menduduki Indonesia yang telah dinyatakan merdeka.
Pidato-pidato dan ceramah-ceramah yang dilakukan oleh para pejuang, serta
kyai-kyai di pondok pesantren yang mengajak umat berjuang
mempertahankan tanah air merupakan PKn dalam dimensi sosial kultural.
Inilah sumber PKn dari aspek sosiologis. PKn dalam dimensi sosiologis
sangat diperlukan oleh masyarakat dan akhirnya negara-bangsa untuk
menjaga, memelihara, dan mempertahankan eksistensi negara-bangsa.
Upaya pendidikan kewarganegaraan pasca kemerdekaan tahun 1945
belum dilaksanakan di sekolah-sekolah hingga terbitnya buku Civics pertama
di Indonesia yang berjudul Manusia dan Masjarakat Baru Indonesia (Civics)
yang disusun bersama oleh Mr. Soepardo, Mr. M. Hoetaoeroek, Soeroyo
Warsid, Soemardjo, Chalid Rasjidi, Soekarno, dan Mr. J.C.T. Simorangkir.
Pada cetakan kedua, Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan,
Prijono (1960), dalam sambutannya menyatakan bahwa setelah keluarnya
dekrit Presiden kembali kepada UUD 1945 sudah 14 sewajarnya dilakukan
pembaharuan pendidikan nasional. Tim Penulis diberi tugas membuat buku
pedoman mengenai kewajiban-kewajiban dan hak-hak warga negara
Indonesia dan sebab-sebab sejarah serta tujuan Revolusi Kemerdekaan
Republik Indonesia. Menurut Prijono, buku Manusia dan Masjarakat Baru
Indonesia identik dengan istilah “Staatsburgerkunde” (Jerman), “Civics”
(Inggris), atau “Kewarganegaraan” (Indonesia).

8
Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam
pendidikan sekolah dapat digali dari dokumen kurikulum sejak tahun 1957
sebagaimana dapat diidentifikasi dari pernyataan Somantri (1972) bahwa
pada masa Orde Lama mulai dikenal istilah:
a. Kewarganegaraan (1957)
b. Civics (1962)
c. Pendidikan Kewargaan Negara (1968)
Pada masa awal Orde Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn
membahas cara pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan
dalam Civics (1961) lebih banyak membahas tentang sejarah Kebangkitan
Nasional, UUD, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan
untuk "nation and character building” bangsa Indonesia.
Pada awal pemerintahan Orde Baru, Kurikulum sekolah yang berlaku
dinamakan Kurikulum 1968. Dalam kurikulum tersebut di dalamnya
tercantum mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara. Dalam mata
pelajaran tersebut materi maupun metode yang bersifat indoktrinatif
dihilangkan dan diubah dengan materi dan metode pembelajaran baru yang
dikelompokkan menjadi Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila. Dalam
Kurikulum 1968 untuk jenjang SMA, mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara termasuk dalam kelompok pembina Jiwa Pancasila bersama
Pendidikan Agama, bahasa Indonesia dan Pendidikan Olah Raga. Mata
pelajaran Kewargaan Negara di SMA berintikan:
a. Pancasila dan UUD 1945
b. Ketetapan-ketetapan MPRS 1966 dan selanjutnya
c. Pengetahuan umum tentang PBB
Dalam Kurikulum 1968, mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran
wajib untuk SMA. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah
pendekatan korelasi, artinya mata pelajaran PKn dikorelasikan dengan mata
pelajaran lain, seperti Sejarah Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, Hak Asasi
Manusia, dan Ekonomi, sehingga mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara menjadi lebih hidup, menantang, dan bermakna.

9
Kurikulum Sekolah tahun l968 akhirnya mengalami perubahan menjadi
Kurikulum Sekolah Tahun 1975. Nama mata pelajaran pun berubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila dengan kajian materi secara khusus yakni
menyangkut Pancasila dan UUD 1945 yang dipisahkan dari mata pelajaran
sejarah, ilmu bumi, dan ekonomi. Hal-hal yang menyangkut Pancasila dan
UUD 1945 berdiri sendiri dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP),
sedangkan gabungan mata pelajaran Sejarah, Ilmu Bumi dan Ekonomi
menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (lPS). Pada masa
pemerintahan Orde Baru, mata pelajaran PMP ditujukan untuk membentuk
manusia Pancasilais. Tujuan ini bukan hanya tanggung jawab mata pelajaran
PMP semata. Sesuai dengan Ketetapan MPR, Pemerintah telah menyatakan
bahwa P4 bertujuan membentuk Manusia Indonesia Pancasilais.
Sesuai dengan perkembangan iptek dan tuntutan serta kebutuhan
masyarakat, kurikulum sekolah mengalami perubahan menjadi Kurikulum
1994. Selanjutnya nama mata pelajaran PMP pun mengalami perubahan
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang terutama
didasarkan pada ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada ayat 2 undangundang
tersebut dikemukakan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan wajib memuat: (1) Pendidikan Pancasila; (2) Pendidikan Agama;
dan (3) Pendidikan Kewarganegaraan. Pasca Orde Baru sampai saat ini, nama
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kembali mengalami perubahan.
Perubahan tersebut dapat diidentifikasi dari dokumen mata pelajaran PKn
(2006) menjadi mata pelajaran PPKn (2013).
Secara historis, PKn di Indonesia senantiasa mengalami perubahan baik
istilah maupun substansi sesuai dengan perkembangan peraturan
perundangan, iptek, perubahan masyarakat, dan tantangan global. Secara
sosiologis, PKn Indonesia sudah sewajarnya mengalami perubahan mengikuti
perubahan yang terjadi di masyarakat. Secara politis, PKn Indonesia akan
terus mengalami perubahan sejalan dengan perubahan sistem ketatanegaraan
dan pemerintahan, terutama perubahan konstitusi.

10
2.4 Membangun Argumen Tentang Dinamika Dan Tantangan Pendidikan
Kewarnegaraan.
Suatu kenyataan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami
beberapa kali perubahan, baik tujuan, orientasi, substansi materi, metode
pembelajaran bahkan sistem evaluasi. Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda
dapat mengkaji sejumlah kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan dan
kurikulum satuan pendidikan sekolah dan pendidikan tinggi. Dengan
membaca dan mengkaji produk kebijakan pemerintah, dapat diketahui bahwa
dinamika dan tantangan yang dihadapi Pendidikan Kewarganegaraan di
Indonesia sangat tinggi. Negara Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945 sebagainegara merdeka sampai dengan periode saat ini yang
dikenal Indonesia era reformasi. PKn adalah sikap dan perilaku warga negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Status warga
negara dapat meliputi penduduk yang berkedudukan sebagai pejabat negara
sampai dengan rakyat biasa. Tentu peran dan fungsi warga negara berbeda-
beda, sehingga sikap dan perilaku mereka sangat dinamis.
Aristoteles mengemukakan bahwa secara konstitusional “different
constitutions require different types of good citizen... because there are
different sorts of civic function” Apakah simpulan Anda setelah mengkaji
pernyataan Aristoteles tersebut? Mari kita samakan dengan argumen berikut
ini. Secara implisit, setiap konstitusi mensyaratkan kriteria warga negara yang
baik karena setiap konstitusi memiliki ketentuan tentang warga negara.
Artinya, konstitusi yang berbeda akan menentukan profil warga negara yang
berbeda. Hal ini akan berdampak pada model pendidikan kewarganegaraan
yang tentunya perlu disesuaikan dengan konstitusi yang berlaku.Pendidikan
kewarganegaraan tidak hanya didasarkan pada konstitusi negara yang
bersangkutan, tetapi juga tergantung pada tuntutan perkembangan zaman dan
masa depan. Misalnya, kecenderungan masa depan bangsa meliputi isu
tentang HAM, pelaksanaan demokrasi, dan lingkungan hidup. Sebagai warga
negara muda, mahasiswa perlu memahami, memiliki kesadaran dan
partisipatif terhadap gejala demikian

11
Apa saja dinamika perubahan dalam kehidupan masyarakat baik
berupa tuntutan maupun kebutuhan? Pendidikan Kewarganegaraan yang
berlaku di suatu negara perlu memperhatikan kondisi masyarakat. Walaupun
tuntutan dan kebutuhan masyarakat telah diakomodasi melalui peraturan
perundangan, namun perkembangan masyarakat akan bergerak dan berubah
lebih cepat.Era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan yang begitu
cepat dalam bidang teknologi informasi mengakibatkan perubahan dalam
semua tatanan kehidupan termasuk perilaku warga negara, utamanya peserta
didik. Kecenderungan perilaku warga negara ada dua, yakni perilaku positif
dan negatif. PKn perlu mendorong warga negara agar mampu
memanfaatkan pengaruh positif perkembangan iptek untuk membangun
negara-bangsa. Sebaliknya PKn perlu melakukan intervensi terhadap
perilaku negatif warga negara yang cenderung negatif.

2.5 MENDESKRIPSIKAN ESENSI DAN URGENSI PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN UNTUK MASA DEPAN
1. Esensi Pada Pendidikan Kewarganegaraan
Esensi pendidikan kewarganegaraan terletak pada perannya dalam
membentuk karakter, memperkuat identitas nasional, serta memupuk
semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Dalam era globalisasi, pendidikan
kewarganegaraan juga memainkan peran penting dalam menghadapi
tantangan-tantangan baru yang dihadapi oleh bangsa dan negara. Esensi atau
inti dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan Kepribadian Warga Negara: Pendidikan Kewarganegaraan
bertujuan untuk membentuk kepribadian warga negara yang memiliki
kesadaran akan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya terhadap negara
dan masyarakat.
b. Pemahaman Nilai-Nilai Demokrasi: Pendidikan Kewarganegaraan
mengajarkan nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan berpendapat,
persamaan di hadapan hukum, penghargaan terhadap hak asasi manusia,
serta pentingnya partisipasi dalam proses politik.
c. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis: Melalui pendidikan
kewarganegaraan, siswa diajarkan untuk berpikir kritis terhadap

12
informasi yang diterima, mempertanyakan asumsi, dan mengevaluasi
argumen secara rasional. Hal ini penting untuk menghasilkan warga
negara yang mampu berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan
demokratis.
d. Pemahaman tentang Sistem Pemerintahan dan Hukum: Pendidikan
Kewarganegaraan membantu siswa memahami sistem pemerintahan dan
hukum negara mereka, serta bagaimana proses pembuatan keputusan
politik dan hukum berlangsung.
e. Mendorong Toleransi dan Penghargaan Terhadap Keanekaragaman:
Essensi Pendidikan Kewarganegaraan juga mencakup mendorong sikap
toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman budaya, agama, dan
latar belakang sosial dalam masyarakat.
f. Pengembangan Keterampilan Berpartisipasi: Pendidikan
Kewarganegaraan membantu mengembangkan keterampilan
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, politik, dan kemasyarakatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.
g. Pembentukan Identitas Nasional yang Positif: Melalui pendidikan
kewarganegaraan, individu diajak untuk mengenal dan mencintai
identitas nasional mereka, termasuk sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang
menjadi landasan bangsa.
2. Urgensi Pada Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki urgensi yang sangat penting
dalam konteks pembangunan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa pendidikan kewarganegaraan
memiliki urgensi yang tinggi:
a. Membentuk Warga Negara yang Bertanggung Jawab: Pendidikan
Kewarganegaraan membantu membentuk individu menjadi warga negara
yang bertanggung jawab terhadap negara dan masyarakatnya. Ini
mencakup pemahaman tentang hak dan kewajiban warga negara serta
partisipasi aktif dalam kehidupan demokratis.
b. Memupuk Toleransi dan Kepedulian Sosial: Melalui pendidikan
kewarganegaraan, individu diajarkan untuk menghargai keragaman,

13
menghormati perbedaan, dan memahami kebutuhan serta hak orang lain
dalam masyarakat. Ini membantu memupuk toleransi dan solidaritas
sosial.
c. Mempromosikan Keadilan Sosial: Pendidikan Kewarganegaraan
membantu membangun kesadaran akan isu-isu sosial, ekonomi, dan
politik yang mempengaruhi masyarakat. Ini dapat mendorong partisipasi
dalam upaya untuk memperbaiki ketidakadilan sosial dan ketimpangan
yang ada dalam masyarakat.
d. Menguatkan Institusi Demokrasi: Pendidikan kewarganegaraan
memperkuat fondasi demokrasi dengan memberikan pemahaman yang
mendalam tentang nilai-nilai demokratis, proses politik, sistem
pemerintahan, dan hak asasi manusia kepada warga negara.
e. Mencegah Radikalisme dan Ekstremisme: Pendidikan Kewarganegaraan
dapat menjadi alat untuk mencegah radikalisme dan ekstremisme dengan
memberikan pengetahuan tentang pluralisme, perdamaian, dan
penghargaan terhadap perbedaan sebagai nilai-nilai dasar masyarakat
yang inklusif.
f. Mendorong Partisipasi Politik yang Bermakna: Melalui pendidikan
kewarganegaraan, individu diajarkan pentingnya partisipasi politik yang
aktif dan bermakna dalam proses pembangunan negara dan masyarakat.
g. Membentuk Identitas Nasional yang Positif: Pendidikan
kewarganegaraan membantu membentuk identitas nasional yang positif
dengan memperkenalkan sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang menjadi
dasar bangsa.
Dengan demikian, kesimpulan dari essensi dan urgensi Pendidikan
Kewarganegaraan adalah bahwa pendidikan ini tidak hanya penting dalam
membentuk individu menjadi warga negara yang bertanggung jawab, tetapi
juga dalam membangun masyarakat yang demokratis, inklusif, dan
berkelanjutan. Essensi tersebut memberikan dasar yang kokoh bagi
pendidikan kewarganegaraan untuk menjadi bagian integral dari sistem
pendidikan yang komprehensif dan efektif.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, kami berharap pembaca dapat memahami
konsep hakikat pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan
kemampuan utuh sarjana atau profesional. Sebagai warga negara yang baik
sudah seharusnya kita menerapkan apa yang telah diajarkan dalam pendidikan
kewarganegaraan dan dijadikan sebagai patokan serta rujukan dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga
terwujud seorang sarjana atau professional yang dapat mengembangkan utuh
kemampuannya.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://amp.kompas.com/skola/read/2022/06/14/073000469/landasan-
hukum-dan-historis-pendidikan-kewarganegaraan

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/19/00150031/pentingnya-
pendidikan-kewarganegaraan

https://jurnalpost.com/pentingnya-pendidikan-kewarganegaraan-untuk-
membentuk-warga-negara-berkualitas/53760/

16

Anda mungkin juga menyukai