Anda di halaman 1dari 29

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

Tugas 2

Oleh:
Stevano Dian Sakti
22029048

Dosen Pengampu: Huma Magridoni Koling,S,Pd, M.Pd

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin. Puji syukur atas kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan rahmat kesehatan dan memberikan
kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan
Kewarganegaraan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, banyak


pihak yang telah memberikan dukungan dan partisipasinya. Untuk itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga yang
telah memberikan semangat dan dukungannya, teman teman yang telah
memberikan masukan, saran, pemikiran, serta bantuan nonteknis, serta
atas bimbingan Ibu Huma Magridoni Koling,S,Pd, M.Pd.

Selain itu, penulis juga menyadari bahwa masih banyak


kekurangan atas makalah yang telah penulis susun ini. Untuk itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini di masa datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa/mahasiswi.

Padang, 13 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................3
A. Konsep dan Urgensi Identitas Nasional.............................................3
B. Alasan Perlunya Identitas Nasional Indonesia...................................6
C. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik Pendidikan Kewarganegaraan
.................................................................................................................14
D. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan....................................................................................19
E. Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan ............................21
BAB III PENUTUP.................................................................................24
A. Kesimpulan ........................................................................................24
B. Saran ..................................................................................................25
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya
adalah belajar tentang keindonesiaan, belajar untuk menjadi manusia
yangberkepribadian Indonesia, membangun rasa kebangsaan, dan
mencintaitanah air Indonesia. Oleh karena itu, seorang sarjana atau
profesionalsebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik perlu
memahamitentang Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki
rasakebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air Indonesia.
Dengandemikian, ia menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart
and goodcitizen) dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
yangdemokratis. Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kriteria
bagipengembangan kemampuan utuh sarjana atau profesional?Untuk mendapat
jawaban atas pertanyaan ini, dalam Bab I ini, Anda akan mempelajari jati
diri Pendidikan Kewarganegaraan. Sejalan dengan kaidah pembelajaran
ilmiah dan aktif, maka Anda akan mengikuti proses sebagaiberikut: (1)
Menelusuri konsep dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraandalam
pencerdasan kehidupan bangsa; (2) Menanya alasan mengapadiperlukan
Pendidikan Kewarganegaraan; (3) Menggali sumber historis,sosiologis, dan
politis tentang Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia;(4) Membangun
argumen tentang dinamika dan tantangan PendidikanKewarganegaraan; (5)
Mendeskripsikan esensi dan urgensi PendidikanKewarganegaraan untuk masa
depan;
Setelah melakukan pembelajaran ini, Anda sebagai calon sarjana
danprofesional, diharapkan: bersikap positif terhadap fungsi dan
peranpendidikan kewarganegaraan dalam memperkuat jadi diri
keindonesiaanpara sarjana dan profesional; mampu menjelaskan tujuan dan
fungsipendidikan kewarganegaraan dalam pengembangan kemampuan

1
utuhsarjana atau profesional; dan mampu menyampaikan argumen konseptualdan
empiris tentang fungsi dan peran pendidikan kewarganegaraan dalam
memperkuat jadi diri keindonesiaan para sarjana dan profesional.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dan urgensi Pendidikan
Kewarganegaraan dalam pencerdasan kehidupan bangsa?
2. Apa alasan diperlukannya Pendidikan Kewarganegaraan?
3. Menggali sumber historis, sosiologi, dan politis Pendidikan
Kewarganegaraan?
4. Bagaimana membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
Pendidikan Kewarganegaraan?
5. Bagaimana essensi dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan untuk masa
depan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep dan urgensi
Pendidikan Kewarganegaraan dalam pencerdasan kehidupan bangsa.
2. Untuk mengetahui alasan diperlukannya Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Untuk menggali sumber historis, sosiologi, dan politis Pendidikan
Kewarganegaraan.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara membangun argumen tentang
dinamika dan tantangan Pendidikan Kewarganegaraan.
5. Untuk mengetahui bagaimana essensi dan urgensi Pendidikan
Kewarganegaraan untuk masa depan.
D. Manfaat
1. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep dan urgensi
Pendidikan Kewarganegaraan dalam pencerdasan kehidupan bangsa.
2. Agar dapat mengetahui alasan diperlukannya Pendidikan Kewarganegaraan.

2
3. Agar dapat mengetahui menggali sumber historis, sosiologi, dan politis
Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Agar dapat mengetahui bagaimana cara membangun argumen tentang
dinamika dan tantangan Pendidikan Kewarganegaraan.
5. Agar dapat mengetahui bagaimana essensi dan urgensi Pendidikan
Kewarganegaraan untuk masa depan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pencerdasan


Kehidupan Bangsa Konsep warga negara (citizen; citoyen) dalam arti
negara modern atau negara kebangsaan (nation-state) dikenal sejak adanya
perjanjian Westphalia 1648 di Eropa sebagai kesepakatan mengakhiri perang
selama 30 tahun di Eropa. Aristoles mengartikan warga negara sebagai
orang yang secara aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara,
yaitu orang yang bisa berperan sebagai yang memerintah (Rapaar, 1993 :
67). Rousseau, menganggap warga negara adalah peserta aktif yang
senantiasa mengupayakan kesatuan komunal (Hikam, 1999 : 163). Pengertian
warga negara menunjukkan keanggotaan seseorang dari institusi politik yang
namanya negara. Ia sebagai subjek sekaligus objek dalam kehidupan
negaranya, senantiasa akan berinteraksi dengan negara dan bertanggung
jawab atas keberlangsungan kehidupan negaranya.
Di Indonesia, istilah “warga negara” adalah terjemahan dari istilah
bahasa Belanda, staatsburger. Selain istilah staatsburger dalam bahasa
Belanda dikenal pula istilah onderdaan. Menurut Soetoprawiro (1996),
istilah onderdaan tidak sama dengan warga negara melainkan bersifat semi
warga negara atau kawula negara. Munculnya istiah tersebut karena Indonesia
memiliki budaya kerajaan yang bersifat feodal sehingga dikenal istilah
kawula negara sebagai terjemahan dari onderdaan. Setelah Indonesia
memasuki era kemerdekaan dan era modern, istilah kawula negara telah
mengalami pergeseran. Istilah kawula negara sudah tidak digunakan lagi dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini. Istilah <warga
negara= dalam kepustakaan Inggris dikenal dengan istilah <civic=, <citizen=,
atau <civicus=. Apabila ditulis dengan mencantumkan <s= di bagian
belakang kata civic mejadi <civics= berarti disiplin ilmu kewarganegaraan.

4
Konsep warga negara Indonesia adalah warga negara dalam arti modern, bukan
warga negara seperti pada zaman Yunani Kuno yang hanya meliputi
angkatan perang, artis, dan ilmuwan/filsuf. Menurut undang-undang yang
berlaku saat ini, warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Mereka dapat meliputi TNI,
Polri, petani, pedagang, dan profesi serta kelompok masyarakat lainnya
yang telah memenuhi syarat menurut undang-undang.
PKn dibentuk oleh dua kata, ialah kata “pendidikan” dan kata
“kewarganegaraan”.Definisi pendidikan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Ayat (1) adalah <Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1)=.
Sedangkan pengertian kewarganegaraan dapat dilihat dari perspektif
ide kewarganegaraan dan prinsip warga negara sebagai subjek politik (Hikam,
1999 :163). Dilihat dari prinsip warga negara sebagai subjek politik, akan
melahirkan pengertian kewarganegaraan yang berkait erat dengan sistem politik
dan pemerintah, nilai-nilai dan visi tentag keutamaan publik, serta hubungan
dengan sesama anggota masyarakat. Dilihat dari perspektif ini, maka dikenal
konsep kewarganegaraan menurut: sistem politik liberal, system politik yang
bersifat otoriter, penekanan pentingnya hak-hak dasar (rights) dan dialektis.
Konsep kewarganegaraan menurut sistem poltik liberal umumnya dimengerti
dalam konteks legal formal. Warga negara (citizen) memahami dirinya sebagai
pribadi-pribadi hukum dan pihak-pihak otonom dalam suatu ikatan yang
berdaulat (sovereign compact).

5
Selanjutnya secara yuridis, istilah kewarganegaraan dan pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia dapat ditelusuri dalam peraturan
perundangan berikut ini adalah <Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal
yang berhubungan dengan warga negara. (Undang-Undang RI No.12 Tahun
2006 Pasal 1 Ayat 2) Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia 7 yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air. (Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003,
Penjelasan Pasal 37). Sedangkan definisi PKn menurut M. Nu’man
Somantri (2001) sebagai berikut: Pendidikan Kewarganegaraan adalah program
pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-
sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah,
masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para
siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis
dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
B. Alasan diperlukannya Pendidikan Kewarganegaraan
Sesungguhnya mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya
menjadi hal yang lebih utama di banding dengan pendidikan yang lainnya.
Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang
menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan
itu tidak dapat diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami
oleh masing-masing orang. Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara
yang demokratis, maka secara tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif
dan partisipatif. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus memepelajarinya,
agar kita bisa menjadi garda terdepan dalam melindungi negara.
Pendidikan Kewarganegaraan juga mengajarkan bagaimana warga
negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga
mengajarkan bagaimana sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan
mandiri. Pendidikan ini membuat setiap generasi baru memiliki ilmu

6
pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan karakter publik.
Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup
dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa
dipelajari tanpa menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi
jika Pendidikan ini di manfaatkan untuk pengambangan diri seluas-luasnya.
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara Republik Indonesia
diharapkan mampu “memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–masalah
yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan
berkesinambungan dengan cita–cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan
dalam Pembukaan UUD 1945 “.
Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai ini
disemua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan,
kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai
IPTEK, meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing;
memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif
rasional serta mandiri
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting karena mempunyai tujuan
untuk mewujudkan warga negara akan sadar bela negara berlandaskan
pemahaman politik kebangsaan dan kepekaan, mengembangkan jati diri dan
moral bangsa.
Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PK n). pada dasarnya
adalah belajar tentang keindonesiaa, belajar untuk menjadi manusia yang
berkepribadian Indonesia, membangun rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air
Indonesia. Oleh karena itu,seorang sarjana atau profesional sebagai bagian dari
masyarakat Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang Indonesia, memiliki
kepribadian Indonesia,memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah
air Indonesia. Dengan demikian, ia menjadi warga negara yang baik dan terdidik
(smart and good citizen) dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang
demokratis.

7
Mencermati arti dan maksud pendidikan kewarganegaraan sebagaimana
yang ditegaskan dalam Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
yang menekankan pada pembentukan warga negara agar memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air,pada kurikulum 1975 pendidikan
kewarganegaraan dimunculkan dengan nama mata pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila disingkat PMP. Demikian pula bagi generasi tahun 1960 awal, istilah
pendidikan kewarganegaraan lebih dikenal Civics. Adapun sekarang ini, berdasar
Kurikulum 2013, pendidikan kewarganegaraan jenjang pendidikan dasar dan
menengah menggunakan nama mata pelajaran PPKn. Perguruan tinggi
menyelenggarakan mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan..
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
Republik Indonesia seperti tercantum dalam alenia ke keempat Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup
bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak
ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari
kehidupan bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai
wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam
bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu,
maupun sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim
Pendidikan Nasional (Sidiknas) Pasal 2 dan Pasal 3 dikatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

8
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berupaya
mengantarkan warganegara Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; menjadi warga negara demokratis
yang berkeadaban; yang memiliki daya saing: berdisiplin, dan berpartisipasi aktif
dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
PPKn adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga
masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas
menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk
kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat
(Zamroni, dalam ICCE, 2003)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peran penting
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan adalah bentuk pengemblengan individu-individu agar
mendukung dan memperkokoh komunitas politik sepanjang komunitas politik itu
adalah hasil kesepakatan. David Kerr,1999 mengindikasikan PPKn Indonesia dan
Pendidikan kewarganegaraan suatu negara akan senantiasa dipengaruhi oleh
nilai-nilai dan tujuan pendidikan sebagai faktor struktural utama. PPKn bukan
semata-mata membelajarkan fakta tentang lembaga dan prosedur kehidupan
politik tetapi juga persoalan jati diri dan identitas bangsa (Kymlicka, 2001).
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting
menunjang tujuan bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. PPKn berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan pembangunan
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. PPKn merupakan bagian integral
dari ide, instrumentasi, dan praksis kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara Indonesia (Udin Winataputra,2008) Pendidikan nasional pada
hakikatnya adalah PPKn untuk melahirkan warga negara Indonesia yang
berkualitas baik dalam disiplin sosial dan nasional, dalam etos kerja, dalam

9
produktivitas kerja, dalam kemampuan intelektual dan profesional, dalam
tanggung jawab kemasyarakatan, kebangsaan, kemanusiaan serta dalam moral,
karakter dan kepribadian (Soedijarto, 2008).
Kehadiran kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
berupaya menanamkan sikap kepada warga negara Indonesia umumnya
dan generasi muda bangsa khususnya agar: (1)Memiliki wawasan dan
kesadaran kebangsaan dan rasa cinta tanah air sebagai perwujudan warga negara
Indonesia yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup bangsa dan negara;
(2)Memiliki wawasan dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat
Indonesia sehingga mampu berkomunikasi baik dalam rangka meperkuat
integrasi nasional; (3)Memiliki wawasan, kesadaran dan kecakapan dalam
melaksanakan hak, kewajiban, tanggung jawab dan peran sertanya sebagai warga
negara yang cerdas, trampil dan berkarakter; (4)Memiliki kesadaran dan
penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta kewajiban dasar manusia
sehingga mampu memperlakukan warga negara secara adil dan tidak
diskriminatif;(5)Berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang
demokratis dengan berlandaskan pada nilai dan budaya demokrasi yang
bersumber pada Pancasila; (6)Memiliki pola sikap, pola pikir dan pola perilaku
yang mendukung ketahanan nasional Indonesia serta mampu menyesuaikan
dirinya dengan tuntutan perkembangan zaman demi kemajuan bangsa.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara
sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang dimana pada masanya nanti bibit ini
akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral
dan akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian
mahasiswa akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses
pembenahan, pembekalan, penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip diri.

10
Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat
mendukung kokohnya pendirian suatu Negara.
Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari
masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat
tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus
disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu
dalam rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan
lain-lain. Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa
bangga dan keinginan untuk melindungi serta mempertahankan Negara
kita.Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan
gambaran secara langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang
kewarganegaraan pada mahasiswa.
Penjelasan Pasal 37 Ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003: " Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Tujuan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di perguruan tinggi (Menurut SKep
Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002. Agar mahasiswa:

1. Memiliki motivasi menguasai materi Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan
2. Mampu mengkaitkan dan mengimplementasikan dalam peranan dan
kedudukan serta kepentingannya, sebagai individu, anggota
keluarga/masyarakat dan warganegara yang terdidik.
3. Memiliki tekad dan kesediaan dalam mewujudkan kaidah-kaidah nilai
berbangsa dan bernegara untuk menciptakan masyarakat madani.
Setiap kali kita mendengar kata kewarganegaraan, secara tidak langsung
otak merespon dan mengaitkan kewarganegaraan dengan pelajaran
kewarganegaraan pada saat sekolah, dan mata kuliah kewarganegaraan pada saat

11
kita kuliah. Bisa jadi kata kewarganegaraan di dalam memori otak tersimpan kuat
karena setiap tahun dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas ada
pelajaran kewarganegaraan yang harus dipelajari, dan ternyata saat kuliah juga
ada. Dan di dalam bangku perkuliahan kita akan mempelajari lebih dalam
seberapa pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran setelah terpecah
dari PPKn ataupun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada awalnya di
gabung menjadi satu, karena isi dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri
besumber dari Pancasila itu sendiri. Selanjutnya di pecah menjadi mata pelajaran
sendiri karena Pendidikan Kewarganegaraan dianggap penting untuk di ajarkan
kepada siswa dan dalam Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan materi
kewarganegaraan yang lebih luas dan tidak hanya bersumber langsung dari
Pancasila. Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan bagi sebagian mahasiswa
tidak ubahnya mempelajari Pancasila tahap dua, atau bahkan tidak jauh berbeda
dengan Pendidikan Moral Pancasila dan Sejarah Bangsa. Beberapa materinya
memang berkaitan ataupun sama. Itulah mengapa Pendidikan kewarganegaraan
selalu “dianak tirikan” dalam percaturan dunia pendidikan. Menurut orang
kebanyakan, lebih penting belajar matematika daripada PKn.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara
sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada masanya nanti
bibit ini akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan
moral dan akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa.
Kepribadian mahasiswa akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami
proses pembenahan, pembekalan, penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip
diri. Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat
mendukung kokohnya pendirian suatu Negara.

12
Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari
masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat
tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus
disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu
dalam rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan
lain-lain. Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa
bangga dan keinginan untuk melindungi serta mempertahankan Negara kita.
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan
gambaran secara langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang
kewarganegaraan pada mahasiswa.
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia,
pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni
sikap menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas.
Pendidikan itu mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka
identitas nasional.
Seperti yang pernah diungkapkan salah satu rektor sebuah universitas,
“tanpa pendidikan kewarganegaraan yang tepat akan lahir masyarakat egois.
Tanpa penanaman nilai-nilai kewarganegaraan, keragaman yang ada akan
menjadi penjara dan neraka dalam artian menjadi sumber konflik. Pendidikan,
lewat kurikulumnya, berperan penting dan itu terkait dengan strategi
kebudayaan.”
Beliau menambahkan bahwa ada tiga fenomena pasca perang dunia
II,yaitu :

1. Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-building atau


pembangunan institusi negara secara politik. Di Indonesia, itu diprakarsai
mantan Presiden Soekarno. Pendidikan arahnya untuk nasionalisasi.

13
2. Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yang
kemudian mendorong pendidikan sebagai bagian dari market-builder atau
penguatan pasar dan ini diprakarsai mantan Presiden Soeharto.
3. Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan
kebudayaan. Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia sudah menampakkan
fenomena tersebut dengan menguatkan pendidikannya untuk mendorong riset,
kajian-kajian, dan pengembangan kebudayaan
C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentangPendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia.
Pada bagian ini, Kita akan menggali pendidikan
kewarganegaraandengan menggali sumber-sumber pendidikan
kewarganegaraan diIndonesia baik secara historis, sosiologis, maupun politis
yang tumbuh,berkembang, dan berkontribusi dalam pembangunan, serta
pencerdasankehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara hingga
dapatdisadari bahwa bangsa Indonesia memerlukan pendidikan
kewarganegaraan.
Masih ingatkah sejak kapan Anda mulai mengenal istilah
pendidikankewarganegaraan(PKn)? Bila pertanyaan ini diajukan kepada
generasi yangberbeda maka jawabannya akan sangat beragam. Mungkin ada
yang tidakmengenal istilah PKn terutama generasi yang mendapat mata
pelajarandalam Kurikulum 1975. Mengapa demikian? Karena pada
kurikulum 1975pendidikan kewarganegaraan dimunculkan dengan nama
mata pelajaranPendidikan Moral Pancasila disingkat PMP. Demikian pula bagi
generasitahun 1960 awal, istilah pendidikan kewarganegaraan lebih dikenal
Civics.Adapun sekarang ini, berdasar Kurikulum 2013,
pendidikankewarganegaraan jenjang pendidikan dasar dan menengah
menggunakannama mata pelajaran PPKn. Perguruan tinggi
menyelenggarakan matakuliah Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan.

14
Untuk memahami pendidikan kewarganegaraan di Indonesia,
pengkajiandapat dilakukan secara historis, sosiologis, dan politis. Secara
historis,pendidikan kewarganegaraan dalam arti substansi telah dimulai
jauhsebelum Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka.
Dalamsejarah kebangsaan Indonesia, berdirinya organisasi Boedi Oetomo
tahun1908 disepakati sebagai Hari Kebangkitan Nasional karena pada saat
itulahdalam diri bangsa Indonesia mulai tumbuh kesadaran sebagai
bangsawalaupun belum menamakan Indonesia. Setelah berdiri Boedi
Oetomo,berdiri pula organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan lain
sepertiSyarikat Islam, Muhammadiyah, Indische Party, PSII, PKI, NU, dan
organisasilainnya yang tujuan akhirnya ingin melepaskan diri dari penjajahan
Belanda.
Pada tahun 1928, para pemuda yang berasal dari wilayah
Nusantaraberikrar menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia, bertanah air,
danberbahasa persatuan bahasa Indonesia.Pada tahun 1930-an, organisasi
kebangsaan baik yang berjuang secaraterang-terangan maupun diam-diam,
baik di dalam negeri maupun di luarnegeri tumbuh bagaikan jamur di
musim hujan. Secara umum, organisasitersebut bergerak dan bertujuan
membangun rasa kebangsaandan mencita-citakan Indonesia merdeka.
Indonesia sebagai negaramerdeka yang dicita-citakan adalah negara yang
mandiri yang lepas daripenjajahan danketergantungan terhadap kekuatan
asing. Inilah cita-citayang dapat dikaji dari karya para Pendiri Negara-
Bangsa (Soekarno danHatta).Akhirnya Indonesia merdeka setelah melalui
perjuangan panjang,pengorbanan jiwa dan raga, pada tanggal 17 Agustus
1945. Soekarno danHatta, atas nama bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan
Indonesia.Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan, melepaskan diri
daripenjajahan, bangsa Indonesia masih harus berjuang
mempertahankankemerdekaan karena ternyata penjajah belum mengakui
kemerdekaan danbelum ikhlas melepaskan Indonesia sebagai wilayah

15
jajahannya. Olehkarena itu, periode pasca kemerdekaan Indonesia, tahun1945
sampai saatini, bangsa Indonesia telah berusaha mengisi perjuangan
mempertahankankemerdekaan melalui berbagai cara, baik perjuangan fisik
maupun diplomatis. Perjuangan mencapai kemerdekaan dari penjajah telah
selesai,namun tantangan untuk menjaga dan mempertahankan
kemerdekaanyang hakiki belumlah selesai.
Dari penyataan ini tampak bahwa proses perjuangan untuk
menjagaeksistensi negara-bangsa, mencapai tujuan nasional sesuai cita-cita
parapendiri negara-bangsa (the founding fathers), belumlah selesai
bahkanmasih panjang. Oleh karena itu, diperlukan adanya proses pendidikan
danpembelajaran bagi warga negara yang dapat memelihara semangatperjuangan
kemerdekaan, rasa kebangsaan, dan cinta tanah air.PKn pada saat
permulaan atau awal kemerdekaan lebih banyak dilakukanpada tataran sosial
kultural dan dilakukan oleh para pemimpin negarabangsa.Dalam pidato-
pidatonya, para pemimpin mengajak seluruh rakyatuntuk mencintai tanah air
dan bangsa Indonesia. Seluruh pemimpin bangsamembakar semangat rakyat
untuk mengusir penjajah yang hendak kembalimenguasai dan menduduki
Indonesia yang telah dinyatakan merdeka.Pidato-pidato dan ceramah-
ceramah yang dilakukan oleh para pejuang,serta kyai-kyai di pondok
pesantren yang mengajak umat berjuangmempertahankan tanah air
merupakan PKn dalam dimensi sosial kultural.Inilah sumber PKn dari aspek
sosiologis. PKn dalam dimensi sosiologissangat diperlukan oleh masyarakat
dan akhirnya negara-bangsa untukmenjaga, memelihara, dan
mempertahankan eksistensi negara-bangsa.
Upaya pendidikan kewarganegaraan pasca kemerdekaan tahun
1945belum dilaksanakan di sekolah-sekolah hingga terbitnya buku Civics
pertama di Indonesia yang berjudul Manusia dan Masjarakat Baru
Indonesia(Civics) yang disusun bersama oleh Mr. Soepardo, Mr. M.
Hoetaoeroek,Soeroyo Warsid, Soemardjo, Chalid Rasjidi, Soekarno, dan Mr.

16
J.C.T.Simorangkir. Pada cetakan kedua, Menteri Pendidikan, Pengadjaran
danKebudajaan, Prijono (1960), dalam sambutannya menyatakan
bahwasetelah keluarnya dekrit Presiden kembali kepada UUD 1945 sudah
sewajarnya dilakukan pembaharuan pendidikan nasional. Tim Penulis
diberitugas membuat buku pedoman mengenai kewajiban-kewajiban dan
hakhakwarga negara Indonesia dan sebab-sebab sejarah serta tujuan
RevolusiKemerdekaan Republik Indonesia. Menurut Prijono, buku Manusia
danMasjarakat Baru Indonesia identik dengan istilah
“Staatsburgerkunde”(Jerman), “Civics”(Inggris), atau “Kewarganegaraan=”
(Indonesia).
Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal
dalampendidikan sekolah dapat digali dari dokumen kurikulum sejak tahun
1957sebagaimana dapat diidentifikasi dari pernyataan Somantri (1972)
bahwapada masa Orde Lama mulai dikenal istilah: (1) Kewarganegaraan
(1957);(2) Civics (1962); dan (3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968).
Pada masaawal Orde Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn
membahascara pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan
dalamCivics (1961) lebih banyak membahas tentang sejarah
KebangkitanNasional, UUD, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama
diarahkanuntuk "nation and character building= bangsa Indonesia. Kurikulum
Sekolah tahun l968 akhirnya mengalami perubahan menjadiKurikulum Sekolah
Tahun 1975. Nama mata pelajaran pun berubahmenjadi Pendidikan Moral
Pancasila dengan kajian materi secara khususyakni menyangkut Pancasila dan
UUD 1945 yang dipisahkan dari matapelajaran sejarah, ilmu bumi, dan
ekonomi. Hal-hal yang menyangkutPancasila dan UUD 1945 berdiri sendiri
dengan nama Pendidikan MoralPancasila (PMP), sedangkan gabungan mata
pelajaran Sejarah, Ilmu Bumidan Ekonomi menjadi mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (lPS).

17
Pada masa pemerintahan Orde Baru, mata pelajaran PMP ditujukan
untukmembentuk manusia Pancasilais. Tujuan ini bukan hanya tanggung
jawabmata pelajaran PMP semata. Sesuai dengan Ketetapan MPR,
Pemerintahtelah menyatakan bahwa P4 bertujuan membentuk Manusia
IndonesiaPancasilais. Pada saat itu, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan(Depdikbud) telah mengeluarkan Penjelasan Ringkas tentang
PendidikanMoral Pancasila (Depdikbud, 1982), dan mengemukakan beberapa
halpenting sebagai berikut.
Sesuai dengan perkembangan iptek dan tuntutan serta
kebutuhanmasyarakat, kurikulum sekolah mengalami perubahan menjadi
Kurikulum1994. Selanjutnya nama mata pelajaran PMP pun mengalami
perubahanmenjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang
terutamadidasarkan pada ketentuan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada ayat
2 undangundangtersebut dikemukakan bahwa isi kurikulum setiap jenis,
jalur, danjenjang Pendidikan Kewarganegaraan pendidikan wajib memuat: (1)
Pendidikan Pancasila; (2) PendidikanAgama; dan (3)Pendidikan
Kewarganegaraan. Pasca Orde Baru sampai saat ini, nama mata pelajaran
pendidikankewarganegaraan
kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebutdapat diidentifikasi
dari dokumen mata pelajaran PKn (2006) menjadi matapelajaran PPKn
(2013). Untuk lebih mendalami keduanya, buatlahperbandingan dua
dokumen kurikulum tersebut. Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa
secara historis, PKn diIndonesia senantiasa mengalami perubahan baik
istilah maupun substansisesuai dengan perkembangan peraturan
perundangan, iptek, perubahanmasyarakat, dan tantangan global. Secara
sosiologis, PKn Indonesia sudahsewajarnya mengalami perubahan mengikuti
perubahan yang terjadi dimasyarakat. Secara politis, PKn Indonesia akan

18
terus mengalamiperubahan sejalan dengan perubahan sistem ketatanegaraan
danpemerintahan, terutama perubahan konstitusi
D. Dinamika dan tantangan Pendidikan Kewarganegaraan
Suatu kenyataan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) telah
mengalami beberapa kali perubahan, baik tujuan, orientasi, substansi materi,
metode pembelajaran bahkan sistem evaluasi. Semua perubahan tersebut dapat
teridentifikasi dari dokumen kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini.
Mengapa pendidikan kewarganegaraan selalu mengalami perubahan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda dapat mengkaji sejumlah kebijakan
Pemerintah dalam bidang pendidikan dan kurikulum satuan pendidikan sekolah
dan pendidikan tinggi. Dengan membaca dan mengkaji produk kebijakan
pemerintah, dapat diketahui bahwa dinamika dan tantangan yang dihadapi
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia sangat tinggi.
Apa dinamika dan tantangan yang pernah dihadapi oleh PKn Indonesia
dari masa ke masa? Untuk mengerti dinamika dan tantangan PKn di Indonesia,
Anda dianjurkan untuk mengkaji periodisasi perjalanan sejarah tentang praktik
kenegaraan/pemerintahan Republik Indonesia (RI) sejak periode Negara
Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai 18 negara
merdeka sampai dengan periode saat ini yang dikenal Indonesia era reformasi.
Mengapa dinamika dan tantangan PKn sangat erat dengan perjalanan sejarah
praktik kenegaraan/pemerintahan RI? Inilah ciri khas PKn sebagai mata kuliah
dibandingkan dengan mata kuliah lain. Ontologi PKn adalah sikap dan perilaku
warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Status
warga negara dapat meliputi penduduk yang berkedudukan sebagai pejabat
negara sampai dengan rakyat biasa. Tentu peran dan fungsi warga negara
berbeda-beda, sehingga sikap dan perilaku mereka sangat dinamis. Oleh karena
itu, mata kuliah PKn harus selalu menyesuaikan/sejalan dengan dinamika dan

19
tantangan sikap serta perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Apa saja dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan
pemerintahan yang telah mempengaruhi PKn? Untuk mengerti dinamika
perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan
kehidupan yang telah mempengaruhi PKn di Indonesia, Anda dianjurkan untuk
mengkaji perkembangan praktik ketatanegaraan dan sistem pemerintahan RI
menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yakni: (1) Periode I
(1945 s.d. 1949); (2) Periode II (1949 s.d. 1950); (3) Periode III (1950 s.d. 1959);
(4) Periode IV (1959 s.d. 1966); (5) Periode V (1966 s.d. 1998); (6) Periode VI
(1998 s.d. sekarang). Mengapa dinamika dan tantangan PKn mengikuti
periodisasi pelaksanaan UUD (konstitusi)?
Aristoteles (1995) mengemukakan bahwa secara konstitusional “different
constitutions require different types of good citizen... because there are different
sorts of civic function.” Apakah simpulan Anda setelah mengkaji pernyataan
Aristoteles tersebut? Mari kita samakan dengan argumen berikut ini. Secara
implisit, setiap konstitusi mensyaratkan kriteria warga negara yang baik karena
setiap konstitusi memiliki ketentuan tentang warga negara. Artinya, konstitusi
yang berbeda akan menentukan profil warga negara yang berbeda. Hal ini akan
berdampak pada model pendidikan kewarganegaraan yang tentunya perlu
disesuaikan dengan konstitusi yang berlaku.
Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya didasarkan pada konstitusi
negara yang bersangkutan, tetapi juga tergantung pada tuntutan perkembangan
zaman dan masa depan. Misalnya, kecenderungan masa depan bangsa meliputi
isu tentang HAM, pelaksanaan demokrasi, dan lingkungan hidup. Sebagai warga
negara muda, mahasiswa perlu memahami, memiliki kesadaran dan partisipatif
terhadap gejala demikian.
Apa saja dinamika perubahan dalam kehidupan masyarakat baik berupa
tuntutan maupun kebutuhan? Pendidikan Kewarganegaraan yang berlaku di suatu

20
negara perlu memperhatikan kondisi masyarakat. Walaupun tuntutan dan
kebutuhan masyarakat telah diakomodasi melalui peraturan perundangan, namun
perkembangan masyarakat akan bergerak dan berubah lebih cepat. Dapatkah
Anda kemukakan contoh perubahan masyarakat yang terkait dengan masalah
kewarganegaraan? Coba Anda kemukakan sejumlah kasus dan peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari.
Apa saja dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan
pemerintahan yang telah mempengaruhi PKn? Era globalisasi yang ditandai oleh
perkembangan yang begitu cepat dalam bidang teknologi informasi
mengakibatkan perubahan dalam semua tatanan kehidupan termasuk perilaku
warga negara, utamanya peserta didik. Kecenderungan perilaku warga negara ada
dua, yakni perilaku positif dan negatif. PKn perlu mendorong warga negara agar
mampu memanfaatkan pengaruh positif perkembangan iptek untuk membangun
negara-bangsa. Sebaliknya PKn perlu melakukan intervensi terhadap perilaku
negatif warga negara yang cenderung negatif. Oleh karena itu, kurikulum PKn
termasuk materi, metode, dan sistem evaluasinya harus selalu disesuaikan dengan
perkembangan IPTEK.

E. Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan


Pernahkah Anda berpikir apa yang akan terjadi dalam kehidupan bangsa
Indonesia pada 10, 30, atau 100 tahun yang akan datang? Apakah Anda berpikir
bahwa kondisi bangsa masa depan akan sama saja dengan kondisi bangsa saat
ini? Pertanyaan ini memerlukan jawaban analitis tentang kehidupan bangsa pada
masa lampau dan kondisi bangsa saat ini. Dapatkah Anda mengidentifikasi
kondisi bangsa Indonesia pada 10 tahun, 30 tahun, dan 100 tahun yang lalu?
Coba Anda bandingkan indikatorindikator berupa fakta, peristiwa yang pernah
terjadi, kemudian bandingkan dengan kondisi saat ini. Apa yang berubah dalam
pendidikan kewarganegaraan? Adakah hal-hal yang sama, identik, berupa fakta
dan peristiwa masa lalu dengan kehidupan yang terjadi saat ini? Anda masukkan

21
indikator-indikator berupa fakta dan peristiwa yang terjadi dalam pendidikan
kewarganegaraan.
Apakah tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang akan dihadapi bangsa
Indonesia di masa depan? Bagaimana Anda dapat memprediksi kondisi 21
Indonesia di masa depan? Apa gagasan berupa pemikiran hasil analisis Anda
untuk masa depan? Anda masukkan indikator-indikator berupa fakta dan
peristiwa yang mungkin akan terjadi dalam pendidikan kewarganegaraan.
Pernahkah Anda memprediksi apa yang akan terjadi dengan negara-
bangsa Indonesia pada tahun 2045 yakni Indonesia Generasi Emas?
Pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun
Indonesia merdeka. Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun
Indonesia merdeka? Berdasarkan hasil analisis ahli ekonomi yang diterbitkan
oleh Kemendikbud (2013) bangsa Indonesia akan mendapat bonus demografi
(demographic bonus) sebagai modal Indonesia pada tahun 2045 (Lihat gambar
tabel di bawah). Indonesia pada tahun 2030- 2045 akan mempunyai usia
produktif (15-64 tahun) yang berlimpah. Inilah yang dimaksud bonus demografi.
Bonus demografi ini adalah peluang yang harus ditangkap dan bangsa Indonesia
perlu mempersiapkan untuk mewujudkannya. Usia produktif akan mampu
berproduksi secara optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan benar, tentunya
cara yang paling strategis adalah melalui pendidikan, termasuk pendidikan
kewarganegaraan. Bagaimana kondisi warga negara pada tahun 2045? Apa
tuntutan, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi oleh negara dan bangsa
Indonesia? Benarkah hal ini akan terkait dengan masalah kewarganegaraan dan
berdampak pada kewajiban dan hak warga Negara?
Memperhatikan perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara di masa kontemporer, ada pertanyaan radikal yang
dilontarkan, seperti “Benarkah bangsa Indonesia saat ini sudah merdeka dalam
makna yang sesungguhnya?”, “Apakah bangsa Indonesia telah merdeka secara
ekonomi?” Pertanyaan seperti ini sering dilontarkan bagaikan bola panas yang

22
berterbangan. Siapa yang berani menangkap dan mampu menjawab pertanyaan
tersebut? Anehnya, kita telah menyatakan kemerdekaan tahun 1945, namun tidak
sedikit rakyat Indonesia yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia belum
merdeka. Tampaknya, kemerdekaan belumlah dirasakan oleh seluruh rakyat
Indonesia
Saat ini, ekonomi Indonesia berada pada urutan 16 besar. Pada tahun
2030, ekonomi Indonesia akan berada pada urutan 7 besar dunia. Saat ini, jumlah
konsumen sebanyak 45 23 juta dan jumlah penduduk produktif sebanyak 53%.
Pada tahun 2030, jumlah konsumen akan meningkat menjadi 135 juta dan jumlah
penduduk produktif akan meningkat menjadi 71%. Bagaimana perubahan lain
akan terjadi pada masa depan Indonesia, khususnya pada Generasi Emas
Indonesia?
Pernahkah Anda berpikir radikal, misalnya berapa lama lagi NKRI akan
eksis? Apakah ada jaminan bahwa negara Indonesia dapat eksis untuk 100 tahun
lagi, 50 tahun lagi, 20 tahun lagi? Atau bagaimana PKn menghadapi tantangan
masa depan yang tidak menentu dan tidak ada kepastian?
Nasib sebuah bangsa tidak ditentukan oleh bangsa lain, melainkan sangat
tergantung pada kemampuan bangsa sendiri. Apakah Indonesia akan berjaya
menjadi negara yang adil dan makmur di masa depan? Indonesia akan menjadi
bangsa yang bermartabat dan dihormati oleh bangsa lain? Semuanya sangat
tergantung kepada bangsa Indonesia.
Demikian pula untuk masa depan PKn sangat ditentukan oleh eksistensi
konstitusi negara dan bangsa Indonesia. PKn akan sangat dipengaruhi oleh
konstitusi yang berlaku dan perkembangan tuntutan kemajuan bangsa. Bahkan
yang lebih penting lagi, akan sangat ditentukan oleh pelaksanaan konstitusi yang
berlaku.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata
“pendidikan” dan kata “kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, sedangkan
kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga
negara.
2. Secara yuridis, pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air.
3. Secara terminologis, pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan
yang berintikan demokrasi politik, diperluas dengan sumber-sumber
pengetahuan lainnya: pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah,
masyarakat, dan orang tua. Kesemuanya itu 24 diproses guna melatih para
siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam
mempersiapkan hidup demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
4. Negara perlu menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan karena setiap
generasi adalah orang baru yang harus mendapat pengetahuan, sikap/nilai dan
keterampilan agar mampu mengembangkan warga negara yang memiliki
watak atau karakter yang baik dan cerdas (smart and good citizen) untuk
hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai
dengan demokrasi konstitusional.
5. Secara historis, PKn di Indonesia awalnya diselenggarakan oleh organisasi
pergerakan yang bertujuan untuk membangun rasa kebangsaaan dan cita-cita
Indonesia merdeka. Secara sosiologis, PKn Indonesia dilakukan pada tataran
sosial kultural oleh para pemimpin di masyarakat yang mengajak untuk
mencintai tanah air dan bangsa Indonesia. Secara politis, PKn Indonesia lahir

24
karena tuntutan konstitusi atau UUD 1945 dan sejumlah kebijakan Pemerintah
yang berkuasa sesuai dengan masanya.
6. Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika perubahan
dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan
berbangsa dan bernegara.
7. PKn Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan bangsa
Indonesia, eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika perkembangan
bangsa

B. Saran

Bagi para pembaca yang ingin memahami lebih jauh tentang Konsep dan
Urgensi PKn, diharapkan mencari referensi lain yang berkaitan dengan makalah
Konsep dan Urgensi PKn Semesta ini,dan selanjutnya pembaca dapat mengerti
dan memahami tentangKOnsep dan Urgensi PKn. Kami berharap makalah ini
dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

25
Daftar Rujukan

Asmarazisa, D. (2012). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI


INFORMASI MEMPEROLEH BAHAN AJAR YANG
KREAKTIF. JURNAL DIMENSI, 1(3).
Hakim, L. (2016). Pemerataan akses pendidikan bagi rakyat sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 2(1).
Hikam, M. A. (1999). Politik kewarganegaraan: landasan redemokratisasi di
Indonesia. Erlangga.
Rohana, R. (2017). Kontribusi Pelajaran Ppkn terhadap Pembentukan Tingka Laku
Siswa Kelas X SMA Yafim Taruna Bagan Senembah Kab. rokan
Hilir. CIVITAS (JURNAL PEMBELAJARAN DAN ILMU CIVIC), 1(1), 10-24.
Soedijarto, S. (2008). Upaya Percepatan Peningkatan Kualifikasi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (Ptk-pnf). Jurnal Ilmiah
Visi, 3(1), 30-33.
Usmi, R., & Samsuri, S. (2022). Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Global dalam
Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Abad 21. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 7(1), 149-160.

26

Anda mungkin juga menyukai