Disusun oleh :
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................III
BAB I......................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................3
2.1 Konsep dan Urgensi pendidikan Kewarganegaraan dalam Pencerdasan Kehidupan
Bangsa..........................................................................................................................................3
2.2 Pentingnya diperlukan pendidikan Kewarganegaraan......................................................5
2.3 Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Pendidikan.............................................6
2.4 Argumen tentang Dinamika dan tantangan Pendidikan Kewarganegaraan....................9
BAB III..................................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
II
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin, segala puja dan puji yang senantiasa kami ucapkan atas
limpahan rahmat dan nikmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
telah diberikan kepada kami. Sholawat bersamaan dengan salam juga kami hadiahkan kepada
baginda nabi kami Muhammad SAW. Semoga kami bisa mendapat syafa’at Beliau di
Yaumul Mahsyar kelak. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan semester genap, dengan judul
makalah ini adalah Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengembangkan
Kemampuan Utuh Sarjana atau Profesional.
Pada kesempatan ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. M.
Mukhlis Fahruddin, M.S.I yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah mendukung sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa
kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.
Penyusun
III
IV
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, seorang sarjana atau profesional sebagai bagian dari masyarakat
Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang Indonesia, memiliki kepribadian
Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air Indonesia.
Dengan demikian, ia menjadi warga negara yang baik dan terdidik (smart and good
citizen) dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang demokratis.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
1
1. Untuk mengetahui Konsep dan Urgensi pendidikan Kewarganegaraan dalam
Pencerdasan Kehidupan Bangsa
2. Untuk mengetahui alasan diperlukan adanya pendidikan Kewarganegaraan
3. Untuk mengetahui sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia
4. Untuk mengetahui argumen tentang Dinamika dan tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen di kemukakan bahwa professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dapat menjadi
sumber penghasilan, perlu keahlian, kemahiran, atau kecakapan, memiliki standar mutu, ada
norma dan di peroleh melalui pendidikan profesi
Konsep warga negara dalam arti negara modern atau negara kebangsaan (nation-
state) mulai dikenal sejak adanya perjanjian Westphalia 1648 di Eropa sebagai suatu
kesepakatan yang mengakhiri perang selama 30 tahun di Eropa.Berbicara warga negara, di
Indonesia “Warga Negara” adalah terjemahan dari istilah Bahasa Belanda,
staatsburger.Selain itu staatsburger dalam Bahasa Belanda dikenal pula istilah
onderdaan.Menurut Soetoprawiro (1996) istilah onderdaan tidak sama dengan warga negara
melainkan bersifat semi warga negara atau kawula negara.Munculnya istilah tersebut karena
Indonesia memiliki budaya kerajaan yang bersifat feodal sehingga dikenal istilah kawula
negara sebagai terjemahan dari onderdaan.Namun setelah Indonesia merdeka, istilah tersebut
tidak digunakan lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan diganti dengan
“Civic”, “Citizen” dan “civicus”.Apabila ditulis dengan mencantmkan “s” di belakang maka
menjadi “civics” yang artinya disiplin ilmu kewarganegaraan.
3
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU
No. 20 Tahun 2003 Pasal 1).
Secara konseptual, istilah kewarganegaraan tidak bisa dipisahkan dengan istilah warga
negara. Selanjutnya ia juga sangat berkaitan dengan istilah pendidikan kewarganegaraan.
Dalam literatur Inggris ketiganya disebut dengan istilah citizen, citizenship dan citizenship
education. Lalu apa hubungan dari ketiga istilah tersebut? Perhatikan pernyataan yang
dikemukakan oleh John J. Cogan, & Ray Derricott dalam buku Citizenship for the 21st
Century: An International Perspective on Education (1998), berikut ini:
A citizen was defined as a ‘constituent member of society’. Citizenship on the other hand,
was said to be a set of characteristics of being a citizen’. And finally, citizenship education
the underlying focal point of a study, was defined as ‘the contribution of education to the
development of those charateristics of a citizen’.
Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.
(Undang-Undang RI No.12 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 2) Pendidikan kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air. (Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003, Penjelasan Pasal
37)
Sedangkan secara politis, Untuk menelusuri konsep PKn menurut para ahli, dapat dilihat dari
karya M. Nu’man Somantri, 2001; Abdul Azis Wahab dan Sapriya, 2011; Winarno, 2013,
dan lain-lain. Berikut ini ditampilkan satu definisi PKn menurut M. Nu’man Somantri (2001)
sebagai berikut:
4
kewarganegaraan adalah pendidikan yang mencakup Pancasila, UndangUndang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.
Pendidikan Pancasila sangat berkaitan dengan peran dan kedudukan serta kepentingan
warga negara sebagai individu, anggota keluarga , anggota masyarakat dan sebagai warga
negara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia untuk mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari.Hal-hal penting yang dapat ditemui dalam materi pendidikan
kewarganegaraan adalah pendidikan kewarganegaraan mengajarkan untuk mampu
memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara sopan santun, jujur, dan demokratis
serta ikhlas sebagai warga negara terdidik dalam kehidupannya selaku warganegara Republik
Indonesia yang bertanggungjawab bersama.Selain itu, juga diajarkan tentang saling
memahami sesame warga negara, saling tenggang rasa, toleransi dan saling menghormati
satu sama lainnya.Bukan hanya itu, pendidikan kewarganegaraan juga memberikan
pengetahuan mengenai sistem pemerintahan dan tentang peraturan negara yang berlaku baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis.juga untuk membuka kesadaran kita akan pentingnya
bela negara dan cinta tanah air karena kita hidup disini dan secara bersama.
5
pendidikan kewarganegaraan memiliki visi pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa yakni menumbuhkembangkan kecerdasan kewarganegaraan (civic intelligence)
merupakan prasyarat untuk pembangunan demokrasi dalam arti luas, yang mempersyaratkan
terwujudnya kebudayaan kewarganegaraan atau civic culture sebagai salah satu determinan
tumbuh-kembangnya negara demokrasi. Bertolak dari visinya tersebut, maka pendidikan
kewarganegaraan mengemban misi mutidimensional, sebagai berikut :
b. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat negara bangsa
(misi psikososial)
Secara holistik pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar setiap warga negara muda
(young citizens) memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral
Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
nilai dan komitmen Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen bernegara kesatuan Republik
Indonesia. Oleh karena itu secara sadar dan terencana peserta didik sesuai dengan
perkembangan dan psikologis dan konteks kehidupannya secara sistemik difasilitasi untuk
belajar berkehidupan demokrasi secara utuh, yakni belajar tentang demokarsi (learning about
democracy), belajar dalam iklim dan melalui proses demokrasi (learning through democracy)
dan belajar untuk membangun demokarsi (learning for democracy).
Indonesia merdeka setelah melalui perjuangan panjang dan pengorbanan jiwa raga,
yaitu tepat pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta, atas nama bangsa Indonesia
menyatakan kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan,
melepaskan diri dari penjajahan, bangsa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan
6
kemerdekaan karena ternyata penjajah belum mengakui kemerdekaan dan belum ikhlas
melepaskan Indonesia sebagai wilayah jajahannya. Oleh karena itu, periode pasca
kemerdekaan Indonesia, tahun1945 sampai saat ini, bangsa Indonesia telah berusaha mengisi
perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui berbagai cara, baik perjuangan fisik
maupun diplomatis. Meskipun Perjuangan mencapai kemerdekaan dari penjajah telah selesai, namun
tantangan untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan yang hakiki belumlah selesai, masih
banyak hal-hal yang harus diperjuangkan untuk tetap mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
Dapat diambil kesimpulan bahwa proses perjuangan untuk menjaga eksistensi negara-
bangsa, mencapai tujuan nasional sesuai cita-cita para pendiri negara-bangsa (the founding
fathers), belumlah selesai bahkan masih panjang. Oleh karena itu, diperlukan adanya proses
pendidikan dan pembelajaran bagi warga negara yang dapat memelihara semangat
perjuangan kemerdekaan, rasa kebangsaan, bela negara dan cinta tanah air.
7
Orde Lama mulai dikenal istilah: (1) Kewarganegaraan (1957); (2) Civics (1962); dan (3)
Pendidikan Kewargaan Negara (1968). Pada masa awal Orde Lama sekitar tahun 1957, isi
mata pelajaran PKn membahas cara pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan,
sedangkan dalam Civics (1961) lebih banyak membahas tentang sejarah Kebangkitan
Nasional, UUD, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan untuk "nation and
character building” bangsa Indonesia.
“Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila ialah Kelompok segi pendidikan yang terutama
ditujukan kepada pembentukan mental dan moral Pancasila serta pengembangan manusia
yang sehat dan kuat fisiknya dalam rangka pembinaan Bangsa. Sebagai alat formil
dipergunakan segi pendidikan-pendidikan: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewargaan
Negara, pendidikan Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah dan Olahraga. Pendidikan Agama
diberikan secara intensif sejak dari kelas I sampai kelas VI dan tidak dapat diganti
pendidikan budi pekerti saja. Begitu pula, Pendidikan Kewarga Negaraan, yang mencakup
sejarah Indonesia, Ilmu Bumi, dan Pengetahuan Kewarga Negaraan, selama masa
pendidikan yang enam tahun itu diberikan terus menerus. Sedangkan Bahasa Indonesia
dalam kelompok ini mendapat kedudukan yang sangat penting sekali, sebagai alat pembina
cara berpikir dan kesadaran nasional. Sedangkan Bahasa Daerah digunakan sebagai
langkah pertama bagi sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa
pengantar sampai kelas III dalam membina jiwa dan moral Pancasila. Olahraga yang
berfungsi sebagai pembentuk manusia Indonesia yang sehat rohani dan jasmaninya
diberikan secara teratur semenjak anak-anak menduduki bangku sekolah”.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa: (l) P4 merupakan sumber dan
tempat berpijak, baik isi maupun cara evaluasi mata pelajaran PMP melalui pembakuan
kurikulum 1975; (2) melalui Buku Paket PMP untuk semua jenjang pendidikan di sekolah
maka Buku Pedoman Pendidikan Kewargaan Negara yang berjudul Manusia dan Masyarakat
Baru lndonesia (Civics) dinyatakan tidak berlaku lagi; dan (3) bahwa P4 tidak hanya
diberlakukan untuk sekolah-sekolah tetapi juga untuk masyarakat pada umumnya melalui
berbagai penataran P4.
Dengan berkembangnya zaman, tentu juga iptek dan tuntutan serta kebutuhan
masyarakat semakin berkembang sehingga kurikulum pada sekolah harus mengalami
perubahan menjadi kurikulum 1994. Bukan hanya itu, Pelajaran PMP pun mengalami
perubahan nama yaitu menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang
terutama didasarkan pada ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada ayat 2 undang-undang tersebut dikemukakan
bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat: (1) Pendidikan
8
Pancasila; (2) Pendidikan Agama; dan (3) Pendidikan Kewarganegaraan. Pasca Orde Baru
sampai saat ini, nama mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kembali mengalami
perubahan. Perubahan tersebut dapat dikelompokkan dari dokumen mata pelajaran PKn
(2006) menjadi mata pelajaran PPKn (2013).
Dari pernyataan diatas mengenai sumber historis, sosiologis dan politis dapat ditarik
kesimpulan bahwa secara historis, Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia selalu
mengalami perubahan baik secara istilah maupun substansi sesuai dengan perkembangan
peraturan perundangan, iptek, perubahan masyarakat, dan tantangan global. Secara
sosiologis, Pendidikan kewarganegaraan, Indonesia sudah sewajarnya mengalami perubahan
mengikuti perubahan yang terjadi di masyarakat. Sedangkan Secara politis, Pendidikan
kewarganegaraan Indonesia akan terus mengalami perubahan sejalan dengan perubahan
sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, terutama perubahan konstitusi.
a. Pendidikan Kewarganegaraan pertama kali muncul pada tahun 1957 dengan nama
"Kewarganegaraan" yang hanya membahas hak dan kewajiban warga negara serta
cara memperoleh dan kehilangan status kewarganegaraan. Namun sejak munculnya
Orde Baru, isi mata pelajaran ini hampir seluruhnya dibuang karena dianggap idak
sesuai lagi dengan tuntutan yang sedang berkembang.
b. Pada kurikulum 1968, mata pelajaran ini muncul dengan nama "Kewargaan negara".
sesuai dengan ketetapan MPR No. IV/MPR/1973, mata pelajaran ini diberubah nama
menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP), materi yang sangat dominan disini
adalah mengenai materi P-4.
c. Pada kurikulum 1984 maupun Kurikulum 1994, Pendidikan Moral Pancasila berganti
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Dalam era reformasi,
tantangan PPKn semakin berat. P4 dipermasalahkan substansinya, karena tidak
memberikan gambaran yang tepat tentang nilai Pancasila sebagai satu kesatuan.
Dengan adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang diubah dengan UU No. 2 tahun
2003 tidak dieksplisitkan lagi nama pendidikan Pancasila, sehingga tinggal
Pendidikan Kewarganegaraan.
d. kurikulum 2004 memperkenalkan istilah Pengganti PPKn dengan kewarganegaraan/
pendidikan kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga diikuti dengan perubahan isi
PKn yang lebih memperjelas akar keilmuan yakni politik, hukum dan moral. Pada
kurikulum 2013 yang baru saja disahkan akhir tahun 2013 lalu, nama pendidikan
kewarganegaraan diganti lagi dengan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN). Dalam kurikulum tersebut penekan tentang sikap (afeksi) begitu ditonjolkan.
9
Permasalah yang dihadapi sekarang adalah bagaimana menemukan pendekatan yang
terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep Pendidikan kewarganegaraan agar siswa dapat
menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana membuka wawasan
berfikir dan beragam dari seluruh siswa agar konsep yang dipelajarinya dapat dikaitkan
dengan kehidupan nyata. Inilah tantangan Pndidikan kewarganageraan kedepannya. Seiring
dengan perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri diharapkan supaya nantinya
akan semakin meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kewaganegaraan dan warga
negara sehingga dapat semakin memperbaiki moral bangsa ini.
10
merupakan asas yang bisa digunkan setiap negara, tergantung kebijakan negara tersebut
menggunakannya. Tidak ada hukum khusus yang mengatur penggunaannya dalam setiap
negara.Oleh karena itu dalam penetapan yang berbeda-beda dalam setiap negara dalam
mempergunakan asas tersebut dapat menimbulkan beberapa masalah antara lain, ialah
seseorang bisa tersebut bisa apatride (tidak memiliki kewarganegaraan) atapun bipatride
(memiliki kewarganegaraan ganda).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata “pendidikan” dan
“kewarganegaraan” pemdidikan yang berarti usaha sadar dan terancam dalam mewujudkan
proses pembelajaran agar peserta didik bias aktif untuk mengembangkan potensi yan ada
dalam dirinya, sedangkan kewarganegaraan adalah segala hal yg berhubungan dengan warga
negara.
12
DAFTAR PUSTAKA
Nanggala, A. (2020). Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan multikultural. Jurnal
Soshum Insentif, 3(2), 197-210.
Putri, S. B., & Dewi, D. A. (2021). Reaktulisasi Pendidikan Kewarganegaraan bagi Generasi
Milenial. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 3(2), 42-49.
13