Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEAGAMAAN

MENELAAH PLAGIARISME DAN HAK CIPTA


Dosen : Bustami, M.Pd

NAMA : DIVA AULIA IZZAKY


NIM : B1031221229
JURUSAN : AKUNTANSI F

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala


berkat Ridho-Nya kami mampu merampungkan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa
juga kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu
`alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan semua ummatnya yang selalu
istiqomah sampai akhir zaman.
Penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan tema Meneladani Akhlak Para Nabi. Yang mana
di dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai kisah-kisah para nabi beserta mengulas
pesan moral dari akhlak para nabi agar umat islam dapat meneladaninya.
Namun, kami sadar bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat berharap kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan makalah ini. Harapan
kami semoga makalah ini dapat bermanfaat serta mampu memenuhi harapan berbagai pihah.
Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakanng.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Peraturan Undang-Undang tentang Pendidikan Tinggi..................................................2
B. Peraturan Undang-Undang tentang Pencabutan Gelar Akademik dan Ijazah atas
Perilaku Plagiat...............................................................................................................4
C. Sanksi bagi Pelaku yang melakukan Plagiarisme...........................................................7
D. Plagiat dan Hak Cipta dalam Perspektif Hukum Islam..................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya tulis ilmiah identik dengan dunia akademisi karena ide atau gagasan yang
muncul berawal dari pemikiran para akademisi yang harus diberi perlindungan baik
secara hukum maupun etika. Pentingnya perlindungan terhadap pemikiran akademisi
tersebut berhubungan erat dengan hak moralitas yang menunjukkan bahwa setiap karya
seseorang tidak boleh dimanipulasi keasliannya karena setiap karya ilmiah yang
dihasilkan harus mendapatkan penghormatan dan perlindungan dimana ini sejalan
dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Perilaku mengutip sebagian atau seluruh karya orang lain tanpa mencantumkan sumber
sangat mudah dilakukan terutama dengan mudahnya akses media cetak dan internet saat
ini. Peraturan Menteri No. 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penaggulangan
Plagiat di Perguruan Tinggi BAB 1 Pasal 1 menyatakan bahwa Plagiat adalah perbuatan
secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit
atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya
dan/atau karya ilmiah pihak lain yang mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau
karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya
, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. Diharapkan dengan adanya
peraturan tersebut, para akademisi dapat berhati-hati dan lebih jujur dalam menghasilkan
sebuah karya ilmiah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peraturan Undang-Undang tentang Pendidikan Tinggi?
2. Bagaimana Peraturan Undang-Undang tentang Pencabutan Gelar Akademik dan
Ijazah atas Perilaku Plagiat?
3. Bagaimana Plagiat dan Hak Cipta dalam Perspektif Hukum Islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peraturan Undang-Undang tentang Pendidikan Tinggi


 Latar belakang UU No 12 Tahun 2012
Pertimbangan dalam UU No 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi adalah:

1. Bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa serta memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia;

2. Bahwa pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki
peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang
berkelanjutan;
3. Bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di
segala bidang, diperlukan pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/atau
profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh,
serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa;
4. Bahwa untuk mewujudkan keterjangkauan dan pemerataan yang berkeadilan
dalam memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan dengan
kepentingan masyarakat bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan,
diperlukan penataan pendidikan tinggi secara terencana, terarah, dan berkelanjutan
dengan memperhatikan aspek demografis dan geografis;

2
5. Bahwa untuk menjamin penyelenggaraan pendidikan tinggi diperlukan pengaturan
sebagai dasar dan kepastian hukum;
6. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang
Pendidikan Tinggi;

 Tercantum Pada Pasal 28 Ayat 5 UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang


Pendidikan Tinggi yang berbunyi:
(5) Gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi dinyatakan tidak sah dan
dicabut oleh Perguruan Tinggi apabila karya ilmiah yang digunakan untuk
memperoleh gelar akademik, gelar vokasi, atau gelar profesi terbukti merupakan
hasil jiplakan atau plagiat.

Dari pasal tersebut dapat kita pahami bahwa tidak sah dan akan dicabut apabila
terjadinya tindakan hasil menjiplak atau plagiat suatu karya ilmiah dalam perguruan
tinggi yang memilliki gelar dari kalangan akademik, vokasi, dan profesi. Pendidikan
Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program
profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Ilmu Pengetahuan dalam UU 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi adalah


rangkaian pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara sistematis
dengan menggunakan pendekatan tertentu, yang dilandasi oleh metodologi ilmiah
untuk menerangkan gejala alam dan/atau kemasyarakatan tertentu, dan Teknologi
adalah penerapan dan pemanfaatan berbagai cabang Ilmu Pengetahuan yang
menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan dan kelangsungan hidup, serta
peningkatan mutu kehidupan manusia.

3
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi ditempatkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158. Penjelasan
Atas Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi ditempatkan
dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336. Agar setiap
orang mengetahuinya.

Fungsi Pendidikan Tinggi menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012


tentang Pendidikan Tinggi adalah:

a. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban


bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
b. Mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif,
terampil, berdaya saing, dan koorperatif melalui pelaksanaan Tridharma
c. Mengembangkan IlmuPengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan
dan menerapkan nilai Humaniora

Tujuan Pendidikan Tinggi menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012


tentang Pendidikan Tinggi adalah:

a. Berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman


dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk
kepentingan bangsa
b. Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau
Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya
saing bangsa
c. Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi
kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat
manusia

d. Terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya


Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.

4
B. Peraturan Undang-Undang tentang Pencabutan Gelar Akademik dan Ijazah
atas Perilaku Plagiat
Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau
mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip
sebagian atau seluruhnya karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai
karya ilmiahnya, tanpa menyebutkan sumber secara tepat dan memadai. Sedangkan
Plagiator adalah orang perseorangan atau kelompok pelaku plagiat, masing-masing
bertindak untuk diri sendiri atau kelompok atau untuk dan atas nama suatu badan.
Dari ketentuan pasal dapat dikatakan bahwa yang dimaksud plagiarisme ini berkaitan
langsung dengan tujuan untuk memperoleh nilai baik untuk kepentingan akademik
maupun untuk kepentingan penilaian jabatan.Hal lain yang perlu dipahami dengan
cermat adalah batasan plagiarisme. Plagiarisme dilakukan tanpa ijin atau tanda
memberikan kompensasi yang layak kepada pencipta atau pemegang hak cipta. Oleh
karena itu, tindakan plagiarisme biasanya berkaitan erat dengan dunia akademik atau
hal-hal yang bersifat karya ilmiah dan lebih banyak dibahas dari sudut etika. Undang-
undang memberikan kewenangan kepada institusi pendidikan tinggi untuk
memberikan gelar akademik pada peserta didik yang memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan, selain itu institusi pendidikan tinggi juga diberikan kewenangan
untuk mencabut dan membatalkan gelar yang telah diberikan jika terbukti ada
tindakan plagiarisme. Hal ini diatur secara singkat dalam ketentuan Pasal 25 UU
SISDIKNAS. Jika dikaitkan dengan tindakan plagiarisme jelas tersirat dalam Pasal 25
UU SISDIKNAS bahwa tindakan plagiarisme tidak mendukung fungsi pendidikan
nasional karena potensi, kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan tidak akan terbentuk,
terutama bagi pelaku yang tidak memikirkan tindakan dan akibatnya bagi masyarakat
 Tercantum Pada Pasal 42 Ayat 3 UU Nomor 12 Tahun 2012 tentng Perihal
Pencabutan Gelar Akademik dan Ijazah atas Perilaku Plagiat yang
berbunyi:
(3) Lulusan Pendidikan Tinggi yang menggunakan karya ilmiah untuk
memperoleh ijazah dan gelar, yang terbukti merupakan hasil jiplakan atau plagiat,
ijazahnya dinyatakan tidak sah dan gelarnya dicabut oleh Perguruan Tinggi.

5
Dari pasal ini dapat dipahami bahwa jika ada seorang yang melakukan jiplakan
atau plagiat untuk memperoleh ijazah dan gelar maka ijzahnya dianggap tidak sah dan
gelarnya akan dicabut oleh Perguruan tinggi.Permendiknas No. 17 Tahun 2010
menyimpulkan bahwa peraturan telah memberikan perlindungan hukum yang
memadai dengan adanya perumusan sanksi administratif yang jelas. Permendiknas
No. 17 Tahun 2010 ini memandang bahwa plagiarisme sebagai tindakan yang tercela
secara etis dan moral akan tetapi tidak menganggap sebagai tindak pidana. Hal ini
dapat dicermati dari rumusan sanksi berupa sanksi administratif dan bukan sanksi
pidana. Hal ini bertentangan dengan ketentuan Pasal 25 UU Sisdiknas yang
menyatakan plagiarisme adalah tindak pidana karena adanya sanksi pidana berupa
penjatuhan pidana penjara dalam kurun waktu tertentu dan penjatuhan pidana denda.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik UU Sisdiknas maupun
Permendiknas No. 17 Tahun 2010 memiliki sudut pandang yang berbeda dalam
memberikan perlindungan hukum bagi pencipta yang dirugikan karena tindakan
plagiarisme, seharusnya antara UU Sisdiknas dan Permendiknas No. 17 Tahun 2010
sejalan dan saling melengkapi.

Analisis atas UUHC mengatakan bahwa plagiarisme dilakukan oleh seseorang


berdasarkan ketentuan UUHC merupakan tindak pidana yang melanggar hak moral
dan hak ekonomi dari pencipta, sedangkan pelanggaran atas hak ekonomi dari
pencipta biasanya disebut dengan pembajakan hak cipta, selain itu kedua tindakan
tersebut bisa dilakukan oleh siapa saja (berlaku umum). Sedangkan jika didasarkan
pada tujuan yang ingin dicapai oleh pelaku plagiarisme diajukan untuk mendapatkan
pengakuan (integritas) sebagai pencipta dengan cara mencederai integritas pemilik
hak cipta, sedangkan pembajakan hak cipta lebih ditujukan untuk mendapatkan
keuntungan ekonomi dengan cara melanggar hak ekonomi pencipta.

Contoh kasus plagiat yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi oleh rektor:

Kasus dugaan plagiat yang dilakukan Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES),
Fathur Rokhman terhadap disertasinya di Universitas Gajah Mada (UGM) tahun
2003, dimana dirinya dituduh melakukan plagiat terhadap karya skripsi mahasiswa
bimbingannya di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNNES. Tahun 2021, kasusnya
dinyatakan tidak terbukti atas dasar surat dari rektor UGM yang menegaskan jika
disertasinya bukan hasil plagiat.

6
C. Sanksi bagi Pelaku yang melakukan Plagiarisme
1.) Sanksi bagi mahasiswa yang melakukan plagiarisme diatur dalam pasal 12 ayat
(1) Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi yang berbunyi: Sanksi bagi
mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat sebagaimana dimaksudkan dalam
pasal 10 ayat (4), secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang
paling berat, terdiri atas:
 Teguran
 Peringatan tertulis
 Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
 Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa
 Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
 Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa, atau
 Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program.
2.) Sanksi bagi dosen Sanksi bagi dosen yang melakukan plagiarisme diatur dalam
pasal 12 ayat (2) Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi yang berbunyi: Sanksi bagi
dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang terbukti melakukan plagiat sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 11 ayat (6), secara berurutan dari yang paling ringan
sampai dengan yang paling berat, terdiri atas:
 Teguran
 Peringatan tertulis
 Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/ tenaga kependidikan
 Penurunan pangkat dan jabatan akademik/ fungsional
 Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai gurubesarprofessor/ahli peneliti
utama bagi yang memenuhi syarat
 Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan.
 Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai
dosen/peneliti/tenaga kependidikan; atau

7
 Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang
bersangkutan

Permendiknas No. 17 Tahun 2010 tersebut dapat disimpulkan bahwa


peraturan telah memberikan perlindungan hukum yang memadai dengan adanya
perumusan sanksi administratif yang jelas. Permendiknas No. 17 Tahun 2010 ini
memandang bahwa plagiarisme sebagai tindakan yang tercela secara etis dan
moral akan tetapi tidak menganggap sebagai tindak pidana. Hal ini dapat
dicermati dari rumusan sanksi berupa sanksi administratif dan bukan sanksi
pidana. Hal ini bertentangan dengan ketentuan Pasal 25 UU Sisdiknas yang
menyatakan plagiarisme adalah tindak pidana karena adanya sanksi pidana
berupa penjatuhan pidana penjara dalam kurun waktu tertentu dan penjatuhan
pidana denda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik UU Sisdiknas
maupun Permendiknas No. 17 Tahun 2010 memiliki sudut pandang yang berbeda
dalam memberikan perlindungan hukum bagi pencipta yang dirugikan karena
tindakan plagiarisme, seharusnya antara UU Sisdiknas dan Permendiknas No. 17
Tahun 2010 sejalan dan saling melengkapi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi dan
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 7142 Tahun 2017 Tentang
Pencegahan Plagiarism di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dengan ini
disampaikan bahwa sejak tanggal 1 Februari 2019, permohonan pembuatan ijazah
harus menyertakan bukti sertifikat bebas plagiasi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1) Tesis dan disertasi yang telah diujikan dan diperbaiki serta mendapat
persetujuan tim penguji harus dipindai untuk memastikan bebas dari indikasi
plagiat;
2) Tesis dan disertasi yang telah dipindai dan dinyatakan tidak terindikasi plagiat
(paling tinggi 20% per bab) akan mendapat sertifikat bebas plagiasi;
3) Sertifikat bebas plagiasi menjadi salah satu syarat pembuatan ijazah;
4) File tesis atau disertasi yang telah diperbaiki berdasarkan hasil ujian diserahkan
ke Program Studi masing-masing dengan ketentuan
D. Plagiat dan Hak Cipta dalam Perspektif Hukum Islam

8
Majelis Majma` Al-Fiqh Al-Islamy menyebutkan bahwa secara umum, hak atas
suatu karya ilmiyah, hak atas merek dagang dan logo dagang merupakan hak milik
yang keabsahannya dilindungi oleh syariat Islam. Dan khususnya di masa kini
merupakan `urf yang diakui sebagai jenis dari suatu kekayaan di mana pemiliknya
berhak atas semua itu. Seperti yang disebutkan oleh Wahbah Az-Zuhaily yang
mendefinisikan bahwa haq al-ta’lif (hak cipta karya tulis) adalah hak kepemilikan
karya bagi seorang penulis yang terpelihara secara syar'i” 29 Hak ini terpelihara
karena kedudukannya sama dengan hak-hak kebendaan lainnya, sehingga pihak lain
tidak diperbolehkan untuk menggunakan tanpa seizin pemiliknya. Dalam sebuah hak
cipta terkandung di dalamnya hak ekonomi (haq aliqtishadi) dan hak moral (haq al-
adabi). Mengenai hak ekonomi maka setiap pembuat karya cipta berhak untuk
mendapatkan materi dari karya ciptanya tersebut.
Definisi yang disebutkan oleh Abdullah Al-Mushlih dan Shalah Al-Shawi yang
menyebutkan : Hak cipta adalah sejumlah keistimewaan yang dimiliki oleh seorang
penulis/pengarang yang bisa dihargai dengan uang, terkadang hak ini disebut juga hak
abstrak, hak kepemilikan seni/sastra atau hak-hak intelektualitas, hak ini juga berarti
harga komersial dari tulisan atau karangannya, harga tersebut dibatasi oleh mutu dan
keuntungan komersial yang bisa direalisasikan dengan menerbitkan hasil tulisan
tersebut dan mengkomersilkannya”.
disebutkan oleh Imam Al-Qurthuby dalam muqadimah tafsirnya.31 Usamah
Muhammad Usman Khalil dalam makalahnya menyebutkan bahwa hak cipta sebagai
bagian dari hak kekayaan intelektual (al-milkiyah al-fikriyah) adalah hak yang
dimiliki oleh seseorang atas karya tulisnya dalam berbagai bentuknya. Masjfuk Zuhdi
mengatakan bahwa hak cipta adalah sebuah karya dari seseorang berupa hasil dari
kemampuan berpikir.32 Hak ini dikenal juga dengan istilah almilkiyyat al-fikriyyah.

Dalil Hukum Mengambil Hak Cipta


Dalam ruang lingkup hak cipta jika seseorang melanggar hak cipta orang lain tanpa
adanya izin, maka itu berarti mengambil hak milik orang lain tanpa adanya keridhaan dari
pemiliknya dan hal ini hukumnya haram, karena hak milik harta seorang muslim itu
terjaga. Seperti ditegaskan kembali dalam QS Al-Nisaa ayat 29 :
‫هّٰللا‬ ۤ ‫ْأ‬ ۤ
َ ‫ض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ[ ۤ[وْ ا اَ ْنـفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن‬ ۤ ٰ
ٍ ‫ٰيـاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا اَل تَ ُكلُوْ ا اَ ْم َوا لَـ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِا ْلبَا ِط ِل اِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن تَ[ َرا‬
‫َكا نَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬

9
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. Sementara hadits Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Salam
yang melarang setiap muslim memakan harta saudaranya dengan cara yang batil sangat
banyak, diantaranya adalah :

10
‫عن ابن عمر أن رسول‬
‫أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن ال إله إال هللا وأن محمدا رسول هللا ويقيموا الصالة‬: ‫هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ويؤتوا الزكاة فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأموالهم إال بحق اإلسالم وحسام على هللا‬
Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa salam bersabda: "Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah
kecuali Allah dan Muhammad adalah utusanNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
apabila mereka telah melakukan hal-hal tersebut maka darah dan harta mereka
mendapatkan perlindungan dariku, kecuali karena hak-hak Islam, sedangkan hisabnya
atas Allah. HR. Bukhary dan Muslim. Dalam Islam setiap perbuatan yang melanggar
hukum maka telah terdapat aturan mainnya. Perangkat yang mengatur ketentuan ini
adalah hukum pidana (fiqh al-jinayah).
Sesuai firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 188 dijelaskan bahwa:
َ‫اس بِااْل ِ ْث ِم َواَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُموْ ن‬ ‫ْأ‬ ‫ْأ‬
ِ َّ‫ࣖ َواَل تَ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل َوتُ ْدلُوْ ا بِهَٓا اِلَى ْال ُح َّك ِام لِتَ ُكلُوْ ا فَ ِر ْيقًا ِّم ْن اَ ْم َوا ِل الن‬
Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan
(janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar
kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu
mengetahui.”
Terkait larangan ini, dalam Hadits Riwayat Muslim menjelaskan bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda: "Siapapun yang mengambil hak orang muslim dengan sumpahnya, Allah
menentukan neraka baginya. Lalu, mengharamkan surga baginya. Ada lelaki yang
bertanya kepada Nabi SAW: Walaupun hal tersebut merupakan hal yang sangat
sederhana wahai Rasulullah? Kemudian Nabi Muhammad SAW menjawab: Walaupun itu
sebatang kayu syiwa dari pohon arak”.
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa dalil yang dijadikan landasan hukum
bagi penetapan hak cipta adalah:
1) Qiyas, yaitu menganalogikan pembuat karya cipta dengan pembuat barang-barang
dagangan sebagai produsen yang berhak untuk mendapatkan hak atas barang-barang
yang diproduksinya.
2) Maslahah Mursalah, yaitu kemaslahatan yang akan didapat ketika hak ini terlindungi.
Manakala hak ini dibiarkan tentu akan mendatangkan kemudzaratan bagi pencipta dan
masyarakat umum. Kemudzaratan yang dirasakan oleh pencipta adalah ia tidak dapat
menikmati hasil karya ciptanya dan bagi masyarakat mereka akan mendapatkan
kualitas karya cipta yang jelek karena hasil dari bajakan.

11
3) 'Urf (adat), yaitu sesuatu yang telah diterima secara umum di kalangan masyarakat, di
mana mereka tidak mempersoalkan hal ini. Tetapnya hak cipta atas setiap karya cipta
bagi pencipta telah menjadi bagian dari kehidupan umat manusia, dalam setiap sistem
hidup, dan ini adalah fitrah manusia.
4) Kaidah Sadd Adz-Dzara'i, Jalb AlMaslahah dan Daf' Al-Mafsadah, yaitu kaidah
mendatangkan kebaikan bagi penulis dan masyarakat umum serta menghindarkan
kerusakan di tengah masyarakat. Kerusakan yang akan terjadi adalah ketika para
pencipta tidak mau membuat karya cipta karena hak-haknya tidak terpenuhi.

Dasar Hukum Kepemilikan Hak Cipta


Fathi AlDuraini yang menyatakan bahwa landasan hukum dari hak cipta adalah 'urf
(Suatu adat kebiasaan yang berlaku umum dalam suatu masyarakat) serta kaidah
maslahah mursalah (suatu kemaslahatan yang tidak ada nashnya dari Al-Qur'an dan Al-
Sunnah, namun mengandung kebaikan padanya). Landasan hukum ini juga digunakan
oleh Wahbah Al-Zuhaily, beliau menyatakan bahwa tidak ada dalil yang sharih mengenai
hak cipta, namun hal ini dapat disandarkan pada kaidah Jalb Almaslahah (mendatangkan
maslahat) atau Daf' Al-Mafsadah (menolak kerusakan), karena dengan kaidah ini akan
terealisasi tujuan syariat. Jika kemaslahatan adalah bagian dari tujuan syara' maka
melindungi hak cipta adalah sebagai upaya untuk menjaga kemaslahatan pencipta serta
masyarakat pada umumnya. Segi jalb almafsadah dalam perlindungan hak cipta adalah
sebagai tindakan preventif agar tidak terjadi mafsadah yang lebih besar. Karena dengan
perlindungan ini setiap pembuat karya cipta akan terpacu untuk terus menggali berbagai
penemuan baru yang akan bermanfaat bagi manusia. Jika hak ini tidak dilindungi tentu
akan mengakibatkan berbagai kerusakan di tengah masyarakat, seperti keengganan para
pembuat karya cipta untuk menciptakan karyanya, dampak yang lebih mengkhawatirkan
adalah tidak berkembangnya tekhnologi dan ilmu pengetahuan karena tidak ada lagi
orangorang yang mau menciptakan berbagai penemuan dari hasil-hasil penelitiannya.
Dalam ruang lingkup hak kepengarangan (haqq al-ta`lif), sebagai salah satu bagian
dari hak cipta, Wahbah Al-Zuhaily menegaskan: Berdasarkan hal (bahwa hak
kepengarangan adalah hak yang dilindungi oleh syara` (hukum Islam) atas dasar qaidah
istishlah) tersebut, maka mencetak ulang atau men-copy buku (tanpa seizin yang sah)
dipandang sebagai pelanggaran atau kejahatan terhadap hak pengarang; dalam arti bahwa
perbuatan tersebut adalah kemaksiatan yang menimbulkan dosa dalam pandangan Syara`

12
dan merupakan bentuk pencurian yang mengharuskan ganti rugi terhadap hak pengarang
atas naskah yang dicetak tersebut.
Tidak dipungkiri bahwa dengan adanya pelanggaran hak cipta maka banyak sekali
pihak-pihak yang dirugikan. Pelanggaran ini tidak saja merugikan penjual, tapi termasuk
juga penerbit, penulis dan masyarakat itu sendiri. Kerugian ini terutama pada segi
ekonomi, walaupun banyak juga pelanggaran di bidang hak moral. Inilah mafsadah yang
terjadi ketika hak cipta tidak dilindungi, dan Islam telah melakukan tindakan pencegahan
dengan melindungi seluruh hak-hak setiap manusia. Bakr bin Abdullah Abu Zaid
berpendapat bahwa dasar hukum penetapan dari hak cipta ada adalah : Pertama Qiyas,
yaitu mengqiyaskan antara pembuat karya cipta dengan seseorang yang bekerja yang
berhak atas hasil dari kerjanya tersebut, juga qiyas mengenai bolehnya mengambil upah
dari pengobatan (ruqyah) dengan membaca Al-Qur'an dan mengajarkannya. Kedua
Amalan para ulama terdahulu yang menjual belikan buku-buku mereka atau
menggadaikannya. Hal ini menunjukan bahwa hasil dari penuangan ide dan gagasan ini
adalah harta yang bernilai. Ketiga Kaidah Fiqhiyah ‫ ال ما‬dapat yang Setiap "‫یتم الواجب إال بھ‬
‫ فھو واجب‬menyempurnakan sesuatu yang wajib maka ia menjadi wajib", salah satu cabang
dari ‫ ما ال یتم المسنون إال بھ فھو‬adalah ini kaidah ‫ "مسنون‬Setiap yang dapat menyempurnakan
sesuatu yang sunnah maka ia menjadi sunah hukumnya. Demikian pula kaidah AlQurab
(sarana mendekatkan diri kepada Allah ta'ala).

Perlindungan Hak Cipta dalam Syari’ah Islam


Lembaga Fatwa Mesir, Darul Ifta Al-Mishriyyah melansir keterangan berikut melalui
websitenya yang diakses pada Kamis, 5 Maret 2015.
http://www.dar-alifta.org/ViewFatwa.aspx?ID=426 ‫حق[[وق الت[[أليف واالخ[[تراع أو االبتك[[ار مص[[ونة‬
‫ ف[إن انتح[ال الحق[وق‬:‫ وبن[اء على ذل[ك‬.‫ وال يج[وز االعت[داء عليه[ا وهللا أعلم‬،‫ وألصحابها ح[ق التص[رف فيه[ا‬،‫شرعا‬
‫الفكرية والعالمات التجارية المسجلة ألصحابها بطريقة يفهم بها المنتحل الناس أنه[[ا العالم[[ة األص[[لية ه[[و أم[[ر مح[[رم‬
‫ وفيه تض[ييع لحق[وق الن[اس وأك[ل ألم[والهم بالباطل‬،‫ شرعا يدخل في باب الكذب والغش والتدليس‬Artinya, “Hak
karya tulis dan karya-karya kreatif, dilindungi secara syara’. Pemiliknya memunyai hak
pendayagunaan karya-karya tersebut. Siapapun tidak boleh berlaku zalim terhadap hak
mereka. Berdasarkan pendapat ini, kejahatan plagiasi terhadap hak intelektual dan hak
merk dagang yang terregistrasi dengan cara mengakui karya tersebut di hadapan publik,
merupakan tindakan yang diharamkan syara’. Kasus ini masuk dalam larangan dusta,
pemalsuan, penggelapan. Pada kasus ini, terdapat praktik penelantaran terhadap hak
orang lain; dan praktik memakan harta orang lain dengan cara batil.”

13
Melihat dari keterangan di atas, sudah semestinya setiap orang mengapresiasi karya
orang lain dan menghargainya dengan tidak melakukan plagiasi. Setidaknya kalau tidak
bisa izin, menyebutkan sumber lengkap dengan nama pembuatnya kalau mau mengutip
semisal karya apa saja mulai dari seni rupa, seni tari, seni musik, sastra, karya jurnalistik,
atau temuan budaya lokal lainnya. Wallahu A’lam. Perlindungan terhadap hak cipta
dalam Islam memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu karya cipta dapat
diakui sebagai hak kepemilikan atas harta, yaitu:
a) Tidak mengandung unsur-unsur haram di dalamnya
b) Tidak menimbulkan kerusakan di masyarakat
c) Tidak bertentangan dengan syari’at islam secara umum, Hak Cipta sebagai sebuah
hak kepemilikan atas suatu manfaat akan berakhir ketika pemiliknya melakukan akad
(transaksi), baik akad yang bersifat terbaru (sosial) ataupun akan tijary (perdagangan).

Penanggulangan plagiat oleh mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah diatur


selanjutnya dalam Pasal 10 Permendiknas 17/2010, yang berbunyi:
a.) Dalam hal diduga telah terjadi plagiat oleh mahasiswa, ketua
jurusan/departemen/bagian membuat persandingan antara karya ilmiah mahasiswa
dengan karya dan/atau karya ilmiah yang diduga merupakan sumber yang tidak
dinyatakan oleh mahasiswa.
b.) Ketua jurusan/departemen/bagian meminta seorang dosen sejawat sebidang untuk
memberikan kesaksian secara tertulis tentang kebenaran plagiat yang diduga telah
dilakukan mahasiswa.
c.) Mahasiswa yang diduga melakukan plagiat diberi kesempatan melakukan
pembelaan di hadapan ketua jurusan/departemen/bagian.
d.) Apabila berdasarkan persandingan dan kesaksian telah terbukti terjadi plagiat,
maka ketua jurusan/departemen/bagian menjatuhkan sanksi kepada mahasiswa
sebagai plagiator.
e.) Apabila salah satu dari persandingan atau kesaksian, ternyata tidak dapat
membuktikan terjadinya plagiat, maka sanksi tidak dapat dijatuhkan kepada
mahasiswa yang diduga melakukan plagiat.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pasal tersebut dapat kita pahami bahwa jika ada plagiarisme atau penjiplakan
suatu karya ilmiah dalam perguruan tinggi yang memilliki gelar dari kalangan akademik,
vokasi, dan profesi, maka tidak sah dan akan dicabut gelarnya.
Jelas dari pasal ini bisa dipahami bahwa jika terdapat seorang yg melakukan jiplakan
atau plagiarisme untuk memperoleh ijazah serta gelar maka ijzahnya dianggap tidak legal
dan gelarnya akan dicabut oleh Perguruan tinggi. Permendiknas No. 17 Tahun 2010
menyimpulkan bahwa peraturan telah memberikan perlindungan aturan yg memadai
dengan adanya perumusan sanksi administratif yg jelas

B. Saran
Pada zaman sekarang banyak sekali terjadinya Pagiarisme dan Pelanggaran Hak Cipta
dalam suatu Pendidikan Tinggi. Perkembangan zaman inilah yang membuat bangsa
Indonesia mengalami penurunan pola pikir dalam menciptakan suatu Karya Ilmiah tanpa
melakukan suatu plagiarisme dalam Hak Cipta.
Menurut pendapat saya, sehariusnya para penerus bangsa di era sekarang lebih
meningkatkan wawasan dalam berpikir dan membiasakan diri untuk tidak melakukan
suatu plagiarisme pada suatu karya ilmiah seenaknya tanpa izinseorang pengarang. Saya
yakin jika bangsa ini akan mempunyai kehidupan yang lebih baik apabila berpegang
teguh kepada pedoman yang ada, meskipun zaman serta teknologi semakin maju.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Jurnal

(AMRAN, 2014). Plagiat di Perguruan Tinggi di Indonesian Perspektif Hukum Islam.


Alfarisi, U. Plagiarisme Dalam Perspektif Hukum Islam.

Hakim, G. (2018). Perlindungan Hukum Pencipta yang Dirugikan Haknya atas Tindakan
Plagiarisme. Halu Oleo Law Review, 2(1), 416-428.

INDONESIA, P. R. Undang-undang republik indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang


pendidikan tinggi.

Suryana, A. (2017). Hak Cipta Perspektif Hukum Islam. Al-Mashlahah Jurnal Hukum Islam
dan Pranata Sosial, 3(05).

Yuliati, Y. Y. (2012). perlindungan hukum bagi pencipta berkaitan dengan plagiarisme karya
ilmiah di indonesia. arena hukum, 5(1), 54-64.

 Web Site
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-12-2012-pendidikan-tinggi

https://pasca.uin-antasari.ac.id/2019/01/kewajiban-cek-plagiasi-sebagai-syarat-pembuatan-
ijazah/

https://ombudsman.co.id/mahmud-marhaba-menjaga-kampus-dari-praktek-kotor

https://islam.nu.or.id/syariah/kedudukan-hak-cipta-dalam-islam-NACEA

https://kumparan.com/berita-hari-ini/apa-hukum-mengambil-hak-orang-lain-ini-penjelasan-
dan-dalil-dalilnya-1x77JRWWpkp

https://islamicfamilylaw.uii.ac.id/blog/2020/03/10/stop-plagiasi/

16

Anda mungkin juga menyukai