Anda di halaman 1dari 9

POLITIK HUKUM

NAMA : MARINA
NIM : 1705055016
KELAS :A
DOSEN PENGAMPU : DR. SURYANINGSIH, S.PD, M.H.

TUGAS INDIVIDU

1. Download lah naskah akademik!


Jawab:
Naskah Akademik “NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-
UNDANG TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL
(RUU-PKS )”

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/61308642/RJ1
-20181127-110919-806820191123-120727

2. Menelaah naskah tersebut!


a. Bagaimana indikator naskah akademik yang Anda download??
Naskah awal yang memuat gagasan-gagasan pengaturan
dan materi muatan perundang-undangan bidang tertentu
disebut, yang ditinjau secara sistemik holistik dan futuristik dari
berbagai aspek ilmu. Di samping itu, Naskah Akademik juga
merupakan bahan pertimbangan yang dipergunakan dalam
permohonan izin prakarsa penyusunan peraturan perundang-
undangan
Naskah Akademik merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari penyusunan sebuah Rancangan Peraturan
Perundang- undangan. Karena, memuat gagasan-gagasan
pengaturan serta materi muatan peraturan perundang-undangan
bidang tertentu.
Draf RUU PKS menyebutkan ada sembilan jenis tindak
pidana kekerasan seksual. Kesembilan jenis tindak pidana
tersebut yakni pelecehan seksual, eksploitasi seksual, pemaksaan
kontrasepsi, pemaksaan aborsi, perkosaan, pemaksaan
perkawainan, pemaksaan pelacuran, perbudakan seksual, dan
penyiksaan seksual.
Kekerasan seksual meliputi peristiwa kekerasan seksual
dalam lingkup relasi personal, rumah tangga, relasi kerja, publik
dan situasi khusus lainnya.

b. Rancangan apa saja?


Naskah Akademik ini berisikan:
1) Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP)
2) Rancangan Undang-Undang Perlindungan Kekerasan
Seksual (RUU-PKS)

c. Unsur-unsur apa saja yang harus ada di dalam naskah


akademik?
1) Hasil inventarisasi hukum positif;
2) Hasil inventarisasi permasalahan hukum yang dihadapi;
3) Gagasan-gagasan tentang materi hukum yang akan
dituangkan ke dalam Rancangan Peraturan Perundang-
undangan;
4) Konsepsi landasan, alas hukum dan prinsip yang akan
digunakan;
5) Pemikiran tentang norma-normanya yang telah
dituangkan ke dalam bentuk pasal-pasal;
6) Gagasan awal naskah rancangan Peraturan per-uu-an
yang disusun secara sistematis:  bab demi bab, serta
pasal demi pasal untuk memudahkan dan mempercepat
penggarapan rancangan peraturan per- uu-an dimaksud.

d. Mengapa naskah akademik itu dibuat, apa tujuannya didalam


akademis/perguruan tinggi?
Indonesia membutuhkan peraturan yang dapat melindungi
korban-korban kekerasan seksual.
Rancangan Undang-Undang Penghapusan kekerasan
seksual RUU-PKS merupakan sebuah produk hukum yang
menjadi terobosan atas upaya penghapusan segala bentuk
kekerasan seksual, terutama melihat kondisi bahwa masih
banyak bentuk kejahatan serta kekerasan seksual, terutama
kepada perempuan di Indonesia yang masih belum dilindungi
dan diatur oleh peraturan perundang-undangan.
Menurut Komisi Nasional Perempuan, adapun tujuan
dibuatnya RUU-PKS yakni:
1) Melakukan pencegahan terhadap terjadinya peristiwa
kekerasan seksual.
2) Mengembangkan dan melaksanakan mekanisme
penanganan, perlindungan, dan pemulihan yang
melibatkan masyarakat dan berpihak pada korban, agar
Korban dapat melampaui kekerasan yang ia alami dan
menjadi seorang penyintas.
3) Memberikan keadilan bagi korban kejahatan seksual,
melalui pidana dan tindakan tegas bagi pelaku kekerasan
seksual.
4) Menjamin terlaksananya kewajiban Negara, peran keluarga,
partisipasi masyarakat, dan tanggung jawab korporasi
dalam mewujudkan lingkungan bebas kekerasan seksual.

e. Coba anda lihat di lingkungan anda persoalan urgent apa


yang muncul?
Pengaduan kasus kekerasan terhadap perempuan pada
tahun 2018 meningkat 14% dari tahun sebelumnya.
Peningkatan pengaduan ini mengindikasikan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengungkapkan
kasus kekerasan terhadap perempuan dan semakin
membaiknya mekanisme pencatatan dan pendokumentasian
kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan di lembaga-
lembaga layanan. Situasi ini tidak seragam di semua wilayah,
karena hingga tahun ini, 3 propinsi di Bagian Timur Indonesia
yaitu Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, masih belum
memiliki data tentang kekerasan terhadap perempuan yang
bisa diakses secara nasional.
Yang serig saya temui di lingkungan ialah, kekerasan di
lembaga pendidikan: kasus siswi hamil yang kehilangan hak
pendidikan,  perkawinan adat dan perkawinan anak,
Terhadap sejumlah temuan terkait kekerasan terhadap
perempuan sepanjang tahun 2018, Komnas Perempuan
merekomendasikan:
1) Aparat Penegak Hukum perlu mengoptimalkan
penggunaan UU PKDRT, Undang Undang Perlindungan
Anak dan Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, dalam penanganan kasus-kasus
kekerasan terhadap perempuan, terutama kasus-kasus
yang rentan menempatkan perempuan sebagai pelanggar
hukum;
2) Tokoh-Tokoh Masyarakat, Pemuka Agama dan Tokoh Adat
agar semakin meningkatkan upaya pendidikan masyarakat
agar kebiasaan, praktik dan budaya yang mendiskriminasi
perempuan dan menempatkan perempuan sebagai objek
kekerasan, dapat diminimalkan;
3) Masyarakat agar tetap fokus pada perlindungan korban
yang menjadi tanggung jawab Pemerintah dengan
pelibatan korban, keluarga, masyarakat,dan korporasi
sehingga tidak mereviktimisasi perempuan korban
berkelanjutan.

f. Peraturan yang mengatur persoalan tersebut terdapat dalam?


Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak jo. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak hanya mengatur kekerasan
seksual yang berupa eksploitasi seksual. Eksploitasi seksual
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Angka 43 Pasal 66 yaitu “segala bentuk pemanfaatan organ
tubuh seksual atau organ tubuh lain dari Anak untuk
mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas
pada semua kegiatan pelacuran dan pencabulan”
RUU Penghapusan Kekerasan Seksual akan mengatur
jenis-jenis tindak pidana kekerasan seksual selain eksploitasi
seksual. RUU Penghapusan Kekerasan Seksual juga
memberikan perlindungan tidak hanya bagi anak yang
menjadi korban dari tindak pidana kekerasan seksual termasuk
eksploitasi seksual, melainkan bagi setiap orang yang menjadi
korban tindak pidana kekerasan seksual. Penjabaran mengenai
hak korban atas perlindungan, penanganan dan pemulihan
juga diuraikan oleh RUU Penghapusan Kekerasan Seksual.

3. Melihat persoalan empiris baik secara horizontal maupun vertical!


Secara horizontal Pemerintah melakukan penanganan yang
komprehensif, sistemik, dan terpadu. Mulai dari pencegahan
dengan mengubah pandangan masyarakat, memodifikasi
perilaku, dan melindungi kelompok rentan mengalami kekerasan
seksual. Upaya perlindungan dengan memastikan tersedianya
layanan bagi korban dan tidak terulangnya kekerasan kepada
korban. 
Langkah penuntutan dan penyidikan dengan memastikan
semua pelaku diajukan ke pengadilan untuk dikenai dakwaan dan
tuntutan. Penghukuman dengan memastikan setiap pelaku
dijatuhi hukuman untuk tidak mengulangi perbuatannya. Serta
pemulihan, termasuk memastikan restitusi dan kompensasi.
Terhadap tindakan pelecehan seksual itu hanya bisa
dilakukan penegakan hukum dengan menggunakan pasal terkait
perbuatan tidak menyenangkan.
Secara Vertical, sebagai bangsa yang mengaku percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita berharap para anggota DPR
memahami usaha sekulerisasi konsep seksualitas yang disusupkan
melalui naskah RUU Pencegahan Kekerasan Seksual. Dan segera
langesahkah peraturan RUU tersebut agar dapat meminimalisir
tindak kejahatan pelecehan seksual.
4. Buatlah rancangan naskah akademik!
Format bagian pertama
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
1) Pokok pikiran tentang konstatering fakta- fakta yang
merupakan alasan-alasan pentingnya materi hukum
yang bersangkutan harus segera diatur;
2) Daftar Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan
dan yang dapat dijadikan dasar hukum bagi
pengaturan materi hukum yang bersangkutan.
3) Tujuan dan kegunaan yang ingin dicapai
4) Metode pendekatan
5) Pengorganisasian
b. Ruang Lingkup Naskah Akademik
1) Ketentuan Umum
Memuat istilah-istilah/pengertian-pengertian yang
dipakai dalam Naskah Akademik, beserta arti dan
maknanya masing-masing.
2) Materi
Memuat konsepsi, pendekatan dan asas-asas dari
materi hukum yang perlu diatur, serta pemikiran-
pemikiran normanya yang disarankan; sedapat
mungkin dengan mengemukakan beberapa alternatif.
c. Kesimpulan dan Saran
1) Kesimpulan berisi:
a) Rangkuman pokok isi naskah akademik;
b) Luas lingkup materi yang diatur, dan kaitannya
secara sistematik dengan lain-lain peraturan
perundang-undangan;
c) Bentuk pengaturan yang dikaitkan dengan materi
muatan.
2) Saran
Saran-saran mengenai :
a) Apakah semua materi Naskah Akademik sebaiknya
diatur dalam satu bentuk peraturan perundang-
undangan tertentu;
b) Usulan mengenai penetapan skala prioritas
penyusunan Naskah Akademik Peraturan
Perundang-undangan dan saat paling lambat harus
selesai diproses, beserta alasannya/sebabnya.
d. Lampiran
1) Daftar Kepustakaan
2) Inventarisasi Peraturan yang relevan dan masih berlaku;
3) Inventarisasi permasalahan hukumnya;
4) Laporan hasil penelitian di lapangan (kalau ada);
5) Berita acara proses penyusunan Naskah Akademik;
6) Saran-saran dan makalah-makalah tertulis dari anggota
Panitia Penyusunan Naskah Akademik;
7) Berita acara rapat-rapat.

Format bagian kedua


Bagian Kedua Naskah Akademik adalah konsep awal rancangan
peraturan perundang- undangan  yang terdiri dari pasal-pasal
yang diusulkan dan sudah memuat saran-saran yang konkrit.
1) Konsiderans
Memuat pokok-pokok pikiran dan konstatasi fakta yang
menunjuk pada perlunya/ urgensi pengaturan materi hukum
yang bersangkutan.
2) Dasar Hukum
Memuat daftar Peraturan Perundang-undangan yang perlu
diganti, dan/atau yang berkaitan serta dapat dibedakan
dijadikan alas/dasar hukum bagi pengaturan materi hukum
yang dibuat Naskah Akademik-nya.
3) Ketentuan Umum
Memuat istilah-istilah/pengertian-pengertian yang dipakai
dalam Naskah Akademik dan Pengertiannya.
4) Materi
Memuat Konsep tentang asas-asas dan materi hukum yang
perlu diatur, serta rumusan norma dan pasal-pasalnya yang
disarankan, bila mungkin dengan mengemukakan beberapa
alternatif.
5) Ketentuan Sanksi
Memuat pemikiran-pemikiran tentang perbuatan-perbuatan
tercela yang patut dilarang dengan menyarankan sanksi
pidananya (jika perlu).
6) Ketentuan Peralihan
Hal ini sangat diperlukan apabila materi hukum dalam
Naskah Akademik sudah pernah diatur. Ketentuan peralihan
harus memuat pemikiran tentang penyelesaian
masalah/keadaan atau peristiwa yang sudah ada pada saat
mulai berlakunya peraturan perundang-undangan baru.
Ketentuan Peralihan memuat :
a. Ketentuan-ketentuan tentang penerapan peraturan
perundang-undangan baru terhadap keadaan yang
terdapat pada waktu peraturan perundang-undangan
yang baru itu mulai berlaku.
b. Ketentuan-ketentuan tentang melaksanakan peraturan
perundang-undangan baru itu secara berangsur-angsur.
c. Ketentuan-ketentuan tentang penyimpangan untuk
sementara waktu dari peraturan perundang-undangan
baru itu.
d. Ketentuan-ketentuan mengenai aturan khusus bagi
keadaan atau hubungan yang sudah ada pada saat mulai
berlakunya peraturan perundang-undangan baru itu.
e. Ketentuan-ketentuan tentang upaya apa yang harus
dilakukan untuk memasyarakatkan peraturan yang baru
itu. Ketentuan dalam huruf a  dan e  sifatnya tetap,
sedang ketentuan-ketentuan dalam
huruf b,c  dan d  sifatnya sementara
7) Penutup
Memuat :
a. Saran tentang penunjukan lembaga/instansi atau
perlengkapan  yang terkait dan karena itu perlu diikut
sertakan dalam penyusunan dan pelaksanaan peraturan
perundang- undangan;
b. Saran tentang pemberian nama singkat dari rancangan
peraturan perundang- undangan;
c. Saran tentang saat mulai berlakunya peraturan
perundang- undangan setelah diundangkan;
d. Pendapat tentang pengaruh peraturan per-uu-an baru
terhadap peraturan per-uu-n yang lain: baik yang sudah
ada sebelumnya, dan  yang masih harus dimuat.

Anda mungkin juga menyukai