KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan
makalah Sejarah Sumpah Pemuda.
Harapan saya agar Makalah ini dapat menambah khasanah dan wawasan,
peninggalan-peninggalan, kebudayaan serta sejarah bangsa kita sendiri agar kita
semua dapat lebih mengenal dan mencintai sejarah perjuangan bangsa kita dan
memupuk rasa Nasionalisme yang semakin terkikis oleh derasnya arus Globalisasi
yang semakin deras mendera bangsa kita.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu
guru atas bimbingannya selama di Sekolah, serta semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Makalah ini sampai selesai.
Dan saya menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dari makalah
yang saya susun ini, untuk itu saya mengharapkan kritik dan sarannya demi
kesempurnaan Makalah saya dimasa yang akan datang.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................4
C. TUJUAN..............................................................................................................................5
D. MANFAAT..........................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................6
A. PANCASILA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA..................................................................6
B. PENGARUH JATI DIRI BANGSA TERHADAP REMAJA..............................................7
C. PENGERTIAN JADI DIRI BANGSA.................................................................................9
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................11
A. KESIMPULAN....................................................................................................................11
B. SARAN................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHUAN
Jati diri bangsa Indonesia meupakan cerminan atau tampilan karakter bangsa
Indonesia,dimana karakter bangsa merupakan sinergi dari karakter individu anak bangsa yang
berproses secara terus menerus yang mengelompok menjadi bangsa Indonesia.Setiap individu
memiliki jati diri yang dipancarkan dari dalam dirinya. Jati diri yang terpancar beraneka
ragam ada yang dominan baik ada yang kurang baik pun ada yang tidak baik yang
kesemuanya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan lingkungan dimana ia tinggal. Setiap
orang berhak memancarkan jati diri yang positif yang berproses karena jati diri merupakan
pemberiaan (given) dari yang maha kuasa dan merupakan fitrah manusia.
Seiring dengan maraknya persitiwa besar lainnya, bangsa ini makin terpuruk dan mulai
kehilangan rasa malu dan kehormatan yang selama ini telah mewarisi tradisi besar (the great
tradition) sebagai bangsa yang toleran, ramah, religius sebagaimana melekat dalam
kepribadian bangsa. Dalam kontek yang lebih spesifik selaku komunitas atau warga negara,
bangsa ini telah kehilangan karakter jati diri yang kuat dan berstandar moralitas yang kokoh.
Kesadaran akan disiplin dalam berlalu lintas, budaya antri, budaya baca sampai
budaya hidup bersih dan sehat pun merupakan hal yang sangat sulit dan keinginan untuk
menghargai lingkungan masih jauh di bawah standar. Kebanggaan kita terhadap jati diri dan
budaya sendiri juga sangat rendah hal ini di buktikan dengan orang Indonesia yang lebih
mencintai barang bermerk luar negeri di bandingkan dengan barang bermerk dalam negeri.
Dalam hal ini orang Indonesia tertipu akan kepintarannya dalam memilih suatu produk untuk
di konsumtif dan ini menjadi kebiasaan yang akhirnya membudaya baik bagi banyak
kalangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan permasalahan yang
didapatkan pada makalah ini adalah :
4
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui arti penting dari jati
diri bangsa Indonesia
D. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui arti penting dari jati diri bangsa Indonesia
2. Dapat mengambil hikmah dari jati diri bangsa Indonesia
3. Menambah wawasan kita terhadap sejarah perjuangan bangsa.
5
BAB II
PEMBASAHAN
A. Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa
Konsepsi kenegaraan dan hukum setiap negara bangsa memiliki kekhasannya masing-
masing sesuai dengan latar belakang kesejarahan, kondisi sosial-budaya, serta karakteristik
bangsa yang bersangkutan. Salah satu karakteristik Indonesia yakni sebagai negara-bangsa
yang besar, luas dan majemuk.
Sebuah negara-bangsa yang mengikat lebih dari lima ratus suku bangsa dan bahasa, ragam
agama, budaya, serta kelas strata sosial di sepanjang sekitar 17.508 pulau, yang membentang
dari 6’08’ LU hingga 11’15’ LS, dan dari 94′ 45′ BT hingga 141’05’ BT. oleh karena itu
diperlukan suatu konsepsi, kemauan, dan kemampuan yang kuat untuk menompang
kebesaran, keluasan, dan kemajemukan ke-Indonesiaan.
Di atas segala kebesaran, keluasan, dan kemajemukan itu, bangsa Indonesia harus
merumuskan konsepsi tentang dasar negara yang dapat meletakkan segenap elemen bangsa di
suatu landasan yang statis sekaligus sebagai pemandu segenap elemen bangsa. Para pendiri
bangsa berusaha menjawab tantangan tersebut dengan melahirkan konsepsi negara persatuan
(kekeluargaan) yang berwatak gotong royong, bukan negara perseorangan seperti dalam
konsepsi liberalisme-kapitalisme.
Dalam ungkapan Soekarno, “Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang,
bukan satu negara untuk golongan walaupun golongan kaya. tetapi kita mendirikan negara ‘
semua buat semua’ ‘satu buat semua’ ‘semua buat satu’. Negara persatuan yang mengatasi
paham perseorangan dan golongan, serta melindungi segenap bangsa Indonesia dalam
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan. Hal tersebut dilakukan
dengan mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mari kembali kelima dasar falsafah negara kita agar tidak gampang digoyahkan sebagai
bangsa, dan tidak mudah lupa arah dan tujuan. Apapun tantangan ideologi di luar sana tak
6
akan berdampak apapun bila kita kembali ke dasar falsafah jati diri indonesia yakni
Pancasila. Mari resapi, hayati dan amalkan agar kita lebih mendekat kepada tujuan di
dirikannya Bangsa Indonesia.
Dari kesepuluh tanda tersebut kebobrokan moral berakar dari Ketidak jujuran, sikap
tidak jujur menjadi santapan sehari-hari agar keinginannya dapat tercapai. Sulit sekali orang
berkata jujur dan bahkan ketidak jujuran menjadi barang langka di negeri ini, sangat
menyedihkan sekali.Atas dasar itulah maka pendidikan karakter menjadi amat penting.
Pendidikan karakter menjadi tumpuan harapan bagi terselamatkanya bangsa dan negeri ini
dari jurang kehancuran yang lebih dalam. Meskipun belum ada rumusan tunggal tentang
pendidikan karakter yang efektif, akan tetapi tidak ada salahnya jika kita mengikuti nasihat
dari Character Education Partnership bahwa untuk dapat mengimplementasikan
7
sejauh mana siswa dapat mewujudkan karakter yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.
Sekaitan dengan peningkatan nilai-nilai inti etika di sekolah, saya berharap agar
sekolah-sekolah dapat menempatkan kejujuran sebagai prioritas utama dalam pengembangan
program pendidikan karakter di sekolah. Gordon Allport menyebutkan bahwa kejujuran
adalah mahkota tertinggi dari system kepribadian individu. Jadi sehebat apapun kepribadian
seseorang jika di dalamnya tidak ada kejujuran, maka tetap saja dia hidup tanpa mahkota,
bahkan mungkin justru dia bisa menjadi manusia yang berbahaya dan membahayakan.
Berangkat dari permasalahan tersebut dan tujuan pendidikan yang belum tercapai
maka pendidikan yang berbasis karakter barangkali perlu dipertimbangkan sebagai pilihan
yang tepat untuk membendung meluasnya degradasi kehancuran bangsa yang semakin akut.
Konsep pendidikan yang berbasis karakter adalah konsep pendidikan yang bertumpu pada
sifat dasar manusia dengan menggunakan tiga pilar utama, yaitu fitrah manusia
Nilai-nilai etika dan estetika telah terbonsai dan terkerdilkan oleh gaya hidup instan
dan konstan. Banyak pejabat yang korup dan semakin merajalela, banyak dokter yang mall
praktik, guru yang tidak professional dengan mengabaikan tugasnya sebagai guru dibuktikan
dengan banyaknya guru-guru yang ada di mal-mal pada saat jam sekolah, dan penghianat
intelektual lainnya. Ini merupakan kenyataan dan harus menjadi pemerhati dari berbagai
aspek dimulai dengan membangun jati dirinya sendiri.
Seorang pendidik mengingini peserta didik yang mempunyai jati diri yang positif ini
dapat tercapai dimulai dengan jati diri seorang pendidik tersebut, setiap yang ia katakan harus
bersesuaian dengan norma dan harus menjadi contoh yang baik. Diharapkan kata karakter
jangan hanya menjadi asupan gizi saja tetapi harus diterapkan dan harus berproses dengan
melakukan perubahan kearah yang lebih baik dari individu masing-masing yang nantinya
akan berakumulasi dan menjadi sinergi bagi bangsa Indonesia.
8
C. Pengertian Jati diri Bangsa
9
berbasis intelektualisme (mengedepankan akal budi), individualisme (mementingkan diri
sendiri) dan materialisme (memuja segala sesuatu yang bersifat jasmani). Semua itu
melahirkan persaingan tanpa batas dalam ekonomi dan pemujaan seni untuk seni (l’art pour
l’art) dalam estetika.
Pane menganjurkan adanya keterpaduan antara Barat dan Timur, antara materialisme
dan spiritualisme, antara intelektualisme dan kehalusan emosi, antara individualisme dan
kolektivisme. Dalam bahasa Pane, ”antara Faust dan Arjuna”. Dengan kata lain, segala adat
ketimuran yang tertanam dalam berbagai tradisi tidak untuk dikesampingkan. Jati diri baru
bangsa Indonesia bukan sesuatu yang lepas sama sekali dari kekayaan tradisi lama yang
sudah dikandung bangsa ini selama ratusan bahkan ribuan tahun. Kebudayaan Barat bukan
menggantikan melainkan memperluas jati diri kultural bangsa Indonesia yang sudah
terbentuk dari berbagai anak sungai kebudayaan yang ada.
Pane mengatakan, ”kewajiban kita ialah memetik zat yang sebaik-baiknya dan yang
sesubur-suburnya, yang sesuai dengan zaman sekarang dan waktu yang akan datang, dari
segala hasil kemajuan yang tersebut itu dan membuatnya menjadi dasar Indonesia Raya (yang
harus diperluas dengan azas Barat).” (Polemik Kebudayaan, 1998: 18)
Di luar segala perbedaan yang tampak, Pane dan Takdir sesungguhnya berbicara hal
yang sama mengenai jati diri bangsa kita. Mereka berbicara bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang toleran dan terbuka terhadap perbedaan. Buktinya, dalam sejarah ditemukan bagaimana
bangsa kita sangat terbuka dan bahkan mengambil alih secara kontekstual
kebudayaankebudayaan besar dunia (India, Arab, dan Eropa).
Bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang sangat kreatif mengolah kebudayaan-
kebudayaan pendatang guna akhirnya menjadi bagian integral dari jati diri bangsa. Bangsa
Indonesia selama puluhan abad sudah membutikan diri sebagai bangsa yang tidak sekadar
mengonsumsi melainkan memproduksi kebudayaan. Kisah ”Mahabarata” di India tidak sama
dengan kisah yang sama di tanah Jawa. Masalahnya, jati diri bangsa kita sebagai produsen
kreatif kebudayaan, saat ini, berhadapan secara frontal dengan globalisasi kebudayaan
berselubung globalisasi ekonomi.
Ketika semua bangsa di dunia ketiga menjadi konsumen bagi produk-produk dunia
pertama, sebuah pertanyaan mengenai keindonesiaan menjadi relevan kembali untuk
dipertanyakan: masih adakah jati diri bangsa yang mampu menjadi benteng pertahanan
kultural menghadapi globalisasi satu arah yang meratakan dan menyingkirkan lokalitas? Saya
sendiri yakin bahwa jati diri tersebut masih tertinggal dalam bangsa Indonesia.
Dalam bidang ekonomi, misalnya, bangsa ini membuktikan diri sebagai pelaku
ekonomi kreatif yang diakui dunia. Produk-produk ekonomi kreatif mampu menyaingi
produk-produk ekonomi global. Produsen makanan siap saji lokal mampu bersaing dengan
waralaba internasional. Produsen garmen lokal mampu menyedot pelanggan lokal bahkan
internasional. Semua itu membuktikan bahwa bangsa ini masih memiliki jati diri yang
mampu membuatnya bertahan sampai sekarang.
Semua sekarang terpulang kehendak kita bersama untuk menggelar strategi
kebudayaan, sesuatu yang sesungguhnya sudah dilakukan nenek moyang kita saat
mengadopsi segala sesuatu yang positif dan dinamis dari kebudayaan asing. Strategi
kebudayaan yang membuat kita kembali menjadi bangsa yang berdikari namun tetap
mengedepankan sifat gotong royong guna kemaslahatan bersama.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jati diri bangsa sangat besar pengaruhnya bagi bangsa Indonesia. Rasa
persatuan dan kesatuan semakin tebal yang semakin meluas tidak hanya
dikalangan pemuda saja tetapi juga dikalangan masyarakat luas. Sifat
kedaerahan yang sebelumnya sangat kuat menjadi berganti dengan sifat
Nasionalisme yang mengakar pada semangat persatuan untuk terwujudnya
bangssa Indonesia yang merdeka dari belenggu penjajahan.
B. Saran
Sebaiknya generasi penerus lebih bisa menyaring segala bentuk
jajahan yang bisa merusak bangsa ini. Salah satu caranya yaitu apabila pemuda
dan masyarakat luas merasa kurang dengan kinerja petinggi negeri ini maka
ikutilah cara sejarah yang sudah tercetak ampuh. Dengan mengadakan kongres
penolakan dan menunjukan kegiatan yang positif dari kongres tersebut. Atau
dengan cara negosiasi secara mufakat agar bangsa ini tidak dikenal sebagai
bangsa yang agresif.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://iain-surakarta.ac.id/jati-diri-bangsa-indonesia/
https://mail.google.com/mail/u/1/#inbox?projector=1
12