Anda di halaman 1dari 14

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan
makalah Sejarah Sumpah Pemuda.
Harapan saya agar Makalah ini dapat menambah khasanah dan wawasan,
peninggalan-peninggalan, kebudayaan serta sejarah bangsa kita sendiri agar kita
semua dapat lebih mengenal dan mencintai sejarah perjuangan bangsa kita dan
memupuk rasa Nasionalisme yang semakin terkikis oleh derasnya arus Globalisasi
yang semakin deras mendera bangsa kita.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu
guru atas bimbingannya selama di Sekolah, serta semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Makalah ini sampai selesai.
Dan saya menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dari makalah
yang saya susun ini, untuk itu saya mengharapkan kritik dan sarannya demi
kesempurnaan Makalah saya dimasa yang akan datang.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................................................4


B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................5
C. TUJUAN..............................................................................................................................5
D. MANFAAT..........................................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................6

A. JATI DIRI BANGSA...........................................................................................................6


B. BAHASA ADALAH JATI DIRI BANGSA........................................................................7
C. BENTUK JATI DIRI BANGSA..........................................................................................9
D. MENERAPKAN JATI DIRI BANGSA DALAM KEHIDUPAN.......................................10

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................13

A. KESIMPULAN....................................................................................................................13
B. SARAN................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jati diri bangsa Indonesia meupakan cerminan atau tampilan karakter bangsa
Indonesia,dimana karakter bangsa merupakan sinergi dari karakter individu anak bangsa yang
berproses secara terus menerus yang mengelompok menjadi bangsa Indonesia.Setiap individu
memiliki jati diri yang dipancarkan dari dalam dirinya. Jati diri yang terpancar beraneka
ragam ada yang dominan baik ada yang kurang baik pun ada yang tidak baik yang
kesemuanya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan lingkungan dimana ia tinggal. Setiap
orang berhak memancarkan jati diri yang positif yang berproses karena jati diri merupakan
pemberiaan (given) dari yang maha kuasa dan merupakan fitrah manusia.

Dalam dunia pendidikan dan dalam lingkungan bermasyarakat sedang demam


terjangkitnya penyakit ketidakjujuran, semua orang berlomba-lomba untuk memenuhi
kebutuhan hidup dengan pelbagai cara agar kebutuhannya dapat terpenuhi dan
mengesampingkan pihak-pihak yang akan dirugikan, kenapa peneliti mengatakan demikian
karena hal ini dapat dibuktikan contohnya saja banyak pedagang yang mengolah makanan
untuk di dagangkan tanpa mempertimbangkan resiko dari perbuatannya, contohnya
pedagang ayam goreng yang memakai minyak kelapa dicampur dengan pelastik agar
menghasilkan rasa ayam yang renyah, pedagang baso ikan yang menggunakan bahan baku
yang sudah tidak layak lagi dengan mencampurkan ikan busuk kedalam adonannya. Semua
yang dilakukannya penuh dengan kesadaran tanpa merasa bersalah, hal ini merupakan
penyakit moral yang dapat berakar menjadi kejahatan. Dalam dunia pendidikan pun
kejujuran merupakan barang yang langka, fenomena korupsi dan kolusi sudah banyak
terjadi.

Seiring dengan maraknya persitiwa besar lainnya, bangsa ini makin terpuruk dan mulai
kehilangan rasa malu dan kehormatan yang selama ini telah mewarisi tradisi besar (the great
tradition) sebagai bangsa yang toleran, ramah, religius sebagaimana melekat dalam
kepribadian bangsa. Dalam kontek yang lebih spesifik selaku komunitas atau warga negara,
bangsa ini telah kehilangan karakter jati diri yang kuat dan berstandar moralitas yang kokoh.

Kesadaran akan disiplin dalam berlalu lintas, budaya antri, budaya baca sampai
budaya hidup bersih dan sehat pun merupakan hal yang sangat sulit dan keinginan untuk
menghargai lingkungan masih jauh di bawah standar. Kebanggaan kita terhadap jati diri dan
budaya sendiri juga sangat rendah hal ini di buktikan dengan orang Indonesia yang lebih
mencintai barang bermerk luar negeri di bandingkan dengan barang bermerk dalam negeri.
Dalam hal ini orang Indonesia tertipu akan kepintarannya dalam memilih suatu produk untuk
di konsumtif dan ini menjadi kebiasaan yang akhirnya membudaya baik bagi banyak
kalangan.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka rumusan permasalahan yang
didapatkan pada makalah ini adalah :

1. Bagaimana jati diri Bangsa itu terbentuk ?

2. Bagaimana menerapkan jati diri bangsa dalam kehidupan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui arti penting dari jati
diri bangsa Indonesia

D. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui arti penting dari jati diri bangsa Indonesia
2. Dapat mengambil hikmah dari jati diri bangsa Indonesia
3. Menambah wawasan kita terhadap sejarah perjuangan bangsa.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jati Diri Bangsa

Jatidiri bangsa adalah identitas suatu bangsa yang menjadi pemicu semangat


kesinambungan hidup bangsa yang bersangkutan. Demikian pula dengan istilah “jatidiri
bangsa Indonesia” adalah identitas bangsa Indonesia yang menjadi pemberi semangat demi
kelangsungan hidup bangsa Indonesia.

Jatidiri Bangsa adalah dasar dari berdirinya suatu bangsa tersebut. Contohnya seperti
Indonesia, jatidiri bangsa Indonesia adalah toleransi dan kerja sama membentuk suatu negara
yang dinamakan Negara Kepulauan Republik Indonesia atau yang kita kenal sebagai NKRI.
Indonesia yang berlatar belakang dari berbagai macam suku, bahasa, agama, dan budaya
tidak akan terbentuk tanpa jatidiri bangsa yaitu toleransi dan kerja sama dari berbagai macam
perbedaan tersebut.

Jati diri bangsa adalah identitas bangsa di negara tersebut. Contoh jati diri Indonesia yang
toleransi, melestarikan suka dan budaya.

Mochtar Lubis dalam pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki pada 6 April 1977 pernah
merinci enam ciri manusia Indonesia. Sebanyak enam ciri manusia itu tentu menimbulkan
pro dan kontra di masyarakat. Berikut ini ciri atau jati diri manusia Indonesia yang
diungkapkan oleh Mochtar Lubis.

1. Hipokritit dan munafik,


2. Enggan Bertanggungjawab atas perbuatannya,
3. Berjiwa feodal,
4. Percaya takhayul,
5. Artistik,
6. Pragmatis atau boros dan berwatak lemah.

Manusia Indonesia dikatakan Mochtar Lubis hipokrit dan munafik karena orang Indonesia
lekat dengan sikap kemunafikan yang ditunjukan dengan kebiasaan berkata tidak sesuai
dengan hati nuraninya. Karakter hipokrit ini berakar dari rasa takut manusia Indonesia akan
keselamatan diri, jika mengatakan hal yang sebenarnya. Sikap hipokrit dan munafik
menjadikan manusia Indonesia memiliki sifat Asal Bapak Senang (ABS). Sifat ABS ini
menjadikan manusia dalam bertindak tidak sesuai dengan hati nurani dan kemanusiaan.

Mochtar Lubis juga menilai manusia Indonesia tidak mau memikul tanggung jawab dalam
hal etos kerja. Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang terwujud dari sikap saling
lempar tanggung jawab. Sikap saling lempar tanggung jawab diikuti oleh retorika yang
intinya tidak mau mengakui hal yang diperbuat sehingga manusia Indonesia seakan tidak
pernah belajar dari kesalahan. Kelakukan itu sejalan dengan jiwa feodal dalam diri manusia
Indonesia.

Soal percaya takhayul sendiri, Mochtar Lubis mencermati perilaku manusia Indonesia yang
mendua dalam menjalankan praktik keagamaan. Ia melihat bahwa para penganut agama-
agama besar terkadang masih terjebak dalam kepercayaan terhadap roh halus atau lelembut,
yang sebenarnya dilarang dalam agama itu sendiri. Semisal adalah orang yang mengaku
sebagai penganut agama tertentu tapi masih melakukan ritual menyembah kuburan keramat

6
untuk mendapat berkah. Sikap takhayul ini menurut Mochtar Lubis menjadi penghambat
rasionalitas.

Meskipun demikin, Mochtar Lubis juga mengakui manusia Indonesia itu artistik. Sisi artistik
manusia Indonesia dapat dilihat dari beragam karya yang dihasilkan dengan mengolah kayu,
batu dan lain sebagainya menjadi benda yang bernilai seni. Selain itu, Mochtar Lubis juga
mencermati sifat manusia Indonesia yang boros dan pragmatis menuntut serba instan
sehingga menjadikan wataknya lemah. Hal ini membuat manusia Indonesia tidak memiliki
pendirian yang kuat dan efektif.

Berdasarkan uraian di atas pendapat Mochtar Lubis memang subjektif sekali. Akan tetapi, hal
tersebut tidak dapat dikesampingkan dan sudah sepatutnya menjadi tinjauan kritis agar tidak
terjebak dalam perilaku yang disebut sastrawan itu. Manusia Indonesia tidak dapat
digeneralisasi bersifat enam ciri yang disebut Mochtar Lubis. Bagi saya, jati diri bangsa atau
manusia Indonesia tidak dapat disamakan karena manusia itu sangat kompleks. Manusia
Indonesia memiliki jati diri yang berbeda-beda dan tidak semuanya mewakili enam ciri yang
disebut Mochtar Lubis.

B. Bahasa Adalah Jati diri Bangsa

arti diri—atau yang lazim juga disebut identitas—merupakan ciri khas yang menandai
seseorang, sekelompok orang, atau suatu bangsa. Jika ciri khas itu menjadi milik bersama
suatu bangsa, hal itu tentu menjadi penanda jati diri bangsa tersebut. Seperti halnya bangsa
lain, bangsa Indonesia juga memiliki jati diri yang membedakannya dari bangsa yang lain di
dunia. Jati diri itu sekaligus juga menunjukkan keberadaan bangsa Indonesia di antara bangsa
lain. Salah satu simbol jati diri bangsa Indonesia itu adalah bahasa, dalam hal ini tentu bahasa
Indonesia. Hal itu sejalan dengan semboyan yang selama ini kita kenal, yaitu “bahasa
menunjukkan bangsa”.

Setiap bahasa pada dasarnya merupakan simbol jati diri penuturnya, begitu pula halnya
dengan bahasa Indonesia juga merupakan simbol jati diri bangsa. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia harus senantiasa kita jaga, kita lestarikan, dan secara terus-menerus harus kita bina
dan kita kembangkan agar tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi
modern yang mampu membedakan bangsa kita dari bangsa-bangsa lain di dunia. Lebih-lebih
dalam era global seperti sekarang ini, jati diri suatu bangsa menjadi suatu hal yang amat
penting untuk dipertahankan agar bangsa kita tetap dapat menunjukkan keberadaannya di
antara bangsa lain di dunia. Namun, bagaimana kondisi kebahasaan kita sebagai jati diri
bangsa saat ini?

Kalau kita lihat secara cermat, kondisi kebahasaan di Indonesia saat ini cukup
memprihatinkan, terutama penggunaan bahasa Indonesia di tempat umum, seperti pada nama
bangunan, pusat perbelanjaan, hotel dan restoran, serta kompleks perumahan, sudah mulai
tergeser oleh bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Tempat yang seharusnya menggunakan
bahasa Indonesia itu mulai banyak yang menggunakan bahasa yang tidak lagi menunjukkan
jati diri keindonesiaan. Akibatnya, wajah Indonesia menjadi tampak asing di mata
masyarakatnya sendiri. Kondisi seperti itu harus kita sikapi dengan bijak agar kita tidak
menjadi asing di negeri sendiri.

Di sisi lain, kita juga melihat sikap sebagian masyarakat yang tampaknya merasa lebih hebat,
lebih bergengsi, jika dapat menyelipkan beberapa kata asing dalam berbahasa Indonesia,
padahal kosakata asing yang digunakannya itu ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
7
Misalnya, sebagian masyarakat lebih suka menggunakan kata di-follow up-i, di-
pending, meeting, dan on the way. Padahal, kita memiliki kata ditindaklanjuti untuk di-follow
up-i, kata ditunda untuk di-pending, pertemuan atau rapat untuk meeting, dan sedang di
jalan untuk on the way, lalu mengapa kita harus menggunakan kata asing? Sikap yang tidak
“menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia itu, harus kita kikis karena kita harus
mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai simbol jati diri bangsa.

Tidak seharusnya kita membiarkan bahasa Indonesia larut dalam arus komunikasi global
yang menggunakan media bahasa asing seperti itu. Jika hal seperti itu kita biarkan, tidak
tertutup kemungkinan jati diri keindonesiaan kita sebagai suatu bangsa pun akan pudar,
bahkan tidak tertutup kemungkinan terancam larut dalam arus budaya global. Jika hal itu
terjadi, jangankan berperan di tengah kehidupan global, menunjukkan jati diri keindonesiaan
kita sebagai suatu bangsa pun kita tidak mampu. Kondisi seperti itu tentu tidak akan kita
biarkan terjadi. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya agar jati diri bangsa kita tetap
hidup di antara bangsa lain di dunia. Dalam konteks kehidupan global seperti itu, bahasa
Indonesia sesungguhnya selain merupakan jati diri bangsa, sekaligus juga merupakan simbol
kedaulatan bangsa.

Selain bahasa Indonesia, sastra Indonesia juga merupakan bagian dari simbol jati diri bangsa.
Hal itu karena sastra pada dasarnya merupakan pencerminan, ekspresi, dan media
pengungkap tata nilai, pengalaman, dan penghayatan masyarakat terhadap kehidupan sebagai
suatu bangsa. Oleh karena itu, segala sesuatu yang terungkap dalam karya sastra Indonesia
pada dasarnya juga merupakan pencerminan dari jati diri bangsa Indonesia.

Jika sebagai suatu bangsa, salah satu simbol jati diri kita adalah bahasa dan sastra Indonesia;
sebagai anggota suatu komunitas etnis di Indonesia, simbol jati diri kita adalah bahasa dan
sastra daerah. Oleh karena itu, sebagai suatu simbol jati diri kedaerahan, bahasa dan sastra
daerah juga harus kita jaga dan kita pelihara untuk menunjukkan jati diri dan kebanggaan kita
sebagai anggota masyarakat daerah.

Sebagai warga negara Indonesia, kita tidak boleh kehilangan jati diri kita sebagai suatu
bangsa dan sebagai putra daerah, kita tidak boleh kehilangan jati diri kedaerahan kita agar
kita tidak tercerabut dari akar budayanya. Sebagai putra daerah, kita tidak boleh kehilangan
jati diri kedaerahannya, dan sebagai putra Indonesia, kita tidak boleh kehilangan jati diri kita
sebagai suatu bangsa.

Selain terungkap dalam simbol bahasa dan sastra, jati diri kita tercermin pula dari kekayaan
seni budaya, adat istiadat atau tradisi, tata nilai, dan juga perilaku budaya masyarakat. Terkait
dengan itu, Indonesia amat kaya akan keragaman seni budaya, adat istiadat atau tradisi, dan
juga tata nilai dan perilaku budaya. Sebagai unsur kekayaan budaya bangsa, seni budaya, adat
istiadat atau tradisi, tata nilai, dan perilaku budaya perlu dilestarikan dan dikembangkan
sebagai simbol yang dapat mencerminkan jati diri bangsa, baik dalam kaitannya dengan jati
diri lokal maupun jati diri nasional.

Satu hal lagi yang dapat menjadi simbol jati diri adalah kearifan lokal. Hampir setiap daerah
di Indonesia memiliki kearifan lokal yang merupakan pencerminan sikap, perilaku, dan tata
nilai komunitas pendukungnya. Kearifan lokal itu dapat digali dari berbagai sumber yang
hidup di masyarakat, yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi leluhurnya dalam
bentuk pepatah, tembang, permainan, syair, kata bijak, dan berbagai bentuk lain. Kearifan
lokal itu sarat nilai yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan masa kini yang dapat
memperkuat kepribadian dan karakter masyarakat, serta sekaligus sebagai penyaring
pengaruh budaya dari luar.

8
Sebagai simbol jati diri bangsa, bahasa Indonesia harus terus dikembangkan agar tetap dapat
memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi yang modern dalam berbagai bidang
kehidupan. Di samping itu, mutu penggunaannya pun harus terus ditingkatkan agar bahasa
Indonesia dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif dan efisien untuk berbagai
keperluan. Upaya ke arah itu kini telah memperoleh landasan hukum yang kuat, yakni dengan
telah disahkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Undang-undang tersebut merupakan amanat dari
Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sekaligus
merupakan realisasi dari tekad para pemuda Indonesia sebagaimana diikrarkan dalam
Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928, yakni menjunjung bahasa persatuan bahasa
Indonesia.

Dalam menjalani kehidupan pada era global saat ini, jati diri lokal ataupun jati diri nasional
tetap merupakan suatu hal yang amat penting untuk dipertahankan agar kita tetap dapat
menunjukkan keberadaan kita sebagai suatu bangsa. Jati diri itu sama pentingnya dengan
harga diri. Jika tanpa jati diri, berarti kita tidak memiliki harga diri. Atas dasar itu, agar
menjadi suatu bangsa yang bermartabat, jati diri bangsa itu harus diperkuat, baik yang berupa
bahasa dan sastra, seni budaya, adat istiadat, tata nilai, maupun perilaku budaya dan kearifan
lokalnya.

Untuk memperkuat jati diri itu, baik yang lokal maupun nasional, diperlukan peran serta
berbagai pihak dan dukungan aturan serta sumber daya yang memadai. Peran serta
masyarakat juga sangat diperlukan dalam memperkuat jati diri bangsa itu. Dengan jati diri
yang kuat, bangsa kita akan makin bermartabat sehingga mampu berperan—bahkan juga
bersaing—dalam kancah kehidupan global.

C. Bentuk Jati diri Bangsa

1. Pancasila

Pancasila merupakan landasan falsafah bangsa indonesia. Ideologi yang dianut oleh bangsa In
donesia ialah pancasila, semua hukum atau kebijakan dan peraturan yang dibuat oleh pemerin
tah harus berlandaskan pancasila.

2. UUD 1945

sesuai namanya, UUD 1945 merupakan undang undang dasar yang melahirkan undang undan
g dibawahnya.

3. Negara Kesatuan Republik Indonesia

NKRI merupakan salah satu unsur pembentuk jati diri bangsa, hal ini dikarenakan NKRI mer
upakan kumpulan dari beribu ribu pulau, adat istiadat, budaya, bahasa yang semuanya memili
ki karakternya masing masing namun tetap bersatu dalam satu wadah yang sama yaitu NKR.

D. Menerapkan Jati diri Bangsa Dalam Kehidupan

9
Pancasila merupakan dasar serta landasan ideologi Bangsa Indonesia. Maka dari itu, penting
untuk menerapkan setiap sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain, berkaitan dengan Pancasila, Bangsa Indonesia mempunyai dua hari bersejarah.
Pertama, hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945 dan hari Kesaktian Pancasila pada 1
Oktober.

Pada 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila karena pada tanggal tersebut
rumusan Pancasila sebagai dasar negara pertama kali disampaikan oleh Soekarno.

Sementara itu, berbagai kejadian pemberontakan di Tanah Air yang melibatkan banyak pihak
menjadi pemicu lahirnya hari Kesaktian Pancasila, yang ditetapkan pada tanggal 1 Oktober
1965.

Melalui dua hari bersejarah tersebut, wajar tentunya hingga saat ini Pancasila dijadikan
sebagai landasan hidup Bangsa Indonesia. Hal itu berarti, setiap nilai-nilai yang ada dalam
sila Pancasila perlu dijadikan sebagai dasar dalam hidup bernegara.

Ada lima sila sila atau biasa disebut Pancasila yang dirumuskan dalam pidato Bung Karno.

Kelima sila tersebut ialah Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kemudian kelima sila tersebut mempunyai nilai-nilai yang harus ditanamkan dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja contoh penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari?

1. Penerapan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Bintang emas merupakan simbol sila pertama dalam pancasila berbunyi "Ketuhanan Yang
Maha Esa". Sila pertama sangat mengutamakan aspek ketuhanan dalam setiap segi kehidupan
kita.

Berikut ini contoh penerapan Pancasila, khususnya sila Ketuhanan yang Maha Esa, dalam
kehidupan sehari-hari:

 Memiliki satu agama dan menjalankan peribadatan dari agama tersebut.


Kepemilikan terhadap agama tersebut harus diikuti dengan ketakwaan pada
Tuhan.
 Menjalankan agama dengan tetap memperhatikan kondisi di sekitar dan tidak
mengganggu ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat.
 Menjaga toleransi atau saling hormat menghormati di antara umat beragama
agar tercapai kedamaian dan kenyamanan bersama.
 Saling bekerja sama antarumat beragama dalam hal yang bersifat memajukan
kepentingan umum, misalnya kerja bakti atau gotong royong di desa.
 Tidak memaksa seseorang untuk menganut agama tertentu karena sesuai UUD
1945, setiap orang berhak untuk memilih dan memeluk agama sesuai dengan
apa yang dikehendakinya.

2. Penerapan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

10
Rantai emas menjadi lambang dari sila kedua yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan
beradab". Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mewakili keinginan Bangsa Indonesia
untuk berada di posisi setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Di bawah ini beberapa contoh penerapan Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab:

 Menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang terdiri dari banyak suku,


agama, ras, dan adat istiadat.
 Senantiasa menjaga adab atau kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi
pekerti kita dalam berbagai kondisi.
 Tidak melakukan diskriminasi pada siapa pun. Diskriminasi yang dimaksud
ialah membeda-bedakan sesama warga negara, baik perbedaan karena tingkat
pendidikan, kondisi ekonomi, dan lain sebagainya.
 Berani untuk menyampaikan kebenaran dan menegur kesalahan seseorang
sesuai dengan adab yang berlaku di tengah masyarakat.
 Menjaga keseimbangan dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban. Jangan
sampai hak dan kewajiban kita mencederai hak dan kewajiban orang lain.

3. Penerapan Sila Persatuan Indonesia

Pohon beringin menjadi simbol sila ketiga yang berbunyi "Persatuan Indonesia". Persatuan di
antara rakyat Indonesia merupakan kekuatan dasar dalam mempertahankan keamanan dan
pertahanan Indonesia dari ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

Berikut ini beberapa contoh penerapan Pancasila sila Persatuan Indonesia:

 Cinta terhadap Tanah Air demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
 Mencintai dan mengonsumsi produk dalam negeri agar perekonomian menjadi
lebih maju.
 Mengutamakan segala kepentingan negara yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan pembangunan nasional Indonesia.
 Berusaha untuk menghasilkan prestasi yang dapat membanggakan bangsa
Indonesia, baik di tingkat nasional maupun internasional.
 Meningkatkan kreativitas dan inovasi dari diri sendiri untuk memajukan
bangsa Indonesia. Memperluas pergaulan dengan orang-orang baru dari
berbagai daerah.

4. Penerapan Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat/Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan dan Perwakilan

Kepala banteng merupakan simbol sila keempat Pancasila yang berbunyi "Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan". Kepala banteng
menjadi perumpamaan manusia dalam mengambil keputusan, yakni yang harus dilakukan
secara tegas.

Sila keempat juga bisa dikatakan mewakili semangat demokrasi yang menjadi bentuk
pemerintahan Indonesia. Berikut ini contoh penerapan sila keempat:

11
 Mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat untuk
menyelesaikan setiap permasalahan dalam kehidupan kita, apabila hal tersebut
berkenaan dengan kepentingan dua orang atau lebih.
 Ikut serta dalam pemilihan umum dengan menggunakan hak pilih serta
mengajak orang lain untuk menggunakan hak pilihnya.
 Mencalonkan diri atau mengajukan seseorang untuk menjabat suatu jabatan
tertentu sebagai salah satu perwujudan demokrasi.
 Tidak melakukan paksaan pada orang lain agar menyetujui apa yang kita
katakan atau lakukan. Begitu pula sebaliknya, tidak ada yang dapat
memaksakan kehendaknya pada kita.
 Menghormati hasil musyawarah sekalipun bertentangan dengan pendapat kita
dan melaksanakannya dengan sepenuh hati.
 Mengawasi dan memberikan saran terhadap jalannya penyelenggaraan
kedaulatan rakyat yang dilakukan oleh pemerintah.

5. Penerapan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Padi dan kapas menjadi simbol sila kelima atau terakhir, yang berbunyi "Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia". Adanya sila tersebut diharapkan bisa mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat.

Di bawah ini beberapa contoh penerapan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia:

 Senantiasa berusaha sebaik mungkin untuk membantu orang-orang yang


sedang dilanda kesulitan.
 Meningkatkan kesadaran sosial dengan mengadakan kegiatan yang membantu
sesama, seperti bakti sosial, donor darah, konser amal, dan lain sebagainya.
 Berusaha untuk adil dalam aktivitas apa pun yang kita lakukan dan seperti apa
saja orang yang kita hadapi. Jangan sampai kita memberikan perlakuan yang
tidak adil pada siapapun.
 Tidak mengganggu orang lain, apa pun yang sedang kita lakukan. Menegur
siapa saja yang mengganggu ketertiban umum dan keamanan di tengah
masyarakat.
 Menghargai karya atau hasil ciptaaan orang lain. Hargai pula karya yang kita
hasilkan sendiri.
 Berani memperjuangkan keadilan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang
lain dan membantu orang lain untuk memperjuangkan keadilan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jati diri bangsa sangat besar pengaruhnya bagi bangsa Indonesia. Rasa
persatuan dan kesatuan semakin tebal yang semakin meluas tidak hanya
dikalangan pemuda saja tetapi juga dikalangan masyarakat luas. Sifat
kedaerahan yang sebelumnya sangat kuat menjadi berganti dengan sifat
Nasionalisme yang mengakar pada semangat persatuan untuk terwujudnya
bangssa Indonesia yang merdeka dari belenggu penjajahan.

B. Saran
Sebaiknya generasi penerus lebih bisa menyaring segala bentuk
jajahan yang bisa merusak bangsa ini. Salah satu caranya yaitu apabila pemuda
dan masyarakat luas merasa kurang dengan kinerja petinggi negeri ini maka
ikutilah cara sejarah yang sudah tercetak ampuh. Dengan mengadakan kongres
penolakan dan menunjukan kegiatan yang positif dari kongres tersebut. Atau
dengan cara negosiasi secara mufakat agar bangsa ini tidak dikenal sebagai
bangsa yang agresif.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.quora.com/Apa-yang-dimaksud-dengan-jati-diri-bangsa

https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/bahasa-sebagai-jati-diri-bangsa-0

https://brainly.co.id/tugas/28752196

https://www.bola.com/ragam/read/4371037/penerapan-pancasila-dalam-kehidupan-sehari-
hari-yang-perlu-ditiru

14

Anda mungkin juga menyukai