BERTENS
Etika Pemerintahan
Disusun Oleh :
B. Nilai Moral
a. Hakikat Nilai Moral
Yang dibicarakan tentang nilai pada umumnya berlaku juga untuk nilai moral. Namun
perlu digaris bawahi bahwa dalam arti tertentu nilai moral tidak merupakan suatu kategori nilai
tesendiri disamping kategori-kategori nilai yang lain. Nilai moral tidak terpisah dari nilai-nilai
jenis lain. Setiap nilai memeroleh satua “bobot moral”, bila diikut sertakan dalam tingkah laku
moral. Nilai-nilai yang kita sebut sampai sekarang bersifat “pramoral”. Nilai-nilai itu
mendahului tahap moral, tapi bisa mendapat bahot moral, karena diikutsertakan dalam tingkah
laku moral.
3. Mewajibkan
Ciri nilai moral berikutnya adalah mewajibkan kita secra absolute dan dengan tidak bisa
ditawar-tawar. Disini kita bisa memanfaatkan pembedaan terkenal yang dikemukakan filsuf
Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), antara imperative hipotesis dan imperative kategoris.
Dalam nilai moral terkandung suatu imperative (perintah) kategoris, sedangkan nilai-nilai
lainnya hanya berkaitan dengan imperatif hipotesis. Artinya, bila kita ingin merealisasikan nilai-
nilai lain, kita haru menempuh jalan tertentu sedangkan nilai moral mewajibkan kita begitu saja,
tanpa syarat.
Kewajiban absolute nilai moral yang melekat pada nilai-nilai moral berasal dari
kenyataan bahwa nilai-nilai ini berlaku bagi manusia sebagai manusia. Dengan cara lain dapat
dikatakan bahwa kewajiban absolut yang melekat pada nilai-nilai moral berasal dari kenyataan
bahwa nilai-nilai ini menyangkut pribad manusia sebagai keseluruhan, sebagai totalitas.
4. Bersifat Formal
Kita merealisasikan nilai-nilai moral dengan mengikut sertakan nilai-nilai lain dalam
seuatu tingkah laku moral. Tidak ada nilai-nilai moral yang “murni”, terlepas dari nilai-nilai lain.
Hal itulah yang kita maksudkan dengan mengatakan bahwa nilai moral bersifat formal. Max
Scheler mengungkapkan hal yang sama bahwa nilai-nilai moral membonceng nilai-nilai lain.
C. Norma Moral
Norma moral menentukan apakah perilaku kita baik atau buruk dari sudut etis. Karena itu
norma moral adalah norma tertinggi yang tidak bisa ditaklukan pada norma lain. Sebaliknya,
norma moral menilai norma-norma lain.
Seperti norma lain, norma moral juga dapat dirumuskan dalam bentuk positif atau
negatif. Dalam bentuk positif norma moral tampak sebagi perintah yang menyatakan apa yang
kita harus lakukan. Sedangkan dalam bentu negatif norma moral tampak sebagi larangan yang
menyatakan apa yang tidak boleh dilakukan.
Beberapa pertanyaan yang sering dikemukakan berhubungan dengan norma moral akan
kita jawab sebagai berikut:
1. Relativisme Moral Tidak Tahan Uji
Relativisme moral tidak tahan uji, apabila diperiksa secara kritis. Kritik ini dapat
dijalankan dengan memerlihatkan konsekuensi-konsekuensi yang mustahil, seandainya
relativisme moral itu benar. Konsekuensi tersebut diantaranya:
a. Seandainya relativisme moral benar, maka tidak bisa terjadi bahwa dalam suatu
kebudayaan mutu etis lebih tinggi atau rendah daripada dalam kebudayaan lain
b. Seandainya relativisme moral benar, maka kita hanya perlu memerhatikan kaidah-kaidah
moral suatu masyarakat untuk mengukur baik tidaknya perilaku manusia dalam
masyarakat itu.
c. Seandainya relativisme moral benar, maka tidak mungkin terjadi kemajuan di bidang
moral.
Perbuatan moral yang didasarkan atas nilai dan norma berbeda-beda tidak semua sama
baiknya. Melawan relativisme moral yang ekstem itu kita tegaskan: norma moral tidak relatif,
melainkan absolut. Tapi perlu kita ingat bahwa relativisme moral ada benarnya juga: tidak selalu
dan dimana-mana norma moral yang dipakai sama. Tetapi yang penting ialah perubahan norma
tidak menempuh arah apa saja. Bila kita telaah dengan cermat, perubahan norma terjadi selalu
menuju ke penyempurnaan norma. Itu berarti bahwa perubahan norma ditentukan oleh norma
yang lebih tinggi.
Yang penting bagi kita ialah dalam perubahan norma sepertu itu arah perkembangan tidak
bisa dibalik. Karena itu sudah jelas bahwa dalam norma moral itu ada sesuatu yang absolute,
sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar.
1
Etika situasi ini juga sebenarnya dianut oleh eksistensialisme menurut brntuk ekstremnya (khususnya Sartre)
dalam kawasan berbahasa Inggris etika situasi menjadi terkenal dengan buku Joseph Fletcher, Situstion Ethics,
Philadelphia, Westminster Press, 1966.
sama. Dalam bentuk ekstremnya etika situasi ini tidak dapat dipertahankan, tapi tidak bisa
disangkal juga bahwa di sini pun terkandung unsure kebenaran.
2
Dalam bahasa Inggris teknis ini adalag universalizabiliy = kenyataan bahwa norma dapat diberlakuakan untuk
semua orang.
KESIMPULAN
Salah satu cara yang digunakan untuk menjelaskan apa itu nilai adalah dengan
memperbandingkannya dengan fakta. Akan tetapi pada hakikatnya nilai selalu berkaitan dengan
penilaian seseorang, sedangkan fakta mrnyangkut ciri-ciri objektif saja. Perlu dicatat lagi bahwa
fakta selalu mendahului nilai.terlebih dahulu ada fakta yang berlangsung baru kemudian menjadi
mungkin penilaian terhadap fakta itu. Berdasarkan analisis sederhana ini dapat kita simpulkan
bahwa nilai memiliki tiga ciri yaitu:
1. Nilai berkaitan dengan subjek.
2. Nilai tampil dalam suatu konteks praktis, di mana subjek ingin membuat sesuatu.
3. Nilai-nilai menyangkut sifat-sifat yang “ditambah” oleh subjek pada sifat-sifat yang
dimiliki oleh objek.
Nilai moral tidak terpisah dari nilai-nilai jenis lain. Ciri-ciri nilai moral diantaranya
sebagai berikut berkaitan dengan tanggung jawab kita, maksudnya nilai moral berkaitan dengan
pribadi manusia. Yang khusus menandai nilai moral ialah bahwa nilai ini berkaitan dengan
pribadi manusia yang bertanggung jawab; Berkaitan dengan hati nurani maksudnya nilai-nilai
moral mengakibatkan bahwa seseorang bersalah atau tidak bersalah, karena ia bertanggunng
jawab. Mewujudkan nilai-nilai moral merupakan imbauan dari hati nurani; Ciri nilai moral
berikutnya adalah mewajibkan kita secara absolut dan dengan tidak bisa ditawar-tawar; Yang
terakhir adalah bersifat formal, maksudnya kita merealisasikan nilai-nilai moral dengan
mengikut sertakan nilai-nilai lain dalam seuatu tingkah laku moral.
Norma moral menentukan apakah perilaku kita baik atau buruk dari sudut etis. Seperti
norma lain, norma moral juga dapat dirumuskan dalam bentuk positif atau negatif. Dalam bentuk
positif norma moral tampak sebagi perintah yang menyatakan apa yang kita harus lakukan.
Sedangkan dalam bentu negatif norma moral tampak sebagi larangan yang menyatakan apa yang
tidak boleh dilakukan.