Anda di halaman 1dari 39

17/ Okt 2017

SISTEM
PEMERINTAHAN
ISLAM
Disusun oleh:

Al Ghazali
Bima Chandra W
Nurul Andiyani
Widya Ningtyas
Yuki Adrian
KEDUDUKAN NEGARA DALAM
PANDANGAN ISLAM
BAB 1
Penjajahan Barat yang menguasai berbagai
negeri Islam berhasil menanamkan dalam benak
kaum muslimin konsep Barat yang keji tentang
agama, yang mengatakan: Islam adalah agama
bukan negara. Yang dimaksud dengan agama
disini adalah sesuai dengan pemahaman Barat.
Adapun berbagai persoalan negara tidak ada
hubungannya dengan agama. Berbagai masalah
negara hanya ditata dengan akal manusia saja,
sesuai dengsn pengalaman, situasi dan
kondisinya yang selalu berkembang.
Penjajahan telah berhasil menciptakan beberapa
kelompok orang yang meyakini bahwa agama
tidak punya tempat dalam mengarahkan dan
menata negara, bahwa agama adalah sesuatu
dan politik adalah sesuatu lain, dan hal ini
berlaku terhadap Islam.
DALIL DARI BERBAGAI TEKS ISLAM
Hal ini bukanlah kreasi gerakan Islam, pendiri dan aktivisnya, tapi
merupakan teks-teks Islam yang tegas, fakta sejarah yang tidak akan
berubah, dan karakter dakwah Islam yang komprehensif.
Adapun tentang teks-teks Islam, maka cukup bagi kita menampilkan dua
ayat dari surat an-Nisa:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kpadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul
(sunnahnya). (an-Nisa: 58-59)

DALIL DARI SEJARAH ISLAM


Sejarah Islam memberitahukan kepada kita bahwa Rasulullah
mencurahkan segenap kemampuannya, moril maupun materil
dengan dukungan petunjuk wahyu- untuk mendirikan negara Islam
sebagai pusat dakwahnya. Dalam negara itu tidak seorang pun yang
berkuasa selain syariat Allah. Karena itulah beliau mengajak berbagai
kabilah untuk beriman kepada dakwahnya, melindungi dirinya dan
dakwah tersebut. Dulu, bergabung dengan negara Islam yang didirikan
Rasulullah itu, hidup di bawah naungannya, dan berjihan di bawah
benderanya, merupakan suatu keharusan bagi setiap orang yang
masuk Islam.
Al-Quran al-Karim mencela dengan keras mereka yang memilih tinggal
di daerah kafir dan daerah yang boleh diperangi tanpa mampu
menegakkan agama, melaksanakan kewajiban dan meninggikan syiar
mereka.
Ketika Rasulullah SAW wafat, hal pertama
yang dilakukan oleh para sahabat adalah
memilih Imam (pemimpin) yang akan
menggantikan beliau. Bahkan mereka
mendahulukan masalah ini ketimbangn
mengubur beliau. Para shahabat sepakat
membaiat Abu Bakar dan menyerahkan
persoalan kepemimpinan kepadanya. Cara
seperti ini berlanjut pada masa-masa
berikutnya. Konsensus historis yang
dimulai dari zaman shahabat dan tabiin ini
dijadikan oleh para ulama Islam sebagai
dalil atas keharusan mengangkat seorang
Iman, yang akan menjadi kepala negara
Islam.
Kaum muslimin di sepanjang sejarahnya
tidak mengenal pemisahan antara agama
dan negara, kecuali setelah munculnya
pemikiran sekularisme pada zaman
sekarang.
DALIL DARI KARAKTER ISLAM
Islam adalah agama umum dan syariat yang komprehensif.
Karena itu, syariat Islam harus masuk ke dalam semua dimensi
kehidupan. Tidak dapat dibayangkan bahwa syariat Islam
mengabaikan masalah kenegaraan dan menyerahkan.
Islam menghimbau untuk menata dan merinci tanggung jawab.
Islam membenci kesemrawutan dan kekacauan dalam segala
hal. Bahkan kita melihat Rasulullah menyuruh kita untuk
menyamakan shaf dalam shalat dan mendahulukan orang yang
paling berpengetahuan untuk menjadi imam.
Islam sesuai dengan karakternya dan sebagai sistem ingin
mengarahkan kehidupan sosial secara keseluruhan dan menata
tindak tanduk manusia sesuai dengan tatanan Allah.
Berbagai teks Islam tidak mengungkapkan secara terus terang
keharusan mendirikan negara Islam, dan sejarah Rasul serta para
shahabatnya tidak pula memperlihatkan penerapan praktis atas apa
yang dihimbau oleh berbagai teks tersebut, tentu karakter risalah
Islamiyah sendiri pasti akan menegaskan pentingnya mendirikan
negara Islam yang mempunyai keistimewaan dari segi akidah, syiar,
ajaran, pemahaman, moral, tatakrama, tradisi dan legalisasi.
Negara Islam ditegakkan berdasarkan akidah dan pemikiran bukan
negara lokal, tapi adalah negara yang mempunyai misi internasional.
Sebab, Allah SWT sendiri menugaskan ummat Islam untuk berdakwah
kepada seluruh ummat manusia dengan petunjuk dan cahaya yang ada
pada mereka. Di samping itu, Allah juga menjadikan ummat Islam
sebagai saksi dan pengasuh ummat manusia. Ummat Islam bukanlah
ummat yang tumbuh sendiri dan untuk dirinya sendiri. Tapi, mereka
diutus Allah untuk manusia sekalian dan dijadikan-Nya sebaik-baik
ummat.
KEBUTUHAN KITA KEPADA SUATU NEGARA YANG
BERLANDASKAN ISLAM

Pada zaman sekarang, dakwah Islamiyah sangat membutuhkan


kampong Islam atau negara Islam yang menjadikan risalah
Islamiyah sebagai akidah dan sistem, ibadat dan moral, serta
berbagai nilai-nilai kehidupan dan peradaban. Berdasarkan
risalah itu, kehidupan negara tersebut ditegakkan, baik dari segi
moril maupun materil.
Mendirikan negara tersebut merupakan kebutuhan Islami, dan
juga merupakan kebutuhan insani. Sebab, negara itu akan
menyuguhkan kepada ummat manusia contoh hidup tentang
kesatuan agama dan dunia, kemanunggalan moril dan materil,
serta keserasian antara kemajuan peradaban dengan keluhuran
moral.
KIRANYA KITA PUNYA PEMERINTAHAN
Imam Hasan al-Banna mengatakan: Kiranya kita punya pemerintahan Islam
yang betul-betul menerapkan syariat Allah, betul-betul beriman kepada-Nya,
independen dalam berpikir dan melaksanakan ide, memahami keagungan
nilai-nilai dan sistem Islam yang diwarisinya, meyakini bahwa sistem itu akan
mendatangkan kebaikan kepada rakyatnya dan akan menunjuki secara
keseluruhan, tentu rakyat akan menuntut negara itu untuk mengatur
kehidupan duniawi berdasarkan tatanan Islam, mengajak negara-negara lain
untuk mengkaji dan menelaah tatanan dan sistem Islam itu, menghimbau dan
meyakinkan negara-negara lain dengan mengirimkan berbagai utusan, dan
menggunakan berbagai cara lainnya demi menyampaikan dakwah Islamiyah.
Dengan demikian negara ini akan mendapatkan kedudukan spiritual, politik
dan ilmiah di antara berbagai pemerintahan dunia, dan akan mampu
memperbaharui vitalitas rakyat, mendorong mereka untuk maju demi
menggapai kemenangan dan kejayaan, serta mengobarkan semangat dan
tekad dalam beramal.
ISLAM DAN POLITIK
Kaum penjajah berusaha keras untuk memantapkan konsep bahwa Islam tidak punya hubungan dengan
politik dan negara. Hal ini berlawanan dengan apa yang diusahakan oleh para dai pembaharuan, yang
paling menonjol diantara mereka adalah Imam Hasan al-Banna. Beliau mencurahkan seluruh daya dan
upayanya untuk mengajarkan kepada kaum muslimin konsep kekomprehensifan Islam. Dengan kata lain,
beliau berusaha untuk mengembalikan kepada mereka apa yang dulu sepanjang tiga belas abad
merupakan suatu kemestian, yaitu sebelum penjajahan dan invasi pemikiran melanda negeri-negeri Islam.
Islam adalah suatu yang syumul (menyeluruh), mencakup semua dimensi kehidupan dengan syariat dan
pengarahannya.
Islam menata kehidupan individual, kehidupan keluarga, kehidupan sosial dan kehidupan politik, mulai
dari berinstinja sampai kepada pemerintahan, serta hubungan dalam keadaan damai dan perang.
Hasil dari usaha yang sungguh-sungguh itu cukup jelas, yaitu terbentuknya basis pendukung dalam jumlah
besar yang meyakini kekomprehensifan Islam sebagai syariat dan akidah, sebagai agama dan negara, di
berbagai negara Islam.
Iman Hasan al-Banna mengatakan tentang hubungan agama dan politik:
Anda akan mendapatkan hamper setiap orang yang berbicara kepada Anda tentang Islam dan politik
bahwa mereka memisahkan antara kedua hal itu. Mereka meletakkan masing-masing pada sisi yang
berbeda. Menurut merekakedua hal itu tidak mungkin akan bertemu. Karena itu dinamakanlah, ini
yayasan Islam non-politik, dan iru pertemuan agama yang tidak akan membicarakan masalah politik. Saya
sendiri pernah melihat pada pendahuluan tata tertib sebuah yayasan Islam dituliskan: Yayasan ini tidak
akan mencampuri berbagai persoalan politik.
RAMBU-RAMBU NEGARA
YANG DIBANGUN ISLAM
BAB 2
NEGARA MADANI YANG BERSUMBERKAN ISLAM

Negara islam adalah negara madani yang berlandaskan Islam,


ditegakkan berdasarkan baiat dan musyawarah, pemimpinnya dipilih dari
kalangan orang jujur, kuat dan terpercaya, serta penuh perhatian.
Hubungan para ulama dengan negara adalah bahwa mereka berkewajiban
untuk memberikan nasehat kepada para penguasa. Penguasa muslim
harus memahami syariat dan mengerti dengan baik berbagai hukum Islam,
serta seorang mujtahid, seperti khalifah yang empat dan mereka yang
mengikuti langkahnya. Bila syarat ini tidak ada, maka yang bersangkutan
tidak dapat diterima, kecuali dalam keadaan darurat. Negara islam adalah
negara sipil yang menerapkan di muka bumi berbagai ketentuan langit,
mengawasi pelaksanaan larangan dan perintah Allah di tengah ummat
manusia. Dengan demikian diharapkan negara Islam berjalan di atas rel
yang benar, membenarkan yang benar, menolak kebatilan, menghalalkan
yang halal, dan mengharamkan yang haram.
NEGARA INTERNASIONAL
Negara islam bukanlah negara rasisme dan regionalisme. Namun, negara ini
adalah suatu negara yang terbuka bagi setiap orang yang mengimani berbagai
prinsipnya secara suka rela tanpa paksa. Negara Islam adalah negara
internasional, karena risalah Islam adalah risalah internasional. Pemerintahan
Islam menerapkan nilai-nilai Islam sepenuhnya kepada rakyat dengan ditegakkan
berdasar atas tiga prinsip:
1. Kesatuan wilayah Islam.Walaupun beragamnya tanah air dan negeri Islam,
semua itu meruapakan wilayah yang satu dan umat yang satu pula
2. Kesatuan referensi legislasi, yaitu al-Qura;an dan Sunnah
3. Kesatuan kepemimpinan pusat yang dibawahi oleh Imam tertinggi atau
khalifah.
Negara Islam tidak menolak kehadiran non-muslim di wilayahnya, bahkan
menyambut mereka dan berjuang melindungi mereka, selam mereka menerima
berbagai ketentuan sipil masyarakat islam.
NEGARA KONSITUSIONAL BERDASARKAN SYARIAT
Negara Islam mempunyai konstitusi sebagai landasan dan
hukum sebagai pedoman. Konstitusi negara Islam adalah
berbagai prinsip dan hukum syariat yang dibawa oleh al-Quran
dan dijelaskan oleh sunnah Rasulullah yang berkaitan dengan
akidah, ibadah, moral, pergaulan sosial, hubungan: baik pribadi,
sipil, kriminal, administrasi, konstitusi, dan internasional.
Firman Allah:
Barangsaiap yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.... Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang zalim....Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-
orang yang fasik. (al-Maidah: 44-45-47)
Tidak bisa kita bayangkan Allah menghukum dengan kafir, zalim dan fasik orang yang tidak
berhukum dengan apa yang diturunkan-Nya dari kalangan Yahudi dan Nasrani, lalu Dia
memaafkan kaum muslimin. Keadilan Allah mencakup semua. Apa yang diturunkan-Nya
kepada Muhammad sama saja dengan apa yang diturunkan-Nya kepada Isa dan Musa as.
Komitmen negara Islam kepada hukum syariat memberikan kepadanya legalitas untuk
menata ummat dan memberikan pula kepadanya hak untuk didukung dan dipatuhi oleh
rakyat dalam keadaan sempit dan lapang, dalam keadaan suka dan duka. Bila negara ini
menyimang dari sistem syariat, maka legalitasnya hilang dan haknya untuk memerintah pun
gugur, serta rakyat tidak perlu lagi patuh dan taat kepadanya. Sebab, ketaatan yang makruf
(baik), dan tidak ada ketaatan kepada manusia dalam mendurhakai Khaliq.
Hasran Bashri mengatakan bahwa Imam yang adil adalah orang yang berada antara Allah dan
para hamba-Nya, dia mendengar dari Allah, lalu diperdengarkan kepada mereka, dia melihat
kepada Allah, lalu dilihatkannya kepada mereka, dia patuh kepada Allah, lalu dia menuntun
mereka. Imam, Khalifah atau kepala negara adalah seseorang yang munkin saja bertindak
benar atau salah, bisa berbuat baik atau jahat. Karena itu , kaum muslimin diminta
mendukungnya bila dia berbuat baik atau benar, dan diminta untuk meluruskannya bila dia
berbuat salah atau keliru. Menurut pandangan Islam penguasa adalah wakil rakyat, bahkan
orang upahan mereka. Jadi, kekuasaan penguasa adalah kekuasaan rakyat yang diwakilkan
kepadanya, dan dia adalah orang upahan mereka.
NEGARA MUSYAWARAH BUKAN NEGARA KERAJAAN
Negara Islam bukan negara kerjaan yang diwariskan secara turun temurun dan membatasi
kekuasaan hanya pada satu keluarga saja. Negara Islam berdasarkan berbagai prinsip
demokrasi yang baik, tetapi bukan duplikat dari negara demokrasi Barat. Negara Islam
serupa dengan negara demokrasi Barat dalam hal keharusan rakyat memilih kepala negara.
Rakyat tidak boleh dipaksa untuk menerima pemimpin yang akan memimpin mereka.
Sistem musyawarah yang mendasari negara Islam jauh lebih baik ketimbang demokrasi
Barat. Sebab, musyawarah mempunyai batas-batas jelas yang tidak boleh dilampaui.
Masalah akidah, iman, nilai-nilai dasar moral, dan berbagai ketentuan yang tegas.
Ungkapan Tegas dari Dr. asy-Syawi
Beliau mengatakan:
Keunggulan negara Islam terdapat pada dua segi: Pertama, Islam telah mendahului
berbagai sistem konstitusional dalam menetapkan berbagai prinsip ini lebih dari seribu
tahun yang lalu. Kedua, apa yang telah ditetapkan Islam sudah sampai ke tingkat yang
sampai sekrang belum ada satu sistem kontemporer pun yang mencapainya, dan tidak
mungkin akan dicapainya di masa yang akan datang, walaupun kita tunggu seribu tahun
lagi.
Di antara berbagai prinsip yang kita yakini bahwa Islam lebih unggul atas berbagai sistem konstitusional
kontemporer adalah sebagai berikut:
Prinsip kekuasaan syariat melebihi prinsip kekuasaan hukum positif. Sebab, prinsip demokrasi tidak
membatasi wewenang lembaga legislatif dalam suatu negara, selama lembaga itu tunduk kepada hukum yang
berlaku. Dalam negara Islam, syariat mempunyai kekuasaan penuh atas segala perangkat politik, termasuk
lembaga yang membuat hukum positif. Dilain pihak, Islam telah mendudukkan masalah ini sejak lebih dari seribu
tahun. Islam menjadikan al-Quran al-Karim yang diturunkan dari sisi Allah sebagai UUD, lalu memberikan sifat
kesucian, kekekalan dan ketetapan kepada sumber syariat samawi. Hal ini merupakan hasil proses panjang yang
tidak mungkin dijelaskan di sini.
Prinsip kekuasaan ummat melebihi prinsip kekuasaan rakyat. Ummat Islam terdiri dari berbagai bangsa yang
mungkin saja diperintah oleh berbgai negara. Bila kekuasaan rakyat yang dimaksud berarti kekuasaan rakyat pada
suatu daerah yang dikuasai oleh suatu negara, di mana pemerintahan bisa saja mendukung kekuasaan itu atau
memanipulasinya, lalu pemerintahan itu berbuat sekehendaknya, maka kekuasaan ummat- yang mempunyai hak
konsensus dalam syariat- dilaksanakan oleh ummat islam di seluruh negeri dan daerahnya.
Prinsip pemisahan sebagai kekuasaan dalam Islam lebih baik ketimbang sebagai teks konstitusional yang telah
ditetapkan dalam sistem demokrasi moderen. Dalam Islam pemisahan itu dilakukan berdasarkan pemisahan
organik antara lembagai yang menangani masalah legislatif dan berbagai lembaga politik lainnya, mulai dari kepala
negara, parlemen, sampai kepada berbgai lembaga eksekutif dan administratif lainnya. Negara Islam berhak,
bahkan merupakan kewajibannya untuk memanfaatkan berbagai pengalaman demokrasi moderen di atas,
mengambil bagian-bagian yang dapat mendukung prinsip musyawarah dan membuang bagian-bagian yang negatif
untuk mencegah munculnya para tiran yang angkuh. Hal ini sesuai dengan kaidah saddudz dzariah (mencegah
kejahatan sebelum muncul) dan kaidah, bila suatu kewajiban tidak sempurna kecuali dengan sesuatu, maka
sesuatu itu juga merupakan kewajiban.
NEGARA PETUJUK BUKAN
NEGARA PENGUMPUL HARTA
Negara Islam seperti yang
diungkapkan oleh Abu Hasan an-
Nadwi adalah negara petunjuk bukan
negara petunjuk bukan negara
pengumpul harta benda. Artinya,
tujuan utama dari negara ini adalah
menyebarkan dakwah Islamiyah ke
seluruh ummat manusia, dan tidak
dibenarkan menghalang- halangi
anugerah tersebut untuk sampai
kepada hamba-hamba-Nya.
Tugas negara Islam adalah
membimbing manusia ke jalan Allah,
menghilangkan rintangan yang
rintangan yang merintangi dakwah
Islamiyah, mendakwahi ummat
manusia sesuai dengan zaman dan
alam mereka, sehingga mereka
mengerti Islam tersebut.
NEGARA PELINDUNG KAUM DHUAFA
Negara Islam adalah negara untuk melindungi hak-hak kaum lemah, bukan untuk melindungi berbagai
kepentingan golongan kuat. Negara Islam mewajibkan zakat atas orang kaya untuk diberikan kepada orang
miskin. Di samping itu, negara Islam juga menyisihkan dari berbagai sumber negara lainnya, serta harta
rampasan perang, bagian tertentu untuk anak yatim, orang miskin dan orang dalam perjalan. Firman Allah:
Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu . (al-Hasyr:4)
Dulu kekejian dan kebejatan sudah diwariskan secara turun temurun, sehingga hal ini sudah menjadi dasar
bagi sistem masyarakat. Setelah Islam datang, dia menuntun manusia kepada keadilan yang karenanya
diturunkan Kitabullah dan diutus Rasullah. Keadilan itu menuntut perlindungan kaum lemah dan medukung
mereka, sehingga mendapatkan hak-haknya, baik moril maupun materil.
Islam menetapkan bahwa kaum miskin mempunyai hak tertentu atas harta kekayaan orang kaya. Zakat bukan
hanya sekedar kebaikan hati atau sumbangan yang mereka berikan sesukanya, tetapi suatu kewajiban dan
merupakan salah sat rukun agama. Zakat boleh diambil secara paksa bila yang berkewajiban tidak
melaksanakannya dengan sukarela. Zakat merupakan pemberian yang dapat memenuhi kebutuhan orang
miskin dan keluarganya secara sempurna. Bahkan Imam Syafii dan para sahabatnya melihat bahwa pemberian
zakat kepada orang orang miskin harus dapat memenuhi kebutuhan sepanjang umurnya.
Islam juga melindungi orang-orang yang mempunyai kebutuhan mendesak, seperti mereka yang bangkrut dan
orang yang dalam perjalanan. Selain itu, Islam dengan al-Quran dan sunnahnya sangat memperhatikan
kepentingan anak-anak yatim yang kehilangan bapak, sementara mereka masih kecil. Islam mengeluarkan
aturan-aturan ketat untuk melindungi mereka dari kekerasan, ketelantaran dan kehinaan. Al-Quran al-Karim
sendiri mengatakan:
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai dia
dewasa. (al-Anam: 152)
HAK ASASI DAN KEBEBASAN
Negara islam adalah negara hak asasi dan kebebasan, iman dan komitmen, bukan propaganda dan omong
kosong
Hak untuk hidup, hak memiliki, hak berkecukupan, hak perlindungan agama, jiwa, kehormatan, harta dan
keturunan, menurut pandangan syariat islam merupakan lima atau enam hal yang mendasar, yang Allah
menurunkan syariat untuk melindunginya. Tidak seorangpun dibolehkan mengabaikan hak itu. Untuk
melindungi semua itu, Allah menetapkan hukuman berat berupa hudud dan qishash bagi yang melanggarnya.
Negara islam harus berusaha untuk mewujudkan dua hal bagi setiap individu yang hidup di bawah
naungannya, yaitu kecukupan dan keamanan. Dengan berkecukupan dan keamanan, masyarakat dapat dengan
bebas beribadat kepada Rabb mereka:
yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapardan mengamankan mereka dari
ketakutan. (Quraisy:4)
Kebebasan yan sering dinyanyikan oleh orang-orang di zaman kita sekarang, yang mereka anggap sebagai hasil
ciptaan atau temuan berbagai revolusi modern, seperti revolusi Prancis dan lainnya, telah di kembangkan dan
disebarkan islam jauh sebelumnnya, serta dikeluarkan oleh negara Islam dari dunia teori ke dunia nyata.
Kebebasan beragama seperti yang diungkapkan oleh Syaikh al-Ghazali ra sebagai (ciptaan atau temuan islam)
tidak terdapat dalam agama manapun. Islam memberikan kebebasan kepada pemeluk agama lain yang hidup
dibawah naungannya, dan tidak menyukai pemaksaan dalam memeluk agama, dengan cara apapun. Sebab,
islam melihat bahwa iman yang benar adalah yang berdasarkan kerelaan dan kebebasan memilih. Adapun
keimana Firaunketika sudah hampir tenggelam, tidak ada artinya, karena diatidak punya pilihan lagi. Begitu
juga dengan orang telah melihat azab Allahdan tidak punya kekuatanuntuk melindungi dirinya. Firman Allah:
maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka melihat siksa kami. (al-Mukminun:85)
NEGARA PRINSIP DAN MORAL
Negara islam adalah negara prinsip dan moral. Negara ini selalu berpegang dan tidak menyimpang darinya,
baik dalam maupun di luar wilayahnya, baik dengan orang yang dicintai maupun dengan orang yang
dibencinya, dlam keadaan damai dan perang. Negara islam tidak menggunakan standar ganda, tidak pula
ngomong dengan dua lidah, tidak membolehkan cara batil untuk mewujudkan kebenaran, dan tidak
membolehkan merealisir kebaikan dengan menggunakan sarana keji.
Negara islam selalu berusaha untuk mewujudkan tujuan yang mulia dengan menggunakan sarana yang bersih.
Negara islam menolak dengan tegas falsafah Machiavelli yang menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan. Seperti orang yang mengumpulkan uang dengan cara riba untuk membangun masjid, atau wanita yang
menjual diri untuk membantu orang miskin. Lebih baik baginya tidak berzina dan tidak pula bersedeka.
Orang yang mengumpulkan harta dengan cara illegal dan batil, kemudian dia membelanjakannya kepada jalan
kebaikan.
Negara islam memanifestasikan akhlak yang luhur, yang Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakannya.
Akhlak yang mulia itu adalah keadilan Allah di muka bumi untuk manusia seluruhnya, baik yang kulit putih
ataupun bewarna, baik yang dekat ataupun yang jauh.

Firman Allah:
hai orang-orng yang beriman, jadilah kamu orangyang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena
Allahbiarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. (an-nisa:135)
KARAKTER
DALAM ISLAM
BAB 3
NEGARA ISLAM BUKAN NEGARA KAUM AGAMAWAN

Ada perbedaan besar antara negara islam yaitu negara yang ditegakkan berdasarkan islam
dengan kaum agamawan yang pernah dikenal Barat Kristen pada abad pertengahan. Sebab,
ada perbedaan yang mencolok antara suatu yang islami dengan sesuatu yang agamis, banyak
orang yang mengira bahwa sesuatu yang islami adalah agamis. Menurut kenyataanya,
pengertian kata islam jauh lebih besarketimbangpengertiankata agama. Bahakn para ulama
ilmu ushul menjadikan agama salah satu lima atau enam hal mendasar yang syariat dating
untuk melindunginya, yaitu agama, jiwa, akal, keturunan, harta, dan sebagian ulama
menambahkan kehormatan.
Untuk lebih jelasnya berikut sebuah contoh. Kita menghimbau untuk menerapkan Pendidikan
agama islam yang integral, yang mencakup berbagai bentuk Pendidikan yang jumlahnya
mencapai puluhan, diantaranya Pendidikan agama, disamping Pendidikan lainnya, seperti
Pendidikan mental, jasmani, moral, militer, sosial, politik, ilmiah, sastra, kejuruan, seni, dan
seterusnya. Pendidikan agama hanya merupakan bagian dari berbagai Pendidikan islam yang
begitu banyak.
BERBAGAI KERAGU-RAGUAN KAUM SEKULER TENTANG
DAKWAAN NEGARA KAUM AGAMAWAN
Apa alasan kaum sekuler menuduh aktivis islam menghimbau untuk mendirikan negara kaum
agamawan yang ditegakkan berdasarkan hak ilahi?
Saya mencoba mengamati brbagai tulisan kaum sekuler. Dalam tulisan-tulisannya mereka itu
saya menemukan bahwa mereka berputar di sekitar beberapa syubhat (keragu-raguan).
Berikut ini saya akan mengutip hal itu sebagaimana adany, kemudian saya akan coba
menjawabnya:
1. Konsep hakimiyah (kekuasaan) yangdisebarkan oelh dua orang tokoh muslim terkenal di
zaman kita sekarang, Abul Ala al- Maududi di Pakistan dan Sayyid Quthb di Mesir,
berdasarkan pada prinsip bahwa keputusan hanya semata kepunyaan Allah, bukan berada di
tangan manusia, siapa pun dia. Alam emsta ini adalah milik Alaah yang maha suci, tidak
seorang pun yan berkuasa atau ikut berkuasa atas alam ini. Firman Allah: keputusan itu
hanya kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain dia.
(Yusuf:40)
2. Ungkapan yang dilontarkan Sayyidin Utsman ketika beliau berada di dalam kepungan, di
telan mentah-mentah oleh Dr. Faraj Faudah, kemudian dikembangkan dan dijadikannya
sebagai argumentasi yang tidak dapat di bantah dan tiang yang tidak dapat dirubuhkan.dia
mengatakan: suatu hal yang pasti, teori pemerintahan dengan hak Ilahi, mendapat dukungan
kuat dari Ungkapan Khalifah Utsman bin Affan.
3. Ada ungkapan lain yang dikatakan berasal dari Khalifah Abu Jafar al -Mashur,
Khalifah dinasti Abbasiyah. Setelah orang-oran Abbasi memegang tampuk
kekuasaan menyusul runtuhnya Bani Ummayah, Abu Jafar al-Manshur
mengatakan dalam sebuah pidatonya di mekkah: Hadirin sekalian. Saya adalah
penguasa di bumi-nya. Saya memerintah kalian dengan persetujuan, restu dan
dukungan-nya. Saya adalah penjaga atas harta dan kekayaan-nya. Saya mengelola
harta kekayaan itu sesuai kehendak dan kemauan-nya.saya belanjakan harta itu
seizin-nya. Allah menjadikan saya sebagai gembok dari harta itu. Bila dia ingin
membuka saya, dia akan membukan-nya, sehingga saya dapan membagikannya
kepada kalian. Bila dia ingin mengunci saya, madia akan menguncinya.
4. Pengalaman revolusi Iran kontemporer, di mana yang memerintah disana adalah
kaum agamawan yang dikepalai oleh agamawan teresar di kalangan mereka, yaitu
Ayatullah RohullahKhomeini, kemudian dilanjutkan oleh penggantinya. Hal ini
memberikan impresi bahwa kekuasaan Iran dikelola oleh kaum agamawan saja.
Menurut mereka berbagai pemerintahan islam lainnya akan merupakan fotokopi
dari pemerintahan Iran yang ada sekarang
KONSEP HAKIMIYAH DAN HUBUNGAN
DENGAN NEGARA KAUM AGAMAWAN

Adapun Hakimiyah sesuai dengan


pemahaman syariat adalah hanya Allah yang
berhak membuat peraturan bagi makhluknya,
dia-lah yang menyuruh dan melarang
mereka, dan dia-lah yang menghalalkan dan
mengharamkan.ini adalah suatu hal yang
sudah menjadikan ketetapan seluruh kaum
muslimin. Karena itulah Ali tidak menentang
prinsip yang mengatakan bahwa tidak ada
keputusan selain keputusan Allah. Ali hana
menentang dorongan dan tujuan
tersembunyi di kalimat tersebut: perkataan
benar, tapi yang diinginkan dengannya
adalah kebatilan. Artinya, pada dasarnya
perkataan itu benar, tapi tujuan yang
tersembunyi di belakangnya adalah batil.
HAKIMIYAH MENURUT ULAMA USHUL FIQIH

Kita melihat pakar ushul fiqih, seperti Abu Hamid


al-Ghazali mengungkapkan dalam pendahuluan
buku beliau yang terkena, al-Mustashfa min
Ulumil Ushul, tentang masah hukum yang
merupakan pembahasan pertama, bahwa hukum
itu adalah pesan syariat, dan tidak ada hukum
sebelum ada ketentuan syariat. Hal ini berkaitan
dengan penguasa, yaitu legislatif, dengan sasaran
hukum, yaitu mukallaf, dan dengan tindakan yang
dikenakan sanksi hukum
PENDAPAT SAYYID QUTHB TENTANG HAKIMIYAH

Kerajaan Allah dimuka bumi tidak ditegakan


dengan mengangkat penguasa dari kalangan
kaum agamawan dan tidak pula menunjuk
orang yang berbicara atas nama tuhan.tapi
kerajaan yang ditegakan dengan
memberlakukan syariatnya dan dengan
mengembalikan segala persoalan kepadanya
sesuai dengan ketentuan dan keputusannya.
PENDAPAT MAUDUDI TENTANG HAKIMIYAH

Adapun tentang pendapat maududi orang sering mengambil


pendapatnya sepotong dan dipahami berbeda dengan yang beliau
inginkan. Kemudian dengan pemahaman yang salah ini mereka
mengambil kesimpulan dan menyusun berbagai ketentuan. Teokrasi
yang dibawa oleh islam memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada
ummat, bukan kepada kaum agamawan. Ummatlah yang
menangani segala persoalan dengan tuntutan kitab dan Sunnah.
Dari segi ini pemerintahan dianggap pemerintahan demokrasi inilah
yang dapat dipahami dari pemikiran maududi, walaupun kita
sebenarnya sangat berhati-hati menamakan pemerintahan teokrasi
mengingat adanya kemiripan dengan teokrasi yang dikenal dalam
sejarah.
KEKUASAAN YANG DIMAKSUD ADALAH KEKUASAAN
TERTINGGI
Catatan ketiga : Kekuasaan legislatif harus hanya berada di tangan allah.
Tidak seorang pun dari kalangan mahluk yang berhak mencampurinya.
Kekuasaan teringgi mutlak di tangan allah, tanpa batas dan tanpa ikatan.
Hal ini merupakan bukti keesaan dan uluhiyah allah.
Kekuasaan sesuai dengan pemahaman ini tidak mengesampingkan adanya
sedikit hak legislatif bagi manusia yang mendapat izin dari Allah. Kaum
muslimin berhak membuat ketentuan untuk diri mereka,dengan syarat
berbagai ketentuan itu di seputar masalah yang tidak ada teks
padanya.kaum muslimin dapat membuat aturan sendiri dengan izin agama
tentang berbagai halyang menyangkut kehidupan sosial, ekonomi dan
politik. Semua itu ditujukan untuk kebaikan dan menolak keburukan serta
melindungi berbagai kepentingan individu dan masyarakat.
UNGKAPAN UTSMAN BIN AFFAN
Utsman bin affan tidak mengklaim bahwa beliau memerintah dengan hak illahi, yang pasti adalah bahwa
beliau dibaiat oleh kaum muslimin untuk memerintah berdasarkan Al-quran dan Sunnah serta
berpedoman pada kebijaksanaan dua khalifah sebelumnya. Ketika terjadi pemberontakan, kaum
pemberontak menyebarkan berbagai fitnah tentang diri beliau dan dibenarkan oleh sebagian masyarakat
yang tertipu beliau tidak mengatakan saya memerintah kalian dengan hak illahi. Kalian tidak punya
pilihan selain mematuhi saya.
Dr Faraj Faudah: ucapan sayyidina utsman telah meletakan konsep politik islam di persimpangan jalan,
antara mayoritas yang mendukung konsep itu yang meyakini bahwa allah lah yang mengangkat khalifah
karena itu tidak ada lagi hak bagi rakyat untuk menurunkan khalifah dari jabatannya dan antara minoritas
yang berpendapat bahwa ummat adalah pemegang kekuasaan.menurut pendapat ini ummatlah yang
mengangkat dan menurunkan khalifah . Pandangan ini yang dipegang oleh kaum mutazilah.
Pada dasarnya ungkapan seperti di atas tidak dapat diterima dengan beberapa alasan :
Pertama: Mayoritas ummat wajib untuk memilih pemimpin untuk memilih pemimpin dari kalangan kaum
pemikir dan intelektual. Bahkan wajib untuk mengkoreksi dan meluruskan pemimpin itu bila
menyimpang,bahkan juga memecatnya.melawan pemimpin yang sudah jelas kafir adalah wajib, inilah
pendapat mayoritas ummat. Ali abdur raziq hanya menetapkan dari segi teori saja
Kedua: Penulis mencampur secara semberono antara penisbatan perbuatan manusia kepada allah sebagai
penguasa tertinggi dengan tanggung jawab manusia atas tindakan dan perbuatan mereka.
Ketiga : Mereka yang memberontak kepada pemilik dua cahaya utsman bi affan, bukanlah mayoritas
ummat bukan pula dari kalangan intelektual tapi hanya kaum pengacau yang diperalat untuk memusuhi
islam seperti yang dikemukakan oleh kaum sejarawan.
UNGKAPAN KHALIFAH AL MANSYUR

Adapun tentang ungkapan khalifah al mansyur kita akan


mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Dr abduh Hamid
Mutawalli: Bolehlah buku sastra diambil sebagai rujukan dalam
membahas masalah-masalah fiqih?
Seandainya ungkapan tersebut adalah ungkapan yang berasal dari
al-mansyur tapi tidak seorang pun yang mendukung nya maka
ungkapan itu adalah ungkapan itu berasal dari sendiri, tidak layak
dijadikan dasar untuk memutuskan atau menetapkan sesuatu. Bila
kita memahami unkapan itu secara lahiriyah sebenarnya ungkapan
itu bisa diperjelas. Yang beliau maksud adalah beliau mewakili
kekuasaan allah di muka bumi untuk menerapkan hukum dan
syariat kepada manusia. Tidak mendakwakan bahwa beliau
memerintah dengan hak illahi.
PENGALAMAN REVOLUSI IRAN
Bila kita tinggalkan berbagai fakta sejarah yang banyak dipersoalkan oleh
mereka yang menuduh pemerintahan islam adalah pemerintahan atas
nama hak illahi.berbagai fakta itu tidak lebih dari dua kata yang sering
diungkapkan dalam kesempatan-kesempatan tertentu.kedua kata itulah
ang mereka dapat dalam empatbelas abad dari kehidupan ini . Setiap
peneliti yang jujur akan menyadari bahwa menjadikan situasi yang
berlangsung di iran sekarang adalah sebagai bukti dalam masalah yang
penting ini adalah suatu yang kurang tepat jika dilihat dari berbagai
hal.pemerintahan menurut mazhab syiah jauh berbeda dengan
pandangan mazhab ahlusunnah yang merupakan mayoritas kaum
muslimin. Dalam hal ini pendirian mazhab syiah berbeda dengan
pemikiran islam secara umum baik dari segi aqidah maupun fiqih. Dasar
kepemipinan menurut mereka adalah penunjukan bukan pemilihan.
Menurut mazhab syiah imam atau penguasa dapat naik ketingkat yang
tidak dapat dicapai sekalipun oleh malaikat atau nabi.
Dikalangan syiah imam tidak mungkin diturunkan dari jabatannya,
Sebab bukan ummat yang memilihnya.sistem yang berlaku di iran
tidak mengklaim sebagai mandataris allah.kalau ada orang yang
mendakwakan itu maka dakwaannya tidak punya dasar selain hanya
bahwa mereka yang memerintah di iran adalah dari kalangan kaum
agamawan bukan pula dari kalangan politikus sedangkan kaum
agamawan bukan karena mereka ahli agama tapi karena mereka
adalah ahli politik.
Pengalaman iran mengingat karakternya yang khusus dari segi dasar
pemikiran, dari segi perkembangan dan situasi yang mengitarinya
dan dari segi mereka yang mereka menjalankannya. Tetap saja
mempunyai berbagai ciri khusus yang hanya perlu diketahui dan
tidak boleh dijadikan standar, serta tidak boleh pula dijadikan alasan
untuk menghadapi ahlussunnah.
BEBERAPA FILE YANG
HARUS DITUTUP
Ada beberapa persoalan
yang harus ditutup
filenya. Sebab berbagai
persoalan itu sudah dikaji
secara tuntas sehingga
sudah jelas mana yang
benar mana yang salah.
Tidak perlu mengitari lagi
masalah tersebut.
FILE NEGARA ATAU KEKUASAAN NEGARA

Meskipun kita dan berbagai penulis lainnya selalu


menulis bahwa islam tidak menghimbau untuk
mewujudkan masyarakat barat tapi hanya
menghimbau untuk mewujudkan kekuasaan
islam dengan arti kekuasaan sipil yang dipilih
oleh ummat. Suatu kekuasaan yang berdasarkan
islam dalam membuat aturan dan undang-
undang dan dalam menata politik luar negeri
ataupun dalam negeri.
FILE SEKULARISME ANTI AGAMA

Diantara file yang harus ditutup salah satunya adalah file


sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan
sosial. Pemikiran ini muncul di bumi bukan bumi kita dalam
masyarakat bukan masyarakat kita dan dalam situasi yang
tidak dapat dibandingkan dengan situasi kita. Sekularisme
yang berkembang di masyarakat kita adalah anti agama,
anti pemikiran ummat dan anti kepentingannya.
Sekularisme berupaya melucuti ummat dari berbagai
potensi besar yang mungkin dikembangkan oleh akidah dan
syariah, bila akidah sebagai pengarah dan syariat sebagai
pelaksana.

Anda mungkin juga menyukai