Anda di halaman 1dari 4

Fiqh siyasah adalah pemahaman yang detail tentang urusan umat, baik internal maupun

eksternal, dan mengelola urusan itu sesuai dengan petunjuk dan hukum islam. As-siyasi adalah
orang yang memperhatikan urusan umat, dan menerapi lewat pikiran dan pendapatnya dengan
benar. Seorang politisi islami adalah seorang muslim yang komitmen dengan islam dan
mengelola urusan umat dengan sudut pandang islam dan hukum agama. Siyasah dibagi menjadi
dua, pertama yaitu siyasah syar’iyah artinya membawa seluruh urusan manusia sesuai dengan
pandangan syariat, dan pemerintahan yang bekerja untuk menjaga agama dan dunia, kedua
siyasah bukan syar’iyah adalah siyasah yang membawa manusia sesuai dengan pandangan
manusia yang dituangkan dalam perundang-undangan buatan manusia sebagai pengganti dari
ajaran islam dan berbeda dengan syariat islam.
Imam Al-Bana sedari kecil hidupnya di lingkungan ilmiah terutama ilmu fiqh. Ayahnya
seorang ulama hadits yang sangat terkenal pada zaman modern. Hasan Al-Bana lulus dari
Universitas Darul Ulum pada umur 21 tahun, dan menjadi lulusan terbaik. Beliau telah Allah
mudahkan untuk menghafal dan memahami makna Al-Qur’an. Al-Bana merupakan pakar
tentang problematika keislaman dan mengikuti peristiwa-peristiwa politik di dalam dan diluar
dunia islam.
Sumber-sumber yang digunakan oleh Imam Al-Bana dalam fiqh siyasahnya yaitu Al-
Qu’an, Hadits dan kitab-kitab fiqh. Namun, Al-Bana juga mempelajari undang-undang buatan
manusia dengan mengacu sejauh mana kesesuaian atau bertentangan dengan hukum islam.
Islam adalah agama yang syumul, tidak ada pemisahan antara islam dan politik. Bahkan
tidak ada kebaikan pada agama yang tidak ada politiknya dan tidak ada kebaikan dalam politik
yang tidak ada agamanya, hal ini disebabkan politik yang mengelola semua urusan.
Bangsa barat selalu mempropagandakan bahwasannya islam tidak ada hubungannya
dengan pemerintahan, kekuatan, kesiagaan, politik dan jihad. Propaganda itu sangat
mencitraburukkan islam. Peran Imam Al-Bana dan misinya adalah menjelaskan islam
sebagaimana yang Allah kehendaki bagi manusia ini yaitu aqidah, syariat, tatanan hidup, dan
menghapus pemahaman-pemahaman kaum imperialis yang menjajah negeri-negeri islam. Lalu
melalui fiqh politiknya, Hasan Al-Banna menghimpun barisan jihad untuk mengusir kaum
kolonialis yang hina dari bumi islam. Islam harus memimpin. Islam harus berkuasa. Islam
harus mengatur urusan hidup manusia.
Al-Banna mengatakan “Allah Maha Mengetahui, wahai para pemimpin, bahwa ikhwan
tidak akan pernah, dalam satu hari, bukan gerakan politik, tidak akan pernah menjadi, dalam
satu hari, bukan kaum muslimin. Ia tidak akan memisahkan dakwahnya antara politik dan
agama”. Islam, bagi seorang muslim, tidak cukup hanya dengan nasihat dan bimbingan, tetapi
selalu membawanya untuk membela dan berjihad.
Diantara tuntutan-tuntutan yang diajukan Imam Al-Banna dalam bidang politik antara
lain yaitu bidang politik, administrasi, peradilan, ilmu pengetahuan, sosial, dan ekonomi.
Pemerintahan islami terdiri dari kaum muslimin yang menjadi anggotanya,
melaksanakan kewajiban-kewajiban islam, dan tidak terbuka melakukan maksiat. Islam tidak
akan terealisasi seperti yang Allah kehendaki, kecuali jika pemerintahan itu menerapkan
hukum-hukum-Nya dalam seluruh sendi kehidupan politik, ekonomi, peradilan, kenegaraan,
dan lain-lain.
Saat ini peraturan islam di satu lembah dan peraturan pelaksanaan di lembah yang lain.
Maka, sesungguhnya diamnya para reformis islami dari tuntutan penerapan hukum islam
adalah tindak pidana islam yang tidak akan bisa dihapuskan kecuali dengan bangkit
membebaskan kekuasaan eksekutif dari tangan orang-orang yang tidak tunduk dengan hukum
islam yang hanif ini.
Dakwah merupakan jalan yang panjang, penuh kesabaran, dan ketabahan. Beberapa
tahapan dalam berdakwah adalah tahap pengenalan (ta’rif), pembinaan (takwin), dan
pelaksanaan (tanfizh).
Dalam perubahan diperlukan situasi yang tepat dan cocok. Situasi yang ditetapkan itu
adalah dengan membuat atmosfer islami secara umum. Al-Banna menambahkan hal lain, yaitu
telah sempurna kesiapan iman dan persatuan. Artinya, aqidah telah mendidih di hati para
pengikutnya, rapat barisan mereka, bersatu hati mereka dan berhimpun disekitar fikrah dan
qiyadah mereka. Dalam menolak kemungkaran, harus dilakukan dengan tangan, mulut, dan
hati.
Sikap kita menurut Hasan Al-Bana terhadap undang-undang konvensional yang
menyelisihi syari’at islam maka tidak boleh kita untuk taat, melaksanakan, dan berlindung
dibawahnya.
Dalam menjalankan pemerintahannya, kepala negara memiliki hak dan kewajiban.
Seorang kepala negara jika gagal melaksanakan kewajibannya, maka umat berhak menuntut.
Umat berhak mentaati kepala negara, dikarenakan umat telah mengikat janji dengannya, dan
kepala negara harus menjalankan kewajibannya sehingga ia berhak dibela, dicintai, dan ditaati.
Pelimpahan wewenang dari seorang kepala negara terhadap orang lain yang telah diseleksi
dalam pemilihannya untuk ditugaskan membantu mengurus umat baik dengan pendapatnya
sendiri atau hasil ijtihadnya sendiri adalah boleh.
Pemegang kekuasaan tertinggi dalam islam disebut khilafah. Dia sebagai kepala negara.
Memikul beberapa kewajiban dan memiliki beberapa hak. Khilafah Islamiyah harus didahului
dengan berdirinya pemerintahan islami di negeri-negeri kaum muslimin. Sesungguhnya islam
mengharuskan umatnya untuk bersatu dibawah kepemimpinan seorang imam, yaitu kepala
negeri-negeri islam. Umat islam haram terbagi-bagi menjadi negara-negara yang setiap negara
memiliki khalifah atau imam sendiri.
Menurut Hasan Al-Banna, pemerintahan dalam islam berdiri atas tiga pilar yaitu
tanggung jawab pemerintah di hadapan Allah SWT dan dihadapan manusia, kesatuan umat
islam diatas dasar aqidah islam, dan menghormati keinginan umat dengan mewajibkan
bermusyawarah dengan mereka, mengambil pendapatnya, menerima perintah dan larangan.
Undang-undang dalam menjalankan pemerintahan islam diambil dari kitab Allah dan
sunnah Rasulullah SAW.
Dalam menyelesaikan problematika ummat, maka perlu adanya orang-orang yang
dimintai pendapatnya untuk menyelesaikan problematika ini dan diselesaikan dengan suara
mufakat atas dasar suara mayoritas, mereka disebut Ahlul Halli Wal Aqdi. Ahlul Halli Wal
Aqdi adalah para ulama mujtahid yang pendapatnya dijadikan referensi dalam fatwa dan
penggalian hukum, para pakar dalam urusan-urusan umum, dan orang-orang yang memiliki
sifat kepemimpinan bagi manusia. Dalam menentukan orang-orang yang berhak berada di
Ahlul Halli Wal Aqdi, Hasan Al-Banna menghendaki sistem pemilihan umum sesuai dengan
islam, serta memberikan sanksi yang tegas dalam berbagai kecurangan yang terjadi selama
proses pemilu.
Wanita dan aktivitas politik menurut Hasan Al-Banna telah diberikan keluasan, meski
sebenarnya wanita tidak berkewajiban untuk bekerja dan mencukupi dirinya sendiri atau
membiayai hidupnya dari hasil kerjanya. Wanita mempunyai tugas rumah tangga dan
merupakan tempat sekolah untuk mendidik generasi berikutnya (anak-anaknya). Dalam
pengangkatan jabatan publik, Hasan Al-Banna berpendapat bahwa wanita tidak diperbolehkan
memegang jabatan publik, kecuali dalam kondisi darurat.
Jika dalam suatu negara minoritas non-muslim maka apabila mereka bersikap damai,
dengan menepati kewajiban-kewajiban mereka terhadap umat islam dan tidak membantu
musuh-musuh islam maka umat islam wajib untuk bersikap baik terhadap mereka, melindungi
mereka, dan menjaga jiwa mereka, harta mereka, dan kehormatan mereka.
Umat islam boleh saja meminta bantuan non-muslim dengan syarat dalam keadaan
darurat dan tidak pada jabatan-jabatan publik. Darurat disini adalah kepentingan-kepentingan
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan untuk merealisasikan maksud-maksud
syariat dalam menjaga lima dasar, yaitu menjaga agama, jiwa, harta, keturunan, dan akal
manusia.
Karakteristik dakwah Ikhwanul Muslimin adalah jauh dari dominasi para pembesar dan
orang terpandang, hal ini demi menjaga kebersihan warna dakwah agar tidak terkontaminasi
oleh warna-warna lain. Namun, strategi itu adalah strategi sementara, jadi bisa saja berubah,
disaat dakwah ini semakin kuat pangkalnya, semakin kuat batang-batangnya, sudah mampu
mengarahkan bukan diarahkan, telah mampu mempengaruhi bukan dipengaruhi, maka kami
mengajak kepada pembesar, para tokoh, lembaga-lembaga, dan partai-partai untuk bergabung
bersama kami. Bersatu dibawah bendera Al-Qur’an dan bernaung dibawah bendera Nabi
Muhammad SAW yang mulia, jalan islam yang lurus.
Bekerja untuk kebangkitan islam dan menegakkan eksistensi politik kaum muslimin
tidak akan terlaksana kecuali lewat jamaah yang tertata, memiliki sasaran, sarana, tahapan,
manhaj dalam mentarbiyah, dalam hukum, ekonomi, dan sisi kehidupan yang lain. Maka dari
itu, taat kepada qiyadah sangatlah dibutuhkan baik dalam keadaan semangat atau malas, sulit
maupun mudah, dan menyerahkan urusan kepada qiyadah dalam mengelola jamaah.

Kelemahan kaum muslimin itu ada dalam perpecahan dan kepingan-kepingan mereka.
Kekuatannya ada pada persatuan dan berkumpulnya mereka dalam agama islam ini.
Sesungguhnya, nasionalisme dalam pemahaman politik islam adalah yang dibatasi oleh aqidah,
bukan batas tanah dan batas geografis. Setiap jengkal tanah yang disana ada seorang muslim
yang mengumandangkan kalimat syahadat adalah negeri islam yang memiliki kemuliaan,
kehormatan, cinta, dan ikhlas dalam berjihad membela kebaikannya.

Anda mungkin juga menyukai