Anda di halaman 1dari 9

REVIEW BUKU FIQH POLITIK HASAN AL-BANA, MENUJU

JAMA’ATUL MUSLIMIN DAN MANHAJ HARAKI

Oleh:

NAMA : ZULKAFFI

ASAL PD : SLEMAN

TAHUN : 2021
Fiqh Politik Hasan Al-Banna

Buku ini menjelaskan fiqh politik yang di pemeran utamanya adalah Hasan Al-banna,
berlatar belakang dari runtuhnya Daulah islamiya Turki Utsmani menjadi salah satu kesresahan
beliau soal umat islam, dimana beliau mengimplementasikan kaidah-kaidah islam dalam
berpolitik, Bagi Hasan Al-bana tentang islam dan politik, Islam adalah agama yang murni, tidak
ada pemisahan antara Islam dan politik. Sesungguhnya tidak ada kebaikan dalam agama tanpa
politik dan tidak ada kebaikan dalam politik tanpa agama, ini karena politik mengatur segala
urusan. Negara-negara Barat selalu menyebarkan bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan itu
dengan pemerintahan, kekuasaan, kewaspadaan, politik dan jihad. Propaganda adalah citra Islam
yang sangat buruk. Peran Imam Al-Bana dan misinya adalah menjelaskan Islam sebagaimana
kehendak Allah bagi manusia ini, yaitu aqidah, syariat, jalan hidup, dan menghapus paham
imperialis yang menjajah negara-negara Islam. Dia tidak akan memisahkan dakwahnya antara
politik dan Islam sebagai agama”. Islam bagi seorang muslim tidak cukup hanya dengan nasehat
dan petunjuk, tetapi selalu bawa dia untuk bertahan dan bertarung.

Pemerintahan Islam terdiri dari umat Islam yang menjadi anggota, menjalankan
kewajiban Islam, dan tidak terbuka untuk melakukan maksiat. Jadi, sebenarnya diamnya para
reformis Islam dari tuntutan penerapan hukum Islam adalah kejahatan Islam yang tidak dapat
dihapuskan kecuali dengan mengangkat kekuasaan eksekutif yang bebas dari tangan orang-orang
yang tidak tunduk pada hukum Islam hanif ini. Dakwah adalah jalan yang panjang, penuh
kesabaran dan ketabahan. Artinya, aqidah telah mendidih di hati orang-orang pengikut, bertemu
barisan mereka, menyatukan hati mereka dan berkumpul di sekitar fikrah dan qiyadah mereka.
Rakyat berhak mentaati kepala negara, karena rakyat telah berjanji kepadanya, dan kepala negara
harus melaksanakan kewajibannya sehingga ia berhak untuk dibela, disayangi dan ditaati.

Bentuk pemerintah kepemerintahan dalam islam adalah khilafah, Menurut Hasan Al-
Banna, pemerintahan dalam Islam berdiri di atas tiga pilar, yaitu tanggung jawab pemerintah di
hadapan Allah SWT dan di hadapan manusia, persatuan umat Islam atas dasar akidah Islam, dan
menghormati keinginan rakyat dengan mewajibkan berkonsultasi dengan mereka, mengambil
pendapat mereka, menerima perintah dan larangan.
Dalam memecahkan masalah ummat, perlu ada orang yang diminta pendapatnya untuk
memecahkan masalah ini dan menyelesaikannya melalui pemungutan suara.musyawarah
berdasarkan suara terbanyak, mereka disebut Ahlul Halli Wal Aqdi. Dalam menentukan orang
yang berhak berada di Ahlul Halli Wal Aqdi, Hasan Al-Banna menginginkan sistem pemilihan
umum yang sesuai dengan Islam, dan memberikan sanksi yang tegas atas berbagai kecurangan
yang terjadi selama periode pemilihan dan proses pemilihan.

Jika di negara minoritas non-Muslim maka jika mereka damai, dengan memenuhi
kewajiban mereka terhadap umat Islam dan tidak membantu musuh-musuh Islam maka umat
Islam berkewajiban untuk bersikap baik kepada mereka, melindungi mereka, dan menjaga jiwa
mereka, harta benda mereka. , dan kehormatan mereka. Muslim boleh meminta bantuan kepada
non-Muslim dengan syarat mereka dalam kondisi baik darurat dan tidak dalam posisi publik.
Kedaruratan disini merupakan kepentingan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
dan untuk mewujudkan tujuan.

Hal yang menarik dalam kita memahami politik adalah politik dan islam adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena sifat islam yang syumuliyatul yang artinya
mengatur seluruh sendi-sendi hidup manusia di bumi termasuk soal politik, ini adalah
pemahaman yang berbeda dengan apa yang diterapkan pada negara-negara kebanyakan didunia
sekarang bahwa agama harus dipisahkan dengan pemerintahan (sekuler), tentang konsep negara
dengan teroturial dan batas geografis tidak ada dalam konteks bentuk pemerintah islam
(kekhilafahan), ini adalah bentuk penjajahan dari imperialisme barat yang mengatakan islam dan
pemerintah itu berbeda serta jihad adalah tindakan terorisme dan anarkis. pemimpin yang
digambarkan oleh Hasan Al-banna adalah yang mampu menghubungkan secara vertikal dan
horizontal kepada Allah dan sesama manusia, yang dapat menyelelsaikan persoalan-persoalan
dengan bijaksana yang tidak lepas dari landasan islam yaitu Alquran dan sunnah. Tidak
diragukan lagi bahwa Hasan Al-banna adalah orang dengan tingkat pemahaman agama yang
tinggi, politikus yang ulung, yang memiliki kecemerlangan dan kecerdasan yang diakui
siapapun yang mengenalnya, semua ini tedak lepas dari proses dari tekun dirinya dalam
menuntut ilmu. Dari segi penulisan bahasa yang dibawakn sangat jelas dann cocok dibaca oleh
berbagai lapisan terutama anak muda.
Hal yang kurang menarik, karna saya kurang sepakat soal bahwa pemimpin perempuan
tidak diberikan kesempatan memimpin kecuali dalam keadaan darurat, menurut saya Hasan Al-
banna. disini Hasan Al-banna bukan bermaksud merendahkan perempuan namun, beliau
menghormati kodrat perempuan sebagi dinafkahi oleh laki-laki dan tidak diwajibkan bekerja.
Bagi saya perempuan memiliki kharisma tersndiri dalam kepemimpinan, karna Allah
menciptakan manusia khalifah dimuka bumi, dan manusia itu bukan saja laki-laki namun juga
perempuan, artinya perempuan mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam
kepemimpinan di bumi. Serta dalam buku fiqh politik penulis lebih menonjolkan Hasan Al-
banna sebagai pelopor Ikhwanul Muslimin, padahal ada Sayyid Qutb yang mana beliau juga
sebagai salah satu pejuang Ikhwanul Muslimin.

Buku ini membedah dan menganalisis dengan penjelasan singkat tentang politik,
reformasi, transformasi dan perubahan yang diinginkan sesuai dengan tuntutan ajaran Islam.
Pemahamannya tentang fiqh politik diikuti oleh anggota gerakan dan kadernya di gerakan
Ikhwanul Muslimin. Mereka kemudian menciptakan strategi baru dalam politik Islam, sehingga
efeknya tidak terasa di Mesir, tetapi menyebar luas ke seluruh pelosok dunia Islam, bahkan
hampir ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Jelas, buku ini berisi konten teori politik murni.
Di dalamnya, mengkaji teori politik terhadap beberapa implementasi politik yang telah dilakukan
oleh Imam Syahid Hasan Al Banna dan Ikhwanul Muslimin. Segala sesuatu yang disajikan
secara ringkas dan padat dalam buku ini sanagn direkomendasikan kepada pembaca karena
memberikan pemahaman yang jelas tentang politik islam.
MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN

Buku ini memaparkan tentang Jama’atul Muslimin yang dimana arti dari Jaamatul
Muslimin adalah masyarakat umum dari penganut islam yang apabila bersepakat atas suatu
perkara, dan menyepakati untuk memilih seorang amir. Jama’ah ini adalah jama’ah yang
diperintahkan oleh Al Qur;an dan as Sunnah untuk dijaga, dipelihara kesatuannya, dilindungi
keutuhannya dan dicegah dari setiap ancaman dan rongrongan akan merusaknya.

Serta juga dijelaskan tujuan dari Jama’atul Muslimin yaitu Empat tujuan khusus
Jama’atul Muslimim, Pembentukan pribadi muslim, rumah tangga muslim dan masyarakat
muslim serta penyatuan ummat. Enam tujuan umum Jama’atul Muslimin Agar seluruh manusia
mengabdi pada rabb yang Maha Esa, senantiasa memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar, menyampaikan da’wah Islam kepada segenar umat manusia, menghapuskan fitnah
dari segenap muka bum, membuka Rum, ibukota Romawi, memerangi segenap umat manusia
sehingga mereka bersaksi dengan persaksian yang benar (syahadatain). Enam karakteristik
pokok sebuah Jama’ah, antara lain; menyebarkan prinsip-prinsip dakwah, Pementukkan Da’wah
dan konfrontasi bersenjata, Sirriyah dalam membina jamaah, Bersabar atas gangguan musuh,
serta menghindari medan pertempuran.

Kita bisa melihat kebelakang bahwa juga disampaikan latar belakang uncak
Kemerosotan olitik Islam, tujuh abad pertama, dahulu muslimin memainkan peranan politik
maupun peradaban yang sangat menentukan, sementara tujuh abad kedua, peranan itu berangsur-
angsur mengealami kemerosotan samapi runtuhnya Turki Utsmani. Kebangkitan Islam tidak
pernah ada peradaban yang berkembang tanpa dukungan struktural yang kokoh.

Kemudian dijelaskan tentang posisi umat dan bumi, Umat adalah jama’ah dan kaum di
kalangan manusia. Definisi ini berdasarkan pada Al-Qur’an. Umat adalah kebanyakan mereka
dari satu asal (keturunan) dan dipersatukan oleh sifat-sifat yang diwariskan, kemaslahatan dan
keamanan yang sama. Umat adalah setiap jama’ah yang disatukan oleh suatu hal; satu agama,
satu zaman, atau satu tempat. Bahwa pada hakikatnya bumi ini adalah dan hanyalah milik Allah.
Demikianlah, seluruh bumi ini pada asalnya adalah bumi Islam. Karena itu. Bahwa setiap bumi
yang tidak diperintah oleh islam, maka ia adalah negeri yang dirampas dan dirampok dari
pemiliknya dan harus dikembalikan kepadanya. Tradisi keilmuan Barat hanya berkembang
dengan mengeliminasi aspek batin dan hanya bertumpu pada aspek empiris dan pengalaman
hidup saja.

Selama sejarah, umat islam terbagi menjadi dua periode asasi. Pertama adalah periode
sebelum diutusnya Muhammad saw. Karena ini adalah masa dimana kenabian dan kerasulan
yang ada bersifat khusus untuk kaum tertentu saja. Kedua, periode pasca Muhammad saw, yaitu
dimulai dengan bi’tsah Muhammad saw. Sejak masa ini, dakwah beralih dari yang bersifat
kekauman kepada sifat yang umum. Keduanya menyerukan hal yang sama yaitu Ketauhidan
kepada Allah. Karakteristik Umat Islam dan Sendi-sendinya adalah Aqidah yang bersih dari
kemusyrikan. Aqidah yang bersifat komprehensif dan menyeluruh. Manhaj Rabbani serta
Kesempurnaan Manhaj, serta Pertengahan dan Keadilan dalam setiap persoalan kemudian Saksi
atas semua manusia. Serta disini juga dijelaskan mengenai unsur kesatuan umat islam, ada
banyak sekali faktor yang memaparkan kesatuan islam dan tentunya harus kita pahami sebagai
umat islam.

Juga disampaikan bagaimana menjadi umat terbaik yang diambil dari Misykat Islamia
Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi. disini penulis memaparkan bahwa menjadi umat terbaik. Umat Islam
tidak perlu diajari doktrin HAM, kesetaraan gender, persamaan hak, berdemokrasi, melindungi
anak-anak, perempuan. Namun ada ketentuan-ketentuan perintah Alquran yang mencakup itu
semua.

Hal yang menarik untuk dipahami bahwa, Tidak ada Khalifah tanpa jama’ah dan tidak
ada jama’ah tanpa pemerintahan. Karena itu penegakan pemerintahan merupakan dharurah dan
fardhiah untuk meningkatkan kualitas intelektual dan pembinaan generasi Muda Muslim. Karena
sekarang dapat dilihat bahwa jama’ah hanya bagi sebagian kaum muslimin saja , dan Negara
bagi sebagian kaum muslimin bukan jama’ah untuk seluruh kaum muslimin dan bukan Negara
seluruh kaum muslimin. Karena itulah pentingnya saat ini umat islam secara keseluruhan untuk
mewujudkan jama’ah ini di dalam umat yang menyepakati seorang amir bagi mereka sehingga ia
menjadi pemerintah dan khilafah islam yang harus memperoleh loyalitas dan pembelaan di
semua lapisan. Dan dalam buku ini dijelaskan bagaimana penyusunan secara rinci mengenai atau
membentuk jama’atul muslimin mulai dari pembahasan secara sitematis dan memaparkan
bagaimana sistem jamaah dalam gerakan islam, serta menghadirkan bagaimana terbentuknya
jamaah di zaman Rosullulah SAW serta cara atau rambu-rambu menuju kepadanya. Kemudia
juga di paparkan beberapa contoh jamaah yang diktehaui bersama sperti, Jamaah Tabligh,
Ihkwanul Muslimin, dan Hizbut Tahrir.

MANHAJ HARAKI

Manhaj Haraki adalah buku yang membahas tentang strategi dan perjuangan politik
dalam Sirah Nabi Muhammad Saw, dalam pendahuluan bukunya, syaikh Munir al-Ghadban
menjelaskan pengertian Manhaj Haraki sebagai “langkah-langkah terprogram (manhajiah) yang
ditempuh Nabi saw. dalam gerakan dakwahnya, semenjak kenabiannya sampai berpulang kepada
Allah”. Jika kita ingin agar gerakan Islam yang kita lakukan berjalan secara benar, maka kita
harus melacak tahapan-tahapan pergerakan Rasulullah langkah demi langkah serta mengikuti
langkah-langkah tersebut. Allah berfirman: “Sesungguh-nya telah ada pada diri Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat” (al-Ahzab: 21).

Periode-periode manhaj ditentukan dalam 4 periode, yaitu: Periode pertama : (Berdakwah


secara sembunyi-sembunyi dan merahasiakan struktur organisasi). Periode kedua : Berdakwah
secara terang-terangan dan merahasiakan struktur organisasi. Periode ketiga : Mendirikan
Negara. Pembentukan Daulah di Madinah, dan berakhir pada awal tahun pertama Hijrah. Dan
terakhir Periode keempat :Negara dan penguatan pilar-pilarnya .

Dalam periode pertama dakwahnya, Rasulullah memberikan rambu-rambu yang jelas


tentang pentingnya merahasiakan dakwah, sekaligus merahasiakan struktur organisasinya.
Periode ini dimulai dari gua Hira’ dan berakhir tiga tahun setelah kenabian. Beberapa
karakteristik penting dalam fase ini adalah, bagaimana berdakwah melalui intelektualitas da’I
dan status sosialnya. Terdapat 60 sahabat dari beragam kabilah Quraisy telah menyatakan
bai’atnya kepada Rasulullah. Karena dakwah masih bersifat personal dan umum, maka kaum
Quraisy tidak memberikan perhatian khusus terhadap dakwah, bahkan kaum Quraisy lebih
memfokuskan perhatiannya pada golongan “hanif” daripada kaum muslimin. Fokus dakwah
dititik beratkan pada pembinaan aqidah, dan setelah terbentuk kader inti-kader inti yang kuat,
barulah dakwah dilaksanakan secara terang-terangan.
Pada periode kedua, Rasulullah menjahriyahkan dakwahnya, namun tetap merahasiakan
struktur organisasinya. Periode jahriyah ini dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu jahriyah
Rasulullah saw, kemudian jahriyah kaum muslimin. Adapun jarak kedua tahapan ini sedikit
sekali, hanya 2 tahun. Periode ini dimulai sejak turunnya perintah Allah, “maka sampaikanlah
olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang musyrik” (QS.15:94) dan firman Allah “dan berilah peringatan kepada kerabat-
kerabatmu yang dekat” (QS. 26:214), dan berakhir ketika Rasululullah saw. keluar Mekah untuk
mendirikan Negara Islam. Dengan demikian periode ini berlangsung selama 7 tahun.

Beberapa karakteristik penting dalam fase kedua adalah, Rasulullah memulai dakwah
secara terang-terangan kepada keluarga terdekat. Tantangan, hambatan, dan siksaan menerpa
kaum muslimin pada fase ini. Sementara kaum muslimin diperintahkan untuk sabar menanggung
siksaan dan penindasan di jalan Allah, dan hanya membela diri bila dalam keadaan darurat.
Adapun bagi mereka yang lemah, diperbolehkan menampakkan “kemurtadan”nya. Fokus
dakwah pada periode ini menekankan kepada aspek spiritual, dan memobilisasi dakwahnya
dengan pertemuan rutin dan kontinyu. Periode ini berakhir setelah tahun duka cita.

Periode ketiga adalah periode tentang mendirikan Negara. Banyak karakteristik penting
pada fase dakwah ini yang menitik beratkan pada strategi politik dakwah Rasulullah.
Serangkaian perundingan dan baiat mewarnai fase ini. Izin perang (QS.al-Hajj [22]:39-41) juga
keluar di periode ini, yakni izin berperang karena mereka teraniaya. Di Fase ini pula
pengumuman pertama untuk syiar-syiar ibadah, serta dibangunnya masjid pertama di Quba’.
Dimulai ketika perjalanan berdarah ke Thaif hingga hijrahnya Rasululullah ke Madinah, yang
menandakan berakhirnya fase ini sekaligus periode Makkiyah dalam dakwah Rasulullah saw.

Periode keempat, atau periode terakhir yang dibahas dalam buku ini, sekaligus menjadi
periode paling panjang dibahas. Deklarasi Negara Islam, konfrontasi fisik dalam perang, serta
strategi jenius seorang pimpinan, menghiasi karakteristik periode ini. Berakhir pada perang
Khandaq, periode ini merupakan periode penguatan pilar-pilar Negara yang telah dibangun pada
periode sebelumnya. Berakhirnya periode keempat menjadi akhir dari periode pengokohan
kedalam. Tahap bertahan telah usai dan tahap menyerang dimulai, tahap penyebaran Islam di
muka bumi serta pengokohan eksistensi agama.
Dalam buku hal sangat menarik adalah Manhaj Haraki ditulis tidak semata memaparkan
tulisan bersifat ilmiah saja, namun juga dengan penghayatan terhadap perjuangan dakwah dalam
kehidupan Rosulullah SAW. Sehingga penggambaran yang disajikan bukan lagi soal kronologis
belaka, tetapi sudah masuk pada isi pembahasan yang mengasyikkan dan sangat bermanfaat bagi
dakwah dan pergerakan. Serta penulis juga membagi atau memplotkan pembahasa sehingga
memudahkan pembaca untuk mengetahui tahapan strategi Rosullulah sesuai dengan alurnya.

Seperti yang kita ketahui di sekolah kita hanya diajarkan tentang sejarah islam hanya
dengan mengetahui soal tahun, kapan nabi lahir, kapan pritiwa tersebut terjadi dan lain
sebagainya, namun terlewatkan dalam membahas bagaimana nabi dapat menjalani
Kehidupannya dalam perjuangan dakwah dan setrategi yang menjadi hal penting untuk
kehidupan kedepannya. Menurut saya dengan adanya buku manhaj haraki ini menjadi suplemen
wajib untuk perjuangan dakwah dijalan Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai