Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH AGAMA ISLAM

MATERI POLITIK ISLAM

Nama : Riska Dwi Arianty

NIM : 221321006

Prodi : S1 Akuntansi
POLITIK DALAM ISLAM
Islam menyebut politik dengan istilah Siyasah. Jika yang dimaksud politik adalah
siyasah mengatur segenap urusan umat, maka Islam sangat menekankan pentingnya
siyasah. Bahkan Islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap
urusan umat. Tetapi jika siyasah diartikan sebagai orientasi kekuasaan, maka
sesungguhnya Islam memandang kekuasaan hanya sebagai sarana menyempurnakan
pengabdian kepada Allah SWT. Tetapi Islam hanya menjadi sarana dalam masalah
kekuasaan.
Sebagian orang seringkali menilai istilah politik Islam diartikan sebagai politik
menurut perspektif Islam, hal itu sebagai bentuk kewajaran karena dalam dunia nyata
kita selalu disuguhkan praktik politik yang kurang atau sama sekali menyimpang dari
ajaran Islam. Sehingga muncul pertanyaan apakah politik Islam itu ada? Apakah
Islam punya konsep khusus tentang politik yang berbeda dengan konsep politik pada
umumnya?
Sampai batasan tertentu, Islam memang memiliki konsep yang khas tentang
politik. Akan tetapi, tentu saja Islam tetap terbuka tehadap berbagai konsep politik
yang senantiasa muncul untuk kemudian bisa melengkapi konsep yang sudah ada,
sepanjang tidak bertentangan dengan konsep Islam yang sudah ada.
Sifat terbuka Islam dalam masalah politik ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa
Islam tidaklah menetapkan konsep politiknya secara amat rinci. Dalam hal ini, Islam
memang harus memiliki corak politik. Akan tetapi, politik bukanlah satu-satunya
corak yang dimiliki oleh Islam. Sebab jika Islam hanya bercorak politik tanpa ada
corak lain yang seharusnya ada, maka Islam yang demikian ialah Islam yang parsial.

Politik seringkali dinilai sebagai sesuatu yang buruk, kotor bahkan jahat. Padahal,
dengan politik keadilan bisa diwujudkan. Dengan politik juga kesejahteraan
masyarakat akan bisa didapat.
Bagaimana politik dari tinjauan Islam?
Islam bukan hanya agama ritual melainkan agama ideologi yang memiliki tatanan
yang sempurna. Karenanya, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan baik urusan
keluarga, tata kemasyarakatan, prinsip pemerintahan dan hubungan internasional.
Islam dan politik adalah dua hal yang integral. Oleh karena itu, Islam tidak bisa
dilepaskan dari aturan yang mengatur urusan masyarakat dan negara, sebab Islam
bukanlah agama yang mengatur ibadah secara individu saja. Namun, Islam juga
mengajarkan bagaimana bentuk kepedulian kaum muslimin dengan segala urusan
umat yang menyangkut kepentingan dan kemaslahatan mereka, mengetahui apa yang
diberlakukan penguasa terhadap rakyat, serta menjadi pencegah adanya kedzaliman
oleh penguasa.
Apakah di zaman Rasulullah dan para sahabatpun berpolitik?
Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa di pagi hari perhatiannya kepada selain
Allah, maka Allah akan berlepas dari orang itu. Dan barangsiapa di pagi hari tidak
memperhatikan kepentingan kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka
(kaum muslimin).”
Pun dalam sejarah perjuangan para sahabat terdapat bukti-bukti yang
menunjukkan bahwasannya agama Islam memang memiliki otoritas terhadap politik.
Salah satu yang menjadi bukti sejarah perpolitikan pada masa itu adalah ketika
mengangkat seorang khalifah (kepala negara pengganti Rasulullah).

Varian Interpretasi Agama


Munculnya varian-varian Islam dengan corak politik yang amat kuat pada
dasarnya didorong oleh kelemahan atau bahkan keterpurukan politik umat Islam saat
ini. Karena kondisi sedemikian ini, politik kemudian menjadi salah satu tugas penting
umat Islam, untuk bisa bangkit dari kemunduran agar terhindar dari komoditas politik
pragmatis.
Perdebatan dan perselisihan dalam masyarakat Islam sesungguhnya adalah
perbedaan dalam masalah interpretasi, dan merupakan gambaran dari pencarian
bentuk pengamalan agama yang sesuai dengan konteks budaya dan sosial. Misalnya
dalam menilai persoalan-persoalan tentang hubungan politik dan agama yang
dikaitkan dengan persoalan kekuasaan dan suksesi kepemimpinan.
Termasuk juga persoalan keseharian manusia, dalam hal ini masalah interpretasi
agama dan penggunaan simbol-simbol agama cenderung digunakan untuk
kepentingan kehidupan manusia. Tentu saja peran dan makna agama akan beragam
sesuai dengan keragaman masalah sosialnya.
Orientasi Politik dalam Islam
Orientasi utama politik Islam terkait dengan masalah kekuasaan yaitu tegaknya
hukum-hukum Allah dimuka bumi, hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi
ialah kekuasaan Allah. Sementara, manusia pada dasarnya sama sekali tidak memiliki
kekuasaan. Bahkan Islam menentang adanya penguasaan absolut seorang manusia
atas manusia yang lain.

Munculnya tindakan-tindakan masyarakat sebagai respon terhadap kondisi sosial


poltik di sebuah negara atas kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat, menimbulkan
problematika pemahaman atas tindakan-tindakan tersebut. Demonstrasi hadir sebagai
salah satu bentuk protes kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat.
Bagaimanakah demo dalam sudut pandang Islam?
Pertama, harus menjaga kemaslahatan dan ketertiban umum sehingga tidak
menimbulkan kerusakan besar. Kedua, hal yang dituntut dan diaspirasikan sudah
menjadi keniscayaan untuk dilaksanakan. Ketiga, sudah tidak ada solusi atau jalan
keluar, seperti menempuh musyawarah atau lobi dan diyakini sebagai alternatif
terakhir. Keempat, apabila ditujukan kepada pemerintah hanya boleh dilakukan
dengan cara ta’rif (menyampaikan penjelasan) dan al wa’zhu (pemberian nasihat).

Aspek politik dari Islam berasal dari Qur’an dan Sunnah, sejarah muslim, dan
elemen gerakan politik baik di dalam ataupun di luar Islam. Konsep politik tradisional
dalam Islam antara lain kepemimpinan oleh penerus Nabi, yang disebut sebagai
Kalifah, pentingnya mengikuti hukum syariah, kewajiban bagi pemimpin untuk
berkonsultasi dengan dewan syura dalam memerintah negara, dan kewajiban
menggulingkan pemimpin yang tidak adil.
Perubahan luar biasa terjadi di dunia Islam, ketika Kekalifahan Utsmanniyah
Turki runtuh dan dibubarkan pada tahun 1924. selama abad ke-19 dan ke-20, tema
umum dalam politik Islam adalah perlawanan terhadap imperialisme Barat, dan
penerapan hukum syariah dengan cara apapun, baik secara demokratis maupun secara
perjuangan militer. Kekalahan tentara Arab dalam Perang Enam Hari, berakhirnya
Perang Dingin dan runtuhnya Uni Soviet dan komunisme sebagai alternatif, telah
meningkatkan daya tarik gerakan-gerakan Islam, seperti Islamisme, Fundamentalisme
Islam, dan Demokrasi Islam, khususnya dalam konteks ketidakpuasan terhadap
kepemimpinan sekuler di Dunia Islam.
Sejarah
Asal mula Islam sebagai gerakan politik telah dimulai sejak zaman Nabi
Muhammad. Pada 622 M, sebagai pengakuan atas klaim kenabiannya, Muhammad
diundang untuk memimpin kota Madinah. Pada saat itu dua kaum yang menguasai
kota Arab Bani Aus dan kota Bani Khazraj, berselisih. Warga Madinah menganggap
Muhammad sebagai orang luar yang netral, adil, dan imparsial, diharapkan dapat
mendamaikan konflik ini. Muhammad dan pengikutnya hijrah ke Madinah, dimana
Muhammad menyusun Piagam Madinah. Dokumen ini mengangkat Muhammad
sebagai pemimpin kota sekaligus mengakuinya sebagai Rasul Allah. Hukum yang
diterapkan Muhammad pada saat berkuasa berdasarkan Qur’an dan Sunnah (perilaku
yang dicontohkan Muhammad), yang kemudian dianggap kaum muslim sebagai
syariah atau hukum Islam, yang kini ingin ditegakkan oleh gerakan Islam hingga kini.
Muhammad mendapatkan banyak pengikut dan membentuk tentara. Pengaruhnya
kemudia meluas dan menaklukkan kota asalnya Mekkah, dan kemudian menyebar ke
seluruh Jazirah Arab berkat kombinasi diplomasi dan penaklukan militer.
Kini, banyak gerakan Islamisme atau Partai Islam tumbuh di kebanyakan negara
demokrasi Islam atau negara dengan mayoritas berpenduduk muslim. Banyak pula
kelompok Islam militan yang beroperasi di beberapa bagian dunia. Istilah
kontroversial Islam fundamentalis juga disebutkan oleh beberapa non-muslim untuk
menggambarkan aspirasi keagamaan dan politik dari kelompok Islam militan. Kini,
istilah demokrasi Islam dan fundamentalisme Islam, kerap tercampur aduk dalam
beraneka ragam kelompok yang mengatasnamakan Islam dan memperjuangkan
gerakan Islam, yang masing-masing memiliki sejarah, ideologi, dan konteks yang
beraneka ragam pula.
Negara Islam di Madinah
Piagam Madinah disusun oleh Muhammad, Nabi dalam agama Islam. Piagam ini
mengandung kesepakatan formal antara Muhammad dengan berbagai suku dan kaum
berpengaruh yang menghuni Yathrib (kemudian dinamai Madinah), termasuk
diantaranya kaum Muslim, Yahudi, Kristen, dan kaum Pagan. Konstitusi ini
membentuk dasar hukum pertama negara Islam. Dokumen ini disusun dengan
perhatian khusus untuk mengakhiri ketegangan dan konflik antar suku dan kaum
(klan), terutama antara Banu Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Hukum ini mencakup
sekian banyak hak dan kewajiban bagi komunitas Muslim, Yahudi, Kristen, dan
Pagan di Madinah, dan mempersatukannya dalam satu komunitas yang disebut
Ummah.
Politik Adalah Fitrah
Masyarakat kita banyak yang berpendapat bahwa politik itu kotor dan harus
dijauhi. Sehingga anggapan seperti itu membuat masyarakat kita sangat apatis, apriori
(benci), dan alergi dengan politik dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.
Hal itu mungkin terjadi karena hasil pantauan masyarakat dilapangan dan dan lewat
media terhadap politik selama ini selalu menunjukkan gejala yang buruk. Orang-
orang yang terlibat di dalamnya dapat bergeser orientasi politiknya menjadi politik
imperialis, berkhianat, koruptor, dan semena-mena. Apalagi, setelah panggung politik
dunia dirasuki politik Machiavelli yang menghalalkan segala cara, semakin menjadi-
jadilah kebencian masyarakat terhadap politik.
Lantas pertanyaannya, apakah politik itu selalu buruk? Itulah yang harus
dimengerti oleh masyarakat secara benar, karena persepsi yang keliru terhadap politik
tentu akan melahirkan sikap-sikap yang keliru pula. Padahal, politik itu keharusan
yang tak bisa dihindari. Karena secara praktis, politik merupakan aktivitas yang mulia
dan bermanfaat karena berhubungan dengan peng-organisasian urusan
masyarakat/publik dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Tak ada orang yang bisa menghindari politik karena setiap orang pasti hidup di
suatu negara, sedangkan negara adalah organisasi politik tertinggi. Politik merupakan
bagian dari kehidupan manusia dan tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari politik.
Begitu kita lahir, kita sudah bergabung dengan organisasi tertinggi yakni negara.
Tidak ada seorangpun yang hidup tanpa terikat oleh politik. Orang yang ingin
mempengaruhi kebijakan negara haruslah merebut kekuasaan politik. Orang yang
menyatakan tidak mau terlibat dalam politik dan membiarkan kekuasaan politik
diambil orang, maka dia terikat pada kebijakan-kebijakan pemenang kontes politik,
betapa pun tak sukanya dia pada kebijakan itu. Karena itu, dapat dikatakan bahwa
politik itu adalah fitrah atau sesuatu yang tak bisa dihindari.

Anda mungkin juga menyukai