Anda di halaman 1dari 3

Fenny Permatasari LAPORAN BACAAN 2

11191130000005

Week 3 : Continuity and Change Dalam Dunia Islam

1. Islam dan dunia Islam memiliki skala besar dan pertumbuhan yang cepat, dengan populasi
sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia. Hal ini membuat Islam menjadi agama yang
sangat penting. Berbagai fenomena yang membawa nama Islam dan gagasan didalamnya
membuat sulit bahkan berbahaya untuk menyatakan satu definisi yang valid tentang Islam.
Islam harus selalu dipahami berbeda dalam setiap konteks dan keadaan sehingga tidak
semua hal dianggap sebagai Islam. Demikian juga, tidak boleh ada upaya untuk
mengidentifikasikan siapa atau apa yang dianggap sebagai Muslim.
2. Secara umum politik didefinisikan sebagai proses atau upaya yang dilakukan partai politik
untuk mengejar kekuasaan pemerintah dalam konteks negara-bangsa modern seperti
pemilihan umum dan kudeta. Namun dalam konteks Islam, politik dimaknai secara lebih
luas yaitu semua aktor dan kegiatan yang terlibat dalam pembentukan, pemeliharaan atau
kontestasi untuk mewujudkan visi tertentu. Adapun aktor yang dimaksud bukan hanya
partai politik melainkan juga kelompok-kelompok atau gerakan-gerakan yang berusaha
untuk menantang institusi yang ada dengan menghimpun kekuatan sosial.
3. Berbeda dari Western Orientalist yang menganggap agama dan politik merupakan dua
ruang yang terpisah dengan aturan, norma, dan logika yang berbeda. Hal yang demikian
disebut juga sebagai sekularisme. Dalam Islam, ajaran agama direpresentasikan sebagai
cara hidup yang “komprehensif”, yang melingkupi semua sektor kehidupan manusia.
Dalam ranah politik, gagasan ini diungkapkan melalui pepatah “al-Islam din wa dawla”
yang berarti Islam adalah agama dan negara. Namun dalam banyak kasus, identitas agama
seringkali digunakan dalam konflik untuk memobilisasi aktor-aktor politik dan untuk
mempertajam antagonisme perselisihan yang sebenarnya tentang otonomi politik, wilayah,
dan akses yang tidak merata ke sumber daya.
4. Seorang ahli teori politik Islam modern, Rashid Ridha, berpendapat bahwa sistem politik
apapun memang harus diturunkan dari syari'at Islam. Oleh karena itu umat Islam harus
berjuang untuk menciptakan bentuk negara modern yang khas Islam.
5. Perbandingan antara sekularisme dalam tradisi Barat dengan hubungan politik dan agama
dalam Islam:
➢ Tidak adanya hierarki agama formal dalam Islam.
➢ Tidak adanya liberalisme dalam masyarakat politik dunia Muslim.
➢ Kitab suci dan teologi Islam tidak secara formal mengakui pemisahan antara agama
dan politik.
➢ Sampai abad ke-19, kerajaan Islam hidup di bawah sistem hukum yang tidak membuat
pemisahan formal antara hukum agama dan politik.
6. Hubungan Islam dan politik tidak dapat dengan mudah disimplifikasi mengingat umat
Islam di lingkungan yang berbeda cenderung mengembangkan pemahaman yang unik
(berdasarkan sejarah dan pengalaman lokal) tentang bagaimana dan di mana agama mereka
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan politik praktis.
7. Dalam ranah global, Islam politik diharapkan mampu
➢ Memperjelas peran yang dimainkan oleh globalisasi dalam menghidupkan dan
memungkinkan bentuk-bentuk baru Islam politik.
➢ Menekankan hubungan antara Islam politik dengan peristiwa, tren, ide, dan isu yang
tidak hanya ditemukan pada dunia Islam melainkan dalam lingkup yang lebih luas.
➢ Memfokuskan fakta bahwa saat ini aktor dan gerakan Islam politik terbagi menjadi
dua, yaitu golongan moderat dan radikal. Yang mana keduanya terorganisir dan
beroperasi dalam skala global.
8. Islam sendiri telah melalui berbagai peristiwa hingga sampai pada pandangan global
terhadap Islam sebagaimana kita ketahui saat ini. Perlu dihapami bahwa Islam adalah
Fenny Permatasari LAPORAN BACAAN 2
11191130000005

entitas yang di dalam dirinya sendiri sangat plural. Namun semua perbedaan ini dapat
diatasi pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Pasca wafatnya beliau
perbedaan ini berubah menjadi perpecahan politik dan konflik. Kondisi yang demikian
semakin memburuk pasca wafatnya empat sahabat nabi (Khulafah al-Rasyidin).
9. Setelah itu lahir berbagai kategorisasi, seperti fundamentalisme, radikalisme, hingga
Islamisme. Dalam bidang hukum, pada periode tersebut lahir berbagai mahzab, yaitu
mahzab Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali. Di bidang teologi atau ilmu kalam, lahir
berbagai aliran seperti Ahli Sunnah wal Jama’ah, Mu’tazilah, Syiah, dan sebagainya.
10. Islam mulai diperhitungkan dalam kontestasi global adalah pasca peristiwa 9/11, yang
mana Islam dan Muslim mendapatkan label ekstremis dan teroris terutama dari Western
Orientalist. Oleh para petinggi politik dan ilmuwan Barat, Islam juga dinilai tidak
kompatibel dengan nilai-nilai Barat seperti demokrasi. Ini pula yang menjadi awal
terjadinya gelombang besar di negara-negara Arab, atau yang biasa kita kenal dengan
peristiwa Arab Spring. Singkatnya, dunia Islam kontemporer telah menjadi bagian dari
proses perubahan dunia, baik dari aspek meterial maupun ideologi.
11. Terdapat beberapa konsep HI yang muncul cukup signifikan dalam bacaan ini, yaitu konsep
keamanan, sekularisme, dan islamofobia. Saya menyimpulkan bahwa pada kedua bacaan
ini Islam dapat dikatakan sebagai ancaman terhadap keamanan global, terutama bagi
Western Orientalist. Hal ini sehubungan dengan stigma kuat bahwa Islam adalah ekstrimis
dan teroris. Untuk konsep sekularisme dapat dilihat di hampir seluruh bagian dalam buku
“Global Political Islam”, dimana penulis membandingkan hubungan Islam dan politik
dengan sekularisme Barat. Sekularisme sendiri merupakan gagasan bahwa agama harus
terpinggirkan atau diprivatisasi oleh etika kosmopolitan untuk mengamankan tatanan
internasional. Sedangkan untuk Islamofobia, sebenarnya bersinggungan dengan keamanan,
dimana anggapan Islam sebagai ancaman ini menimbulkan ketakutan tersendiri terutama
bagi Western Orientalist.
12. Tujuan penulisan buku berjudul “Global Political Islam” oleh Peter Mandaville terutama
pada Chapter 1 adalah untuk menjelaskan hubungan antara Islam dan Politik, yang mana
Islam tidak memisahkan antara ajaran agama dengan seluruh sektor kehidupan manusia
termasuk politik. Penulis menjadikan sekularisme Barat untuk melihat fenomena Islam dan
Politik dalam konteks negara-bangsa pada lingkup global di era kontemporer. Sedangkan
pada jurnal berjudul “Islam Politik dalam Politik Global: Sebuah agenda penelitian dalam
Studi Hubungan Internasional” yang ditulis oleh Arief Wicaksono lebih fokus pada
penjelasan tentang Islam dan evolusi Islam dari masa kepemimpinan Nabi Muhammad
SAW hingga pada era global kontemporer ini. Yang mana saat ini kita dapat melihat bahwa
Islam merupakan entitas plural, yang terdiri dari banyak kelompok dan gerakan dengan
mahzab dan aliran yang berbeda.
13. Pendapat saya tentang argumen penulis: Untuk buku “Global Political Islam”, saya
melihat bahwa buku ini menjelaskan secara komprehensif tentang hubungan antara Islam
dan Politik. Ini terlihat dari bagaimana penulis membahas secara terpisah mengenai Islam,
politik, agama dan politik di Eropa, agama dan politik dalam Islam, dan Islam di lingkup
global. Sedangkan untuk jurnal “Islam Politik dalam Politik Global: Sebuah agenda
penelitian dalam Studi Hubungan Internasional”, menurut saya penulis cukup jelas dalam
memaparkan tentang Islam dan perkembangannya dari masa ke masa. Hanya saja mungkin
karena ini hanya jurnal ilmiah sehingga pembahasannya tidak terlalu lengkap. Saya pribadi
memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai kategorisasi serta macam-macam mahzab
dan aliran dalam Islam.
Fenny Permatasari LAPORAN BACAAN 2
11191130000005

Referensi
Peter Mandaville. 2007. Global Political Islam. New York: Routledge. Chapter 1.
Arief Wicaksono, Islam Politik dalam Politik Global: Sebuah agenda penelitian dalam Studi
Hubungan Internasional, Jurnal Politik Profetik, Volume 2 Nomor 2, 2013.

Anda mungkin juga menyukai