Anda di halaman 1dari 3

Fenny Permatasari LAPORAN BACAAN 4

11191130000005

Week 5:
SISTEM KEKUASAAN DAN FORMAT PEMERINTAHAN DI DUNIA ISLAM

1. Orang-orang Eurosentris berpandangan bahwa hak asasi manusia berlaku untuk semua
umat manusia terlepas dari budaya atau nilai mereka. Kelompok Eurosentris ini juga
menekankan bahwa hak asasi manusia sebagian besar mengorbankan kewajiban terhadap
nilai-nilai agama dan juga nilai-nilai komunal, sedangkan orang-orang Islam berpandangan
sebaliknya.
2. Hak asasi manusia dapat membantu menciptakan iklim kekuasaan yang lebih aman.
Terutama ketika dominasi tidak lagi hanya masalah totalitarianisme negara atau eksploitasi
ekonomi, tetapi ketika itu sudah termasuk dalam masalah bagaimana kita mengenal dunia
dan diri kita sendiri. Maka sangat mungkin untuk meruntuhkan kekuasaan dan ekonomi
negara tanpa mengubah institusi negara secara fundamental.
3. Wendy Brown mengatakan bahwa hak asasi menjadi hal yang paling dibutuhkan oleh
manusia, tetapi hak asasi juga dapat menjadi salah satu objek keinginan sosial yang paling
kejam. Contohnya adalah berbagai tindakan perbudakan di masyarakat Arab.
4. Menurut CR Beitz, hak asasi manusia dimaksudkan untuk tujuan politik tertentu, dan
manusia biasanya tidak dapat berpikir secara cerdas tentang konten dari hak asasi manusia
tanpa memperhitungkan tujuan-tujuan politik ini. Oleh karena itu, skeptisisme tentang hak
asasi manusia tidak hanya terkait dengan nilai-nilainya yang "direndahkan" sebagai akibat
manipulasi untuk tujuan politik yang sempit, tetapi lebih karena hak asasi manusia pada
dasarnya didirikan dan tertanam dalam politik itu sendiri. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa wacana hak asasi manusia membawa agenda politik tersembunyi.
5. Perbedaan Pendekatan Eurosentris dengan Pendekatan Islam
Pendekatan Eurosentris berusaha untuk memaksimalkan hak asasi manusia sambil
meminimalkan belenggu yang dianggap sebagai tugas dan kewajiban, yang mana hal
tersebut sama saja dengan memberikan ruang otonom maksimum kepada agen manusia.
Sedangkan pendekatan Islam lebih didasarkan pada hubungan dialektis antara hak dan
kewajiban umat manusia. Hak melahirkan kewajiban dan kewajiban melahirkan hak. Ini
berlaku untuk semua kalangan manusia, baik itu penguasa maupun rakyat biasa.
6. Wacana hak asasi manusia dalam Islam mulai disalahartikan, yang mana hal tersebut
menyebabkan masyarakat Muslim menderita dominasi kekuasaan dari tirani yang
memimpin wilayahnya. Ini disebabkan oleh terciptanya kesenjangan preferensial hak asasi
manusia antara prinsip-prinsip yang ditentukan secara abstrak namun diterapkan secara
konkret. Hal ini tanpa sadar telah melahirkan realitas kekuasaan baru yang jauh berbeda
dari manifestasi kekuasaan konvensional. Perubahan ini menghasilkan budaya atau tradisi
dimana hak tidak mengakui kewajiban. Dengan demikian, wacana hak asasi manusia lebih
diartikan sebagai pengakuan hukum atas kehendak individu (pemimpin yang berkuasa)
yang mengklaim subjektivitasnya sebagai suatu kebenaran.
7. Tantangan yang Dihadapi Umat Islam
Pemahaman tentang metodologi Islam yang tradisional tersebut membuat tantangan umat
Islam semakin berat. Manifestasi wacana hak asasi manusia yang demikian digambarkan
oleh Costas Douzinas sebagai “postmodernitas” dan “terwujudnya masyarakat
postmodern”. Maksud dari masyarakat postmodern ini adalah pemaksaan terhadap klaim
moral, hukum, dan mikro-politik melalui proyeksi institusional, baik itu saluran publisitas,
pendidikan, persuasi psikologis, atau bentuk komunikasi lainnya.
8. Hak asasi manusia dan Islam yang Sebenarnya
Amar ma'ruf dan nahi munkar adalah hak Islam yang diakui secara eksplisit,
memungkinkan seseorang untuk menentang pelanggaran, moral, sosial atau politik, yang
dilakukan secara damai. Namun ketika semuanya gagal, Islam mengenal peribahasa “mata
Fenny Permatasari LAPORAN BACAAN 4
11191130000005

diganti dengan mata”. Ini merujuk pada prinsip lain dari timbal balik dan pembalasan
terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh struktur kekuasaan internal atau eksternal.
Namun yang perlu diingat adalah bahwa keduanya membutuhkan lebih dari sekadar nasihat
untuk dapat dilaksanakan, yakni membutuhkan pelembagaan yang sistematis.
9. Bagi Barat dan orang-orang Eurosentris, Islam atau kebijakan Islamisasi tidak lebih dari
"tradisionalisme" atau "ideologi tradisi". Mayer melontarkan kritik terhadap penggunaan
langkah-langkah mengintimidasi yang dilakukan Iran seperti ancaman, pemukulan,
pemenjaraan, penyiksaan, dan eksekusi. Instrumen lain dalam kebijakan Islam yang sangat
bertentangan dengan konsep hak asasi manusia Barat dan orang-orang Eurosentris adalah
adanya pemberlakuan hukuman mati. Hukuman mati dalam hukum Islam diperbolehkan
untuk jenis pelanggaran tertentu, namun disisi lain hak asasi manusia berusaha untuk
menghapusnya.
10. Setelah memasuki era yang lebih modern, wacana hak asasi manusia telah dikaitkan dengan
seruan yang saat ini sedang populer di antara beberapa penguasa Arab dan juga di Amerika
Serikat yaitu tentang “pembaruan pemikiran ajaran agama Islam”. Atau juga terminologi
Arkoun yang menggunakan istilah “memikirkan kembali Islam”. Pembaruan disini
maksudnya adalah eufemisme untuk mengubah nilai-nilai Islam yang sebelumnya
membentuk identitas Muslim dengan gagasan kepentingan kekuasaan, perlawanan,
kekerasan, dan jihad, dengan cara yang konsisten.
11. Terdapat beberapa konsep HI yang muncul adalah teori postmodernisme, yang berarti
pengakuan terhadap suatu pendekatan budaya dan sejarah melalui kritik metanaratif seperti
Marxisme dan psikoanalisis. Oleh Melford Spiro (1996), postmodernisme melihat
obyektivitas sains hanya sebuah ilusi. Sebaliknya, sains hanya sesuai dengan argumen
ideologis yang menumbangkan kelompok tertindas, wanita, etnis, dan bangsa dunia ketiga.
Adapula konsep hak asasi manusia, sebagaimana dipahami saat ini, yang berarti hak yang
dimiliki oleh setiap manusia sejak lahir ke dunia. Termasuk diantaranya adalah hak untuk
hidup, hak beragama, hak menentukan nasib sendiri, hak berpolitik, dan masih banyak lagi.
Adapula konsep hak asasi manusia dalam Islam, yang mana hak itu melahirkan kewajiban
dan kewajiban melahirkan hak.
12. Tujuan penulisan artikel berjudul “Islam and Political Theory, Governance, and
International Relations” karya Amr GE Sabet adalah untuk menjelaskan tentang perbedaan
pemahaman antara hak asasi manusia dari kelompok Eurosentris dengan Islam. Penulis
juga menjelaskan tentang wacana hak asasi manusia yang disalah artikan oleh tirani yang
berkuasa di masyarakat Arab. Yang mana hal tersebut sangat berbeda dari makna dan
pemahaman hak asasi manusia yang sesungguhnya, yaitu Amar ma'ruf dan nahi munkar.
Namun dalam beberapa tahun belakangan ini, Islam mulai melakukan pembaruan
pemikiran ajaran agama Islam yang berfokus pada perubahan nilai-nilai Islam.
13. Pendapat saya tentang argumen penulis: Saya setuju dengan argumen penulis bahwa
terdapat perbedaan tentang pemahaman hak asasi manusia antara Islam dengan kelompok
Eurosentris. Saya juga sepakat bahwa nilai-nilai dan ajaran Islam tentang hak asasi manusia
telah salah diartikan dan diterapkan dalam sistem politik di negara-negara Arab. Kesalahan
inilah yang kemudian menimbulkan berbagai tindakan menyimpang seperti perbudakan
dan korupsi secara masif.
Fenny Permatasari LAPORAN BACAAN 4
11191130000005

Referensi
Amr GE Sabet. 2008. Islam and Political Theory, Governance, and International Relations,
London, Pluto Press, pp. 202-246

Anda mungkin juga menyukai