Anda di halaman 1dari 6

HUKUM ISLAM, HAM DAN DEMOKRASI DALAM

PERSPEKTIF ISLAM DAN JUGA ISLAM DAN ILMU


PENGETAHUAN

Oleh:

Erico Dwi Antoro Perez, Kusumawati S.IP., MA


ericodwiantoroperez@gmail.com

Abstrak

Setelah berakhirnya Perang Dingin, isu global pun mulai berubah bergeser dari
komunisme dan kontestasi Barat dan Timur untuk terbitan baru; hak asasi Manusia.
Mayoritas orang barat negara-negara menganggap dunia Muslim sebagai pelanggar
utama hak asasi manusia, khususnya jika menyangkut hukum Islam. Sebagai
dampaknya, pendapat bahwa ada banyak hak asasi manusia muncul pelanggaran-
pelanggaran hukum Islam. Namun, hal ini tidak benar, lho teori atau praktek. Secara
teori, diktum dan ketentuan Hukum Islam mengandung nilai, dasar pemikiran,
maksud, tujuan, dan efektivitas penalti. Indikatornya adalah hukuman itu dalam
Islam hukum tidak dihukum dengan kejam tanpa dasar yang dapat dibenarkan,
malahan mempunyai dasar yang kokoh terhadap Al-Qur’an dan Tradisi Nabi.
Demikian pula pengertian keadilan dalam Islam diartikan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, tidak dibatasi oleh persepsi pikiran manusia. Di dalam praktiknya, dunia
Muslim memiliki perbedaan dan keistimewaan tersendiri karakteristik dimana
setiap negara menerapkan hukum Islam variasi menurut konteks tertentu. Terakhir,
hukum Islam menjunjung tinggi hak asasi manusia.

A.PENDAHULUAN

Setelah berakhirnya Perang Dingin, isu global pun mulai berubah bergeser
dari komunisme dan kontestasi Barat dan Timur untuk terbitan baru; hak asasi
Manusia. Mayoritas orang barat negara-negara menganggap dunia Muslim sebagai
pelanggar utama hak asasi manusia, khususnya jika menyangkut hukum Islam.
Sebagai dampaknya, pendapat bahwa ada banyak hak asasi manusia muncul
pelanggaran-pelanggaran hukum Islam. Namun, hal ini tidak benar, lho teori atau
praktek.
Secara teori, diktum dan ketentuan Hukum Islam mengandung nilai, dasar
pemikiran, maksud, tujuan, dan efektivitas penalti. Indikatornya adalah hukuman
itu dalam Islam hukum tidak dihukum dengan kejam tanpa dasar yang dapat
dibenarkan, malahan mempunyai dasar yang kokoh terhadap Al-Qur’an dan Tradisi
Nabi. Demikian pula pengertian keadilan dalam Islam diartikan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, tidak dibatasi oleh persepsi pikiran manusia. Di dalam praktiknya,
dunia Muslim memiliki perbedaan dan keistimewaan tersendiri karakteristik
dimana setiap negara menerapkan hukum Islam variasi menurut konteks tertentu.
Terakhir, hukum Islam menjunjung tinggi hak asasi manusia.

B. PENGERTIAN

Hukum Islam merupakan salah satu bagian dari hukum nasional. Pemberlakuan
hukum Islam bagi umat Islam merupakan hak dasar individu dalam bernegara dan
beragama yang dijamin oleh konstitusi negara. Hukum Islam dengan umat Islam
tidak dapat dipisahkan karena sebagaimana layaknya keping mata uang yang selalu
berhubungan dan saling ketergantungan.
Hukum Islam yang responsif dan kontekstual merupakan amanat dari ayat suci
yang bertujuan untuk menggapai kemaslahatan dan mencegah kemudaratan artinya
nilai kemanusiaan dan kemanfaatan merupakan fokus utama dalam penetapan
sebuah hukum Islam. Hukum Islam yang berdasarkan Al-Qur'an, Hadits, ljmā
(konsensus) dan Qiyas (analogi) serta metodologi lainnya diyakini mampu
merespon segala problematika sosial yang ada. Agar asas dan doktrin hukum Islam
mempunyai kekuatan mengikat maka seorang Hakim harus mempertimbangkan di
dalam keputusan yang dijatuhkannya.
Menurut Abdul Wahab Khalaf dan Muhammad Ali al-Sayis pembaruan hukum
Islam dilihat dari sumbernya terdiri dari beberapa bagian:
1. Hukum yang bersumber pada nash sharih dan qath'i terhadap
objeknya sehingga tidak ada peluang bagi akal untuk menemukan hukum, selain
dari yang ditegaskan nash.
2. Hukum yang didasarkan pada nash atau dalil zanni. Dalam hal ini akal
mempunyai peluang untuk melakukan ijtihad (mencari objek lain yang ditunjuk
nash).
3. Hukum yang dilandaskan pada kesepakatan para ulama atau ijma sharih yang
dinukilkan secara mutawatir tentang objek tertentu.
4. Hukum yang tidak didasarkan pada nash tertentu, seperti kebanyakan hukum
Islam yang terdapat dalam berbagai mazhab fiqih.

Pembaruan hukum Islam dalam pandangan Yusuf al-Qardhawi dapat dilakukan


dengan jalan menampilkan hukum Islam dalam bentuk format baru dan mudah
memahaminya. Sejalan dengan maksud ini, ada dua bentuk format baru hukum
Islam yang dapat ditampilkan melalui upaya pembaruan yaitu pertama, pembaruan
hukum Islam dilakukan dengan meninggalkan semua fiqih yang tidak relevan
dengan masa kini dan membuang unsur-unsur lemah dalam hukum Islam, seperti
keharusan berpegang pada satu mazhab. Menggunakan pendapat-pendapat mazhab
fiqih yang relevan dengan

C. HAM DAN DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Demokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan yang berhubungan dengan


rakyat. Sehingga demokrasi juga berkaitan dengan hak asasi manusia yakni adanya
kesetaraan tentang hak dan kewajiban. Demokrasi dan islam merupakan satu
kesatuan yang melekat sehingga tidak dapat dipisahkan. Para Peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan library research.
Yang dimana berdemokrasi adalah pemerintah yang memberikan kebebasan
kepada rakyatnya untuk memberikan suara baik itu secara langsung dan terbuka
maupun secara tidak langsung. Hak asasi manusia dan demokrasi saling
berhubungan satu sama lain karena dalam negara yang berdempkrasi tentu akan
melindungi hak-hak setiap warga negaranya, terlebih lagi hak asasi manusia ini
merupakan hak yang telah melekat pada setiap diri manusia, oleh sebab itu tidak
selayaknya individu lain mencegah seseorang untuk mendapatkan haknya. Dalam
agama islam, demokrasi dan hak asasi manusia memiliki beberapa prinsip penting
diantaranya adalah prinsip keadilan, prinsip musyawarah, dan prinsip kebebasan
sebagai aspek penting yang utama.

D. ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah semua yang diketahui. Yang dimana keingintahuan itu


ingin didapat oleh kita, dalam islam ilmu pengetahuan di bagi dua jenis.
Pengetahuan jenis pertama (pengetahuan inderawi) yang dimana pengertiannya
sama saja (hakikatnya) dengan pengetahuan sain. Bedanya hanya sedikit:
pengetahuan inderawi itu sederhana (karena tidak diuraikan), sedangkan
pengetahuan sain itu kompleks (sebenarnya karena diuraikan). Pengetahuan iderawi
juga kompleks bila diuraikan. Bila pengetahuan inderawi diuraikan, ia akan sama
persis dengan pengetahuans sain. Oleh karena itu, kedua jenis pengetahuan ini dapat
kita jadikan satu saja: pengetahuan sain. Inilah jenis pengetahuan manusia yang
pertama
Pengetahuan jenis kedua ini disebut pengetahuan sain. Yaitu pengetahuan yang
logis empiris. Dalam bahasa Indonesia, ada istilah ilmu. Penggunaan istilah ini
(ilmu) sungguh membingungkan. Itu adalah karena kata "ilmu" dalam bahasa
Indonesia diambil dari bahasa Arab yang berarti "pengetahuan". Lebih
membingungkan lagi karena orang Indonesia menyebut "sain" dengan "ilmu
pengetahuan".
Semua pengetahuan datang dari Allah. Sebagian diwahyukan kepada orang
yang dipilihnya, sebagian lain diperoleh manusia dengan menggunakan indera,
akal, dan hatinya. Pengetahuan yang diwahyukan mempunyai kebenaran yang
absolut sedangkan pengetahuan yang diperoleh, kebenarannya tidak mutlak. Dalam
kenyataan sejarah, kedua macam pengetahuan ini selalu dimasukkan ke dalam
kurikulum pendidikan islami. Ibn Khaldun menyebutnya dengan istilah
pengetahuan naqliyah (diwahyukan) dan pengetahuan aqliyah (dipikirkan).
Jadi, pengetahuan dalam pandangan Islam sebenarnya hanya satu. Untuk
kepentingan pendidikan, pengetahuan yang satu itu harus diklasifikasikan;
klasifikasi garis besar adalah pengetahuan yang diwahyukan dan pengetahuan yang
diperoleh; klasifikasi lain yang ditawarkan oleh konfrensi tadi adalah perrenial
knowledge dan acquired knowledge.
Dilihat dari segi jelas atau kaburnya pengetahuan, ia dapat dibagi menjadi
pengetahuan yang sederhana dan jelas, dan pengetahuan yang rumit. Dari segi
sumber pengetahuan dan alat memperolehnya, dapat dibagi menjadi
a. pengetahuan saintifik,
b. pengetahuan logis-rasional,
c. pengetahuan logis-suprarasional,
d. pengetahuan ilham dan kasyaf, pengetahuan yang diwahyukan.

Dari segi pembahasannya, pengetahuan dibagi menjadi


a. pengetahuan tentang Allah;
b. pengetahuan tentang akidah agama dan masalah gaib,
c. pengetahuan tentang halal dan haram;
d. pengetahuan tentang akhlak;
e. pengetahuan tentang diri sendiri dan sifat-sifat kemanusiaan,
f. pengetahuan tentang sifat-sifat dan fakta-fakta wujud, dan lain-lain.
E. DAFTAR PUSTAKA

Sikti, Ahmad Syahrus, Dr. (2019). “Dinamika Hukum Islam”. Yogyakarta UII
Press.

Prof. Dr. Ahmad Tafsir. (2012). “Ilmu Pendidikan Islami”. Bandung PT REMAJA
ROSDAKARYA.

Anda mungkin juga menyukai