Anda di halaman 1dari 5

MISI ISLAM Tiada ungkapan yang patut kita ucapkan melainkan puji syukur ke hadirat Allah swt.

Dialah yang selalu memberi makhluk-Nya rezeki. Apakah itu berupa materi maupun nonmateri. Karena Dialah sang pengatur dan pemelihara alam semesta ini. Dia tidak membutuhkan sesuatu apapun dar kita. Namun, kitalah yang selalu -dan harus- meminta kepada-Nya. Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. Setiap Khutbah jumat kita sering mendengarkan khatib berpesan agar jamaah selalu mensyukuri nikmat iman dan Islam. Saking seringnya kita mendengar pesan ini terkadang membuat kita menganggapnya sekadar basa-basi. Namun, sepertinya kita jarang memikirkan bagaimana cara mensyukuri nikmat Islam ini. Allah dan rasul-Nya memerintahkan kita untuk memegang teguh agama ini hingga akhir hayat. Dan, cara mensyukuri nikmat Islam ini tak lain dengan menjalankan segenap ajaranyya secara kaafah (menyeluruh), baik dalam lingkup pribadi, keluarga, sosia, dan negara. Ialam datang dengan membawa misi kebaikan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Misi Islam menyelamatkan manusia dari lima kerusakan yaitu kerusakan agama, jiwa, akal, harta, dan ketutunan. Jika ditelaah, kelima hal ini sebenarnya hak asasi manusia (HAM) yang saat ini menjadi isu besar di berbagai media massa. Apa akibatnya jika Islam tidak lagi tegak muka hukum? Kerusakan pada 5 hal itulah yang tampak. Ketika agama Allah disia-siakan;ketika jiwa begitu cepat melayang hanya di ujung jari telunjuk pemegang senjata api;ketika akal menjadi rusak di jung jarum suntik;ketika harta berpindah tangan tanpa keridhaan salah satu pihak; dan ketik anak-anak lahir tanpa kejelasan siapa bapaknya. karenanya, jika kita konsisten menegakkan islam niscaya ALLAH menurunkan malaikat-malaikat-Nya untuk membesarkan hati kaum muslimin dengan perkataan,"Janganlah kalian takut dan jangan pula bersedih hati." Pembaca, kali ini redaksi mengajak Anda untuk sejenak menilik salah satu pilar Dinul Islam. Koperasi sebagai soko guru perekonomian telah terasa manfaatnya bagi hajat hidup orang banyak. Namun, perbaikan dan pembenahan masih jadi PR besar kita semua jika ingin mengangkat derajat kesejahteraan umat.Semoga sajian ini bermanfaat bagi kita semua dan menjadi pemberat timbangan amal kebaikan di hari kiamat kelak. Rubai bin Amir melaju cepat dengan kudanya. Ia menuju perkemahan Rustum, Panglima Pasukan Kerajaan Persia saat itu. Setibanya di sana, ia mendapati semua pembesarnya berpakaian kenegaraan. Majelis mereka dihiasi dengan hamparan permadani dan sutra yang serba mahal. Rustum duduk di singgasananya. Ia memakai mahkota emas yang dihiasi dengan batu permata yang serba mahal. Sebaliknya, Rubai bin Amir, Panglima Pasukan kaum Muslim itu, hanya berpakaian kasar dan sederhana. Rubai bin Amir langsung masuk ke perkemahan itu tanpa menghiraukan keadaan sekelilingnya. Ia tetap menunggang kudanya dan membiarkannya kaki kuda itu mengotori hamparan permandani yang serba mahal itu. Tiba-tiba ia berhenti, kemudian turun dari kudanya sebelum sampai di hadapan Rustum yang menantinya. Rupanya, Rustum telah sengaja memasang sebuah

palang besi setinggi setengah badan. Dengan itu, dia berharap Pemimpin Pasukan Muslim itu mau berjalan menghadap dirinya dengan membungkukkan badannya. Namun, Rubai bin Amir tak kalah cerdik. Dia kemudian membalikkan tubuhnya, lalu berjalan mundur seraya membungkukkan badannya sehingga pantatnya menunggingi sang Panglima Persia itu. Rubai lalu berjalan menghadap Rustum dengan tetap menyandang tombaknya. Seketika itu pula hamparan permadani itu terkoyak-koyak oleh senjatanya. Melihat itu, para pembesar itu segera berseru, Letakan senjata itu! Rubai menjawab, Aku datang kemari hanyalah atas undangan kalian. Jika kalian suka, biarkan aku dalam keadaanku seperti ini. Kalau tidak, aku akan pulang. Biarkan ia menghadap! kata Panglima Rustum. Rustum lalu mengajukan sebuah pertanyaan, Apa yang mendorong kalian datang ke negeri kami? Rubai, yang berdiri tegak penuh wibawa, menjawab dengan tegas, Kami datang untuk membebaskan manusia dari penyembahan sesama manusia ke penyembahan kepada Allah; dari kesempitan dunia ke keluasannya; dan dari kezaliman agama-agama ke keadilan Islam. Begitulah Rubai. Ia menjelaskan bahwa kedatangan pasukan Negara Islam ke negeri Persia bukan karena ambisi ekonomi atau politik demi mengeksploitasi bangsa/negara yang dikuasai. Sebaliknya, kedatangan mereka membawa misi luhur: memerdekakan manusia dari segala bentuk penindasan; menebarkan kebaikan, rahmat dan hidayah; serta menerangi jalan hidup dan melenyapkan kezaliman yang membelenggu mereka. Inilah misi mulia yang diemban Daulah Islam dalam setiap ekspansinya. Sebelum Rubai, utusan lain yang datang kepada Rustum adalah Mughirah bin Syubah. Seperti ditulis oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidyah wa an-Nihyah, Mughirah bin Syubah juga menyampaikan jawaban yang sama ketika ditanya Rustum, Dunia bukanlah tujuan kami. Citacita dan tujuan kami adalah akhirat. Allah telah mengutus kepada kami Rasul dan Dia berkata

kepadanya (yang maknanya): Aku telah memberikan kekuasaan kepada kaum ini (kaum Muslim) atas orang-orang yang tidak tunduk pada agama-Ku. Rustum bertanya lagi, Agama apakah itu? Mughirah menjawab, Pilar yang tegak di atasnya kesaksian, bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, serta pengakuan atas semua yang datang dari-Nya. (Ibn Katsir, Al-Bidyah wa an-Nihyah, IV/43). ***** Fragmen di atas setidaknya memberikan pelajaran berikut: Pertama, Politik Luar Negeri Daulah Islam adalah dakwah dan jihad. Inilah yang dipraktikkan oleh Rasulullah saw. saat mengepalai pemerintahan Negara Islam di Madinah, juga oleh Khulafaur Rasyidin dan para Khalifah setelah mereka sepanjang sejarah Kekhilafahan Islam. Kedua, ekspansi Daulah Islam tidaklah dimaksudkan untuk tujuan-tujuan duniawi, tetapi untuk tujuan mulia: menyebarkan risalah tauhid yang subtansinya adalah membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia ke penghambaan hanya kepada Penguasa manusia, Allah SWT. Misi ideologis Islam inilah yang tidak dimiliki oleh negara-negara Muslim saat ini, bahkan yang mengklaim sebagai negara Islam seperti Arab Saudi, Iran dsb. Pasalnya, Islam memang tidak dijadikan sebagai ideologi negara mereka. Islam paling banter hanya menjadi falsafah negara, sementara dasar negara mereka yang sebenarnya adalah sekularisme. Wajarlah jika negaranegara Muslim di Dunia Islam saat ini tidak memiliki wibawa, bahkan harga diri, di hadapan negara-negara kafir. Para penguasanya cenderung tidak mandiri. Mereka tunduk pada kekuatan negara-negara kafir imperialis. Karena itu, alih-alih memiliki misi untuk menyebarkan risalah Islam dengan dakwah dan jihad ke seluruh dunia, untuk mencegah negara mereka dari intervensi negara-negara kafir imperialis pun mereka tak berdaya. Kondisi ini sangat kontras dengan kondisi Negara Islam pada masa Nabi saw., juga dengan kondisi Kekhilafahan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin maupun para Khalifah setelah

mereka, yang begitu disegani bahkan ditakuti oleh negara-negara besar saat itu: Persia dan Romawi. Kewibawaan Daulah Islam atau Khilafah Islam di hadapan negara-negara adidaya kafir saat itu antara lain tercermin dari sikap Panglima Pasukan Muslim, Rubai bin Amir di atas. Orang-orang seperti Rubai bin Amir tidak pernah kehilangan nyali ketika berhadapan dengan penguasa negara besar. Bandingkan dengan sikap para penguasa negeri-negeri Muslim saat ini, yang begitu hormat bahkan cenderung tunduk-patuh kepada Presiden AS George W. Bush, misalnya; seolah dia adalah tuan mereka. Dari sini saja kita bisa menyimpulkan bahwa umat Islam hanya mungkin berwibawa dan disegani bangsa-bangsa lain ketika mereka memiliki sebuah institusi negara yang kuat; negara yang menjadikan akidah Islam sebagai basis ideologinya. Itulah Daulah Islam atau Khilafah Islam yang akan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.

POSISI ISLAM DIANTARA AGAMA-AGAMA DIDUNIA Sebelum Islam datang ke dunia ini, telah terdapat sejumlah agama yang dianut oleh umat mansuia. Para ahli Ilmu Perbandingan Agama (The Comparative Study Of Religion ) bida membagi agama secara garis besar ke dala dua bagian. Pertama, kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-wahyunya sebagaimana termaksud dalam kitab suci Alquran. Kedua, kelopok agama yang didasarkan pada hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suci yang disusunnya. Islam adalah agama yang terakhir di antara agama besar di dunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang mengeerakkan revolusi dunia, dan mengubah nasib sekalian bangsa. Selain itu, Islam bukan saja agama yang terakhir melainkan agama yang melengkapi segalagalanya dan mencakup sekalian agama yang datang sebelumnya. Mengenai posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan sebagai berikut : Pertama, dapat dari ciri khas agama islam yang paling menonjol yaitu bahwa Islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa seklian agama besar di dunia yang datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah. Didalam Alquran dijunpai ayat-ayat yang menyuruh umat Islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebaigian dari rukun iman. Berdasarkan ayat ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa posisi Islam di antara agama-agama

lainnya dari sudut keyakinan adalah agama yang menyakini dan mempercayai agama-agama yang dibawa oleh para rasul sebelumnya. Dengan demikian orang Islam bukah saja beriman keapda Nabi Muhammad SAW. melainkan beriman kepada semua nabi. menurut ajaran Alquran yang terang benderang, bahwa semua bangsa telah kedatangan Nabi. tidak ada satu umat, melainkan seorang juru ingat telah berlalu di kalangan mereka (QS. Faathir, 35:24). Dengan demikian orang Islam adalah orang yang beriman kepada para nabi dan Kitab Suci dari semua bangsa. Kedua, posisi Islam di antara agama-agama besar di dunia dapat pula dilihat dari ciri khas agama Islam yang memberinya kedudukan istimewa diantara sekalian agama. Selain menjadi agama yang terakhir dan yang meliput semuanya, Islam adalah pernyataaan kehendak Ilahiyang sempurna. Ketiga, posisi Islam diantara agama-agama lainya dapat dilihat dari peran yang dimainkannya. Dalam hubungan ini agama Islam memiliki tugas besar, yaitu (1), mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekalian agama di dunia dan (2), menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya (3), memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganur agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan ke dalam agamanya itu, (4), mengerjakan kebenaran abadi yang sebelumnya tak pernah diajarkan, berhubung keadaan bangsa atau umat pada waktu itu masih dalam tarap permulaan dari tingkat perkembangan mereka dan yang terakhir ialah memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju. Keempat, posisi Islam di antara agama-agama lain dapat pula dilihat dari adanya unsur pembaruan didalamnya. Kelima, Posisi agama Islam terhadap agama-agama lainnya dapat dilihat dari dua sifat yang yang dimiliki oleh ajaran Islam, yaitu akomodatif dan persuasif

Anda mungkin juga menyukai