Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTA

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat yang telah
dilimpahkannya sehingga kami dapat meneyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun pokok
bhasan yang dikaji dalam makalah ini adalah tentang “ Pancasila Sebagai Identitas dan Karakter
Bangsa “ yang bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah PANCASILA.
selanjutnya kami mengucapkan terima kasih pada Ibu Dra. Saudatus Saniah Tanjung, M.Pd yang
merupakan dosen dari mata kuliah PANCASILA yang telah membimbing kami, kami mohon bantuan
yang sebesar- besarnya jika masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan maklah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan kesilapan
baik dalam hal penulisannya maupun isi, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian
yang bersifat membangun yang bisa menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi kami untuk
kesempurnaan makalah dikemudian harinya.

Deli Serdang, 20 Oktober 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkan pada tanggal 18 Aagustus 1945
oleh PPKI, nilai- nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum Indonesia
mendirikan suatu Negara, nilai- nilai itu berupa adat istiadat, kebudayaan serta nilai- nilai religius. Nilai-
nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari- hari sebagai pandangan
hidup dan nilai- nilai luhur yang dicita- citakan. Nilai- nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan
secara formal oleh para bapak- bapak pendiri bangsa ini untuk selanjutnya dijadikan dasar filsafat
Indonesia.
Berdasarkan kenyataan tersebut, Pancasila selain merupakan dasar Negara Repblik Indonesia, merupakan
satu ideologi, pandangan hidup, jiwa dan kepribadian bangsa yang mencerminkan identitas nasional
bangsa Indonesia. Identitas nasional sendiri merupakan suatu ciri dari sebuah bangsa yang
membedakannya dengan bangsa lain. Dengan kata lain setiap bangsa memiliki keunikan dan ciri khas
yang menentukan identitas bangsa tersebut. Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan, identitas suatu
bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri dan kepribadian masyarakat suatu bangsa.
Penyusunan makalah dengan tema ini diharapkan dapat membantu memperluas wawasan kita mengenali
identitas nasional bangsa Indonesia, sehinga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.

B. Rumusan Masalah
1. Pancasila sebagai Identitas Nasional
2. Keterkaitan Globalisai dengan Identitas Nasional
3. Revitalisasi Pancasila sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional
4. Pancasila sebagai Karakter Bangsa

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pancasila sebagai Identitas Nasional
2. Untuk mengetahui Keterkaitan Globalisai dengan Identitas Nasional
3. Untuk mengetahui Revitalisasi Pancasila sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional
4. Untuk mengetahui Pancasila sebagai Karakter bangsa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila Sebagai Identitas Nasional
Identitas memiliki arti sebagai ciri- ciri atau jati diri dari seseorang, kelompok atau sesuatu yang
dapat membedakannya dengan yang lainnya. Nasional merupakan konsep kebangsaan yang
menunjukkan kelompok yang terikat oleh kesamaan ras, Agama, budaya, Bahasa dan lainnya.
Sedangkan identitas nasional berkaitan dengan ideologi negara, pandangan hidup bangsa, dan
kepribadian bangsa (Indonesia) sehingga mencapai kedudukan tertinggi dalam tatanan berbangsa
dan bernegara, termasuk hukum yang berlaku di negara Indonesia.
Identitas nasional adalah juga sesuatu yang dibentuk dan disepakati dengan dimusyawarahkan
secara mufakat yang dapat membedakan negara yang satu dengan negara yang lainnya. Pancasila
sebagai identitas nasional berarti mengandung pengertian sebagai kepribadian bangsa yang dapat
mendorong bangsa Indonesia agar tetap berjalan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan,
serta tidak menyimpang dari garis yang telah ditetapkan.
Pancasila disebuta sebagai identitas nasional karena bangsa indonesia memiliki ciri khas tersendiri
dalam berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai bagian dari masyarkat,
bangsa, internasional yang memiliki prinsip dan landasan hidup berdasarkan pancasila dan UUD
1945 yang berbeda dengan bangsa lainnya di dunia. Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan
negara Indonesia yang bersumber pada nilai budaya dan agama yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sebagai kepribadian atau identitas bangsa.
Dengan demikian, Pancasila betul- betul merupakan nilai dasar yang merupakan identitas dan
karakter bangsa Indonesia. Pancasila sebagai identitas nasional Indonesia adalah sumber motivasi,
inspirasi, pedoman berprilaku dan sekaligus tolak ukur kebenarannya.
Selain Pancasila Indonesia memiliki Identitas nasional yang lain, yakni:
1) Bahasa nasional atau bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
2) Bendera negara, yaitu sang Merah Putih
3) Lagu Kebangsaan, yaitu Indonesia Raya
4) Lambang negara, yaitu Garyda Pancasila
5) Semboyan negara, yaitu Bhineka Tunggal Ika
6) Dasar falsafah negara, yaitu Pancasila
7) Konstitusi negara, yaitu UUD 1945
8) Bentuk Negara Kesatuan Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
9) Konsepsi wawasan Nusantara
10) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional

1. Identitas Nasional
Kata identitas berasal dari bahasa inggris, yaitu identity yang memiliki pengertian harfiah ciri- ciri
, tanda- tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau seseorang atau sesuatu yang
membedakan dengan yang lain. Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada
kelompok- kelompok yang lebih besar yang diikuti oleh kesamaan- kesamaan, baik fisik seperti
budaya, agama dan bahasa maupun non fisik seperti keinginan , cita- cita dan tujuan. Himpunan
kelompok- kelopok inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas
nasional yang pada akhirnya melahirkan tindakan kelompok yang diwujudkan dalam bentuk
organisasi atau pergerakan- pergerakan yang diberi atribut- atribut nasional. Kata nasional sendiri
tidak bisa dilepaskan dari kemunculan konsep nasionalisme. Bila dilihat dalam konteks Indonesia,
maka identitas nasional itu merupakan manifestasikan nilai- nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dan ratusan suku dihimpun dalam satu kesatuan
Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan ruh Bhineka Tunggal Ika
sebagai dasar dan arah pengembangannya. Dengan kata lain, hakikat identitas nasional kita
sebagai bangsa didalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan kita dalam arti luas. Misalnya dalam aturan
perundang – undangan atau hukum, sistem pemerintahan yang diharapkan, nilai- nilai budaya
yang tercermindalam identitas nasional tersebut bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam
pergaulan baik dalam kebekuan normatif dan dogmatif melainkan sesuatu yang terbuaka yang
cenderung terus menerus bersemi karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat
pendukungnya. Konsekoensi dan implikasinya, bahwa identitas nasional adalah sesuatu yang
terbuka untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi
aktual yang berkembang dimasyarakat (Prof.Dr. Hamid Darmadi, 2020)
2. Unsur- unsur Identitas Nasional
Identitas nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu
merupakan gabungan dari unsur- unsur pembentukan identitas yaitu :
a. Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askritif ( ada sejak lahir )
yang sama coraknya dengan umur dan jenis kelamin. Di indonesia terdapat banyak sekali
suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialeg bahasa.
b. Agama, bangsa Indnesia terkenal sebagai masyarakat yang agamis, agama- agama yang
tumbuh dan berkembang dinusantara adalah agama Islam, Kristen, Khatolik, Hindu,
Budha dan Kong hu cu
c. Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah
perangkat- perangkat atau model- model pengetahuan yang secra kolektif digunakan oleh
pendukung- pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi
dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak sesuai dengan lingkungan
yang dihadapi.
d. Bahasa merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain bahasa dipahami sebagai
sistem perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur- unsur bunyi ucapan manusia
dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
Dan unsur – unsur identitas nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian, sebagai
berikut.
1) Identitas fundamental: yaitu merupakan Pancasila yang merupakan falsafah bangsa, dasar negara,
dan ideologi negara.
2) Identitas instrumental : beisi UUD 1945 dan tata perundanganny, bahasa Indonesia, lambang
negara, bendera negara, lagu kebangsaan Indonesia Raya
3) Identitas alamiah : meliputi negara kepulauan dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya dan
agama serta kepercayaan.
Bagi bangsa Indonesia, Identitas nasional merupakan hal yang sangat penting karena telah memiliki dasar
yang sangat kuat, berupa Pancasila dan UUD 1945 (Hasoloan, 2016)
B. Keterkaitan Globalisasi Dengan Identitas Nasional
Era globalisasi dapat berpenaruh terhadap nilai- nilai budaya bangsa Indonesia era globalisasi
tersebut mau tidak mau , suka tidak suka, telah datang dan menggeser nilai- nilai yang telah
ada. Nilai- nilai tersebut dapat bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Semua ini
merupakan ancaman, tantangan dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa Indonesia untuk
berkreasi dan berinovasi disegala aspek kehidupan
1. Pengaruh Globalisasi
Di era globalisasi pergaulan antar bangsa semakin ketat. Batas antar negara hampir tidak
ada artinya batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang didalam pergaulan, antar bangsa
yang semakin kentak itu, akan menjadi proses akultural saling meniru dan saling
mempengaruhi antar budaya masing- masing. Hal yang perlu kita cermati dari proses
akulturasi tersebut, biasanya ditandai oleh dua faktor yaitu sebagai berikut:
a. Semakin menonjolnya sikap individualitis yaitu mengutamkan kepentingan pribadi di
atas kepentingan dengan azas gotong royong.
b. Semakin menonjilnya sikap matrealistis yang berarti harkat dan martabat kemanusiaan
di ukur dari hasil atau keberhasilan seseorang dalam memperoleh kekayaan. Hal ini
berakibat bagaimana cara memperoleh menjadi tidak dipersoalkan lagi, bila hal ini
terjadi berarti etika dan moral dikesampungkan.
Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-
nilai asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung maka
akan berakibat lebih serius, sehingga pada puncaknya mereka tidak bangga kepada
bangsa negaranya.
Pengaruh negatif akibat proses akulturasi tersebut dapat meronsong nilai- nilai yang
telah ada didalam masyarakat kita, jika semua ini dapat dibendung, maka akan
mengganggu ketahanan disegala aspek, bahkan mengarah kepada kreditabilitas sebuah
ideologi. Untuk membendung arus globalisasi yang sangat eras tersebut, kita harus
beruoaya untuk menciptakan suatu kondisi agar ketahanan nasional dapat terjaga, salah
satunya dengan cara membangun sebuah konsep nasionalisme kebangsaan yang
mengarah kepada konsep identitas nasional.
Dengan adanya globalisasi identitas hubungan masyarakat antara satu negara yang lain
menjadi semakin tinggi. Dengan demikian kecenderungan munculnya kejahatan yang
bersifat tran- nasioanalmenjadi semakin sering terjadi. Kejahatan- kejahatan tersebut
antara lain terkait dengan masalah narkotika, pencucian uang, peredaran dokumen
keimigrasian palsu dan terorisme. Masalah- maslah tersebut berpengaruh terhadap
nilai- nilai budaya bangsa yang selama ini dijunjung tinggi mulai memudar. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin merajalelanya peredaran narkotika dan psikotropika
sehingga sangat merusak kepribadian dan moral bangsa khusunya bagi generasi
penerus bangsa. Jika hal tersebut tidak dapat dibendung maka akan menganggu
terhadap ketahanan nasional disegala aspek kehidupan bahkan akan menyebabkan
lunturnya nilai- nilai identitas nasioanal. (Darmadi, 2020)
2. Integritas Nasional Indonesia dan Identitas Nasional
Masalalah integritas Nasioanal di Indonesia sangat kompleks dan multidimensial.
Untuk mewujudkannya, diperlukan keadilan dan kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah, dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa, dan sebagainya.
Sebenarnya, upaya membangun keadilan, kesatuan dan persatuan bangsa merupakan
bagian dari upaya membangun dan membina stabilitas politik, disamping upaya lain
seperti banyaknya ketertiban pemerintah dalam menentukan komposisi dan
mekanisme parlemen.
Dengan demikian, upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus
dilakukan, agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya
pembangunan dan pembinaan intregrasi nasional ini perlu, karena pada hakikatnya
intrgasi nasional tidak lain menunjukkan tingkat kuatnya persatuan dan kesatuanbangsa
inilah yang dapat menjamin terwujudnya negara yang makmur, aman dan tentram. Jika
melihat konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan barat dan Papua, hal ini
merupakan cermin atas terwujudnya intregasi nasional yang diharapkan. Sedangkan
kaitannya dengan identitas nasional, bahwa adanya intregasi nasional dapat
menguatkan akar dari identitas nasioanal yang sedang dibangun.

3. Paham Nasionalisme/ Kebangsaaan


Dalam perkembangan perdaapan manusia, interaksi sesama manusia berubah menjadi
bentuk yang lebih komplekdan rumit. Dimulai dari tumbuhnya kesadaran untuk
menetukan nasib sendiri. Dikalangan bangsa- bangsa yang tertindas kolonialisme dunia
seperti Indonesia salah satunya, sehingga melahirkan semangat untuk mandiri dan
bebas untuk menentukan masa depannya sendiri. Dalam suatu perjuangan perebutan
kemerdekaan, dibutuhkan suatu konsep sebagai dasar pembenaran nasional dari
tuntunan terhadap penentuan nasib sendiri yang dapat mengikat keikutsertaan semua
orang atas nama sebuah bangsa.
Dasar pembenaran tersebut, selanjuynya mengkritas dalam konsep paham edologi
kebangsaan tesebut dengan nasionalisme. Dari sinilah kemudian lahir konsep- konsep
turunannya seperti bangsa, negara, dan gabungan keduanya menjadi konsep negara-
bangsa sebagai komponen- komponen yang membentuk dentitas nasional atau
kebangsaan sehingga dapat dikataan bahwa paham nasionalisme atau paham
kebangsaan adalah sebuah situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total
diabadikan langsung kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa.
Munculnya nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama
merebut kemerdekaan dari kecengkraman kolonial. Semangat nasionalisme diharapkan
secara efektif oleh para penganutnya dan dipakai sebagai metode perlawanan dan alat
identifikasi untuk mengetahui siapa lawan dan kawan. Secara garis besar terdapat tiga
pemikiran besar tentang nasionalisme Indonesia. Sejalan dengan naiknya pamor
Soekarno dengan menjadi presiden pertama RI, kecurigaan di antara para tokoh
pergerakan yang telah tumbuh saat- saat menjelang kemerdekaan menjadi pola
ketegangan politik yang lebih permanen, antara negara melalui figur nasionalis
soekarno disatu sisi, dengan para tokoh yang mewakili Islam.

4. Paham Nasionalisme Kebangsaan Sebagai Konsep Identitas Nasional


Paham nasionalisme atau paham kebangsaan terbukti sangat efektif sebagai alat
perjuangan bersama merebut kemerdekaaan dari cengkraman kolonial. Semangat
nasionalisme dihadapkan secara efektif oleh para penganutnya dan dipakai sebagai
metode perlawanan, seperti yang disampaikan oleh larry diamond dan mare f platner,
bahwa para penganut nasionalisme dunia ketiga secara khas menggunakan retorika anti
klonialisme dan anti imperalisme. Para pengikut nasionalisme tersebut berkeakinan,
bahwa persamaan cita- cita yang mereka miliki dapat diwujudkan dalam sebuah
identitas politik atau kepentingan bersama dalam bentuk bangsa.
Dengan demikian, bangsa atau nation merupakan suatu badan wadah yang didalamnya
terhimpun orang- orang yang mempunyai persamaan keyakinan dan persamaan lain
yang mereka miliki seperti ras, etnis, agama, bahasa, dan budaya. Unsur persamaan
tersebut dapat dijadkan sebagai identitas politik bersamaan atau untuk menentukan
tujuan organisasi politik bersama atau untuk menentukan tujuan organisasi politik yang
dibangun berdasarkan geopolitik yang terdiri atas populasi, geografis, dan
pemerintahan yang permanen yang disebut negara atau state.
Nation- state atau negara-bangsa merupakan sebuah bangsa yang memiliki bangunan
politik, seperti ketentuan- ketentuan perbatasan teritorial, pemerintahan yang sah,
pengakuan luar negeri dan sebagainya. Munculnya paham nasionalisme atau paham
kebangsaan Indonesia tidak bisa lepas dari situasi politik dekade pertama abad ke-20,
pada waktu itu semangat kolonialisme belanda mulai bermunculan dikalngan pribumi.
Cita- cita bersama untuk merebut kemerdekaan menjadi semangat umum dikalangan
tokoh- tokoh pergerakan nasional untuk memformasikan bentuk nasionalisme yang
sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Paham nasionalisme di Indonesia yang
disampaikan oleh Soekarno, bukanlah nasionalisme yang berwatak sempit, tiruan dari
barat, atau berwatak chauvinism nasionalisme yang dikembangkan Soekarno bersifat
toleran, bercorak ketimuran dan tidak agresif sebagaimana nasionalisme yang
dikembangkan di Eropa. Selain mengungkapkan keyakinan watak nasionalisme yang
penuh nilai- nilai kemanusiaan juga meyakinkan pihak- pihak yang berseberangan
pandangan bahwa kelompok nasional dapat bekerja sama dengan kelompok manapun
bagi kelompok islam maupun marxis. Sekalipun Soekarno seorang muslim tetapi tidak
sekedar berdasarkan pada perjuangan islam. Menurutnya kebijakan ini merupakan
pilihan terbaik bagi kemerdekaan maupun bagi masa depan seluruh rakyat Indonesia.
Semangat nasionalisme soekarno tersebut mendapatkan respon dan dukungan luas dari
kalangan intelektual muda didikan barat, semisal Syahril dan Muhammad Hatta yang
kemudian semakin berkembang paradigmanya sampai sekarang, dengan munculnya
konsep identitas nasional. Sehingga bisa dikatakan bahwa paham nasionalisme atau
kebangsaan disini merupakan refleksi dari identitas nasional.
Adanya perdebatan panjang tentang paham nasionalisme kebangsaan sangat
memprihatinkan. Mereka mempunyai kesepakatan perlunya paham nasionalisme
kebangsaan, namun dalam konteks yang berbeda mengenai masalah nilai atau watak
nasionalisme Indonesia.

C. Revitalisasi Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional


1. Revitalisasi Pancasila
Revitalisasi Pancasila sebagaimana manifestasi identitas nasioanal, pada gilirannya harus
diarahkan juga pada pembinaan dan pengembangan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat
dijadikan dasar dan arah dalam upaya untuk mengatasi krisis dan disentalisasi yang cenderung
sudah menyentuh ke semua segi dan sendi kehidupan.
Harus kita sadari bahwa moralitas Pancasila akan menjadi tanpa makna dan menjadi sebuah
karikatur, apabila tidak disertai dukungan suasana kehidupan di bidang hukum secara
kondusif. Antara moralitas Pancasila akan menjadi subjektivitas yang satu sama lain akan
saling berbenturan. Sebaliknya ketentuan hukum yang disusun tanpa disertai dasar dan alasan
moral, akan melahirkan suatu legalisme yang represif, kontra- produktif dan bertentangan
dengan nilai- nilai Pancasila itu sendiri.
Dalam merevitalisasi Pancasila sebagai manifestasi identitas nasioanal, penyelengaraan MPK
hendaknya dikaitkan dengan wawasan berikut ini.
a. Spritual, untuk meletakkan landasan etik, moral, religius, sebagai dasar dan arah
pengembangan sesuatu profesi.
b. Akademis, untuk menunjukkan bahwa MPK merupakan aspek being yang tidak kalah
pentinnya bahwa akan lebih penting daripada aspek hving dalam kerangka penyiapan
sumber daya manusia SDM yang bukan sekedar instrumen melainkan adalah subjek
pembaharuan dan pencerahan.
c. Kebangsaan, untuk menumbuhkan kesadaran nasionalisme agar dalam pergaulan antar
bangsa tetap setia pada kepentingan bangsanya, bangga dan respek kepada jati diri
bangsanya yang memiliki idiologi sendiri.
d. Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa kini siap menghadapi
dialetikanya perkembangan masyarakat duniaa yang terbuka mampu untuk segera
beradaptasi dengan perubahan yang terus menerus terjadi dengan cepat, dan mampu pula
mencari jalan keluarnya sendiri dalam mengalami setiap tantangan yang dihadapi, sebab
dampak dan pengaruh perkembangan iptek yang bukan lagi hanya sekedar sarana,
melainkan telah menjadi suatu yang substantif yang dalam kehidupan ummat manusia
bukan hanya sebagai tantangan melainkan juga peluang untuk berkarya.

2. Pemberdayaan Identitas Nasional


Pemberdayaan identitas nasional perlu kita tempuh melalui revitalisasi Pancasila. Revitalisasi
sebagai manifestasi identitas nasional mengandung makna bahwa Pancasila harus kita
letakkan dalam keutuhannya dengan pembukaannya diexplorasikan dimensi- dimensi yang
melekat padanya yang meliputi berikut ini.
a. Reyalitas: dalam arti bahwa nilai- nilai yang terkandung didalamya dikonsentrasikan
cerminan kondisi objektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kamus
utamanya, suatu rangkaian nilai- nilai yang bersifat sein im sollen dan sollem in sein.
b. Idealitas: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung didalamnya bukanlah sekedar tanpa
makna melainkan di objektifasikan sebagai kata kerja untuk membangkitkan gairah dan
optisme para warga masyarakat guna melihat hari depan secara profektif, menuju hari esok
yang lebih baik, melalui seminar atau gerakan dengan tema “revitalisasi pancasila”
c. Fleksibilitas: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan
tertutup menjadi suatu yang sakral melainkan terbuka bagi tafsir- tafsir yang baru untuk
memenuhi kebutuhan zaman yang terus menerus berkembang. Dengan demikian, tanpa
kehilangan hakikatnya, Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai
tiang- tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara, dengan jiwa dan semangatnya
“bhineka Tunggal Ika”, sebagaimana dikembangkan dipusat studio Pancasila (di UGM),
laboratorium Pancasila (di Universitas Malang).
Dengan demikian, agar identitas nasional dapat dipahami oleh masyarakat sebagai penerus
tradisi dengan nilai- nilai yang diwariskan oleh nenek moyang kita, maka pemberdayaan
nilai- nilai harus bermakna dalam arti relevan, dan funsional bagi kondisi yang lagi
berkembang dalam masyarakat. Perlu kita sadari, bahwa ummat masa kini hidup di abad
ke- XXI, tetapi juga bertentangan dengan nilai- nilai lama sebagaimana diwariskan oleh
nenek moyang dan dikembangkan para pendiri negara kita. Abad XXI sebagai zaman baru,
mengandung arti sebagai zaman dimana umat manusia semakin sadar untuk berfikir dan
bertindak secara baru.
Dengan kemampuan refleksinya, manusia menjadi rasio sebagai mitos dan sarana yang
handal dalam bersikap dan bertindak memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan. Keaslian tradisi juga merupakan nilai- nilai spritual yang dianggap sakral, kini
dikritisikan dan dipertanyakan berdasarkan visi dan harapan tentang masa depan yang
lebih baik. Nilai- nilai budaya yang diajarkan oleh nenek moyang kita tidak hanya diwarisi
sebagai barang yang sudah jadi yang berhenti dalam kebekuan normatik dan nostalgik,
melainkan harus diperjuangkan dan terus menerus harus kita tumbuhkan dalam dimensi
ruang dan wakru terus berkembang dan berubah.
Dalam kondisi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang sedang dilanda oleh arus
krisis dan disintegrasi, maka Pancasila tidak terhindar dari berbagai macam gugatan,
sinisme, serta pelecehan terhadap kredibilitas dirinya sebagai dasar negara ataupun sebagai
manifestasi identitas nasional. Namun demikian perlu segera kita sadari, bahwa tanpa
suatu platform dalam format dasar negara atau ideologi, maka mustahil suatu negara akan
dapat survive menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang menyertai derasnya arus
globalisasi yang melanda keseluruh dunia.
Melalui revatilisasi Pancasila sebagai wujud pemberdayaan identitas nasional inilah, maka
identitas nasional dalam alur rasioanal- akademik tidak saja berlaku dalam segi tekstual,
melainkan dalam segi kontekstual dieksplorasi sebagai referensi kritik keterbukaan sosial
terhadap berbagai penyimpangan yang melanda masyarakat dewasa ini. Untuk membentuk
jati diri, maka nilai- nilai yang ada tersebut harus digali dulu, misalnya nilai- nlai agama
yang datang dari Tuhan dan nilai- nilai yanga lain misalnya gotong royong, persatuan
kesatuan, saling menghargai menghormati hal ini sangat berarti dalam memperkuat rasa
nasionalisme bangsa. Dengan saling mengerti antar satu dengan yang lain, maka secara
langsung akan memperlihatkan jati diri bangsa kita yang akhirnya mewujudkan identitas
nasional kita.
Sementara itu mengembangkan jati diri bangsa dapat dimulai dari nilai- nilai yang harus
dikembangkan, yaitu nilai- nilai kejujuran, keterbukaan, berani mengambil resiko, harus
bertanggung jawab terhadap apa yang boleh dilakukan, adanya kesepakatan terhadap
sesama. Untuk itu, perlu perjuangan dan ketekunan untuk menyatukan nilai, cipta, rasa dan
karsa itu.
Disinilah letak arti pentingnya penyelengaraan MPK dalam kerangaka pendidikan tinggi,
yaitu untuk mengembangkan dialog budaya dan dialog budaya nasioanal yang menjangkau
jauh kemasa depan. MPK harus kita manfaatkan untuk mengembalikan identitas nasional
yang dalam pergaulan antar bangsa dahulu, kita kenal sebagai bangsa yang palin halus atau
sopan di bumi. Nilai- nilai budaya tersebut mempunyai asumsi dasar. Bahwa menjadi
bangsa Indonesia tidak sekedar masalah kelahiran saja, tetapi juga sebuah pilihan yang
rasioanal dan emosional yang otonom.

D. Pancasila Sebagai Karakter Bangsa


1. Pengertian Karakter Bangsa
Istilah karakter dapat diartikan sebagai daya juang ( daya dorong, daya gerak, dan gaya hidup )
yang berisikan tata nilai kebajikan dan moral yang berpatri dalam diri manusia. Taat nilai
merupakan perpaduan aktualisasi potensi dari dalam diri manusia serta internalisasi nilai- nilai
akhlak dengan moral dari luar ( lingkungan ) yang melandasi pemikiran, sikap, dan prilaku.
Dengan kata lain, karakter adalah nilai kebajikan akhlak dan moral yang terpatri dan menjadi
nilai intrinsik dalam diri manusia yang melandasi pemikiran, sikap dan prilakunya.
Karakter bangsa adalah akumulasi atau sinergi dari karakter individu- individu warga bangsa
yang berproses secara terus menerus dan kemudian mengelompok. Karakter bangsa Indonesia
yang merupakan perwujudan dan pengalaman Pancasila.

2. Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa


Secara etimologo, identitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu identity yang memiliki
pengertian ciri- ciri, tanda- tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang
membedakan dengan yang lain.
Sedangkan kata nasioanal, merupakan identitas yang melekat pada kelompok- kelompok yang
lebih besar dan diikat oleh kesamaan- kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, dan bahsa-
bahasa non fisik, seperti keinginan, cita- cita dan tujuan, konsep identitas nasional pada
akhirnya akan melahirkan tindakan kelompok. Yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau
pergerakan yang diberi atribut- atribut nasional. Kata nasional sendiri tidak bisadilepaskan dari
kemunculan konsep nasionalisme.
Manifestasi identitas nsaional mengandung makna, bahwa pancasila merupakan cara dan
pandangan hidup berbangsa. Konsep tersebut harus dieksplorasikan ke dalam dimensi-
dimensi sebagai berikut:
a. Dimensi realistis
Nilai- nilai yang terkandung dalam pancasila harus diwujudkan sebagai cermin kondisi
yang objektif tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sekolah.
b. Dimensi idealitas
Idealisme yang terkandung didalam Pancasila, bukanlah sekedar utofia tanpa makna,
melainkan nilai- nilai yang hidup, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia
yang dapat membangkitkan optimisme para siswa guna melihat hari depan secara
prospektif, menuju hari esok yang lebih baik.
c. Dimensi fleksibilitas
Pancasila bukanlah barang jadi, yang sudah selesai dan tertutup menuju suatu yang sakral,
melainkan bagi pemikiran baru untuk memenuhi jaman yang terus menerus berkembang.

3. Nasionalisme Sebagai Karakter Bangsa


Pada hakikatnya, nasionalisme merupakan paham yang tumbuh karena perasaan- perasaan
senasib dan sepenanggungan yang senantiasa mendahulukan kepentingan bersama (nasional)
diatas kepentingan individu atau kelompok dengan semangat kebangsaan nasionalisme,
diharapkan bangsa Indonesia bangkit dan bersatu untuk membangun negri dengan kekuatan
dan kemampuan sendiri, serta tetap berpedoman dalam Pancasila dan UUD 1945, dalam
konteks pembangunan bangsa, nasionalisme yang dibutuhkan adalah sebuah sikap
nasionalisme yang mengutamakan etika, moral agama, keadilan, keadaban, dan persatuan
demokrasi, dan kemanusiaan.
Pertama kali munculnya paham nasionalisme Indonesia, terfokus dalam tiga hal pokok , yaitu
identitas kebangsaan atau keIndonesiaan, identitas primoldial atas tanah dan air, dan identitas
primoldial atas tanah dan air, dan identitas primoldial atas bahasa dan persatuan (bahasa
tercermin dalam Indonesia) identitas nasional pada awalnya merupakan ide dan semangat
gerakan pemuda- pemuda yang berhasil mendeklarasikan sumpah pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 saat itulah pertama kali identitas nasioanal muncul secara tegas. Sejak itu
kesadaran nasional semakin meluas, kemudian identitas itu mengkristal menjadi satu asas dari
falsafah negara, yaitu Pancasila, khususnya sila persatuan Indonesia.
Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai- nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku bangsa. Identitas nasional
tersebut dihimpun dalam acuan Pancasila dan rohnya adalah Bhineka Tungal Ika yang menjadi
dasar arah perkembangannya. Nilai- nilai budaya yang tercermin dalam identitas nasional
merupakan suatu bersufat terbuka dan berkembang menuju kemajuan yang dimiliki oleh
masyarakat pendukungnya.

4. Nilai- Nilai Pembentukan Karakter Bangsa


a. Keimanan dan Ketakwaan
Manusia yang bertakwa adalah manusia yang melaksanakan perinah Tuhan yang maha Esa
serta menjauhi semua larangannya. Ia taat melaksanakan ibadah selalu berbuat amal
kebaikan, menjaga hubungan baik dengan sesama gemar bersedekah dan jujur, selain itu
menjauhi diri dari perbuatan dosa dan tercela, misalnya berjudi, memfitnah, mencuri dan
minum- minuman keras dan sebagainya.
b. Kejujuran
Kejujuran menumbuhkan sikap dan prilaku yang mengedepankan ketaatan terhadap nilai-
nilai dan norma- norma yang berlaku sehingga berkata dan berbuat apa adanya oleh karena
itu nilai kejujuran harus terus ditumbuh kembangkan dan di implementasikan dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
c. Kedisiplinan
Kedisplinan merupakan kepatuhan seseorang pada norma dan peraturan yang berlaku,
dengan demikian masyarakat Indonesia sudah memiliki kebiasaan untuk menaati berbagai
peraturan yang berlaku.
d. Keikhlasan
Keikhlasan merupakan menumbuhkan sikap dan tindakan setia yang secara sadar berbuat
sesuai dengan hati nurani tanpa pamrih, keikhlasan menurut ajaran agama adalah bersedia
secara sadar mematuhi dan melaksanakan ajaran atau perintah Tuhan serta menjauhi
larangan.
e. Tanggung Jawab
dalam setiap tugas dan kewajiban selalu diikuti oleh adanya tanggung jawab baik
tanggung jawab secara moral kepada Tuhan YME .

f. Persatuan
Menempatkan kesatuan dan persatuan bangsa diatas kepentingan pribadi atau golongan,
persatuan dan kesatuan dikembangkan dengan memajukan pergaulan atas dasar Bhineka
Tunggal Ika.
g. Saling Menghormati
Sikap saling menghormati sudah mengakar dan membudaya dalam masyarakat Indonesia
dan sikap ini sebagai perekat terhadap budaya atau tradisi budaya yang berbeda diberbagai
daerah.
h. Toleransi
Dalam berkehidupan beragama, bangsa Indonesia menganut agama dan keyakinan yang
berbeda- beda, agar terpelihara hidup rukun dan damai dalam pergaulan hidup masyarakat,
berbangsa dan beragama.
i. Gotong royong
Gotong royong adalah suatu pekerjaan yang dilakukan bersama- sama tanpa pamrih untuk
menyelesaikan suatu kegiatan yang hasilnya dapat bermanfaat bagi semua orang yang
dilandasi raa kekeluargaan
j. Musyawarah
Musyawarah merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan atas dasar
kesepakatan bersama untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
k. Kerja sama
Kerja sama merupakan cirikhas Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai kehidupan,
mulai dari kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
l. Ramah tamah
Bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa Indonesia yang ramah tamah, yang diartikan
sebagai sifat baik hati, baik budi, santun dalam tutur kata,suka bergaul dan menyenangkan
dalam pergaulan.
m. Keserasian
Pada dasarnya kesejahteraan sikap tangguh, terus berjuang dalam kebahagiaan hidup
manusia akan dapat dicapai apabila terdapat keserasian hubungan antara dirinya dengan
Tuhan YME
n. Patriotisme
Patriotisme adalah sikap mental yang dilandasi oleh dasar cinta, siap membela dan rela
berkorban untuk tanah air, bangsa Indonesia dan Negara.
o. Kesederhanaan
Kesederhanaan merupakan sikap mental yang rendah hati dan bersifat sosial, tinkah laku
atau penampilan tutur kata selalu bershaja, sikap sederhana ini merupakan karakter dari
para pejuang bangsa dalam rangka mewujudkan dan mengisi kemerdekaan.
p. Martabat dan harga diri
Martabat merupakan tingkatan harga harkat manusia, kedudukan yang terhormat harga diri
adalah nilai dari nilai manusia.
q. Kerja keras
Kerja keras merupakan prilaku yang mewujudka upaya sunguh- sungguh dalam mencapai
sesuatu yang diharapkan.
r. Pantang menyerah
Pantang menyerah merupakan sikap tangguh, terus berjuang meskipun menghadapi
berbagai rintangan dan tantangan.

5. Perkembangan Karakter Bangsa


Perkembangan karakter dapat dilakukan dengan membentuk kebiasaan (habits forming)
khusunya penanaman kebiasaan baik. Pembangunan karakter sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarkat yang meluas dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembangunan karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dapat dilakukan dalam
berbagai aktivitas diantaranya seperti berikut:
a. Kepedulian sosial

Anda mungkin juga menyukai