Anda di halaman 1dari 29

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/359378257

Makalah PPD Tahap Perkembangan Anak

Conference Paper · March 2022

CITATIONS READS

0 1,193

1 author:

Dyah Ratna Ayuningrum


Universitas Jember
5 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dyah Ratna Ayuningrum on 21 March 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK

Dosen Pengampu :

Dr. Nurul Umamah, M.Pd.

Riza Afita Surya, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Dyah Ratna Ayuningrum (210210302058)

Kelas B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Perkembangan
Pesrerta Didik dengan topik Tahap Perkembangan Anak ini dengan khidmat.. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai perkembangan prilaku peserta didik.
Ucapan terima kasih tak lupa pula kami ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu
kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya,
serta dapat berguna bagi diri kami sendiri maupun orang lain. Sebelumnya, kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca.

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 6
2.1 Perkembangan Fisik Pada Fase Awal, Pertengahan, dan Akhir Anak ....................... 6
A. Perkembangan Fisik Pada Fase Awal ......................................................................... 6
B. Perkembangan Fisik Pada Fase Pertengahan .............................................................. 7
C. Perkembangan Fisik Pada Fase Akhir ........................................................................ 9
2.2. Perkembangan Kognitif Pada Fase Awal, Pertengahan, dan Akhir Anak ................ 10
A. Perkembangan Kognitif Pada Fase Awal ................................................................ 10
B. Perkembangan Kognitif Pada Fase Pertengahan ...................................................... 12
C. Perkembangan Kognitif Pada Fase Akhir ................................................................ 15
2.3. Perkembangan Sosial Pada Fase Awal, Pertengahan dan Akhir Anak .................... 16
A. Perkembangan Sosial Pada Fase Awal ..................................................................... 16
B. Perkembangan Sosial Pada Fase Pertengahan .......................................................... 20
Perkembangan Sosial Pada Fase Akhir ......................................................................... 23
2.3 Faktor Perkembangan Anak .................................................................................... 24
BAB III ........................................................................................................................ 25
PENUTUP ................................................................................................................... 25
1.3 Kesimpulan ........................................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang kompleks. Segala yang ada pada manusia dapat dilihat
pertumbuhan dan perkembangannya baik secara fisik, kognitif maupun psikologi. Dari
awal kehidupan sampai akhir hayat dapat diamati dengan ilmu psikologi. Secara biologis
dimulai dari waktu konsepsi atau pembuahan. Perkembangan manusia tidak dimulai dari
lahirnya ke dunia melainkan sudah ada sejak dalam kandungan.
Perkembangan masa awal anak-anak merupakan hal yang menarik untuk dipelajari.
Perkembangan awal anak-anak dibagi atas empat macam perkembangan, perkembangan
fisik, kognitif, dan psikososial. Perkembangan fisik yang terjadi berawal dari perubahan
tinggi dan berat yang bertambah, perubahan otak terjadi karena pertambahan saraf-saraf
otak, perkembangan motorik, perkembangan kemampuan anak yang terjadi dari anak
mulai dapat berjalan sampai berlari tanpa jatuh, dan kemampuan anak dari membuat
lingkaran hingga menyusun kotak-kotak dengan kompleks. Perkembangan kognitif
merupakan perkembangan memori atau cara berpikir anak dan kemampuan anak dalam
merespon. Perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap proses berpikir anak dan
penyikapan anak terhadap suatu hal. Perkembangan psikososial merupakan kemampuan
untuk beradaptasi terhadap orang lain. Perkembangan ini sangat berpengaruh terhadap
cara anak bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tahapan perkembangan fisik pada fase awal, pertengahan, dan akhir
anak?
2. Bagaimana tahapan perkembangan kognitif pada fase awal, pertengahan, dan
akhir anak?
3. Bagaimana tahapan perkembangan sosial pada fase awal, pertengahan, dan akhir
anak?
4. Apa saja faktor-faktur perkembangan anak?

4
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui perkembangan fisik pada anak


2. Untuk memahami tahapan-tahapan perkembangan kognitif pada anak
3. Untuk memahami tehapan-tahapan perkembangan sosial pada anak
4. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Fisik Pada Fase Awal, Pertengahan, dan Akhir Anak
A. Perkembangan Fisik Pada Fase Awal

(Santrock, 2011 : 240-242)

1. Tinggi dan Berat


Tinggi dan berat rata-rata anak tumbuh 2 inci tingginya dan beratnya
antara 5 dan 7 pon per tahun selama masa kanak-kanak. Ketika usia anak
bertambah, persentase peningkatan tinggi badan dan berat badan menurun
dengan masing-masing tahun tambahan (Darrah, Senthilselvan, & Magill-
Evans, 2009). Anak perempuan hanya sedikit lebih kecil dan lebih ringan
daripada anak laki-laki selama tahun-tahun ini, perbedaan yang berlangsung
sampai pubertas. Selama usia prasekolah, baik anak laki-laki maupun
perempuan membungkuk seraya batang tubuh mereka memanjang. Meskipun
kepala mereka masih agak besar untuk tubuh mereka, pada akhir dari usia
prasekolah kebanyakan anak-anak telah kehilangan penampilan mereka yang
berat. Lemak tubuh juga menunjukkan penurunan yang tetap dan lambat
selama usia prasekolah.
2. Perkembangan Otak
Otak salah satu perkembangan fisik terpenting selama masa kanak-kanak
adalah perkembangan berkelanjutan otak dan sistem saraf (Nelson, 2011).
Meskipun otak terus bertumbuh pada masa kanak-kanak, ia tidak bertumbuh
secepat seperti di masa bayi. Pada usia 3 tahun, otak sudah seukuran tiga
perempat otak orang dewasa. Pada usia 6, otak telah mencapai sekitar 95
persen ukuran dewasa (Lenroot & Giedd, 2006). Oleh karena itu, otak anak 5
tahun hampir seukuran ketika anak itu mencapai dewasa. Berapa perubahan
interior otot melibatkan peningkatan dalam koneksi dendrit sebagaimana
proses meilinisasi yaitu proses pelapisan lemak pada ujung saraf.
3. Perkembangan Motorik
Sebagian besar anak-anak prasekolah akan mengalami keaktifan yang sama
sepanjang masa hidup mereka. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua
yaitu sebagai berikut.

6
• Keterampilan Motorik Kasar, seorang anak prasekolah tidak lagi berusaha
keras hanya untuk berdiri tegak dan berjalan berkeliling. Ketika anak-anak
dapat melangkahkan kakinya secara lebih yakin dan bertindak dengan tujuan
tertentu, dengan sendirinya anak-anak akan melakukan aktivitas berkeliling di
lingkungannya (Edward & Sarwak, 2005 : Gallahhe & Ozmun, 2006).
Ketika berusia 3 tahun, anak-anak gemar melakukan gerakan-gerakan
sederhana seperti melompat serta berlari ke depan dan ke belakang. Semua ini
dilakukan untuk sekedar menyenangkan hati ketika menampilkan aktivitas
tersebut. Mereka begitu bangga ketika memperlihatkan bahwa mereka dapat
berlari melintasi ruangan dan melompat setinggi 6 inci. Pada usia 4 tahun anak-
anak masih menikmati berbagai aktivitas sejenis, namun kini mereka menjadi
lebih berani. Mereka memanjat alat gymnasium yang rendah untuk
memperlihatkan kemampuan atletiknya. Lalu ketika usia 5 tahun, anak-anak
mengembangkan jiwa petualang yang lebih besar lagi dibandingkan ketika
mereka berusia 4 tahun. Anak yang berusia 5 tahun mampu berlari dengan
kencang dan gemar berlomba dengan kawan-kawan sebaya maupun orang
tuanya.
• Keterampilan Motorik Halus, di usia 3 tahun anak-anak sudah mampu
memungut objek-objek yang paling kecil dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuknya meskipun masih canggung. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik
halus anak sudah memperlihatkan kemajuan yang bersifat substansial dan ia
juga menjadi lebih cermat. Kadangkala anak usia 4 tahun mengalami kesulitan
dalam membangun menara yang tinggi dengan menggunakan balok-balok
karena ketika mereka ingin meletakkan setiap balok dengan sempurna mereka
terganggu dengan balok-balok yang telah tersusun. Lalu menginjak usia 5
tahun, koordinasi motorik halus anak telah memperlihatkan kemajuan yang
lebih jauh lagi. Tangan, lengan, dan tubuh dapat bergerak bersama di bawah
komando mata.

B. Perkembangan Fisik Pada Fase Pertengahan

(Papalia, 2011 : 316-319)

1. Tinggi dan Berat

7
Pertumbuhan selama masa kanak-kanak tengah melambat secara
signifikan. Namun, meskipun perubahan hari demi hari mungkin tidak
jelas, mereka menambahkan perbedaan yang mengejutkan antara anak
berusia 6 tahun, yang masih anak-anak kecil, dan anak berusia 11 tahun,
banyak di antaranya sekarang mulai mirip orang dewasa. Anak-anak
tumbuh sekitar 2 sampai 3 inci setiap tahun antara usia 6 dan 11 dan kira-
kira dua kali lipat berat badan mereka selama periode tersebut (McDowell,
Fryar, Odgen, & Flegal, 2008). Anak perempuan mempertahankan lebih
banyak jaringan lemak daripada anak laki-laki, karakteristik yang akan
bertahan sampai dewasa. Rata-rata anak berusia 10 tahun memiliki berat
sekitar 11 pon lebih dari 40 tahun yang lalu-hanya lebih dari 82 pon untuk
anak laki-laki dan 89 pon untuk anak perempuan (Statistik Kesehatan
Nasional, 2008).
2. Perkembangan Otak
Perubahan struktur dan fungsi otak mendukung kemajuan kognitif pada
masa kanak-kanak pertengahan. Pematangan dan pembelajaran di masa
kanak-kanak tengah dan seterusnya bergantung pada penyesuaian koneksi
otak, bersama dengan pemilihan daerah otak yang lebih efisien yang sesuai
untuk tugas-tugas tertentu. Bersama-sama, perubahan ini meningkatkan
kecepatan dan efisiensi proses otak dan meningkatkan kemampuan untuk
menyaring informasi yang tidak relevan (Amso & Casey, 2006).
3. Perkembangan Motorik
Usia 6 tahun, perilaku yang dipilih: anak perempuan superior dalam
akurasi gerakan, anak laki-laki superior dalam gerakan yang bertenaga dan
kurang kompleks, melompat dimungkinkan, anak dapat bermain melempar
tangkap serta langkah yang tepat.
Usia 7 tahun, perilaku yang dipilih: anak bisa melakukan keseimbangan
satu kaki tanpa melihat, anak dapat berjalan diatas balok keseimbangan
sekitar 2 inci, anak dapat melompat dengan akurat kedalam lingkaran
kecil, anak dapat melakukan dengan akurat latihan jumping-jack.
Usia 8 tahun, perilaku yang dipilih: anak dapat memiliki kekuatan
genggaman 12 pon, jumlah permainan yang diikuti oleh dua jenis kelamin
paling banyak terjadi pada usia ini. Anak dapat melakukan lompat ritmis

8
berseling dalam pola 2-2, 2-3, atau 3-3. Anak perempuan dapat melempar
bola kecil 40 kaki.
Usia 9 tahun, perilaku yang dipilih: anak laki-laki dapat berlari 16 kaki
perdetik
Usia 10 tahun, perilaku yang dipilh: anak dapat menilai dan menangkap
arah lontaran bola kecil yang dilemparkan dari jauh, anak perempuan
dapat berlari 17 kaki perdetik
Usia 11 tahun, perilaku yang dipilih: berdiri setelah melompat 5 kaki
mungkin dilakukan oleh anak laki-laki, dan mungkin pula dilakukan oleh
anak perempuan dengan lompatan yang lebih pendek 6 inci.
4. Perkembangan Gigi
Sebagian besar gigi dewasa tumbuh lebih awal pada masa kanak-kanak
pertengahan. Gigi seri mulai rontok keluar pada sekitar usia 6 dan
digantikan oleh gigi permanen pada tingkat sekitar empat gigi per tahun
untuk 5 tahun ke depan.

C. Perkembangan Fisik Pada Fase Akhir

(Jahja, 2011 : 205-206)

1. Tinggi dan Berat


Rata-rata anak perempuan 11 tahun mempunyai tinggi badan 58 inci dan laki-
laki 57,5 inci. Kenaikan berat lebih bervariasi daripada kenaikan tinggi badan
yang berkisar tiga sampai lima pon per tahun. Rata-rata anak perempuan 11
tahun mempunyai berat badan 88,5 pon dan anak laki-laki 85,5 pon.
2. Perbandingan Tubuh
Beberapa perbandingan wajah yang kurang baik menghilang dengan bertambah
besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan merata, bibir semakin berisi,
hidung menjadi lebih besar dan lebih berbentuk, leher menjadi lebih panjang,
dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai memanjang, dan tangan
dan kaki dengan lambat tumbuh membesar.
3. Kesederhanaan
Perbandingan tubuh yang kurang baik yang sangat mencolok pada akhir
kanak-kanak menyebabkan meningkatnya kesederhanaan pada saat ini.
Kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kecenderungan untuk

9
berpakaian seperti temen-temannya tanpa memedulikan pantas tidaknya juga
menambah kesederhanaan.
4. Perbandingan Otak-Lemak
Selama akhir masa kanak-kanak, jaringan lemak berkembang lebih cepat
daripada jaringan otot yang perkembangannya baru mulai melejit pada awal
pubertas. Anak yang berbentuk endomorik jaringan lemaknya jauh lebih
banyak daripada jaringan otot, sedangkan pada tubuh ektomorik tidak terdapat
jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga cenderung tampak kurus.
5. Gigi
Pada permulaan pubertas umumnya seorang anak telah mempunyai 22 gigi
tetap. Keempat gigi terakhir yang disebut gigi kebijaksanaan, muncul selama
masa remaja.

2.2. Perkembangan Kognitif Pada Fase Awal, Pertengahan, dan Akhir Anak

Perkembangan Kognitif Pada Fase Awal

(Piaget, dalam Papalia : 2011) Jean Piaget menyebut anak usia dini sebagai tahap
karena anak-anak usia ini belum siap untuk terlibat dalam operasi mental logis, karena
mereka akan berada dalam tahap pra-operasional konkret di masa kanak-kanak
pertengahan. Tahap pra-operasional berlangsung dari usia dua sampai tujuh tahun,
ditandai dengan perluasan besar dalam penggunaan pemikiran simbolis, atau
kemampuan representasional, yang pertama kali muncul menjelang akhir tahap
sensorimotor.
Kemajuan Kognitif Selama Anak Usia Dini :
1. Penggunaan simbol : Anak-anak tidak perlu berada dalam kontak sensorimotor
dengan objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkannya. Contoh : Simon
bertanya kepada ibunya tentang gajah yang mereka lihat dalam perjalanan mereka
ke sirkus beberapa bulan sebelumnya.
2. Memahami Identitas : Anak-anak sadar bahwa perubahan yang dangkal tidak
mengubah sifat sesuatu. Contoh : Antonio tahu bahwa gurunya berpakaian seperti
seorang bajak laut tetapi masih gurunya di balik kostum.

10
3. Memahami sebab dan akibat : Anak-anak menyadari bahwa peristiwa memiliki
sebab. Contoh : Melihat gulungan bola dari balik dinding, Aneko melihat ke
belakang dinding untuk mengetahui siapa yang menendang bola.
4. Kemampuan mengklasifikasikan : Anak-anak mengatur objek, orang. Dan
peristiwa ke dalam kategori yang bermakna. Contoh : Rosa menyortir buah apel
yang dia kumpulkan menjadi dua permintaan: “besar” dan “kecil.
5. Memahami bilangan : Anak-anak dapat menghitung dan menangani jumlah.
Contoh : Putri berbagi permen dengan teman-temannya, menghitung untuk
memastikan bahwa setiap temannya mendapat jumlah yang sama.
6. Empati : Anak-anak menjadi lebih bisa membayangkan bagaimana perasaan orang
lain. Contoh : Emilio mencoba menghibur temannya saat melihat temannya
sedang kesal.
7. Teori Pikiran : Anak-anak menjadi lebih sadar akan aktivitas mental dan fungsi
pikiran. Contoh : Blanca ingin menyimpan beberapa kue untuk dirinya sendiri,
jadi dia menyembunyikannya dari kakaknya di kotak pasta. Dia tahu kuenya akan
aman di sana karena kakaknya tidak akan mencari di tempat di mana dia tidak
berharap menemukan kue.

Aspek Kematangan Pemikiran Praoperasional (menurut Piaget)

1. Ketidakmampuan untuk melakukan desentrasi : Anak-anak fokus pada satu aspek


dari suatu situasi dan mengabaikan yang lain. Contoh : Yakub menggoda adik
perempuannya bahwa dia memiliki lebih banyak jus daripada dia karena kotak
jusnya telah dituangkan ke dalam gelas yang tinggi dan kurus, tetapi miliknya
telah dituangkan ke dalam gelas yang pendek dan lebar.
2. Ireversibilitas : Anak-anak jatuh untuk memahami bahwa beberapa operasi atau
tindakan dapat dibalik, memulihkan situasi semula. Contoh : Yakub tidak
menyadari bahwa jus di setiap gelas dapat dituangkan kembali ke dalam kotak jus
dari mana ia berasal, bertentangan dengan klaimnya bahwa dia memiliki lebih dari
saudara perempuannya.
3. Fokus pada keadaan daripada pada transformasi : Anak-anak gagal untuk
memahami pentingnya transformasi antar negara. Contoh : dalam tugas
konservasi, Jacob tidak mengerti bahwa mengubah bentuk cairan ( dituangkan
dari satu wadah ke wadah lain) tidak mengubah jumlahnya.

11
4. Penalaran Transduktif : Anak-anak tidak menggunakan penalaran deduktif atau
induktif: sebaliknya mereka melompat dari satu hal tertentu ke hal lain dan
melihat sebab yang tidak ada. Contoh ; Luis jahat pada adiknya. Kemudian dia
jatuh sakit. Luis menyimpulkan bahwa dia membuat saudara perempuannya sakit.
5. Egosentrisme : Anak-anak menganggap semua orang lain berpikir memahami, dan
merasakan seperti yang mereka lakukan. Contoh : Kara tidak menyadari bahwa
dia perlu membalik buku agar ayahnya dapat melihat gambar yang dia minta
untuk dijelaskan kepadanya. Sebaliknya, dia memegang buku itu tepat di
depannya, jadi hanya dia yang bisa melihatnya.
6. Animisme : Anak-anak menghubungkan kehidupan dengan benda mati.
Contoh : Amanda mengatakan bahwa musim semi sedang mencoba untuk datang
tetapi musim dingin berkata, "Aku tidak akan pergi! Aku tidak akan pergi!"
7. Ketidakmampuan untuk membedakan penampilan dari kenyataan : Anak-anak
bingung apa yang nyata dengan penampilan luar. Contoh : Adi bingung dengan
spons yang dibuat agar terlihat seperti batu. Dia menyatakan bahwa itu terlihat
seperti batu dan itu benar-benar batu.

Perkembangan Kognitif Pada Fase Pertengahan

( Piaget, dalam Papalia : 2011) Pada sekitar usia 7 tahun, menurut Piaget, anak-anak
memasuki tahap operasional konkret dan mulai menggunakan operasi mental untuk
memecahkan masalah konkret (aktual). Anak-anak sekarang dapat berpikir logis
karena mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek dari suatu situasi. Namun,
pemikiran mereka masih terbatas pada situasi nyata di sini dan sekarang.
Kemajuan Kognitif
1. Hubungan Spasial dan Kausalitas
Mengapa banyak anak usia 6 atau 7 tahun dapat menemukan jalan mereka ke
dan dari sekolah, sedangkan kebanyakan anak yang lebih kecil tidak bisa? Salah
satu alasannya adalah agar anak pada tahap operasi konkret dapat lebih baik.
memahami hubungan spasial. Mereka memiliki gagasan yang lebih jelas tentang
seberapa jauh jarak dari satu tempat ke tempat lain dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk sampai ke sana, dan mereka dapat lebih mudah mengingat rute
dan landmark di sepanjang jalan. Pengalaman berperan dalam perkembangan ini:
Seorang anak yang berjalan kaki ke sekolah menjadi lebih akrab dengan
lingkungannya.

12
Baik kemampuan untuk memahami peta dan model maupun kemampuan
untuk mengkomunikasikan informasi spasial meningkat seiring bertambahnya
usia (Gauvain, 1993). Begitu juga penilaian tentang sebab dan akibat. Ketika anak
berusia 5 hingga 12 tahun diminta untuk memprediksi bagaimana pengungkit dan
timbangan keseimbangan. akan tampil dalam berbagai kondisi, anak-anak yang
lebih besar memberikan jawaban yang lebih benar. Anak-anak memahami
pengaruh atribut fisik (jumlah objek di setiap sisi skala) lebih awal daripada
mereka mengenali pengaruh faktor spasial (jarak objek dari pusat skala) (Amsel,
Goodman, Savoie, & Clark, 1996).
2. Kategorisasi
Kemampuan untuk mengkategorikan membantu anak-anak berpikir logis.
Kategorisasi mencakup kemampuan yang relatif canggih seperti seriasi, inferensi
transitif, dan inklusi kelas, yang meningkat secara bertahap antara anak usia dini
dan menengah. Anak-anak menunjukkan bahwa mereka memahami pengurutan
ketika mereka dapat mengatur objek dalam rangkaian menurut satu atau lebih
dimensi, seperti panjang (terpendek ke terpanjang) atau warna (paling terang ke
paling gelap). Pada usia 7 atau 8 tahun, anak-anak dapat memahami hubungan di
antara sekelompok tongkat yang terlihat dan mengaturnya dalam urutan ukuran
(Piaget, 1952).
Inferensi transitif adalah kemampuan untuk menyimpulkan hubungan antara
dua objek dari hubungan antara masing-masing objek dan objek ketiga (misalnya,
jika a > b, dan b> c, maka a > c). Catherine diperlihatkan tiga tongkat: yang
kuning, yang hijau, dan yang biru. Dia ditunjukkan bahwa tongkat kuning lebih
panjang dari yang hijau, dan yang hijau lebih panjang dari yang biru. Tanpa
membandingkan secara fisik tongkat kuning dan biru, dia langsung mengatakan
bahwa yang kuning lebih panjang dari yang biru (Chapman & Linden berger,
1988; Piaget & Inhelder, 1967).
3. Penalaran Induktif dan Deduktif
Menurut Piaget, anak dalam tahap operasi konkret hanya menggunakan
penalaran induktif. Dimulai dengan pengamatan tentang anggota tertentu dari
kelas orang, hewan, objek, atau peristiwa, mereka menarik kesimpulan umum
tentang kelas secara keseluruhan. ("Anjing saya menggonggong. Begitu juga
anjing Terry dan anjing Melissa. Jadi sepertinya semua anjing menggonggong.")
Kesimpulan induktif harus tentatif karena selalu mungkin untuk menemukan

13
informasi baru (anjing yang tidak menggonggong) yang tidak menggonggong.
tidak mendukung kesimpulan.
Penalaran deduktif, yang diyakini Piaget tidak berkembang sampai masa
remaja, dimulai dengan pernyataan umum (premis) tentang suatu kelas dan
menerapkannya pada anggota kelas tertentu. Jika premisnya benar untuk seluruh
kelas dan alasannya masuk akal, maka kesimpulannya harus benar: "Semua anjing
menggonggong. Bintik adalah anjing. Bintik menggonggong."
4. Konservasi
Dalam memecahkan berbagai jenis masalah konservasi, anak-anak dalam tahap
operasi konkret dapat menemukan jawabannya di kepala mereka; mereka tidak
harus mengukur atau menimbang benda. Jika salah satu dari dua bola tanah liat
yang identik digulung atau diremas menjadi bentuk yang berbeda-katakanlah.
seekor ular panjang dan kurus-Felipe, yang sedang dalam tahap operasi konkret,
akan mengatakan bahwa bola dan ular itu masih mengandung jumlah tanah liat
yang sama. Stacy, yang berada dalam tahap praoperasi, tertipu oleh penampilan.
Dia mengatakan gulungan panjang dan tipis mengandung lebih banyak tanah liat
karena terlihat lebih panjang.
Biasanya, anak-anak dapat memecahkan masalah yang melibatkan konservasi
zat, seperti ini, sekitar usia 7 atau 8. Namun, dalam tugas-tugas yang melibatkan
konservasi berat-di mana mereka ditanya, misalnya, apakah bola dan ular
memiliki berat yang sama- anak-anak biasanya tidak memberikan jawaban yang
benar sampai sekitar usia 9 atau 10. Dalam tugas-tugas yang melibatkan
konservasi volume-di mana anak-anak harus menilai apakah ular dan bola
memindahkan jumlah cairan yang sama ketika ditempatkan dalam segelas air-
jawaban yang benar adalah jarang terjadi sebelum usia 12 tahun. Istilah Piaget
untuk inkonsistensi ini pengembangan berbagai jenis konservasi adalah décalage
horizontal. Pemikiran anak-anak pada tahap ini sangat konkrit, sangat erat
kaitannya dengan situasi tertentu, sehingga mereka tidak dapat dengan mudah
mentransfer apa yang telah mereka pelajari tentang satu jenis konservasi ke jenis
yang lain, meskipun prinsip dasarnya sama.
5. Nomor dan Matematika
Pada usia 6 atau 7 tahun, banyak anak dapat menghitung dalam kepala mereka.
Mereka juga belajar menghitung: untuk menambahkan 5 dan 3, mereka mulai
menghitung pada 5 dan kemudian melanjutkan ke 6, 7, dan 8 untuk menambahkan

14
3. Mungkin diperlukan 2 atau 3 tahun lagi bagi mereka untuk melakukan operasi
yang sebanding untuk pengurangan, tetapi pada usia 9 kebanyakan anak dapat
menghitung dari angka yang lebih kecil atau turun dari angka yang lebih besar
untuk mendapatkan jawabannya (Resnick, 1989).

Perkembangan Kognitif Pada Fase Akhir

(Piaget, dalam Santrock : 2011)


1. Teori Perkembangan
Piaget mengatakan bahwa tahap pemikiran operasional konkret mencirikan
anak-anak dari sekitar 7 sampai 11 tahun. Selama tahap ini, anak-anak mampu
mengkonkretkan komervasi operasi, klasifikasi, seriasi, dan transitivitas
Kritikus berpendapat bahwa muncul pada saat yang sama, dan bahwa
pendidikan dan budaya memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap
perkembangan dari prediksi Plaget. Neo-Piagetian lebih menekankan pada
bagaimana pembagian masalah kognitif menjadi langkah-langkah yang lebih
tepat.
2. Memproses Informasi
Kecerdasan terdiri dari keterampilan memecahkan masalah dan kemampuan
untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Ketertarikan
pada kecerdasan seringkali berfokus pada perbedaan dan penilaian individu.
Tes kecerdasan yang banyak digunakan saat ini termasuk tes Stanford-Binet
dan skala Wechsler. Hasil dari pengujian ini dapat dilaporkan dalam bentuk 10
keseluruhan atau dalam hal kinerja pada area pengujian tertentu. Sternberg
mengusulkan bahwa kecerdasan datang dalam tiga bentuk utama: analitis,
kreatif, dan praktis Ganiner mengusulkan bahwa ada delapan jenis kecerdasan:
verbal, matematika, spasial, kinestetik tubuh, interpersonal, musik
intrapersonal dan naturalis. Pendekatan kecerdasan ganda telah memperluas
konsepsi kita tentang kecerdasan, tetapi para kritikus berpendapat bahwa dasar
penelitian untuk pendekatan ini tidak mapan. Skor IQ dipengaruhi oleh
genetika dan karakteristik lingkungan. Orang tua, lingkungan rumah, sekolah,
dan program intervensi dapat mempengaruhi.
3. Kecerdasan Ekstrim
Retardasi mental melibatkan IQ rendah dan masalah dalam beradaptasi dengan
kehidupan sehari-hari. Salah satu klasifikasi keterbelakangan mental

15
membedakan kelainan organik dan budaya-keluarga, Individu yang dikaruniai
memiliki kecerdasan di atas rata-rata (10 dari 130 atau lebih tinggi) dan/atau
dongeng superior untuk sesuatu. Tiga karakteristik anak berbakat adalah
dewasa sebelum waktunya, berbaris dengan drummer mereka sendiri dan
hasrat untuk menguasai domain mereka. Bakat kemungkinan merupakan
konsekuensi dari keturunan dan lingkungan. Perubahan perkembangan
mencirikan keberbakatan dan semakin ditekankan aspek spesifik domain dari
keberbakatan. Kekhawatiran ada tentang pendidikan anak-anak yang berbakat.

2.3. Perkembangan Sosial Pada Fase Awal, Pertengahan dan Akhir Anak
A. Perkembangan Sosial Pada Fase Awal

( Papalia, 2011 : 282-285)

1) Konsep Diri dan Perkembangan Kognitif


Konsep diri adalah gambaran total kita tentang kemampuan dan sifat kita.
Ini adalah “sebuah konstruksi kognitif, sebuah sistem representasi deskriptif
dan evaluatif tentang diri,” yang menentukan bagaimana perasaan kita tentang
diri kita sendiri dan memandu tindakan kita (Harter, 1996, hlm. 207).
Pengertiannya
Diri juga memiliki aspek sosial: anak-anak memasukkan ke dalam citra diri
mereka pertumbuhan mereka Pemahaman tentang bagaimana orang lain
melihat mereka. Konsep diri mulai menjadi fokus pada masa balita, ketika
anak-anak mengembangkan kesadaran diri. Ini menjadi lebih jelas ketika
seseorang memperoleh kemampuan kognitif dan berurusan dengan tugas-tugas
perkembangan masa kanak-kanak, remaja, dan kemudian dewasa.
 Perubahan Definisi Diri: Lima hingga Tujuh Pergeseran
Definisi diri anak-anak cara mereka menggambarkan diri mereka
sendiri biasanya berubah antara sekitar usia 5 dan 7, mencerminkan
perkembangan konsep diri. Pada usia 4 tahun kebanyakan berbicara
tentang perilaku yang konkret dan dapat diamati; karakteristik
eksternal, seperti fitur fisik: preferensi; harta benda; dan anggota rumah
tangganya. Dia menyebutkan keterampilan tertentu (memanjat)
daripada kemampuan umum (menjadi atletik). Deskripsi dirinya tidak
realistis secara istik positif. Tidak sampai sekitar usia 7 tahun dia akan
menggambarkan dirinya dalam hal sifat-sifat umum, seperti populer,

16
pintar, atau bodoh; menyadari bahwa dia dapat memiliki emosi yang
saling bertentangan; dan bersikap kritis terhadap diri sendiri sambil
memegang konsep diri yang positif secara keseluruhan.
 Perbedaan Budaya dalam Definisi Diri
Orang tua mengirimkan, seringkali melalui percakapan sehari-hari,
ide-ide budaya dan keyakinan tentang bagaimana mendefinisikan diri.
Misalnya, orang tua Cina cenderung mendorong aspek-aspek diri yang
saling bergantung: kepatuhan terhadap otoritas, perilaku yang pantas,
kerendahan hati, dan rasa memiliki dalam komunitas. Orang tua Eropa
Amerika mendorong aspek mandiri dari diri: individualitas, ekspresi
diri, dan harga diri.
2) Harga diri
Harga diri adalah bagian evaluatif dari konsep diri, penilaian yang dibuat anak-
anak tentang harga diri mereka secara keseluruhan. Harga diri didasarkan pada
kemampuan kognitif anak-anak yang berkembang untuk menggambarkan dan
mendefinisikan diri mereka sendiri.
 Perubahan Perkembangan Harga Diri
Meskipun anak-anak pada umumnya tidak berbicara tentang konsep
harga diri sampai sekitar usia 8 tahun, anak-anak yang lebih kecil
sering kali menunjukkan melalui perilaku mereka bahwa mereka
memilikinya. Dalam sebuah penelitian di Belgia. (Verschueren, Buyck,
& Marcoen, 2001), peneliti mengukur berbagai aspek persepsi diri anak
usia 5 tahun, seperti penampilan fisik, kompetensi skolastik dan atletik,
penerimaan sosial, dan perilaku perilaku. Persepsi diri positif atau
negatif anak-anak pada usia 5 tahun cenderung memprediksi persepsi
diri dan fungsi sosioemosional mereka pada usia 8 tahun. Namun,
sebelum shift 5 hingga 7, harga diri anak kecil belum tentu didasarkan
pada kenyataan. Mereka cenderung menerima penilaian orang dewasa,
yang sering memberikan penilaian positif, tanpa kritik umpan balik,
dan dengan demikian anak-anak dapat melebih-lebihkan kemampuan
mereka (Harter, 1990, 1993, 1996, 1998).
 Harga Diri Kontingen: Pola "Tidak Berdaya"

17
Harga diri tinggi, seorang anak termotivasi untuk berprestasi.
Namun, jika harga diri bergantung pada kesuksesan, anak-anak
mungkin melihat kegagalan atau kritik sebagai tuduhan atas nilai
mereka dan mungkin merasa tidak berdaya untuk melakukan yang lebih
baik. Sekitar sepertiga hingga setengah dari anak-anak prasekolah,
taman kanak-kanak, dan siswa kelas satu terkadang menunjukkan
unsur-unsur pola "tidak berdaya" ini. disebut sebagai
"ketidakberdayaan yang dipelajari" (Burhans & Dweck, 1995; Ruble &
Dweck, 1995). Alih-alih mencoba cara lain untuk menyelesaikan teka-
teki, seperti yang mungkin dilakukan anak dengan harga diri tanpa
syarat, anak-anak yang "tidak berdaya" merasa malu dan menyerah.
Mereka tidak berharap untuk berhasil, jadi mereka tidak mencoba.
Sementara anak-anak yang lebih tua yang gagal mungkin
menyimpulkan bahwa mereka "bodoh", anak-anak prasekolah
menafsirkan kinerja yang buruk sebagai tanda "buruk". Terlebih lagi,
perasaan menjadi orang jahat ini dapat bertahan hingga dewasa.
Anak-anak yang harga dirinya bergantung pada kesuksesan
cenderung menjadi demoralisasi ketika mereka gagal. Seringkali anak-
anak ini mengaitkan kinerja yang buruk atau penolakan sosial dengan
kekurangan kepribadian mereka, yang mereka yakini tidak dapat
diubah. Alih-alih mencoba strategi baru, mereka mengulangi strategi
yang gagal atau menyerah begitu saja. Anak-anak dengan harga diri
noncontingent, sebaliknya, cenderung mengaitkan kegagalan atau
kekecewaan dengan faktor-faktor di luar diri mereka atau kebutuhan
untuk berusaha lebih keras. Jika awalnya tidak berhasil atau ditolak,
mereka bertahan, mencoba strategi baru sampai mereka menemukan
strategi yang berhasil (Erdley, Cain, Loomis, Dumas-Hines, & Dweck,
1997; Harter, 1998; Pomerantz & Saxon, 2001). Anak-anak dengan
harga diri tinggi cenderung memiliki orang tua dan guru yang
memberikan umpan balik yang spesifik dan terfokus daripada
mengkritik anak sebagai pribadi.
3) Memahami dan Mengatur Emosi
Kemampuan untuk memahami dan mengatur, atau mengontrol,
perasaan seseorang merupakan salah satu kunci kemajuan anak usia

18
dini (Dennis, 2006). Anak-anak yang dapat memahami emosinya lebih
mampu mengontrol cara mereka menunjukkannya dan peka terhadap
perasaan orang lain (Garner & Power, 1996). Pengaturan diri emosional
membantu anak-anak membimbing perilaku mereka (Laible &
Thompson, 1998) dan berkontribusi pada kemampuan mereka untuk
bergaul dengan orang lain (Denham et al., 2003). Ini juga membantu
anak-anak menyesuaikan respons mereka untuk memenuhi harapan
masyarakat; menjadi bahagia dan menunjukkan penghargaan atas
hadiah yang mungkin tidak mereka sukai adalah contoh dari jenis
pengaturan diri emosional. Mumme, & Campos, 1998). Mereka
memahami bahwa seseorang yang mendapatkan apa yang
diinginkannya akan bahagia, dan seseorang yang tidak mendapatkan
apa yang diinginkannya akan sedih (Lagattuta, 2005).
Pemahaman emosional menjadi lebih kompleks seiring
bertambahnya usia. Dalam sebuah penelitian, 32 anak kelas menengah
yang sebagian besar berusia 4 hingga 8 tahun dan 32 orang dewasa
diminta untuk memberi tahu, misalnya, bagaimana perasaan seorang
anak laki-laki jika bolanya menggelinding ke jalan dan dia mengambil
atau menahan diri untuk mengambilnya. . Hasilnya mengungkapkan
"pergeseran 5 ke 7" dalam pemahaman emosional seperti yang
ditemukan untuk pengembangan konsep diri. Anak usia 4 dan 5 tahun
cenderung percaya.
 Memahami Emosi yang Bertentangan
Salah satu alasan kebingungan anak-anak yang lebih kecil tentang
perasaan mereka adalah bahwa mereka tidak mengerti bahwa mereka
dapat mengalami reaksi emosional yang berlawanan pada saat yang
sama. Perbedaan individu dalam memahami emosi yang bertentangan
terlihat pada usia 3. Dalam sebuah penelitian, anak berusia 3 tahun
yang dapat mengidentifikasi apakah wajah tampak bahagia atau sedih
dan yang dapat mengetahui bagaimana perasaan boneka ketika
memerankan situasi yang melibatkan kebahagiaan, kesedihan,
kemarahan, atau ketakutan lebih mampu di akhir taman kanak-kanak
untuk menjelaskan emosi karakter cerita yang saling bertentangan.
Anak-anak ini cenderung berasal dari keluarga yang sering membahas
19
mengapa orang berperilaku seperti itu (Brown & Dunn, 1996).
Sebagian besar anak memperoleh pemahaman yang lebih canggih
tentang emosi yang saling bertentangan selama masa kanak-kanak
tengah (Harter, 1996)
 Memahami Emosi yang Diarahkan pada Diri Sendiri
Emosi yang diarahkan pada diri sendiri, seperti rasa bersalah, malu,
dan bangga, biasanya berkembang pada akhir tahun ke-3, setelah anak-
anak memperoleh kesadaran diri dan menerima standar perilaku yang
telah ditetapkan orang tua mereka. Namun, bahkan anak-anak beberapa
tahun lebih tua sering kekurangan kecanggihan kognitif untuk
mengenali emosi ini dan apa yang membawa mereka (Kestenbaum &
Gelman, 1995). Dalam satu penelitian (Harter, 1993), anak usia 4
sampai 8 tahun diberitahu dua cerita. Dalam cerita pertama. seorang
anak mengambil beberapa koin dari toples setelah diberitahu untuk
tidak melakukannya; dalam cerita kedua, seorang anak melakukan
gerakan senam yang sulit—memukul palang. Pada usia 4 hingga 5
tahun, anak-anak tidak mengatakan bahwa mereka atau orang tua
mereka akan merasa bangga atau malu. Sebaliknya mereka
menggunakan istilah seperti “khawatir” atau “takut” (untuk insiden
toples uang) dan “bersemangat” atau “bahagia” (tentang pencapaian
senam). Pada usia 5 hingga 6 tahun, anak-anak mengatakan orang tua
mereka akan malu atau bangga pada mereka tetapi tidak mengakui
perasaan itu sendiri. Pada usia 6 sampai 7, anak-anak mengatakan
mereka akan merasa malu atau bangga, tetapi hanya jika mereka
diamati. Baru pada usia 7 atau 8 tahun anak-anak mengatakan bahwa
mereka akan merasa malu atau bangga pada diri mereka sendiri
meskipun tidak ada yang melihat mereka.

B. Perkembangan Sosial Pada Fase Pertengahan

(Papalia, 2011 : 366-367)

a. Pengembangan Konsep Diri: Sistem Representasi “Di sekolah”


Saya merasa cukup pintar dalam mata pelajaran tertentu, Seni Bahasa dan
Ilmu Sosial," kata Lisa yang berusia 8 tahun. "Saya mendapat nilai A dalam mata

20
pelajaran ini di rapor terakhir saya dan sangat bangga pada diri saya sendiri. Tapi
saya merasa sangat bodoh di Aritmatika dan Sains, terutama ketika saya melihat
seberapa baik prestasi anak-anak lain.... Saya masih suka diriku sebagai pribadi,
karena Aritmatika dan Sains tidak begitu penting bagi saya. Bagaimana
penampilan saya dan seberapa populer saya lebih penting" (Harter, 1996, hlm.
208). Sekitar usia 7 atau 8 tahun, anak-anak mencapai tahap ketiga perkembangan
konsep diri yang diperkenalkan di Bab 11. Pada saat ini penilaian tentang diri
menjadi lebih sadar, realistis, seimbang, dan komprehensif ketika anak-anak
membentuk sistem representasional: konsep diri yang luas dan inklusif yang
mengintegrasikan berbagai aspek diri (Harter, 1993, 1996, 1998). Kami melihat
perubahan ini dalam deskripsi diri Lisa. Dia sekarang dapat fokus pada lebih dari
satu dimensi dirinya. Dia telah melampaui definisi dirinya yang serba hitam atau
putih sebelumnya. Sekarang dia menyadari bahwa dia bisa menjadi "pintar" dalam
mata pelajaran tertentu dan "bodoh" dalam mata pelajaran lain. Dia dapat
mengungkapkan konsep dirinya dengan lebih baik, dan dia dapat menimbang
aspek yang berbeda darinya. Dia dapat membandingkan dirinya yang sebenarnya
dengan dirinya yang ideal dan dapat menilai seberapa baik dia memenuhi standar
sosial dibandingkan dengan orang lain. Semua perubahan ini berkontribusi pada
pengembangan harga diri, penilaiannya tentang harga dirinya secara global ("Saya
masih menyukai diri saya sebagai pribadi").
b. Harga diri
Menurut Erikson (1982), penentu utama harga diri adalah pandangan anak-anak
tentang kapasitas mereka untuk pekerjaan yang produktif. Tahap keempat
perkembangan psikososial ini berfokus pada industri versus inferioritas. Masa
kanak-kanak tengah adalah masa ketika anak-anak harus mempelajari
keterampilan yang dihargai dalam masyarakat mereka. Anak laki-laki Arapesh di
New Guinea belajar membuat busur dan anak panah dan memasang perangkap
untuk tikus; Gadis-gadis Arapesh belajar menanam, menyiangi, dan memanen.
Anak-anak Inuit Alaska belajar berburu dan memancing. Anak-anak di negara-
negara industri belajar membaca, menulis, berhitung, dan menggunakan
komputer. Kebajikan yang mengikuti resolusi yang berhasil dari tahap ini adalah
kompetensi, pandangan tentang diri sebagai mampu menguasai keterampilan dan
menyelesaikan tugas. Jika anak merasa tidak mampu dibandingkan dengan rekan-
rekan mereka, mereka mungkin mundur ke pelukan pelindung keluarga. Jika, di

21
sisi lain tangan, mereka menjadi terlalu rajin, mereka mungkin mengabaikan
hubungan sosial dan berubah menjadi pecandu kerja.
c. Pertumbuhan Emosional dan Perilaku Prososial
Ketika anak-anak tumbuh dewasa, mereka lebih menyadari perasaan mereka
sendiri dan orang lain. Mereka dapat mengatur atau mengontrol emosi mereka
dengan lebih baik dan dapat merespons tekanan emosional orang lain (Saarni et
al., 1998). Pada usia 7 atau 8, anak-anak biasanya menyadari perasaan malu dan
bangga, dan mereka memiliki gagasan yang lebih jelas tentang perbedaan antara
rasa bersalah dan malu (Harris, Olthof, Meerum Terwogt, & Hardman, 1987;
Olthof, Schouten, Kuiper, Stegge, & Jennekens-Schinkel, 2000). Emosi ini
mempengaruhi pendapat mereka tentang diri mereka sendiri (Harter, 1993, 1996).
Anak-anak juga memahami emosi mereka yang saling bertentangan. Seperti yang
Lisa katakan, "Kebanyakan anak laki-laki di sekolah cukup menjijikkan. Saya
tidak merasa seperti itu tentang adik laki-laki saya Jason, meskipun dia membuat
saya gugup. Saya mencintainya tetapi pada saat yang sama, dia juga melakukan
hal-hal yang membuat saya marah Tapi saya mengendalikan emosi saya, saya
akan malu pada diri sendiri jika saya tidak "(Harter, 1996, hal. 208).
Pada masa kanak-kanak pertengahan, anak-anak menyadari aturan budaya
mereka untuk ekspresi emosi yang dapat diterima (Cole et al., 2002). Anak-anak
belajar apa yang membuat mereka marah, takut, atau sedih dan bagaimana orang
lain bereaksi terhadap tampilan emosi ini, dan mereka belajar untuk berperilaku
sesuai. Ketika orang tua menanggapi tampilan emosi negatif dengan penolakan
atau hukuman, emosi seperti kemarahan dan ketakutan dapat menjadi lebih intens
dan dapat mengganggu penyesuaian sosial anak-anak (Fabes, Leonard, Kupanoff,
& Martin, 2001). Atau anak-anak mungkin menjadi tertutup dan cemas tentang
perasaan negatif mereka. Saat anak-anak mendekat. masa remaja awal, intoleransi
orang tua terhadap emosi negatif dapat meningkatkan konflik orang tua-anak
(Eisenberg et al., 1999). Anak-anak cenderung menjadi lebih empatik dan lebih
cenderung berperilaku prososial di masa kanak-kanak tengah. Empati tampaknya
“terprogram” ke dalam otak anak-anak normal. Anak-anak dengan harga diri
tinggi cenderung lebih bersedia menjadi sukarelawan untuk membantu mereka
yang kurang beruntung, dan menjadi sukarelawan, pada gilirannya, membantu
membangun harga diri (Karafantis & Levy, 2004). Anak prososial cenderung

22
bertindak tepat dalam situasi sosial, relatif bebas dari emosi negatif, dan
mengatasi masalah secara konstruktif (Eisenberg, Fabes, & Murphy, 1996).

Perkembangan Sosial Pada Fase Akhir

(Jahja, 2011 : 208-210)


a) Ciri Geng Anak-anak
• Geng anak-anak merupakan kelompok bermain.
• Untuk menjadi anggota geng, anak harus diajak.
• Anggota geng terdiri dari jenis kelamin yang sama.
• Pada mulanya geng terdiri dari tiga atau empat anggota, tetapi jumlah
ini meningkat dengan bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat pada
olaholahrag
•Geng anak laki-laki sering terlibat dalam perilaku sosial buruk
daripada anak perempuan.
• Kegiatan geng yang populer meliputi permainan dan olahraga, pergi ke
bioskop, dan berkumpul untuk bicara atau makan bersama.
• Geng mempunyai pusat tempat pertemuan, biasanya yang jauh dari
pengawasan orang-orang dewasa.
• Sebagian besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan,
misalnya anggota kelompok memakai pakaian yang sama.
• Pemimpin geng mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal lebih
unggul daripada anggota-anggota yang lain.
b) Efek dari keanggotaan kelompok
Pertama, menjadi anggota geng sering kali menimbulkan pertentangan dengan
orang tua dan penolakan terhadap standar orang tua.
Kedua, permusuhan antara anak laki-laki dan perempuan sema-
kin meluas.
Ketiga, kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka
terhadap anak yang berbeda.
Keempat, dalam banyak hal merupakan akibat yang paling merusak, ialah cara
anak memperlakukan anak-anak yang bukan anggota geng. Sekali anak-anak
telah membentuk geng, mereka sering kali bersikap kejam kepada anak-anak
yang tidak dianggap sebagai anggota geng.
c) Teman pada masa akhir kanak-kanak

23
Seperti halnya dengan masa awal kanak-kanak, teman pada akhir masa kanak-
kanak terdiri dari rekan, teman bermain, atau teman baik. Biasanya yang
dipilih ialahvyang dianggap serupa dengan dirinya sendiri dan memenuhi
kebutuhan. Terdapat kecenderungan yang kuat bagi anak-anak untuk memilih
teman dari kelasnya sendiri di sekolah.
d) Perlakuan teman
Perlakuan yang kurang baik tidak hanya ditujukan kepada anak yang bukan
anggota kelompok. Pola yang sama juga terdapat dalam persahabatan anak-
anak, sehingga persahabatan mereka jarang yang tetap.
e) Status sosiometri
Sebelum akhir masa kanak-kanak berakhir sebagian besar anak-anak tidak
hanya menyadari status sosiometri mereka, yaitu status yang mereka senangi
pada kelompok sosial, tetapi juga status sosiometri dari teman-teman sebaya
mereka.
f) Pemimpin pada masa akhir kanak-kanak
Anak yang dipilih oleh teman-temannya untuk berperan sebagai pemimpin
pada masa akhir kanak-kanak, mendekati ideal kelompok. Ia tidak hanya
disukai oleh sebagian besar anggota kelompok, tetapi juga memiliki ciri-ciri
yang dikagumi.

2.3 Faktor Perkembangan Anak


1. Budaya dan Ras
Budaya mengacu pada cara hidup total suatu masyarakat atau kelompok, termasuk
adat istiadat, tradisi, hukum, pengetahuan, kepercayaan, nilai, bahasa, dan produk
fisik, dari alat hingga karya seni-semua perilaku dan sikap yang dipelajari, dibagikan,
dan ditransmisikan di antara anggota kelompok sosial. Budaya terus berubah,
seringkali melalui kontak dengan budaya lain. Saat ini kontak budaya di antara orang
dewasa dan anak-anak sama-sama ditingkatkan oleh komputer dan telekomunikasi; e-
mail, pesan teks, dan pesan instan menawarkan komunikasi yang hampir seketika di
seluruh dunia, dan layanan digital. Pola etnis dan budaya mempengaruhi
perkembangan anak melalui pengaruhnya terhadap komposisi rumah tangga, sumber
daya ekonomi dan sosialnya, cara anggotanya bertindak terhadap satu sama lain,
makanan yang mereka makan, permainan yang dimainkan anak-anak, cara mereka
belajar. Seberapa baik mereka melakukannya di sekolah, pekerjaan yang dilakukan

24
orang dewasa, dan cara keluarga. Anggota memikirkan dan memahami dunia.
(Papalia, 2011)
2. Faktor hereditas (warisan sejak lahir/bawaan).
Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia
lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-
bapak atau nenek dan kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang
terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-
sifat atau watak dan penyakitnya.7 Faktor keturunan yang merupakan pembawaan
sejak lahir atau berdasarkan keturunan. Seperti : Konstruksi dan struktur fisik,
kecakapan potensial (bakat dan kecerdasan) (Papalia, 2011)
3. Faktor lingkungan
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Lingkungan
adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik,
masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar
dengan iklimnya, flora,dan sebagainya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan bergantung pada keadaan lingkungan anak itu
sendiri serta jasmani dan rohaninya. (Fitri, 2019)
4. Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis. (Fitri,2019)
5. Aktifitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kapanpun seleksi, bisa
menolak, atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri.(Fitri,
2019)

BAB III
PENUTUP

1.3 Kesimpulan
Perkembangan fisik yang terjadi berawal dari perubahan tinggi dan berat
yang bertambah, perubahan otak terjadi karena pertambahan saraf-saraf otak,
perkembangan motorik, perkembangan kemampuan anak yang terjadi dari

25
anak mulai dapat berjalan sampai berlari tanpa jatuh, dan kemampuan anak
dari membuat lingkaran hingga menyusun kotak-kotak dengan kompleks.
Perkembangan kognitif merupakan perkembangan memori atau cara berpikir
anak dan kemampuan anak dalam merespon. Perkembangan kognitif sangat
berpengaruh terhadap proses berpikir anak dan penyikapan anak terhadap suatu
hal. Perkembangan psikososial merupakan kemampuan untuk beradaptasi
terhadap orang lain. Perkembangan ini sangat berpengaruh terhadap cara anak
bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John. W. 2011. Life- Span Development. New York : McGraw-Hill

Papalia, E. Diane, R.D, Feldman. 2011. A Child’s World Infancy Trough Adoloscence.

New York : McGraw-Hill

26
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kharisma Putra Utama

Fithri,Kayyis.2019. Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan.

Yogyakarta: Penebar Media Pustaka

27
28

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai