Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JANIN

Dosen Pengampu :
Johara Ahmad, S.Si. T, M. Tr.Keb
Kelompok :
Alia Rachma (202015201001)
Krisnawati (202015201018)
Musafaah Ferdianah (202015201020)
Nur Arafatul Aini (202015201026)
Rismawati (202015201034)
Shinta Norma Diana (202015201036)
Shinta Nurul Imani (202015201037)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang
pencipta langit dan bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan
terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yang telah
memberikan dukungan moril dan do’a kepada penulis agar bisa menyelesaikan makalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir.
Makalah yang berjudul ”Pertumbuhan dan Perkembangan Janin”. Selama proses
penulisan makalah ini, penulis mengalami beberapa hambatan maupun kesulitan yang
terkadang membuat penulis berada di titik terlemah. Namun adanya doa, restu, dan dorongan
dari orang tua yang tak pernah putus menjadikan penulis bersemangat untuk melanjutkan
penulisan makalah ini.
Untuk itu dengan segala bakti penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan
dengan kerendahan hati dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1 Kolonel Ckm Ns. Didin Syaefudin, S.Kp., MARS selaku Ketua STIKes RSPAD
Gatot Soebroto.
2 Ananti Setya Primawati Putri, M.Tr. Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana
Kebidanan.
3 Johara Ahmad, S.Si. T, M. Tr.Keb selaku dosen pengampu Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan Bayi Baru Lahir

Jakarta, 07 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................................5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5
2.1. Pertumbuhan Bayi....................................................................................5
2.2. Perkembangan Bayi..................................................................................6
BAB III
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6
3.1 Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi....................................................................6
3.2 Kekurangan Nutrisi Pada Bayi..................................................................9
3.3. Manifestasi Kulit......................................................................................11
3.4 Kelebihan Nutrisi Pada Bayi.....................................................................12
3.5 Pertumbuhan Pada Bayi............................................................................13
3.6 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan...............................................14
3.7 Perkembangan Pada Bayi..........................................................................15
3.8 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bayi....................................17
3.9 Kebutuhan Dasar Anak..............................................................................20
BAB IV
PENUTUP............................................................................................................... 20
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 20
4.2 Saran .................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 22
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak mengalami kepesatan pada usia
dini. Usia dini atau sering disebut usia emas (golden ages), merupakan kesempatan emas
bagi setiap orang tua untuk memberikan stimulasi yang tepat bagi kebutuhan fisik maupun
psikis anak. Bayi dilahirkan dengan milyaran sel otak yang membutuhkan asupan gizi dan
nutrisi untuk berkembang dengan maksimal. Usia emas anak ini perlu mendapatkan nutrisi
penting saat dia dilahirkan, yaitu Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan nutrisi yang sangat
penting yang dibutuhkan bayi untuk terus tumbuh dan berkembang di awal-awal kehidupan
anak, ASI juga merupakan asupan terbaik bagi bayi dalam memaksimalkan tumbuh
kembang di masa golden ages (usia emas), khususnya usia 0-12 bulan. Aspek
perkembangan anak usia dini yang perlu distimulasi dengan tepat meliputi aspek
perkembangan nilai agama moral, aspek perkembangan berbahasa, aspek perkembangan
sosial emosional kemandirian, aspek perkembangan fisik motorik, aspek perkembangan
kognitif, dan aspek perkembangan seni.
Bayi (usia 0-11 bulan) merupakan periode emas sekaligus periode kritis karena
pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang mencapai
puncaknya pada usia 24 bulan. Tujuan pemberian gizi yang baik adalah tumbuh kembang
anak yang adekuat.
Pertumbuhan = perubahan bagian(kepala,tangan,kaki) yang bertambah besar,ukuran(berat
dan tinggi) yang semakin berat /tinggi.
Perkembangan = perubahan fungsi yang semakin berguna(anak bayi yang semakin lama
semakin lancar berjalan,anak bayi yang sudah bisa berbicara).

Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian


tubuh yang secara kuantitatif dapat diukursedangkan perkembangan merupakan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.
Tumbuh kembang pada bayi merupakan tumbuh kembang dasar yang akan mempengaruhi
dan menentukan tumbuh kembang selanjutnya, sehingga diperlukan ketrampilan dan
peranan ibu dalam proses perkembangan dan pertumbuhan anak secara keseluruhan.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa bayi karena itu
pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa bayi ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas,
kesadaran sosial, emosional, intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
pekembangan berikutnya.
Masa bayi merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat
dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak pada masa balita
merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial emosional dan intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pertumbuhan dan Perkembangan pada bayi ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi ?
3. Bagaimana kebutuhan perkembangan bayi ?
4. Mengapa kebutuhan nutrisi bayi itu penting ?
5. Apa saja akibat dari kelebihan dan kekurangan nutrisi pada bayi ?

1.3. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui dan mempelajari pengertian pertumbuhan dan perkembangan bayi
2. Mengetahui dan mempelajari faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang
bayi
3. Mengetahui dan mempelajari apa kebutuhan pada perkembangan bayi
4. Mengetahui pentingnya kebutuhan nutrisi pada bayi
5. Mengetahui dan mempelajari akibat dari kelebihan dan kekurangan nutrisi pada bayi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertumbuhan Bayi
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah,ukuran, dan
fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif,
yang dapat diukur. Indikator ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan berat
badan, gigi, struktur skelet, dan karakteristik seksual.Pertumbuhan pada masa anak –
anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak.
Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal).
Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu,
kemudian secara berangsur – angsuran diikuti oleh tubuh bagian bawah. Selanjutnya,
pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur.
2.2. Perkembangan Bayi
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh dari yang
sederhana ke yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat di ramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Di dalam perkembangan terdapat proses
pematangan sel – sel tubuh, jaringan tubuh, organ – organ, dan sistem organ yang
berkembang sehingga masing – masing dapat melakukan fungsinya. Perkembangan
berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu, seperti perkembangan emosi,
intelektual, kemampuan motorik halus, motorik kasar, bahasa, dan personal sosial
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.Perkembangan pada anak mencakup
perkembangan motorik kasar, perkembangan motorik halus, perkembangan personal
sosial dan perkembangan bahasa.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk
hidup. Pertumbuhan dan perkembangan menyangkut semua aspek kemajuan yang
dicapai sejak dalam kandungan hingga dewasa.Pertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagai atau seluruhnya karena adanya
multiplikasi (bertambah banyak) sel – sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel.
Adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara
kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur
dan sperma hingga dewasa. Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada pertumbuhan
ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti
pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala atau kenaikan berat
badan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi
Bayi (usia 0-11 bulan) merupakan periode emas sekaligus periode kritis karena
pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang mencapai
puncaknya pada usia 24 bulan. Tujuan pemberian gizi yang baik adalah tumbuh kembang
anak yang adekuat.
Rekomendasi WHO dalam rangka pencapaian tumbuh kembang optimal yaitu
memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,
memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-
ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai
anak berusia 24 bulan atau lebih.
Selain diare dan infeksi pernafasan, ASI juga ditengarai dapat menurunkan insiden
infeksi telinga (otitis media) dan berbagai penyakit lainnya. Selain itu, ASI dan kegiatan
menyusu memiliki pengaruh terhadap kemampuan motorik dan bahasa anak, serta
kemungkinan memiliki pengaruh terhadap inteligensia. Pemberian ASI tidak hanya
memberikan menfaat bagi bayi dan anak saja. Manfaat lainnya juga bagi kesehatan ibu.
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant
and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang
harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu
30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga
memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan
atau lebih (WHO, 2003)
Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal
128 ayat 1 menyatakan bahwa, “setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis”.
Kebutuhan energi bayi yang cukup selama tahun pertama kehidupan sangat bervariasi
menurut usia dan berat badan. Taksiran kebutuhan energi selama 2 bulan pertama, yaitu
masa pertumbuhan cepat, adalah 120 kkal/kg BB/hari. Secara umum, selama 6 bulan
pertama kehidupan, bayi memerlukan energi sebesar kira-kira 115-120 kkal/Kg/hari,
yang kemudian berkurang sampai sekitar 105 – 110 kkal/Kg/hari pada 6 bulan
sesudahnya (Budiyanto, 2002).

3.1.1. Kebutuhan Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan


Kebutuhan gizi pada bayi usia 0-6 bulan cukup terpenuhi dari ASI saja (ASI
Eksklusif).
1. Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna kekuningan (kolostrum). •
Jangan beri makanan/ minuman selain ASI.
2. Susui bayi sesering mungkin.
3. Susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit 8 kali sehari.
4. Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui.
5. Susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian.
6. Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi lainnya.
3.1.2. Pemenuhan Kebutuhan Gizi Bayi Umur 6-12 Bulan
Pemberian makan pada bayi umur 6 - 9 bulan:
1. Anak harus mulai dikenalkan dan diberi makanan pendamping ASI sejak umur
6 bulan.
2. Makanan utama adalah makanan padat yang diberikan secara bertahap
(bentuk, jumlah dan frekuensi), lihat pada tabel.
3. ASI diberikan sampai anak usia 2 tahun.
MP-ASI yang baik:
1. Padat energi, protein dan zat gizi mikro (zat besi, Zinc, Kalsium, Vit. A, Vit.
C dan Folat).
2. Tidak berbumbu tajam, tidak menggunakan gula, garam, penyedap rasa,
pewarna dan pengawet.
3. Mudah ditelan dan disukai anak.
4. Tersedia lokal dan harga terjangkau
Gambar 1. Cara pemberian MP-ASI pada bayi umur 6-9 bulan.

Pemberian makan pada bayi umur 9 - 12 bulan:


1. Terus berikan ASI.
2. Berikan MP-ASI yang lebih padat. Contohnya bubur nasi, nasi tim dan nasi
lembek.

Gambar 2. Cara pemberian MP-ASI pada bayi umur 9-12 bulan.


3.1.3. Cara Pemberian MP-ASI
1. ASI tetap diberikan, kemudian MPASI.
2. Berikan aneka makanan yang terdiri dari:
3. Makanan pokok; seperti nasi, ubi, sagu.
4. Lauk hewani; ikan, telur, hati ayam, daging.
5. Lauk nabati; tempe, tahu, kacang-kacangan.
6. Sayur dan buah-buahan.
7. Beri makanan selingan 2 kali sehari. Contohnya bubur kacang hijau, pisang,
biskuit, kue tradisional, dan kue lain.
8. Ajari anak makan sendiri dengan sendok.
9. Ajari juga minum sendiri dengan gelas.
10. Perhatikan kebersihan makanan.
11. Utamakan memberikan MPASI dari bahan makanan lokal, jika menggunakan
MPASI buatan pabrik, baca cara pakainya dan perhatikan tanggal kadaluwarsa.

3.2. Kekurangan Nutrisi Pada Bayi


3.2.1. Stunting
Stunting merupakan masalah kesehatan utama yang dapat menghambat
masa depan bangsa. Hal tersebut terindikasi dari tingginya prevalensi stunting serta
dampak buruk yang ditimbulkan. faktor penyebab kejadian stunting terjadi sejak
kehamilan akibat kekurangan nutrisi pada masa tersebut, inisiasi menyusui dini
kurang dari 1 jam kelahiran maupun tidak sama sekali, pemberian ASI terhenti 12
bulan, dan makanan yang diberikan tidak bervariasi dengan frekuensi dan tekstur
yang tidak sesuai usia.
Selain prevalensi tersebut, dampak akibat stunting juga dapat
menghambat masa depan bangsa. Pada dampak jangka pendek, anak dapat
mengalami gangguan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang, dapat menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, risiko tinggi munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit
jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua,
meningkatkan risiko penyakit dan kematian perinatal-neonatal, serta kualitas kerja
yang tidak kompetitif dan akan menghasilkan rendahnya kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang berakibat pada rendahnya produktifitas ekonomi.
3.2.2. Anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah volume sel darah merah,
konsentrasi sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb) yang mempunyai nilai
dibawah rata-rata dari nilai normal pada golongan usia tertentu. Anemia pada bayi,
umumnya disebabkan oleh kehilangan jumlah sel darah merah atau tidak
adekuatnya produksi dari sel darah merah. Pada bayi yang lahir cukup bulan dan
sehat, biasanya mempunyai kadar hemoglobin 9-11 g/dL.1,2 Menurut World Health
Organizattion bayi rentang usia 6-59 bulan dikatakan mengalami anemia, jika kadar
Hemoglobin dalam tubuh < 11 g/dL.1,6
Dampak dari anemia defisiensi besi pada bayi dan anak dapat terjadi
beberapa kondisi seperti mudah lelah, kurang konsentrasi, mengalami gangguan
pada perkembangan otak sehingga mengalami penurunan IQ, gangguan
perkembangan bicara dan bahasa, penurunan daya tangkap dan perhatian yang akan
mempengaruhi pembelajaran pada usia sekolah nanti, keterlambatan pertumbuhan
seperti stunting, mudah mengalami infeksi, perilaku pemakan segala benda seperti
kertas, alat tulis, kotoran, dan lain sebagainya.
Cara mencegah terjadinya anemia defisiensi besi:
Seperti yang diketahui oleh para orang tua, anemia defisiensi besi
mengakibatkan dampak yang berkepanjangan terhadap perkembangan otak anak.
Oleh karena itu, orang tua sebaiknya dapat melakukan pencegahan terhadap kondisi
ini. Hal yang dilakukan oleh orang tua adalah sebagai berikut:
1. Memberikan nutrisi yang cukup pada anak dan wanita yang sedang hamil.
Kandungan zat besi terdapat dalam beberapa makanan yaitu protein hewani
seperti daging, ayam, hati sapi, hati ayam, ikan, sayur-sayuran seperti bayam,
jagung, kacang kedelai dan lain sebagainya.
2. Pada anak yang diberikan ASI ekslusif pada bayi dapat di bantu dengan
pemberian suplementasi besi dimulai dari usia bayi 4 bulan, dikarenakan sejak
usia 4 bulan cadangan besi pada bayi saat dari kandungan ibu sudah mulai
berkurang dalam ASI.8.
3. Menjaga kebersihan pada bayi dan anak agar terhindar dari infeksi salah satunya
adalah infeksi cacing.
4. Hindari pemberian teh pada anak yang dapat menghambat penyerapan zat besi
dalam tubuh.
5. Pada bayi lahir prematur, berat badan lahir sangat rendah < 1500, bayi cukup
bulan dan mendapatkan ASI Ekslusif, dapat diberikan suplementasi besi sesuai
dengan anjuran dokter
3.2.3. Deteksi Anemia Defisiensi Besi Pada Bayi
World Health Organization dan American Academy of Pediatric
merekomendasikan pada bayi yang lahir cukup bulan dan sehat dilakukan penilaian
pertama kadar zat besi dalam tubuh bayi pada rentang usia 6-9 bulan, atau dapat
dimulai usia 4 bulan pada wilayah yang mempunyai status gizi zat besi rendah.
Penilaian ini dapat melalui beberapa pemeriksaan laboratorium seperti tes darah
lengkap untuk melihat kadar hemoglobin dan juga komponen darah lainnya yang
mendukung hasil menunjukan anemia. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan
kadar besi atau ferritin dalam darah untuk lebih spesifik mengetahui apakah terdapat
penurunan yang mengindikasikan adanya anemia defisiensi besi.1 Tabel 1 berikut
ini menunjukkan batasan kadar hemoglobin dalam darah pada anak berdasarkan
usia dan dapat dijadikan acuan untuk menentukan seorang anak mengalami anemia.

Usia Kadar Hemoglobin (g/dL)

Anak 6-59 bulan 11

Anak 5-11 tahun 11,5

Anak 12- 14 tahun 12

>15 tahun (tidak dalam kondisi hamil) 12

Wanita hamil 11

>15 tahun untuk laki-laki 13


3.3. Manifestasi Kulit
Manifestasi kulit dapat menjadi gejala dan tanda awal defisiensi nutrisi pada
anak. Defisiensi nutrisi tersebut antara lain malnutrisi protein energi, defisiensi asam
lemak esensial, defisiensi vitamin A, pellagra, defisiensi kobalamin, scurvy, dan
defisiensi zink.
Manifestasi kulit dapat menjadi gejala dan tanda awal defisiensi nutrisi pada
anak.1 Perubahan kulit akibat nutrisi inadekuat sangat bervariasi dan dapat merupakan
gambaran defisiensi beberapa nutrisi sekaligus. Gejala kulit nonspesifik dapat terlihat
pada penurunan berat badan akibat malabsorpsi ataupun penyakit keganasan. Perubahan
kondisi kulit dapat menggambarkan penyakit secara keseluruhan dibanding penyakit
spesifik.
3.3.1. Marasmus
Marasmus berasal dari bahasa Yunani “marasmos” yang berarti kurus, merupakan
malnutrisi protein energy Anak marasmus memiliki berat badan 60% kurang dari
berat badan normal sesuai usia tanpa adanya edema Gambaran klinis kulit penderita
marasmus menunjukkan kulit yang kering dan tipis disertai kerutan akibat
kehilangan lemak bawah kulit.

3.3.2. Kwasiorkor
Kwasiorkor merupakan salah satu bentuk defisiensi protein kronis pada kondisi
asupan kalori yang adekuat. Anak-anak di negara berkembang yang memiliki risiko
tinggi mengalami kwasiorkor adalah mereka yang sedang mengalami masa
penyapihan air susu ibu (ASI), sedangkan di negara maju kondisi malnutrisi ini
terjadi pada anak-anak dengan perawatan lama di rumah sakit, riwayat kelahiran
prematur, malabsorpsi kronis, dan anak-anak dengan penyakit yang membutuhkan
pembatasan makanan.1 Kwasiorkor tidak hanya disebabkan oleh defisiensi protein
saja, namun multipel akibat defisiensi asam amino esensial, vitamin, dan trace
elements terutama zink.
Defisiensi Vitamin A
Manifestasi utama defisiensi vitamin A adalah kelainan visual. Kelainan kulit
dapat menyertai gejala kelainan mata, yaitu atrofi kelenjar minyak dan keringat serta
kondisi frinoderma (toad skin). Frinoderma adalah gejala kulit klasik akibat defisiensi
vitamin A yang ditandai dengan papul folikuler hiperkeratotik multipel berdiameter
kurang lebih 2-6 mm, tersebar diskret dan sumbatan keratotik di bagian tengah lesi.
Pellagra
Pellagra adalah kondisi defisiensi vitamin B3 atau niasin yang merupakan salah
satu vitamin larut dalam air. Daging sapi, unggas, kacang-kacangan, dan telur merupakan
sumber utama niasin.Sindrom klinis pellagra dikenal dengan 4D, yaitu diare, dermatitis,
demensia, dan jika terjadi malnutrisi berat dapat terjadi ‘death’ (kematian).
Defisiensi Vitamin B12
Vitamin B12 atau kobalamin merupakan vitamin yang tidak dapat disintesis
sendiri oleh tubuh manusia, sehingga harus didapat dari makanan terutama makanan
hewani. Defisiensi vitamin B12 pada bayi dan anak umumnya sekunder akibat defisiensi
maternal, terutama pada ibu menyusui dengan pola makan vegetarian.16 Penyebab
defisiensi maternal vitamin B12 lainnya adalah malabsorpsi vitamin B12 serta penyakit
gastrointestinal (achlorchydria, penyakit celiac, penyakit Crohn, infeksi Helicobacter
pylori, dan penggunaan obat proton pump inhibitor). Diagnosis dini defisiensi vitamin
B12 sangat penting untuk mencegah komplikasi lanjut pada perkembangan otak.
3.4. Kelebihan Nutrisi Pada Bayi
Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan pada bayi
setelah usia 6 bulan. Jika makanan pendamping ASI diberikan terlalu dini (sebelum usia
6 bulan) akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi bisa mengalami gangguan
pencernaan. Namun sebaliknya jika makanan pendamping ASI diberikan terlambat akan
mengakibatkan bayi kurang gizi, bila terjadi dalam waktu panjang.
3.4.1. Obesitas
Kelebihan dalam memberikan makanan adalah risiko utama dari
pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi. Konsekuensi pada usia-usia
selanjutnya adalah terjadi kelebihan berat badan ataupun kebiasaan makan yang
tidak sehat.
3.4.2. Hipertensi
Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (± 15 mg/100 ml).
Namun, masukan dari diet bayi dapat meningkatkan drastis jika makanan telah
dikenalkan. Konsekuensi dikemudian hari akan menyebabkan kebiasaan makan
yang memudahkan terjadinya gangguan/hipertensi.
3.4.3. Arteriosklerosis
Pemberian makanan pada bayi tanpa memperhatikan diet yang
mengandung tinggi energi dan kaya akan kolesterol serta lemak jenuh, sebaliknya
kandungan lemak tak jenuh yang rendah dapat menyebabkan terjadinya
arteriosklerosis dan penyakit jantung iskemik.
3.4.4. Alergi Makanan
Alergi Makanan Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada
umur yang dini dapat menyebabkan alergi terhadap makanan. Manifestasi alergi
secara klinis meliputi gangguan gastrointestinal, dermatologis, dan gangguan
pernapasan, dan sampai terjadi syok anafilaktik.

3.5. Pertumbuhan Pada Bayi


3.5.1. Definisi Bayi
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan pertumbuhan dalam
kebutuhan zat gizi. Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada perawatan
dan pemberian makan oleh ibunya. 16 Tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi
menjadi masa neonates dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonates dengan usia
29 hari – 12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena
bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah,
serta mulai berfungsinya organ – organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.
3.5.2. Pertumbuhan Bayi
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran,
dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat
(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan fisik
merupakan hal yang kuantitatif, yang dapat diukur. Indikator ukuran pertumbuhan
meliputi perubahan tinggi dan berat badan, gigi, struktur skelet, dan karakteristik
seksual. Pertumbuhan pada masa anak – anak mengalami perbedaan yang bervariasi
sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai
dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal). Kematanga pertumbuhan tubuh pada
bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur – angsuran
diikuti oleh tubuh bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan
bertambah secara teratur.
3.5.3. Ciri-Ciri Pertumbuhan
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri – ciri yang
saling berkaitan yaitu :
1. Perkembangan menimbulkan perubahan Perkembangan tumbuh terjadi
bersama dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan
fungsi.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan biasa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan berbeda Sebagaimana
pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan berbeda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan
pada masing – masing anak.
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan juga demikian, terjadi peningkatan mental,
memori, nalar, dan asosiasi.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh
terjadi menurut dua hukum tetap, yaitu :
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
kearah kaudal / anggota tubuh.
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari – jari yang mempunyai kemampuan
gerak halus.
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan Tahap perkembangan anak
mengikuti pola yang teratur dan berurutan.

3.6. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
3.6.1. Faktor Internal
1. Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Termasuk faktor genetik antara lain adalah jenis
kelamin dan ras.
2. Neuroendokrin
Beberapa hubungan fungsional diyakini ada diantara hipotalamus dan sistem
endokrin yang mempengaruhi pertumbuhan.
3. Nutrisi
Nutrisi mempunyai pengaruh yang penting dalam pertumbuhan.
4. Hubungan interpersonal
Hubungan dengan orang terdekat mempunyai peranan penting dalam
perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi intelektual, dan
kepribadian.
5. Tingkat sosial ekonomi
Riset menunjukkan bahwa tingkat sosial ekonomi keluarga anak mempunyai
dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
6. Penyakit
Banyak penyakit kronik yang mempengaruhi pertumbuhan seperti gangguan
pernafasan
7. Intelegensi
Pada umumnya anak yang mempunyai intelegensia tinggi mempunyai
perkembangan yang lebih baik.
8. Hormon
Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu hormon somatotropin
yang mempengaruhi jumlah sel tunglang, merangsang sel otak pada masa
pertumbuhan. Hormon gonadotropin yang merangsang testosterone, dan
merangsang perkembangan seks laki – laki dan memproduksi spermatozoid.
Untuk hormone estrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan
produksi sel telur. Apabila kekurangan hormon gonadotropin akan
menyebabkan terhambatnya perkembangan seks
9. Emosi Hubungan yang dapat dengan orang lain seperti ayah, ibu, saudara,
teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh terhadap perkembangan
emosi, sosial, dan intelektual anak.

3.6.2. Faktor Lingkungan


Lingkungan yaitu sesuai dimana anak itu berada. Dalam hal ini
lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan
berkembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan
mendukung tumbuh kembang anak. Faktor lingkungan meliputi lingkungan
prenatal dan lingkungan postnatal.
1. Lingkungan Prenatal
1) Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester pertama
2) Mekanis yaitu posisi fetus dalam kandungan
3) Toksi atau zat kimia
4) Radiasi paparan radium dan sinar rontgen
5) Infeksi 6) Kelainan imunologi
6) Psikologi ibu
2. Lingkungan Postnatal
1) Faktor biologis yang meliputi ras, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan
kromosom
2) Faktor fisik yang meliputi cuaca, keadaan rumah, sanitasi dan radiasi.
3) Faktor psikososial yang meliputi stimulasi, ganjaran, motivasi belajar, cinta,
kasih sayang, kualitas interaksi anak dan orang tua.
4) Faktor keluarga dan istirahat yang meliputi seperti pekerjaan, pendapatan
ayah dan ibu, jumlah saudara, dan norma yang ada dalam keluarga.
3.7. Perkembangan Pada Bayi
3.7.1. Definisi Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh dari
yang sederhana ke yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat di
ramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di dalam perkembangan terdapat
proses pematangan sel – sel tubuh, jaringan tubuh, organ – organ, dan sistem organ
yang berkembang sehingga masing – masing dapat melakukan fungsinya.
Perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu, seperti
perkembangan emosi, intelektual, kemampuan motorik halus, motorik kasar,
bahasa, dan personal sosial sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik kasar, perkembangan
motorik halus, perkembangan personal sosial dan perkembangan bahasa.
Perkembangan bayi meliputi empat aspek, yaitu :
1. Perkembangan motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan pergerakan dan sikap tubuh anak
yang melibatkan penggunaan otot – otot besar. Perkembangan motorik kasar
yang dapat dicapai pada usia ini diawali dengan tanda gerakan seimbang pada
tubuh dan mulai mengangkat kepala. Pada usia 0 – 4 bulan, perkembangan
motorik kasar dimulai dengan kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap,
mencoba duduk sebentar dengan ditopang, maupun duduk dengan kepala tegak,
jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, mengangkat
kepala sambil berbaring telentang, berguling dari telentang ke miring, dll. Pada
usia 4 – 8 bulan, perkembangan motorik kasar dapat dilihat perubahan dalam
aktivitas sperti posisi terlungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala
dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya. Sudah mampu
memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri, membalikkan badan, serta duduk
dengan bantuan dalam waktu singkat. Pada usia 8 – 11 bulan, perkembangan
motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa pengaman, berdiri dengan
pengaman, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik, dan berdiri sendiri.
2. Perkembangan motorik halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan otot – otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya kemampuan
untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respon terhadap gerakan jari
atau tangan. Pada usia 0 – 4 bulan, bayi dapat memegang suatu obyek,
mengikuti obyek dari sisi ke sisi, mencoba memegang dan memasukan benda
ke dalam mulut,memegang benda tapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki,
dan memegang benda dengan kedua tangan. Pada usia 4 – 8 bulan, bayi sudah
mulai mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengeksplorasi benda yang sedang dipegang, dan memindahkan
obyek dari suatu tangan ke tangan yang lain. Pada usia 8 – 11 bulan, bayi
mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkan,
mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, serta membenturkannya
3. Personal sosial (kepribadian / tingkah laku social
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan personal sosial pada masa
bayi dapat ditunjukkan dengan adanya tanda – tanda tersenyum dan mulai
menatap muka untuk mengenali seseorang. Usia 0 – 4 bulan, diawali dengan
mengamati tengannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak
tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan
kontak fisik, serta terdiam bila ada wajah tak kenal. Usia 4 – 8 bulanan, anak
mulai merasa takut dan tergantung dengan keberadaan orang asing, mulai
bermain dengan permainan, mudah frustasi, serta memukul lengan dan kaki bila
kesal. Usia 8 – 11 bulan, dimulai dengan kemampuan bertepuk tangan,
menyatakan keinginan, bermain dengan orang lain.
4. Bahasa
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan. Perkembangan bahasa pada masa ini dapat ditunjukan
dengan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara
atau bel. Usia 0 – 4 bulan, dimulai dengan mengoceh spontan, bereaksi terhadap
sumber suara, dan menirukan suara. Usia 4 – 8 bulan, dimulai dengan
mengeluarkan suara gembira bernada tinggi, dan mulai bersuara tanpa arti
seperti mamamapapapa – dadada. Usia 8 – 11 bulan dimulai dengan mengulang
/ menirukan bunyi yang didengar, menyebut 2 – 3 suku kata yang sama tanpa
arti, dan bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
3.7.2. Ciri-Ciri dan Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak yang mempunyai beberapa ciri – ciri yang
saling berkaitan. Ciri – ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan menimbulkan perubahan Perkembangan terjadi bersama dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan
otak dan serabut saraf.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan biasa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik
dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan
perkembangan pada masing – masing.
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuan Pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian terjadi peningkatan mental,
memori, daya nalar, asosiasi dan lain – lain. Anak akan sehat bertambah umur,
bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap Perkembangan fungsi organ tubuh
terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu perkembangan terjadi lebih dahulu
didaerah kelapa, kemudian menuju ke arah anggota tubuh. Perkembangan
terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke
bagian distal seperti jari-jari yang mampu mempunyai kemampuan gerak halus.
3.8. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Pada Bayi
3.8.1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dan mempunyai peran utama
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Yang termasuk faktor
genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis
kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi yang baik bila berinteraksi dengan
lingkungan yang positif maka akan memberikan hasil yang optimal.
3.8.2. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Pranatal
Faktor pranatal yang mempengaruhi, antara lain: gizi ibu saat hamil, mekanis,
toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress/psikologis ibu, imunitas,
anoksia embrio.
2. Lingkungan Perinatal
Masa perinatal yaitu masa antar 28 minggu dalam kandungan hingga 7 hari
setelah melahirkan. Periode perinatal merupakan masa rawan dalam proses
tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
3. Lingkungan Pascanatal
1) Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari:
a. Ras/suku bangsa, pertumbuhan somatik dipengaruhi oleh ras/suku
bangsa. Bangsa/ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatik lebih
tinggi daripada bangsa Asia.
b. Jenis kelamin, dikatakan bahwa anak laki-laki lebih sering sakit
dibandingkan anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti
penyebabnya. Pertumbuhan fisik dan gerak berbeda antara anak laki-
laki dan perempuan. Anak laki-laki lebih aktif bila dibandingkan dengan
anak perempuan. Sebuah penelitian menyatakan bahwa anak laki-laki
mempunyai peluang hingga 4 kali lebih besar untuk mengalami
keterlambatan perkembangan dibandingkan anak perempuan. Pada alat
DDST II, perkembangan sosial kemandirian yang menilai kemandirian
anak juga memungkinkan anak perempuan lebih baik skornya
dikarenakan pola asuh dan peran gender yang menekankan anak
perempuan untuk dapat lebih mampu melakukan berbagai tugas sendiri
seperti yang terdapat dalam DDST II yaitu meniru pekerjaan rumah dan
membantu pekerjaan sederhana. Pada laki-laki maturasi dan
perkembangan hemisfer kiri otak yang berkaitan dengan fungsi verbal
kurang baik dibandingkan dengan anak perempuan
c. Umur, umur yang paling rawan adalah umur satu tahun pertama, karena
pada masa itu anak sangat rentan terhadap penyakit dan sering terjadi
kurang gizi.
d. Gizi, untuk melaksanakan perkembangan diperlukan zat makanan yang
adekuat. Gizi yang buruk akan berdampak pada keterlambatan
perkembangan.
e. Perawatan kesehatan, perawatan kesehatan mencakup pemeriksaan
kesehatan, imunisasi, skrining dan deteksi dini gangguan tumbuh
kembang, stimulasi dini, serta pemantauan tumbuh kembang.
f. Kerentanan terhadap penyakit, kerentanan terhadap penyakit dapat
dikurangi antara lain dengan memberikan gizi yang baik, meningkatkan
sanitasi, dan memberikan imunisasi.
g. Kondisi kesehatan kronis, yakni keadaan yang perlu perawatan terus
menerus, tidak hanya penyakit tetapi juga kelainan perkembangan. Anak
dengan kondisi kesehatan kronis sering mengalami gangguan tumbuh
kembang dan gangguan pendidikannya.
h. Fungsi metabolisme, terdapat perbedaan proses metabolisme yang
mendasar diantara berbagai jenjang umur, maka kebutuhan akan
berbagai nutrient harus didasari atas perhitungan yang tepat atau
memadai sesuai tahapan umur.
i. Hormon, hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
antara lain adalah growth hormone, tiroid, hormon seks, insulin, Insulin-
like growth factors (IGFs), dan hormon yang dihasilkan kelenjar
adrenal.
2) Faktor Psikososial
Faktor Psikososial terdiri dari:
a. Stimulasi, anak dapat mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur
akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang/tidak mendapatkan stimulasi. Stimulasi juga akan
mengoptimalkan potensi generik yang dipunyai anak
b. Motivasi belajar, motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan
memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
c. Ganjaran atau hukuman, ganjaran dapat menimbulkan motivasi yang
kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah laku yang baik, sementara
menghukum dengan cara yang wajar jika anak berbuat salah masih
dibenarkan. Anak diharapkan tahu mana yang baik, sehingga dapat
timbul rasa percaya diri pada anak yang penting untuk
perkembangannya.
d. Kelompok sebaya, anak memerlukan teman sebaya untuk bersosialisasi
dengan lingkungannya.
e. Stres, anak yang mengalami stres akan menarik diri, rendah diri, gagap,
nafsu makan menurun, dan bahkan bunuh diri.
f. Sekolah, pendidikan yang baik dapat meningkatkan taraf hidup anak
kelak.
g. Cinta dan kasih sayang, anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan
yang adil dari orangtua agar tidak menjadi anak yang sombong dan
dapat memberikan kasih sayang kelak.
h. Kualitas interaksi dengan orangtua, interaksi dengan orangtua akan
menimbulkan keakraban dan keterbukaan. Interaksi tidak ditentukan
oleh lamanya waktu tetapi kualitas interaksi. Kualitas interaksi adalah
pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal
untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling
menyayangi.
3.9. Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum digolongkan
menjadi 3 kebutuhan dasar:
3.9.1. Kebutuhan fisik-biomedis (Asuh)
Meliputi:
1. Pangan / gizi
2. Perawatan kesehatan dasar o Tempat tinggal yang layak o Sanitasi
3. Sandang
4. Kesegaran jasmani / rekreasi
3.9.2. Kebutuhan emosi / kasih saying (Asih)
Pada Tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras
antara ibu / pengganti ibu dengan anak merupakan syarat yang mutlak untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial.
Berperannya dan kehadiran orang tua terutama ibu sedini dan selanggeng mungkin
akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit /
mata) dan spikis sedini mungkin. Kasih saying dari orang tua akan menciptakan
ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
3.9.3. Kebutuhan akan stimuli mental (Asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental inimengembangkan perkembanga mental
psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kretivitas, agama, kepribadian,
moral-etika, produktivitas dan sebagainya.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Bayi dengan usia 0-11 bulan merupakan periode emas sekaligus periode
kritis karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang
mencapai puncaknya pada usia 24 bulan. Tujuan pemberian gizi yang baik pada bayi
adalah untuk tumbuh kembang anak yang adekuat.
Rekomendasi WHO dalam pencapaian tumbuh kembang optimal yaitu memberikan
air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan
makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24
bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Pemberian ASI dan kegiatan menyusui memiliki pengaruh terhadap kemampuan
motorik dan bahasa anak, serta kemungkinan memiliki pengaruh terhadap
inteligensia. Pemberian ASI tidak hanya memberikan menfaat bagi bayi saja, tetapi
untuk kesehatan ibunya juga.
Bayi yang mengalami kekurangan nutrisi akan mengalami stunting.
Penyebab kejadian stunting terjadi sejak kehamilan akibat kekurangan nutrisi pada
masa ibu, inisiasi menyusui dini kurang dari 1 jam kelahiran maupun tidak sama
sekali, pemberian ASI terhenti 12 bulan, dan makanan yang diberikan tidak
bervariasi dengan frekuensi dan tekstur yang tidak sesuai usia.
Selain prevalensi tersebut, dampak akibat stunting juga dapat
menghambat masa depan bangsa. Pada dampak jangka pendek, anak dapat
mengalami gangguan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang, dapat menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, risiko tinggi munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit
jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua,
meningkatkan risiko penyakit dan kematian perinatal-neonatal, serta kualitas kerja
yang tidak kompetitif dan akan menghasilkan rendahnya kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang berakibat pada rendahnya produktifitas ekonomi.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi ibu hamil
Diharapkan ibu yang ada pada masa hamil harus bisa memenuhi atau
menyeimbangkan kebutuhan nutrisi nya supaya janin yang ada di kndungan
nya sehat dan tidak kekurangan gizi.
4.2.2. Bagi Penulis
Dengan adanya makalah ini diharapkan penulis dapat memahami materi
mengenai nutrisi pertumbuhan dan perkembangan pada bayi secara
mendalam agar paham saat menemui klien dalam konsultasi.
4.2.3. Bagi Pembaca
Dengan adanya makalah ini kami menyarankan pembaca untuk lebih
meningkatkan keinginan dalam membacanya, terutama dalam membaca
tentang nutrisi pada bayi agar mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang
luas.
4.2.4. Bagi Lahan Praktik
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar bisa menjadi masukan terhadap
tenaga kesehatan dalam meningkatkan pelayanan untuk mengedukasi
masyarakat mengenai pentingnya nutrisi untuk pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi.
4.2.5. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar bisa menjadi bahan informasi
untuk belajar dan evaluasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggryni, M., Mardiah, W., Hermayanti, Y., Rakhmawati, W., Ramdhanie, G. G., &
Mediani, H. S. (2021). Faktor Pemberian Nutrisi Masa Golden Age dengan Kejadian
Stunting pada Balita di Negara Berkembang. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 5(2), 1764–1776. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.967
2. Dewei, P. F., Aliwardani, A., Rosita, F., & Widhiati, S. (2021). Manifestasi Kulit
Terkait Defisiensi Nutrisi pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran, 48(10), 403–408.
Goi, M., & Bayi, G. (n.d.). G i z i b a y i. 1–17.
3. Soebroto, I. (2016). Buku Pintar Kesehatan & Gizi. In Buku Pintar Kesehatan & Gizi
(pp. 3–58).
4. Yulianeu, A., & Rahmayati, N. M. (2017). Sistem Pakar Penentu Makanan
Pendamping Air Susu Ibu Pada Bayi Usia 6 Bulan Sampai 12 Bulan Menggunakan
Metode Forward Chaining. Jurnal Teknik Informatika (JUTEKIN), 21–30.
5. Fitri, Dian Insana, Eva Chundrayetti, and Rima Semiarty. "Hubungan pemberian ASI
dengan tumbuh kembang bayi umur 6 bulan di Puskesmas Nanggalo." Jurnal Kesehatan
Andalas 3.2 (2014).
6. Agustian, Leon, Tiangsa Sembiring, and Ani Ariani. "Peran zinkum terhadap
pertumbuhan anak." Sari Pediatri 11.4 (2016): 244-9.
7. Susilaningrum, Rekawati, and Sri Utami. "Asuhan keperawatan bayi dan anak." (2013).

Anda mungkin juga menyukai