Anda di halaman 1dari 39

Tantrum Pada Anak,

Pencegahan dan Kiat


Mengatasinya
Resume Kulwap KALCare 14 September 2020

Narasumber:
- Nafisa Alif Amalia M.Psi,.Psikolog (Psikolog Klinis
Anak, Founder @se.ta.la)
- Paskah Juito S, Amd.Gz(Ahli Gizi KALCare)
Pertanyaan 1 – Herma N (Bandung)
Anak saya laki-laki, berumur 3 thn 7 bulan, dan saat ini saya sedang mengandung anak kedua (usia kehamilan 5
bulan). Yang ingin saya tanyakan, adakah hubungannya rasa cemburu sang kakak terhadap adik nya yang saat
ini masih belum lahir dan menyebabkan anak menjadi tantrum? Yang kedua, apakah tidak apa apa, saat anak
sedang tantrum dan membiarkannnya hingga ia tertidur?

Berikut ini adalah beberapa saran untuk pertanyaan yang mom berikan, yaitu:

1. Terkait pertanyaan pertama, yaitu kemungkinan adanya kecemburuan dari kakak terhadap adik, hal itu
dinamakan dengan siblings rivalry (namun ini perlu digali lebih dalam apakah perilaku yang anak tunjukkan
memang merupakan sibling rivalry, pun karena memang adik belum lahir ya mom). Lebih lanjut, sibling
rivalry ini adalah kecemburuan, kompetisi, dan pertengkaran antara saudara kandung. Masalah ini biasanya
dimulai setelah kelahiran anak kedua dan bisa berlanjut selama masa kanak-kanak. Namun yang terpenting
saat ini adalah bagaimana cara agar sibling rivalry tersebut tidak muncul di kemudian hari ya mom. Saya ada
beberapa saran yang bisa mom lakukan untuk mencegah hal tersebut, yaitu:
• Sampaikan bahwa ia akan memiliki adik (jika memang adik belum lahir). Sampaikan bahwa kita satu keluarga
yang saling menyayangi, ibu ayah sayang adik dan kakak, dan sebagainya.
• Setelah adik lahir, tunjukkan bahwa kedua orang tua juga menyayangi kedua anak (berikan juga perhatian
yang cukup untuk kakak).
Pertanyaan 1 – Herma N (Bandung)
• Jangan bandingkan anak, misal “waktu kecil kamu….., tapi sekarang adikmu….”
• Biarkan anak menjadi dirinya sendiri apa adanya, jangan berikan label pada anak.
• Nikmati kelebihan setiap anak, biarkan mereka mencapai kesuksesan mereka
• Sering berikan kedua anak ini kegiatan bermain bersama -> untuk meningkatkan kedekatan mereka dan
perilaku kooperatif antara kakak-adik
• Rencanakan aktivitas keluarga yang menyenangkan secara bersama-sama -> untuk meminimalisir konflik yang
dapat datang
• Pastikan orang tua sudah memberikan waktu dan kegiatan untuk bermain atau berkegiatan bersama anak.

Lebih lanjut, terkait perilaku yang ditunjukkan anak saat ini, menurut saya belum mengarah pada sibling rivalry
(namun mom dapat lakukan beberapa saran sebelumnya untuk mencegah hal tersebut muncul). Walaupun
demikian, anak ketika mengalami sibling rivalry memang dapat menunjukkan perilaku-perilaku tantrum, seperti
menangis, berteriak, dsb (yang intinya untuk mencari perhatian dan kecemburuan terhadap adik). Namun saran
saya, kita fokus saja pada apa yang ada saat ini dan lakukan pencegahan untuk tantrumnya, yaitu:

• Lihat polanya, kapan saja anak kira-kira tantrum?


• Bantu anak mengenali emosi yang sedang dirasakan, misalnya “oh aku sedih ya.. aku kesal ya..”
• Pahami perasaan ketidaknyamanan anak
• Penuhi kebutuhan anak. Apakah anak tantrum saat sedang ingin bermain dengan orang tua namun orang tua
cenderung sibuk? Ini mungkin bisa terjadi ya mom
Pertanyaan 1 – Herma N (Bandung)

2. Terkait pertanyaan kedua, hal ini tergantung ya mom. Ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan, yaitu:

• Untuk beberapa hal dan kondisi, tidak apa-apa membiarkan perilaku tantrum anak. Perilaku yang biasa
dibiarkan, seperti menangis, berteriak, dsb. Namun jika sudah lebih parah seperti memukul, menendang,
merusak benda, sebaiknya tidak dibiarkan ya mom.
• Kemudian setelah tantrum selesai, kita sebaiknya berikan perhatian dan pemahaman emosi anak, seperti
“kamu tadi kesal ya? sedih ya?”, seperti itu, agar dia mampu menyatakan apa yang ia pikirkan dan rasakan
(bisa melabel emosi) -> jika anak tertidur setelah tantrum, mungkin hal ini dapat dilakukan setelah ia bangun.
Dengan melakukan hal tersebut, anak juga belajar untuk mengelola emosi yang ia rasakan dengan baik dan
apa yang harus ia lakukan setelah merasakan hal yg tidak menyenangkan? Seperti apa pemecahan
masalahnya?

Kurang lebih seperti itu yang dapat saya sampaikan moms! Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di rumah ya.
Pertanyaan 2 – Widya (Cimahi)
Anak saya sekarang umur 14bulan dia sudah menunjukan perilaku emosinya, yang saya ingin tanyakan wajar
atau tidak kalau anak dalam keadaan stabil suka memukul muka ibunya atau sodaranya dan kalo di larang suka
ngambek dengan gigitin bahunya ibunya, nah cara menenangkannya bagaimana? dan apakah seiring
berjalannya waktu akan hilang sendiri ?

Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan, yaitu:


• Sebelumnya, ini dalam keadaan stabil seperti apa ya mom? Apakah anak tiba-tiba saja memukul ‘padahal tidak
ada pemicu apa-apa’?
• Pertanyaan saya lebih lanjut adalah apakah anak sudah dapat menunjukkan kemampuan berbicara? misalnya
mulai berbicara satu kata? Atau kah ia dapat menunjuk dengan tangan mengenai apa yang sedang ia inginkan?
Atau kah anak sudah mulai berbicara (namun tidak jelas) sehingga orang tua tidak memahami apa yang ia
bicarakan?
• Pertanyaan sebelumnya sangat penting untuk kita lihat pada anak ya mom, mengingat bahwa anak dapat
menunjukkan tantrum karena kesal jika orang lain tidak memahami apa yang ia katakan atau bisa juga karena ia
tidak mampu mengungkapkan apa yang ia pikirkan, inginkan, dan rasakan. Oleh karena itu, sebelumnya kita
identifikasi hal ini dulu ya mom.
• Terkait pertanyaan pertama dan kedua, kemungkinan perilaku yang anak tunjukkan dapat terjadi kita ia
menginginkan sesuatu, namun ia tidak dapat menyatakan apa yang ia inginkan, sehingga perilaku yang ia
tunjukkan melakukan fisik (seperti menggigit, memukul, dan sebagainya. Ada beberapa cara yang dapat mom
lakukan saat anak menunjukkan perilaku tersebut, yaitu:
Pertanyaan 2 – Widya (Cimahi)
• Terkait pertanyaan terakhir mom mengenai “apakah perilaku ini bisa hilang sendiri?” terkait hal ini, sebenarnya
pengelolaan emosi itu harus dilatih dan dipelajari ya mom.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk melatih emosi anak, yaitu:

1. Saat anak sudah mulai merasa tidak nyaman, orang tua dapat membantu dengan melabel atau
menyimpulkan apa emosi yang sedang anak rasakan, misalnya “kamu kesal ya?” atau “kamu lapar ya?”
2. Setelah itu, bantu anak untuk mencari solusi atas apa yang membuatnya tidak nyaman, misalnya “kamu lapar
ya? makan yuk?”, dan sebagainya.
3. Ajak dan latih anak untuk mengutarakan apa yang sedang ia inginkan dan apa yang sedang ia rasakan.
Bantu anak untuk mengungkapkannya dengan kata-kata. Atau jika anak belum dapat berbicara dengan
lancar, dapat dibantu dengan menggunakan kata-kata dan menunjuk hal yang ia inginkan.
4. Walaupun demikian, sebenarnya perilaku tantrum biasanya mulai berakhir saat anak sudah berada di usia 4
tahun mom. Pada usia ini, biasanya anak sudah memahami dan mampu melakukan cara-cara lain untuk
mengganti perilaku tantrum tadi, seperti sudah mengutarakan apa yang ia inginkan, mengambil sendiri apa
yang ia butuhkan, dan sebagainya.

Berikut adalah hal yang dapat saya sarankan ya moms! Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di rumah ya 
Pertanyaan 3– Hani (Cirebon)
Apakah tantrum bisa terjadi kepada anak dibawah kurang dari 18bulan? Lalu apa kiat kiat atau pencegahan agar
anak jarang tantrum?

Terkait pertanyaan yang ibu sampaikan, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat saya jawab, yaitu:
1. Terkait pertanyaan pertama ibu, ini juga bisa terjadi bu, namun kemungkinan intensitas tantrumnya tidak
sebesar anak-anak di atas 2 tahun. Untuk anak-anak di bawah usia 18 bulan, biasanya wajar untuk
menunjukkan emosi-emosi ini. Hal tersebut karena biasanya mereka belum dapat ‘mengutarakan’ dengan
lancar apa yang ia inginkan, apa yang ia pikirkan dan rasakan. Oleh karena itu, biasanya mereka
menunjukkan ketidaknyamanan mereka dengan menangis, berteriak, dan sebagainya, Akan tetapi, hal ini
harus segera orang tua respon dan orang tua bantu agar perilaku tersebut tidak menetap atau bahkan
semakin buruk (tidak menjadi pola rutin bahwa ketika dia tidak nyaman maka dia akan tantrum). Oleh karena
itu agar anak dapat belajar untuk mengelola emosi yang ia rasakan dengan baik. Kemudian perhatikan juga
seberapa sering anak menunjukkan perilaku ini mom? Lalu intensitasnya seperti apa? Misal hanya menangis
kah atau ada merusak atau membuang barang-barang di sekitarnya.
2. Terkait pertanyaan kedua ibu, pencegahan ini sangat penting dilakukan ya mom. Pencegahan ini dilakukan
utamanya agar anak tidak terbiasa tantrum dan tantrum ini tidak menjadi pola yaitu saat aku merasa tidak
nyaman-maka aku tantrum. Oleh karena itu, pencegahan ini harus dilakukan, yaitu:
Pertanyaan 3– Hani (Cirebon)
• Hal pertama dan yang terpenting adalah penuhi kebutuhan anak. Pahami pada saat itu apa yang sedang anak
butuhkan, misalnya apakah dia lapar?
• Melanjutkan poin pertama, sebaiknya orang tua menjaga rutinitas harian anak. Misalnya sudah ada jam anak
kapan makan, kapan tidur. Sehingga kebutuhan anak terpenuhi --> berikan aturan di rumah dan aturan yang
realistis yang mampu untuk anak lakukan setiap waktu.
• Kita juga wajib pelajari pola anak dan situasi yang dapat membuat ia tantrum.
• Selanjutnya yang bisa dilakukan adalah terkait pengelolaan emosi, yaitu: bantu anak untuk mengenali emosinya,
yaitu “kamu sedih ya? kamu kesal?” kemudian pahami perasaan yang anak rasakan.
• Salah satu yang terpenting adalah: ajari anak untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pikirannya
dengan menggunakan kata-kata. Perkataan (verbal) adalah salah satu cara untuk berkomunikasi, oleh karena itu
hal ini sangat penting.

Lebih lanjut, pencegahan tantrum bisa juga dilakukan saat ada di luar rumah nih mom. Agar anak ga ‘ngambek’ di
luar rumah hehe apa ya yang bisa kita lakukan? Ada beberapa caranya, yaitu:

• Buat acara atau kegiatan keluar rumah ini jadi menarik mom --> ajak anak ke tempat yang ia sukai dan di rumah
biasanya sudah ada ‘perjanjian’ ya mom. Misalnya: ‘nanti disana beli makanan aja ya dek, tidak beli mainan ya,
minggu ini adik soalnya sudah beli 1 mainan yaa”
Pertanyaan 3– Hani (Cirebon)

• Lalu jangan pergi saat anak lelah atau mengantuk. Pergilah saat anak sedang dalam emosi yang stabil dan
menyenangkan.
• Libatkan anak dalam kegiatan --> ajak anak untuk berpartisipasi pada kegiatan yang sedang orang tua lakukan,
misalnya “pinta anak untuk mengambil saus sambal di rak di supermarket saat sedang belanja ke luar rumah”

Berikut adalah hal yang dapat saya sarankan ya moms! Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di rumah ya 😊
Pertanyaan 4– Loly (Bekasi)
Halo ibu Nafisa, saya ingin bertanya. Anak saya laki-laki, saat ini usia 11 bulan.

1. Akhir2 ini anak saya ketika sedang ngambek kalau saya gendong suka melengkungkan badan ke belakang
berusaha untuk melepaskan diri sambil teriak teriak. Apakah itu yg dinamakan tantrum? Dan bagaimana
mengatasi jika sedang ngambek seperti itu?
2. Dari pembahasan yg diberikan, tantrum biasa terjadi di usia 18-60 bulan. Apakah wajar jika anak usia 11
bulan tantrum?

Berikut ini adalah beberapa saran untuk pertanyaan yang mom berikan, yaitu:

1. Terkait pertanyaan pertama dan kedua, menurut saya itu adalah respon sewajarnya anak usia di bawah 1
tahun saat menghadapi hal yang tidak menyenangkan (atau tidak ia sukai), yaitu berteriak atau menangis.
Hal tersebut karena anak usia 11 bulan belum memiliki kemampuan berbicara yang lancar (mungkin baru
mulai berbicara 1 kata). Penelitian lain menyatakan bahwa tantrum ini wajar dialami pada anak usia sekitar 1
tahun hingga 4 tahun. Pada usia tersebut, kemampuan sosial dan emosional anak baru mulai berkembang
pada usia tersebut. Anak-anak ini seringnya tidak dapat mengutarakan melalui kata-kata mengenai apa yang
sedang ia rasakan (emosinya). Oleh karena itu, menangis, berteriak, dsb adalah salah satu ‘cara’ yang ia
lakukan.
Pertanyaan 4– Loly (Bekasi)

Cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya adalah:

• Tenangkan diri orang tua terlebih dahulu --> Tarik nafas perlahan, keluarkan, tenangkan diri, coba untuk relaks.
• Lihat polanya! Pahami kebutuhan anak saat itu. Apakah ia mengantuk? Apakah lapar? Haus? Dsb.
• Alihkan perhatian anak dengan hal lain --> misalnya mainan yang ia sukai
• Coba untuk tenangkan anak, elus badannya, dan peluk anak.Berikut adalah hal yang dapat saya sarankan ya
moms! Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di rumah ya
Pertanyaan 5 – Enur (Cikarang)
Anakku usia 9 bulan sudah ga mau tekstur Tim. Maunya nasi seperti orang tuanya makan. Boleh ga ka? Ada efek
di tumbuh kembangnya ga?

Memang susah sih Bunda Enur kalau anak udah mulai ikut pengen makanan keluarga 😊
Pada usia 9-12 bulan keterampilan mengunyah anak semakin sempurna. Selain itu kemampuan memegang
benda dengan jari juga berkembang.Perlu diingat Bunda, proses pemberian makanan ini dianjurkan mulai dari
tekstur halus dulu, sebab jika Si Kecil memakan makanan yang agak kasar, ia akan mudah sakit perut karena
perkembangan otot lambungnya kurang sempurna dan tidak terlatih. Hal ini amat berpengaruh pada pola makan
Si Kecil nantinya.
Berikut tip melatih bayi belajar mengunyah dari ahli gizi, Ayu Bulan Febry K.D, S.KM dalam buku “Buku Pintar
Menu Bayi”
1. Jika membuat bubur halus, sisakan satu macam makanan yang bisa dikunyah dengan mudah. Misalnya,
potongan wortel lunak atau potongan lembaran keju.
2. Jangan dulu memaksakan bayi mengunyah makanan seperti daging sapid an daging ayam. Jika ingin melatih
bayi mengunyah daging cincang dan potongan kecil ayam, kukus dahulu sebelum diolah di dalam saying
atau bubur
Pertanyaan 5 – Enur (Cikarang)

3. Alihkan makanan halus ke bentuk yang lebih kasar sedikit demi sedikit.
4. Berikan ia makanan yang bisa digenggam. Misalnya, biscuit, wortel rebus yang dipotong sebesar korek api
(finger food), atau sepotong papaya.
5. Bisa juga dengan memberikan nasi lembek dicampur lauk yang diblender.
Pertanyaan 6 – Neng M (Bandung)
Bagaimana cara menyeimbangkan gizi anak di atas 5thn, yang sudah tau jajanan dengan berbagai rasa dan
macam nya?ditengah masa pandemi, kadang ibu-ibu suka khawatir juga.
Untuk Bunda Neng, Prinsip gizi seimbang terdiri dari 4 pilar yang merupakan rangkaian untuk menyeimbangkan
zat gizi yang keluar dengan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur. Prinsip gizi
seimbang yaitu:
1. Mengonsumsi makanan beragam
Makanan beragam maksudnya selain makanan yang dimakan bervariasi, tetapi juga memperhatikan proporsi
makanan yang seimbang, jumlahnya cukup, dan tidak berlebihan.
2. Membiasakan perilaku hidup bersih
Perilaku hidup bersih dapat menghindarkan diri dari sumber infeksi, contohnya adalah mencuci tangan,
menutup makanan yang akan disajikan, memakai alas kaki, dan menutup mulut dan hidung bila bersin.
3. Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat memperlancar metabolisme dalam tubuh. Mengajak anak bermain atau berjalan bersama
adalah contoh aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh orang tua dan anak.
4. Mempertahankan dan memantau berat badan normal
Indikator untuk bayi dan balita adalah perkembangan berat badan terhadap usia dengan menggunakan acuan
Kartu Menuju Sehat (KMS), atau kurva CDC/NCHS, atau kurva WHO.2Aneka jajanan di pinggir jalan yang
tidak terjamin kebersihan dan kandungan gizinya. Ibu bisa membuat sendiri jajanan untuk balita Ibu hingga
ia tidak tergiur untuk jajan.
Pertanyaan 7– Nurlia (JakTim)
Anak saya saat ini makan tidak mau digabung, maunya satu persatu. Contoh nasi dulu, baru prohe, lanjut sayur
lanjut prona, sehingga waktu makannya kurang, 30 menit baru abis sebagian saja. Apakah gizi yg dibutuhkan
sudah terpenuhi? Jika belum bagaimana mengatasinya?

Wah...😊 Pasti Bunda Nurlim kesusahaan yah Bu karena makan adik jadi lamaBaiknya memang mengkonsumsi
makanan yang lengkap dan seimbang Bu, ibu boleh lebih variasikan makanan bisa dengan cara menggabungkan
makanan menjadi satu seperti nasi goreng, telur dadar dengan isian kentang dan sosis dan sayur sehingga
mempercepat jangka waktu adik makan, untuk kebutuhan gizi adik dihitung dari kebutuhan kalori harian adik
yaitu BB adik x 104. Misal anak usia 2 tahun BB adik saat ini 12 kg kebutuhan kalori adik 12 x 104 = 1248
dikurangi dengan kalori susu 540 ml per hari yaitu 432 kalori sisanya di bagi dengan sendok makan adik (25
kkal/sendok) jadi ibu harus makan beri makan adik sekitar 33 sendok makan kecil di bagi 3x sehari jadi sekali
makan harus 11 sendok makan kecil. Kalau memang adik tidak sanggup makan hingga 11 sdm sekali makan
Bunda bisa berikan 5-6 kali sehari.
Pertanyaan 8– Muhzi (JakTim)

Bagaimana cara mengatasi anak yang kurang nafsu makan makanan yang bergizi, malah makanan yang tidak
bergizi suka dia makan sehingga ideal berat badan berkurang

Bunda Muhzi, memang anak dibawah usia 3,5 tahun akan sering untuk pilih pilih makanan Bunda karena masih
tahap adaptasi makan dari yang makanan cair ke padat :
1. Berikan makanan yang lebih bervariasi adik sudah bisa makan seperti bihun goreng yang ibu olah di rumah.
2. Berikan makan porsi kecil dan sering 5-6 x sehari
3. Berikan susu adik sesuai standar 540 ml per hari
4. Jangan Paksakan Makan takut adik trauma makan
5. Berikan suplemen penambah napsu makan
Pertanyaan 9– Nurlia (JakTim)
Bagaimana cara mengatasi, jika kami sebagai orang tua ingin mengendalikan anak saat tantrum, namun dari
nenek/kakek nya malah seperti tidak mendukung?
Contoh anak nangis ingin sesuatu, kami orang tua tidak kasih karena suatu hal. Namun neneknya melihat sedang
nangis sehingga keinginannya dituruti.
Terkait pertanyaan yang ibu sampaikan, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat diperhatikan, yaitu:
• Terkait kondisi yang ibu alami, menurut saya hal tersebut mengarah pada adanya pengasuhan berbeda ya yang
dilakukan oleh orang tua dan nenek/kakek? Dalam psikologi, hal tersebut mengarah pada “Co-Parenting”. Terkait
pertanyaan ibu, saya akan jelaskan terlebih dahulu mengenai Co-Parenting ini ya. Co-Parenting adalah
pengasuhan anak oleh 2 atau lebih orang dewasa yang membuat hal ini menjadi tanggung jawab bersama,
seperti mama, papa, nenek/kakek, atau pengasuh.
• Dalam Co-Parenting, sebenarnya cukup banyak dampak positif yang diperoleh, namun tak jarang juga ada
perbedaan metode pengasuhan atau pendapat dari para pengasuh ini. Kesulitan dalam mengomunikasikan
perbedaan ini sebenarnya sering menjadi ‘tantangan utamanya’. Ada beberapa saran yang bisa berikan terkait
bagaimana cara untuk menjalin komunikasi dengan pengasuh lain, yaitu:

1. Pahami kehadiran anak bagi pengasuh tersebut --> misal pahami bahwa nenek memberikan es krim pada
adik karena nenek sayang adik. Namun perlu dilanjutkan dengan poin kedua ya mom, yaitu:
2. Coba komunikasi efektif (yang asertif) dengan langsung menyatakan apa yang sebenarnya, jika ada potensi
terjadi masalah atau perbedaan pendapat --> adik boleh minum es, tetapi saat libur sekolah ya, karena kalau
pada saat sekolah, adik sering sakit kalau habis minum es.
Pertanyaan 9– Nurlia (JakTim)
3. Libatkan pengasuh tersebut untuk membantu menyelesaikan masalah yang dialami anak--> pinta pendapat
orang tersebut mengenai pengalamannya dalam mengasuh anak.
4. Berikan pendapat yang fleksibel dan sopan (tidak terkesan menggurui).
5. Gunakan media edukasi lain (jika perlu), misal pendapat dari ahli (psikolog atau dokter) yang di share di
media

Lebih lanjut, terkait kondisi yang ibu alami, menurut saya bisa terlebih dahulu dicoba lakukan beberapa saran
di atas (menjalin komunikasi dengan pengasuh lain). Setelah itu, ibu bisa menerapkan pencegahan dan kiat
mengatasi ‘tantrum’ yang saya sampaikan pada materi sebelumnya. Secara umum, mengatasi tantrum pada
anaknya sama dengan materi yang saya berikan, namun ditambah dengan adanya ‘komunikasi’ antara ibu
dengan pengasuh lainnya’. Terkait cara untuk mengatasi tantrum anak ibu, yaitu:
1. Tenangkan diri orang tua terlebih dahulu --> tenangkan diri dalam menghadapi anak tantrum dan dalam
menghadapi kakek/nenek yang berbeda pendapat dalam segi pengasuhan
2. Alihkan perhatian anak dengan hal lain. Ini sangat penting ya mom! Jika anak terlihkan dengan hal lain, maka
ia tidak lagi memikirkan apa penyebab tantrumnya
3. Tetap berada di dekat anak ya mom --> sebagai dukungan pada anak dan membuat aturan yang konsisten
pada anak (misal: kalau tidak boleh minum es ya tidak boleh, tetap berada di dekat anak sehingga aturan
tersebut konsisten dan tidak diberikan es oleh kakek/nenek).

Berikut adalah hal yang dapat saya sarankan ya moms! Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di rumah ya
Pertanyaan 10– Yeni Ika (Jogja)
Dimateri disebutkan bahwa tantrum direntang usia 18-60bln, anak saya baru umur 8bln tapi jika dibandingkan
dengan anak seusianya anak saya tergolong emosian dan cepat marah (greget-greget dan teriak-teriak) jika
menginginkan sesuatu tapi tidak cepat diberi, suara tangisnya pun kencang sekali beda dengan anak seumurnya.
Apakah ini bahaya? Dan tanda-tanda tantrum?

Terkait pertanyaan yang ibu sampaikan, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat diperhatikan, yaitu:

• Tantrum dapat terjadi pada anak di mulai usia sekitar 1 tahun. Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan
anak tantrum, seperti: anak tidak memahami apa yang orang lain katakan, anak kesal karena orang lain tidak
memahami apa yang ia katakan, anak tidak mampu mengungkapkan apa yang ia pikirkan dan rasakan, anak
sedang lapar, lelah, mengantuk, dan lain sebagainya. Tantrum ini merupakan sebuah ‘ledakan kemarahan’ dan
frustrasi yang tidak terkendali yang ditunjukkan oleh anak-anak yang lebih kecil.

Tantrum ini merupakan pengekspresian emosi yang dirasakan oleh anak.

• Terkait perilaku yang anak ibu tunjukkan (yang mungkin berbeda dengan yang anak lain tunjukkan misal lebih
cepat marah atau tangisannya kencang), ada beberapa hal yang memengaruhinya, yaitu:
Pertanyaan 10– Yeni Ika (Jogja)

• Temperament --> ini memengaruhi secerapa cepat dan kuat reaksi anak terhadap peristiwa yang tidak
menyenangkan dan membuat dia frustrasi. Anak-anak yang mudah marah cenderung lebih sering menunjukkan
‘ledakan emosi’. Temperament ini berbeda pada setiap anak. Bisa saja untuk 1 masalah yang sama, anak A
menanggapinya dengan tenang, sementara anak B menanggapinya dengan marah atau menangis.
• Lingkungan sosial anak (terutama keluarga). Bagaimana keluarga biasanya merespon kejadian yang tidak
menyenangkan? Apakah orang tua sering menunjukkan kemarahan yang berlebihan di depan anak? Ataukah
orang tua cenderung tenang? --> hal ini dapat memengaruhi juga respon anak atau pengelolaan emosi dan
pengekspresian emosi anak.
• Terkait jangka panjang, menurut saya saat ini ibu dapat lakukan kiat-kiat mengatasi tantrum dan
mengendalikan emosi seperti yang sudah saya sampaikan pada materi sebelumnya. Pengelolaan ini dapat dilatih
dan diajarkan. Dengan harapan bahwa seiring berjalannya waktu dan kematangan perkembangan emosi anak, ia
dapat mengendalikan emosinya dan mengurangi perilaku tantrum yang dilakukan (tentunya jika orang tua
membantu anak untuk mengelola dan mengekspresikan emosi dengan baik).
• Kemudian terkait jangka panjang, nanti orang tua harus memperhatikan apakah perilaku tantrum (menangis,
menendang, melempar, dsb) berlebihan? Atau sering terjadi dan sulit berhenti? Kemudian apakah tantrum ini
berlanjut hingga sekitar usia 5 tahun ke atas? Jika iya, maka sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan ahli.

Berikut adalah hal yang dapat saya sarankan ya moms! Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di rumah ya ☺
Pertanyaan 11– Irma I (Bogor)
Bagaimana cara mengatasi traumatis anak yang di akibatkan oleh sikap marah orang tua karena anak tantrum?

Terkait pertanyaan yang mom sampaikan, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat diperhatikan, yaitu:

• Terkait apakah anak mengalami trauma atau tidak dengan sikap marah orang tua saat anak tantrum, hal ini
tidak bisa diasumsikan oleh kita (karena traumatic harus dilakukan pemeriksaan oleh ahli). Yang bisa kita lakukan
saat ini adalah dengan ‘mengubah’ respon kita saat anak tantrum. Dengan kita mengubah respon kita dengan
lebih baik, maka anak akan terbiasa dengan respon kita tersebut, sehingga kemungkinan akan mengurangi
‘ketakutan’ dengan respon yang kita tunjukkan.
• Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua (merubah perilaku atau respon) saat anak tantrum, yaitu
dengan:
1. Saat anak kembali tantrum, tenangkan diri orang tua terlebih dahulu --> Tarik nafas perlahan, keluarkan,
tenangkan diri, coba untuk relaks.
2. Lihat polanya! Pahami kebutuhan anak saat itu. Apa yang ia butuhkan saat ini? Apakah lapar? Haus? Atau
kah ia ingin tidur?
3. Alihkan perhatian anak dengan hal lain --> misalnya mainan yang ia sukai
4. Coba untuk tenangkan anak, elus badannya, dan peluk anak.
5. Pahami perasaan ketidaknyamanan anak. Berikan kalimat yang menenangkan untuknya.
Pertanyaan 11– Irma I (Bogor)

• Terkait respon anak apakah mengalami ada traumatis atau tidak, menurut saya hal ini perlu dilihat tanda-
tandanya. Apakah ia terlihat sangat ketakutan saat kita sedikit tegas? Atau kah anak menjadi takut
melakukan sesuatu? Jika kita sudah mengubah respon kita menjadi lebih baik namun anak masih
menunjukkan tanda-tanda traumatis, maka sebaiknya berkonsultasi dengan Psikolog Anak ya mom.

Berikut adalah hal yang dapat saya sarankan ya moms! Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di rumah ya 😊
Pertanyaan 12– Elpira (Masamba)
Sebenarnya anak umur 3 tahun apakah masih minum susu malam hari?Anak saya kalau makan teratur 3 kali
sehari. Cuman tidak banyak. Tetapi malam hari selalu menangis minta susu.Misal tidur jam 10 malam, Jam 1
malam nangis minta susu, Lalu jam 3 lagi menangis. Lalu bangun tidur jam 7an terbangun klo tdk dikasih susu
masih rewel.
Pasti sangat mengganggu yah Bunda Elpira, dan tentunya adik harus sikat gigi lagi sebelum tidur, supaya
giginya tidak rusak. Normal jika adik minum susu sebelum tidur dan langsung sikat gigi, jika si Kecil memang
terbangun beberapa kali di malam hari. Mereka bisa tidur kembali setelah dibantu oleh Ibu, bisa dengan
menyusui atau diberikan susu. Jika setiap saat terbangun si Kecil langsung diberikan susu, maka hal ini dapat
mengajari mereka bahwa mereka hanya bisa tidur setelah minum susu. Karena alasan-alasan tersebut, Ibu
harus berani untuk tidak membiarkan si Kecil terlalu sering minum susu tengah malam.
Tips :
• Jangan pernah menidurkan si Kecil dengan terbiasa memberikan susu dalam botol atau minuman manis
menempel di mulutnya.
• Buatlah jadwal minum susu. Jangan biasakan memberikan minum susu sewaktu-waktu, misalnya di saat si
Kecil tengah bermain, sehingga kemungkinan gigi terpapar dengan gula susu lebih kecil.
• Setelah sikat gigi di malam hari, jangan lagi memberikan minuman manis atau minum susu lagi. Kalau
terpaksa si Kecil minum susu lagi setelah sikat gigi, maka sikat gigi sebaiknya diulang kembali.
• Ajarkan si Kecil menyukai minum air putih saat haus, tidak harus susu atau minuman manis.
• Minum susu dengan botol sebaiknya dihentikan ketika si Kecil memasuki usia satu tahun.
• Harus bisa dibiasakan minum susu dengan gelas saat si Kecil sudah siap.
Pertanyaan 13– Eva S (Cikarang )
Apakah ada kaitannya tantrum dengan stunting pada anak?

Tidak ada kaitannya Bunda Eva antara Stunting dan Tantrum Stunting pada anak, ini adalah suatu kondisi ketika
tubuh dan otak anak tidak mengalami perkembangan secara optimal. Keadaan ini menyebabkan tubuh mereka
jadi lebih pendek dan kemampuan berpikir mereka cenderung lebih lambat dari anak lain seusianya. Hal ini
berbeda dengan Tantrum pada anak. Tantrum adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku
mengamuk atau marah-marah pada anak. Sedangkan Stunting di sebabkan oleh kebersihan lingkangan yang
kurang terjaga, status gizi ibu yang buruk saat hamil dan menyusui, pola MPASI yang tidak sehat dan bergizi,
anak jarang konsumsi sayur dan Buah.
Pertanyaan 14– Natalia W (JakSel)
Apakah dampak dari si anak tantrum,apakah berpengaruh dari segi nutrisi?

Tidak Bunda Natali, tantrum umumnya disebabkan oleh rasa kesal, marah, dan frustasi. Bisa juga muncul karena
anak merasa lelah, lapar, dan tidak nyaman. Tindakan agresif tersebut terjadi akibat anak sulit untuk
mengungkapkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Cara mengatasinya ibu harus tetap tenang saat adik
mengalami tantrum, cari tahu penyebab tantrumnya, alihkan perhatian si kecil, jangan memukul atau membentak,
berikan pelukan dan penjelasan.
Pertanyaan 15– Febtania(JakSel)
Apakah semua anak akan melewati masa TANTRUM? Jika iya, apakah tantrum akan hilang dengan sendirinya
saat bertambahnya usia atau harus ada cara yang dapat kita cegah? Adakah istilah "LEVEL" dalam tantrum?
Misal sedang sampai sudah parah ?
Terkait pertanyaan yang mom sampaikan, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat diperhatikan, yaitu:
• Tantrum merupakan suatu hal yang wajar terjadi dan merupakan salah satu perkembangan anak di bawah usia
5 tahun. Tantrum ini wajar dialami pada anak usia sekitar 1 tahun hingga 4 tahun. Pada usia tersebut,
kemampuan sosial dan emosional anak baru mulai berkembang pada usia tersebut. Anak-anak ini seringnya
tidak dapat mengutarakan melalui kata-kata mengenai apa yang sedang ia rasakan (emosinya). Oleh karena itu,
menangis, berteriak, dsb adalah salah satu ‘cara’ yang ia lakukan. Hal ini masih ‘dianggap’ wajar, namun ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal ini akan saya bahas di poin berikutnya ya mom.
• Terkait pertanyaan kedua “apakah tantrum akan hilang sendirinya seiring bertambahnya usia?” jawabannya
adalah: belum tentu! Untuk mengelola emosi pada tantrum ini, anak harus dilatih dan dibantu ya mom. Ada
beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk melatih emosi anak, yaitu:
1. Saat anak sudah mulai merasa tidak nyaman, orang tua dapat membantu dengan melabel atau
menyimpulkan apa emosi yang sedang anak rasakan, misalnya “kamu kesal ya?” atau “kamu lapar ya?”
2. Setelah itu, bantu anak untuk mencari solusi atas apa yang membuatnya tidak nyaman, misalnya “kamu lapar
ya? makan yuk?”, dan sebagainya.
3. Ajak dan latih anak untuk mengutarakan apa yang sedang ia inginkan dan apa yang sedang ia rasakan.
Bantu anak untuk mengungkapkannya dengan kata-kata. Atau jika anak belum dapat berbicara dengan
lancar, dapat dibantu dengan menggunakan kata-kata dan menunjuk hal yang ia inginkan.
Pertanyaan 15– Febtania(JakSel)

• Terkait pertanyaan ketiga yaitu level tantrum, yaitu tidak ada. Akan tetapi, kita sebagai orang tua harus
memperhatikan beberapa hal sebagai warning terkait perilaku tantrum yang anak kita tunjukkan ya moms, yaitu:
1. Apakah perilaku tantrum (menangis, menendang, melempar, dsb) terlihat berlebihan (misalnya ia
menendang siapapun yang ada di sekitarnya hingga menyakiti badan orang lain atau ia melempar barang-
barang di sekitarnya hingga rusak? Ataukah tantrum ini sering terjadi dan ketika terjadi selalu sulit untuk
berhenti?
2. Kemudian apakah tantrum ini berlanjut atau masih dilakukan anak hingga usia sekitar 5 tahun ke atas? Jika
iya, maka sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan psikolog anak.

Berikut adalah hal yang dapat saya sarankan ya moms! Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di rumah ya☺
Pertanyaan 16– Neng M (Bandung)
Apakah anak yang suka emosi karena hp untuk umur di bawah 5thn itu bisa di sebut tantrum apa bukan?
Karena saya melihat anak-anak sekarang lebih tertarik ke hp daripada buku-buku cerita atau bermain dengan
anak sebaya nya.Bagimana cara edukasi/peranan penting orangtua untuk mengatasinya? yang notaben
orangtuanya penjual online yang mengharuskan aktif/on selalu di hp

Terkait pertanyaan yang mom sampaikan, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat saya jawab, yaitu:
• Iya bu hal tersebut bisa disebut dengan tantrum. Tantrum itu adalah sebuah ‘ledakan kemarahan’ dan frustrasi
yang tidak terkendali yang ditunjukkan oleh anak-anak yang lebih kecil, yaitu sekitar 1-4 th. Tantrum ini
merupakan pengekspresian emosi yang dirasakan oleh anak. Tantrum ini dapat terjadi karena berbagai hal, yaitu
anak tidak memahami apa yang orang lain katakan, anak kesal karena orang lain tidak memahami apa yang ia
katakan, anak tidak mampu mengungkapkan apa yang ia pikirkan dan rasakan, anak sedang lapar, lelah,
mengantuk, dan tantrum ini juga dapat terjadi jika anak tidak bisa mendapatkan atau melakukan apa yang
sedang ia inginkan. Termasuk mengenai apa anak ibu lakukan ini. kemungkinan ia menginginkan handphone
namun dibatasi, sehingga responnya adalah merengek, menangis, dan sebagainya.
• Terkait penggunaan gadget, ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan di rumah, yaitu: berikan aturan kepada
anak (misalnya penggunakan gadget hanya 1 jam per hari, tentunya dengan pendampingan dari orang tua ya
mom!), kemudian berikan batasan tentang apa yang boleh atau tidak boleh ditonton anak ya momm. Lalu
sebaiknya diberikan tontonan yang mengedukasi yaa (misalnya cerita, hitungan, dsb).

Berikut adalah hal yang dapat saya sarankan ya moms! Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di rumah ya 
Pertanyaan 17– Yusva (Bandung)
Anak saya baru mau 1tahun. Terkadang kalau lagi proses makan, kalo sudah gak mau makan, anak saya suka
banting badan ke belakang ke senderan kursi. Apakah itu termasuk ada bibit tantrum ya mba?

Terkait pertanyaan yang mom sampaikan, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat saya jawab. Menurut saya
apa yang dilakukan oleh anak ibu lebih karena kemungkinan ia tidak menyukai makanan yang ia makan (memilih)
atau memang sudah tidak ingin melanjutkan makan. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah: apakah perilaku
‘menolak kegiatan’ muncul pada semua kegiatan? Atau hanya pada saat makan? Jika hanya pada saat makan, ini
kemungkinan karena faktor ‘apa yang dimakan’ bu. Saran saya: coba lakukan cara lain atau kegiatan lain saat
makan dan evaluasi makanan yang anak sukai/tidak. Semoga bermanfaat dan bisa diterapkan di rumah ya moms!
:)
Pertanyaan 18– Inna A(JaTim)

Apakah chil kid bisa menambah nafsu makan? Menaikkan berat badan? Dan menjaga imunitas anak?

Bisa Bunda Inna, Morinaga Chil Kid sudah di sesuaikan dengan kebutuhan Nutrisi si Kecil dilengkapi dengan
Moricare Zigma dilengkapi dengan Prebiotik GOS, Probiotik Triple Bifidus (Bifidobacterium longum BB536,
Bifidobacterium breve M-16V, & Bifidobacterium infantis M-63) untuk meningkatkan fungsi saluran cerna &
adik lebih sehat, supaya penyerapan nutrisi lebih optimal, adik sehat, napsu makan meningkat, sehingga BB adik
Bertambah sesuai standard, Morinaga Chil Kid juga sudah di lengkapi dengan Nukleotidan dan Zink untuk
menjaga daya tahan Tubuh adik supaya tidak gampang sakit seperti Batuk, Pilek dan demam. Dan sudah
dilengkapi dengan Faktor Kecerdasan Multitalenta (AA, DHA, Alfa-laktalbumin, dan Kolin) dan Tumbuh
kembang Optimal (multivitamin dan Mineral yang lebih berkualitas).
Pertanyaan 19– Cyntia A(Tangerang)
Apa ada tanda-tanda yg terlihat jelas apabila anak kekurangan gizi tapi anak sehat?

Pada anak-anak yang mengalami kurang gizi dapat dilihat dari berbagai tanda-tanda yang muncul, yakni:
• Nafsu makan rendah
• Anak Mengalami Gagal Tumbuh (dilihat dari berat badan, tinggi badan, atau keduanya yang tidak sesuai
dengan umurnya)
• Kehilangan lemak dan massa otot tubuh.
• Kekuatan otot tubuh menghilang.
• Sangat mudah untuk marah, terlihat lesu, bahkan dapat menangis secara berlebihan
• Mengalami kecemasan dan kurang perhatian terhadap lingkungan sekitar.• Sulit berkonsentrasi dengan
baik
• Kulit dan rambut kering, bahkan rambut mudah sekali rontok
• Pipi dan mata tampak cekung.
• Proses penyembuhan luka sangat lama.
• Rentan terserang penyakit, dengan proses penyembuhan yang cenderung lama.
• Risiko komplikasi meningkat jika melakukan operasi.
Pertanyaan 20– Karina S (Cimahi)
Saya punya balita usia 16 bln. Tadi BB susah naiknya, Karna tidak asi, jadi saya ganti-ganti sufornya. Nah
sekarang ini dia susah buat minum susu, yang masuk hanya makanan saja. Apakah ini akan berpengaruh pada
gizi nya?

Sangat Berpengaruh Bunda Karina, saat ini adik masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan apalagi
dalam masa 1000 HPK “Periode Emas” pada saat makan khawatir ada beberapa nutrisi yang tidak adik
konsumsi, menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan menjadi terganggu, manfaat susu bagi kesehatan.
Berbagai zat gizi yang penting bagi tumbuh kembang si Kecil ada di dalam susu. Tak hanya kaya protein, susu
anak pun mengandung kalsium, vitamin D, vitamin A, dan zinc. Namun sayang, ada kalanya anak tidak mau
minum susu. Karena berbagai alasan, anak kerap menutup mulut ketika orang tua menawarkan susu. Beberapa
penyebab anak tidak suka minum susu :
1. Alat pemberian susu tidak cocok 2
2. Masalah ronggga mulut
3. Infeksi saluran pernapasan
4. Kondisi susu
5. Suasana saat minum susu
6. Si kecil tidak tertarik dengan susu
Apabila si Kecil masih tidak mau minum susu, Bunda dapat berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan
memberikan saran bahan makanan lain yang dapat menjadi alternatif susu, guna memenuhi kebutuhan si
Kecil akan kalsium dan zat gizi lainnya.
Pertanyaan 21– Eka (Cimahi)
1. Kapan dan seperti apakah tanda tantrum harus diwaspadai atau diberikan penangan lenlbih lanjut?
2. Ketika tantrum juga berpengaruh padackondisi psikis ibu, apakah harus ditangani lebih lanjut secata
bersamaan?

Ada beberapa hal yang dapat saya jawab, yaitu:


1. Terkait pertanyaan pertama, kita sebagai orang tua harus memperhatikan beberapa hal sebagai warning
terkait perilaku tantrum yang anak kita tunjukkan ya moms, yaitu:
• Apakah perilaku tantrum (menangis, menendang, melempar, dsb) terlihat berlebihan (misalnya ia
menendang siapapun yang ada di sekitarnya hingga menyakiti badan orang lain atau ia melempar barang-
barang di sekitarnya hingga rusak? Ataukah tantrum ini sering terjadi dan ketika terjadi selalu sulit untuk
berhenti?
• Kemudian apakah tantrum ini berlanjut atau masih dilakukan anak hingga usia sekitar 5 tahun ke atas? Jika
iya, maka sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan psikolog anak.
2. Dampak terhadap kondisi psikologis ini maksudnya bagaimana mom? Jika memang perilaku anak sudah sulit
untuk ditangani oleh orang tua, sebaiknya berkonsultasi dengan ahli mengenai apa yang harus dilakukan dan
apakah perilaku anak tergolong normal, normal namun bermasalah, atau masuk ke dalam ranah masalah
yang lebih serius (gangguan perilaku). Lalu jika memang ada dampak juga pada orang tua, sebaiknya juga
dapat dikonsultasikan pada ahli.
Pertanyaan 22– Siska (Cimahi)
1. Bagaimana cara mengatasi tantrum pada anak?
2. Fase apa saja tantrum itu, cara menghadapinya bagaimana?
3. Adakah cara untuk menghidari dari tantrum tersebut?
4. Dari anak usia brpa bisa mengalami tantrum?

Ada beberapa hal yang dapat saya jawab, yaitu:


1. Terkait pertanyaan pertama, kita sebagai orang tua harus memperhatikan beberapa hal sebagai warning
terkait perilaku tantrum yang anak kita tunjukkan ya moms, yaitu:
• Apakah perilaku tantrum (menangis, menendang, melempar, dsb) terlihat berlebihan (misalnya ia
menendang siapapun yang ada di sekitarnya hingga menyakiti badan orang lain atau ia melempar barang-
barang di sekitarnya hingga rusak? Ataukah tantrum ini sering terjadi dan ketika terjadi selalu sulit untuk
berhenti?
• Kemudian apakah tantrum ini berlanjut atau masih dilakukan anak hingga usia sekitar 5 tahun ke atas? Jika
iya, maka sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan psikolog anak.
2. Dampak terhadap kondisi psikologis ini maksudnya bagaimana mom? Jika memang perilaku anak sudah sulit
untuk ditangani oleh orang tua, sebaiknya berkonsultasi dengan ahli mengenai apa yang harus dilakukan dan
apakah perilaku anak tergolong normal, normal namun bermasalah, atau masuk ke dalam ranah masalah
yang lebih serius (gangguan perilaku). Lalu jika memang ada dampak juga pada orang tua, sebaiknya juga
dapat dikonsultasikan pada ahli.
Pertanyaan 22– Siska (Cimahi)

3. Mencegah tantrum dengan cara:


• Hal pertama dan yang terpenting adalah penuhi kebutuhan anak. Pahami pada saat itu apa yang sedang
anak butuhkan, misalnya apakah dia lapar?
• Melanjutkan poin pertama, sebaiknya orang tua menjaga rutinitas harian anak. Misalnya sudah ada jam anak
kapan makan, kapan tidur. Sehingga kebutuhan anak terpenuhi berikan aturan di rumah dan aturan yang
realistis yang mampu untuk anak lakukan setiap waktu.
• Kita juga wajib pelajari pola anak dan situasi yang dapat membuat ia tantrum.
• Selanjutnya yang bisa dilakukan adalah terkait pengelolaan emosi, yaitu: bantu anak untuk mengenali
emosinya, yaitu “kamu sedih ya? kamu kesal?” kemudian pahami perasaan yang anak rasakan.
• Salah satu yang terpenting adalah: ajari anak untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pikirannya
dengan menggunakan kata-kata. Perkataan (verbal) adalah salah satu cara untuk berkomunikasi, oleh karena
itu hal ini sangat penting.
4. Tantrum muncul pada usia di bawah 5 tahun. Sekitar usia kurang lebih 2 tahun hingga 4 tahun (bisa pada 1-
5 tahun), namun sangat tergantung pada frekuensi dan intensitasnya.
Pertanyaan 23– Hera (Cikarang)
1. Bagaimana cara mengatasi tantrum pada anak?
2. Fase apa saja tantrum itu, cara menghadapinya bagaimana?
3. Adakah cara untuk menghidari dari tantrum tersebut?
4. Dari anak usia brpa bisa mengalami tantrum?

Ada beberapa hal yang dapat saya jawab, yaitu:


1. Terkait pertanyaan pertama, kita sebagai orang tua harus memperhatikan beberapa hal sebagai warning
terkait perilaku tantrum yang anak kita tunjukkan ya moms, yaitu:
• Apakah perilaku tantrum (menangis, menendang, melempar, dsb) terlihat berlebihan (misalnya ia
menendang siapapun yang ada di sekitarnya hingga menyakiti badan orang lain atau ia melempar barang-
barang di sekitarnya hingga rusak? Ataukah tantrum ini sering terjadi dan ketika terjadi selalu sulit untuk
berhenti?
• Kemudian apakah tantrum ini berlanjut atau masih dilakukan anak hingga usia sekitar 5 tahun ke atas? Jika
iya, maka sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan psikolog anak.
2. Dampak terhadap kondisi psikologis ini maksudnya bagaimana mom? Jika memang perilaku anak sudah sulit
untuk ditangani oleh orang tua, sebaiknya berkonsultasi dengan ahli mengenai apa yang harus dilakukan dan
apakah perilaku anak tergolong normal, normal namun bermasalah, atau masuk ke dalam ranah masalah
yang lebih serius (gangguan perilaku). Lalu jika memang ada dampak juga pada orang tua, sebaiknya juga
dapat dikonsultasikan pada ahli.
Pertanyaan 24– Siska (Cimahi)
1. tips dan trik kita sbagai ibu agar tidak gmpang terpancing emosi saat anak tantrum

Ada beberapa hal yang dapat saya jawab, yaitu:

Tarik nafas perlahan (pahami bahwa emosi anak ini hanya sementara dan akan berhenti), lalu setelah kita
juga tenang, kita bisa peluk anak dan elus perlahan badannya. Namun jika kita tidak merasa tenang, kita bisa
menjauh terlebih dahulu dari situasi tersebut (mungkin ke ruangan sebelahnya), lalu kitatarik nafas perlahan
dengan panjang selama 3-5 menit, lalu tenangkan diri dan relaks. Jika kita sudah tenang, kita dapat kembali
ke ruangan tersebut dan berusaha menenangkan anak
Outlet Kami

Pondok Indah Mall 2 Bintaro Jaya Exchange Lotte Shopping Avenue

Lippo Mall Puri Grand Metropolitan Pesona Square Mall


Bekasi

Contact Channel :
Thank You!
@KALCareID

@kalcare

Anda mungkin juga menyukai