Anda di halaman 1dari 4

1.

Tantrum
Tantrum adalah cara anak menunjukkan bahwa dia merasa sedang kesal, frustasi karena tidak
mendapatkan sesuatu yang dia inginkan.

Solusi:

-Tetap tenang jangan bereaksi mendadak. Misalnya balik marah atau membentak.

-Kalau si kecil menangis, katakana padanya “ibu baru bisa mendengar apa yang kamu butuh, kalau
kamu berhenti menangis.”

-Coba untuk alihkan perhatiannya.

-Jangan menyerah dengan menyetujui apa yang anak inginkan. Lanjutkan dengan kegiatan rutin
lainnya, sampai dia tenang.

2. Tidak patuh
Seiring anak besar, dia mulai merasa sudah bisa mandiri. Konsep ke-aku-annya mulai muncul. Hal
ini mengakibatkan anak tidak kooperatif pada perintah apapun yang kita sampaikan.

Solusi:

-Hargai opini anak dan tetap tenang. Tanya kenapa dia nggak mau melakukan sesuatu yang kita
sarankan. Dan dengarkan dengan saksama.

-Jelaskan kepada anak, kenapa kita menyarankan hal tertentu kepada dia untuk dilakukan. Bijak
memilih kata-katanya, ya, mommies.

-Sebisa mungkin jangan berteriak. Karena malah makin membuat suasana makin buruk.

3. Agresif
Menangani anak yang marah dan agresif salah satu sikap anak yang paling menantang untuk
dihadapi. Belum lagi kalau diiringi jeritan dan melempar barang. Kuncinya satu: SABAR.

Solusi:

-Coba bicara dengan nada suara rendah, cari tahu apa yang membuat dia marah. Karena reaksi pasti
diawali aksi.

-Jika si kecil marah terkait urusan sekolah. Coba bicara dengan gurunya untuk menghadirkan solusi
paling baik.

4. Berbohong
Adakalanya anak berbohong di kasus tertentu. Segera bahas saat mommies mendapati mereka
berbohong. Karena jika dilakukan pembiaran, makan akan menjadi kebiasaan dan bisa jadi
menyembunyikan hal penting dari anda.
Solusi:

-Hindari marah pada anak (saya akui ini bagian paling sulit *___*), apalagi melakukan hukuman
fisik, ketika kita tahu pertama kali anak berbohong. Supaya tidak kehilangan momen, anak cerita
jujur kenapa dia bohong

-Beri tahu si kecil, kenapa dia tidak boleh berbohong. Utarakan penjelasan yang masuk akal.
Penting memberi tahunya perbedaan mana yang benar, mana yang salah.

5. Sibling rivalry
Berkelahi, bertengkar, sepertinya sudah menjadi hal yang sering terjadi di setiap keluarga yang
punya anak lebih dari satu. Bahayanya, orangtua seakan-akan menerima begitu saja. Abai dan
pembiaran. Stop sampai di sini, karena lama-lama bisa bermanifestasi menjadi perkelahian fisik
yang lebih buruk.

Solusi:

-Jangan langsung menyalahkan salah satu pihak. Tapi tenangkan kedua pihak.

-Dorong mereka untuk menyelesaikan masalah, tapi tetap saling menghormati. Pancing mereka
untuk mencari jalannya sendiri.

-Buat peraturan, jika hal ini kembali terjadi. Siapapun itu yang memulai pertengkaran, keduanya
akan menerima konsekuensinya. Bentuknya bisa didiskusikan bersama.

6. Kebiasan makan yang kurang sehat


Berlebihan makan makanan ringan, cepat saji, permen akan menyebabkan orangtua jadi kesulitan
memberikan asupan makanan sehat, seperti sayuran.

Solusi:

-Pastikan mommies tidak memaksa anak makan, apa yang diinginkan mommies. Jadilah model
terlebih dahulu. Contohnya, makan sayur dan buah di depan mereka. Biarkan mereka melihat,
betapa enak dan nikmatnya sumber serat tersebut.

-Edukasi anak tentang manfaat makanan sehat. Bilang padanya, kalau rajin konsumsi sayur dan
buah, jadi mudah buang air besar. Dan apa pula akibatnya kalau terlalu sering makan makanan
cepat saji.

-Biarkan anak mommies membantu di dapur, ketika masak makanan rumah yang sehat.

7. Ketagihan Gadget
Nggak bisa dipungkiri gadget menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi ada nilai edukasinya,
mengenalkan beragam kosa kata, warna, bentuk dan lain-lain. Namun, jika penggunaan gadget ini
tidak pada porsi yang wajar, akan menyebabkan ketagihan gadget.

Solusi:
-Kitanya sebagai orangtua, jangan mengandalkan gadget sebagai media bermain anak. Buat anak
sibuk dengan kegiatan lainnya.

-Kenalkan anak dengan berbagai kegiatan bermain di luar ruangan. Yang jauh lebih menyenangkan.

-Buat peraturan yang jelas dan konsisten. Misalnya apa saja game yang boleh dimainkan. Berapa
menit dalam sehari, mereka mendapatkan jatah screen time.

8. Nggak mau belajar


Adakalanya datang masa, anak mogok belajar. Padahal sudah waktunya ujian.

-Jangan menekan anak untuk selalu punya nilai sempurna, atau memang di setiap kompetisi.

-Coba diskusi, beri penjelasan kenapa belajar itu akan membantunya kelak di masa depan. Lengkapi
dengan contoh.

-Jika ditemukan ternyata si kecil, tidak tertarik dengan metode belajar pada umumnya. Cari tahu,
cara seperti apa yang membuat dia nyaman.

-Pahami kalau semua butuh proses. Biarkan dia memilih apa yang membuat dirinya nyaman.
Hindari mengontrol pilihan-pilihan hidupnya.

9. Selalu mengeluh
Sesekali merengek dan mengeluh di kalangan anak-anak wajar adanya. Tapii, jika berlanjut terus
menerus akan menjadi masalah berat.

-Bicara padanya, apa yang membuat dia mengeluh. Jangan diabaikan.

-Tawarkan solusi sesegera mungkin.

-Ajarkan padanya bagaimana dia bisa mengatasi masalah dirinya sendiri. Selain itu, tunjukkan cara
komunikasi yang bisa dimengerti untuk meminta sesuatu, bukan dengan cara merengek.

-Buat dia sadar, bahwa masalah-masalah yang dia hadapi, tidak sebesar uang dia pikirkan.

10. Anak yang tertutup


Setiap anak adalah pribadi yang unik. Jika si kecil termasuk anak yang tertutup, wajar saja kalau
kita merasa khawatir si kecil jadi pribadi yang menyendiri di sekolah, jarang berinteraksi, dan lain-
lain.

-Setiap anak punya zona nyamannya sendiri. Pahami ini dulu.

-Jangan paksa anak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya.

-Amati si kecil, coba untuk memahami kepribadiannya.

-Cari waktu yang tepat, untuk bicara padanya. Menyarankan untuk berteman dengan lebih banyak
orang. Kalau si kecil merasa malu, coba untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Bilang kalau
dulu ibu juga sempat malu, tapi ternyata pas dicoba sekali, rasanya menyenangkan, lho, punya
teman baru. Hargai dan nikmati prosesnya, jangan terburu-buru.

Anda mungkin juga menyukai