Anda di halaman 1dari 12

cara Berkomunikasi

dengan anak-anak
tanpa STRES!
Kenali Emosi, Kenali Perasaan Anak
"Saat perasaan anak tidak baik, mereka tidak bisa berperilaku baik"

Jika kita tidak menunjukkan kepedulian kita terhadap perasaan negatif anak, mereka akan lebih sulit
untuk diajak bekerja sama. Lalu kita akan mulai menggunakan kekuatan (teriakan, wajah seram, atau
malah mulai menyakiti) maka kita akan mulai membuat masalah yang lebih besar...

Emosi positif anak lebih mudah untuk dikenalkan

"Wah kamu senang ya makan nasi goreng buatan Ibu"

Emosi negatif anak lebih sulit dihadapi, karena kita sering ikutan emosi

"Aku benci sama Roni, aku tidak akan main sama dia lagi!"

Biasanya kita berkata "Jangan pernah pakai kata benci, lagipula Roni itu kan teman baikmu.
Nanti pasti akan main lagi sama dia"

Cobalah langkah berikut :


1. Tahan diri untuk tidak membalas ucapannya dengan sesuatu yg berkebalikan
2. pikirkan emosi yang dirasakan anak
3. sebutkan emosi itu dan masukkan dalam kalimat

Cobalah berkata "Sayang, sepertinya kamu sedang marah ya sama Roni?" atau "Roni pasti
membuatmu sangat jengkel ya, kenapa bisa begitu?"
Anda sedang memberikan anak kosakata penting mengenai perasaan. Pengakuan yang
sederhana bisa meredam kemarahan menjadi berlarut-larut.
Cara Membuat anak melakukan sesuatu
“Bertindak atau berbicaralah tanpa menghina anak”
Cara 1 : Gunakan candaan
Salah satu teknik yang sangat efektif bagi anak usia di bawah 7 tahun adalah, membuat benda mati berbicara.
sikat gigi itu mengeluarkan suara memohon "Tolong dong, aku punya tugas membersihkan kuman di gigi itu.
izinkan aku masuk dan melihatnya"
Teknik yang lain adalah mengubah suatu tugas yang membosankan menjadi permainan atau tantangan
Ketika mainan berantakan dan belum dirapikan anak diberikan tantangan "Ini tidak gampang, tapi apakah
kamu bisa memasukkan mainanmu ke kotak mainan dengan mata tertutup?"

Cara 2 : Tawarkan Pilihan


Cara berikutnya untuk membuat anak mendengarkan orangtua adalah menawarkan pilihan. Misalnya saat
anak sulit untuk makan, berikan pilihan "mau makan nasi apa makan roti?", kalau sedang susah mandi "mau
mandi dengan kapal-kapalan atau mandi busa?"

Jangan ubah pilihan


menjadi ancaman

Cara 3 : Beri Informasi

Daripada berkata "Kakak, keyboardnya jangan ditekan terlalu keras! nanti rusak" lalu
jawaban biasanya "Enggak! aku ga menekan terlalu keras kok!" Coba beri informasi
"Keyboard itu sangat ringkih, coba menekan keyboardnya sedikit lebih ringan" (beri
contoh)
Cara Membuat anak melakukan sesuatu
"Coba hargai apa yang sudah dilakukan anak..."
Cara 4 : Katakan dengan satu kata, atau satu gerakan
Menceramahi ketika anak melakukan kesalahan jarang ada yang efektif. Orangtua capek ngomong panjang
lebar, anak biasanya tidak mendengarkan atau pura-pura mendengar. Gunakan satu kata saja
"Mandi." sambil menunjuk kamar mandi (daripada, "Adiik ayo mandi ini sudah soree")
Gunakan gerakan menggosok gigi ketika menyuruh anak

Cara 5 : Deskripsikan yang anda lihat

Hargai dulu apa yang sudah dilakukan anak, sebelum mendeskripsikan apa yang masih perlu ia lakukan
Daripada berkata "Ibu lihat masih banyak mainan berantakan, ayo bereskan" Anda bisa berkata "Ibu lihat
kamu sudah merapikan mainan lego dan mobil-mobilanmu! keren. Tinggal dua lagi yang harus dibereskan
mainan kereta sama bukumu"
Cara Membuat anak melakukan sesuatu
"Gunakan kata "saya/aku" ketika Anda mendeskripsikan perasaan"

Cara 6 : Deskripsikan perasaan Anda


Mendeskripsikan perasaan sekaligus mengajarkan anak mengenai emosi
Diakui saja, ketika anak sedang bertengkar, biasanya orangtua mengatakan apa saja yang muncul
dikepala dan berkata "Jangan pukul adikmu! dia masih kecil! kamu bukan bayi lagi tahu! ga boleh itu!" yang
terjadi pertengkaran malah jadi lebih seru.
Daripada marah-marah, coba katakan "Ibu sangat sedih kalau melihat ada seorang anak menyakiti anak
yang lain"

Cara 7 : Tulis sebuah pesan


Sudah menjadi kebiasaan anak memegang gadget, tentu gadget yang dipegang anak bisa bermanfaat
untuk belajar. Itu harapan hampir semua orangtua. tapi hampir semua anak melihat gadget sebagai
konsol game, sebagai layar untuk scrolling video ga jelas.

Orangtua mungkin sudah bersepakat dengan anak bahwa pegang HP/tab/smart TV hanya maksimal 30
menit sehari. Tapi seberapa banyak aturan itu ditaati??
Daripada stress, coba tuliskan ditempat yang bisa dilihat orang serumah/sekelas :

Pilihan jadwal melihat gadget :


15.30 - 16.00 menonton kartun
di youtube
atau
16.30 - 17.00 bermain games di
tablet
Menyelesaikan Konflik,
Menghindari Pertengkaran
”Mengganti hukuman dengan “konsekuensi”, apa bedanya? “
Tidak ada bedanya, hukuman dan konsekuensi pada dasarnya sama saja. Keduanya membuat anak
frustasi, sedih, kecewa, marah. Perilaku mungkin berubah, tapi dampak psikologisnya lebih besar. Lalu
bagaimana orangtua atau guru harus menghadapi anak yg sulit diatur? Apakah didiamkan saja?
Didiamkan saja juga membuat situasi lebih parah.. ada beberapa cara yang bisa dilakukan…

Cara 1 : Ekspresikan perasaan anda, dengan tegas!

“KAKAK! Ayah tidak suka melihat adik didorong-dorong seperti itu!”


Tidak usah berteriak terlalu panjang. Cukup sekali saja. Perlihatkan wajah yang serius. Tapi perlu sampai
menyeramkan. Beberapa anak mungkin akan mendengarkan dan mematuhi. Tapi pastinya ada sebagian anak
yang tidak akan mempedulikan “ketegasan” anda. Jadi mari kita coba cara berikutnya

Cara 2 : Tunjukkan anak bisa bertindak lebih baik


“Adikmu takut sekali kalau didorong saat mencoba perosotan, mungkin kamu bisa
membujuknya untuk bermain di tempat lain, main ayunan atau main pasir?”

Tunjukkan bahwa anak bisa berbuat lebih baik dan lebih positif daripada memarahi dan
menghukumnya. Ini akan membuat anak merasa bahwa dirinya bisa berperilaku lebih baik
dari sebelumnya. Cara ini tidak mempan juga? Mari kita pakai cara berikutnya!
Menyelesaikan Konflik,
Menghindari Pertengkaran
“kita tidak bisa berharap anak usia 1 tahun akan berhati-hati ketika kita beri
gelas kaca untuk minum, mereka sudah pasti. 1000% akan melemparnya. Beri
mereka gelas plastik!”

Cara 3 : Beri anak pilihan


“Sepertinya kakak tidak suka mengantri main perosotan ya. Kamu pilih, mau main ayunan, main
pasir saja, atau mau mencoba lebih sabar mengantri main perosotan?”

Memberikan pilihan menawarkan anak untuk mengalihkan energinya ke tempat lain yang lebih
aman. Membantu anak untuk mencari dan memikirkan alternatif. Masih ada cara lain, tentu saja.

Cara 4 : Saatnya bertindak!


Apabila anak terus memperlihatkan perilaku yang membahayakan dirinya sendiri dan
anak lain. Saatnya anda untuk bertindak!
“OK! kita pulang saja. Kita bisa main di hari yang lain. Ibu khawatir nanti ada yang
sedih, menangis, atau malah terluka.”

Lho…lho?? Katanya konsekuensi (hukuman) berdampak buruk bagi anak. Lalu apa bedanya
“bertindak” ini dengan konsekuensi? Beda. Beda, bertindak menekankan pada keinginan untuk
MELINDUNGi, bukan MENGHUKUM. Melindungi anak lain dari potensi kekerasan, perasaan negatif,
barang yang rusak, dan terutama menghindari anda sendiri dari ledakan emosi…
Menyelesaikan Konflik,
Menghindari Pertengkaran
“Pertengkaran atau konflik tidak perlu terjadi apabila kita bisa mencegahnya”

Cara 5 : Problem Solving


Cara ini adalah cara pencegahan. Orangtua biasanya tahu situasi apa saja yang membuat anak
tidak suka atau yang membuat kakak dan adik saling bertengkar

Langkah Pertama : kenali dan sampaikan perasaan anak


“Kakak tidak suka ya selalu harus menunggu lama untuk perosotan. Pasti jengkel adik kecilmu itu
menghalangi, apalagi tiap kali adikmu selalu ragu-ragu apakah jadi turun perosotan atau tidak..hmm”

Langkah Kedua : jelaskan masalahnya

“Didorong dari perosotan membuat adik takut sekali. Dia bisa jatuh dan terluka lho.”

Langkah Ketiga : mari kita cari ide untuk menyelesaikan masalahnya

“Yuk kita coba cari cara ya Kak supaya kamu ketika di tempat bermain bisa
menikmati waktu tanpa harus membuat orang lain marah atau terluka. Kamu
punya ide atau ga?”
Tulis atau gambarkan semuanya, semua ide-ide yang muncul dari anak seabsurd apa
pun, yang penting ditulis dulu misalnya “beli perosotan untuk tiap anak” atau “bikin
perosotan dari awan supaya adik makin takut sehingga ga mau mencoba” atau “jika
perosotan penuh, kita bisa ke area bermain pasir dulu atau ke area ayunan dulu”
Menyelesaikan Konflik,
Menghindari Pertengkaran
Langkah Keempat : memutuskan ide mana yang disukai

Anak mungkin mengatakan “Aku suka ide perosotan dari awan Bu, pasti asyik sekali!”
“Hmmm, iya ya pasti akan seru kalau kamu dan teman-temanmu bisa perosotan dari awan ya, pasti
lama sekali merosotnya. Tapi Ibu khawatir pasti akan lama sekali membuatnya, dan untuk
memasangnya di awan pasti butuh bantuan pilot pesawat, tapi pilot pasti sibuk sekali..karena harus
mengantarkan penumpang, kalau berhenti dulu di awan penumpangnya bisa marah”
“Gimana kalau kita coba dulu ide yang lain, untuk kalau perosotan penuh, kakak main ayunan dulu
atau main pasir dulu”

Langkah Kelima : coba solusinya

Simpan tulisan atau gambar yang sudah dibahas di langkah keempat, lingkari ide yang akan
dijalankan, tempelkan di tempat yang mudah dilihat (misal di kulkas, atau di pintu). Cara ini
akan membuat anak untuk menjadi bagian dari solusi, kemungkinan ia akan lebih semangat
untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Bagaimana kalau belum berhasil?? Ulangi lagi dari langkah ketiga.


Keindahan dari cara ini adalah, berbeda dari hukuman, ia menawarkan
kemungkinan yang tak terbatas!!
Referensi
Penyusun
Associate Member Centre for Public Mental Health (CPMH),
Universitas Gadjah Mada periode 2009-2011
Konselor Psikologi pada Panti Sosial Tresna Wredha “Abiyoso”
Pemprov DIY tahun 2010-2011
Penulis buku “Cara Cerdas Pilih Jurusan Demi Profesi Impian”
Kolumnis rubrik edukasi Kompas.com tahun 2018-2019
Koordinator penulis “Panduan Mengenali Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas”
Penyusun Tes & Skala Psikologi "Future Skill" bekerjasama
dengan Fak. Fisipol UGM & Kementerian Sekretaris Negara RI
Penyusun Tes & Skala Psikologi "Kepribadian & Karir"
bekerjasama dengan Fak. Ekonomika dan Bisnis UGM
Bondhan Kresna W. M.Psi, Psikolog
Founder @omahlebahkecil, lembaga Pendampingan Psikologi
Pendidikan dan Parenting
Psikolog Sekolah, KB&TK Tamarin

Organisasi Profesi
anggota Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi)
anggota Asosiasi Psikolog Pendidikan Indonesia (APPI)
U FOR COLLAB
YO ORA
NK T
THA

ING
Jl Apel no. 56 Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta

@omahlebahkecil
https://t.me/omahlebahkecil

087885162808

Anda mungkin juga menyukai