Anda di halaman 1dari 11

KOMUNIKASI EFEKTIF UNTUK MEMBENTUK KARAKTER

1. MENDENGAR AKTIF

1. Menunjukkan bahasa tubuh yang sesuai


 Kontak mata
 Posisi tubuh
 Nada suara
 Ekspresi wajah dan sentuhan
 Utarakan penerimaan kita dengan mengucapkan kata
hm....oh ya. atau oh.....begitu....terus.... dan kata-kata simpatik lainnya.
2. Mengenali perasaan anak
3. Menyatakan kemungkinan perasaannya
“Kamu............................karena.......................................”

(nama perasaan) (kemungkinan penyebab)

Contoh: “Kamu kesal ya...., karena temanmu mengejek kamu”

LATIHAN:

No. Pernyataan anak Perasaan Respon guru untuk menerima


perasaannya
1. “Ayah jahat, aku gak
dibeliin mainan…!”

2. “Dia dorong aku


sampai jatuh”
3. “Ibu, dia tuh… rebut
mainannya”

4. “Tadi aku dimarahin


sama mama….”

5. “Mama beliin aku tas


baru.”

1
2. GUNAKAN TEKNIK PESAN DIRI

Perhatikan kondisi seperti di bawah ini. Apakah bapak/ibu guru pernah


mengalaminya?

1. Ketika kelas berantakan apa yang anda katakan?

2. Ketika anak berteriak-teriak apa yang akan anda katakan?

Biasanya kita akan mengatakan :

“Ini kelas atau kapal pecah?”

“Siapa yang berantakin kelas?”

“Jangan teriak-teriak, berisik”

“Ada apa sich kamu, kok teriak-teriak, pak guru tidak tuli”

Apakah kata-kata tersebut dapat menyelesaikan masalah? Gaya komunikasi di


atas dinamakan pesan kamu. Kadang kita berharap dengan perkataan seperti itu
masalah dapat segera selesai. Masalah mungkin akan selesai tapi anak tidak
akan belajar bahwa suatu saat pun ia harus mendengarkan gurunya.

Ada cara komunikasi efektif lain yang dapat kita gunakan untuk memberitahu
kepada orang-orang di sekitar kita (murid) bahwa saat ini kita sedang mengalami
masalah dan kita pun ingin didengarkan. Cara komunikasi seperti ini disebut
pesan diri yaitu keterampilan mengungkapkan pikiran, perasaan, kebutuhan
ataupun hak secara langsung, jujur, dan tepat.

Rumus Pesan Saya/Diri

“Saya..................Jika................Karena................”

(perasaan) (perilaku) (akibat)

2
No. Situasi Respon dengan PESAN DIRI
1. Anak dalam kondisi saling “Ibu sedih kalau anak-anak
bermusuhan bermusuhan karena jadi tidak
nyaman”
2. Anak bicara berteriak-teriak

3. SENTUH & PELUKLAH ANAK YANG SEDANG MEMILIKI


EMOSI NEGATIF

4. GUNAKAN SELALU KALIMAT POSITIF


Dengan kalimat positif anak langsung mendapatkan gambaran apa yang harus dilakukan. Jika harus
mengatakan tidak boleh, gunakan teknik boleh dengan syarat. (misal: ya, tapi… atau boleh tapi)

Latihan:

No. Kalimat negatif Kalimat positif


1. “Jangan lari…!” “Berjalan ya…”
2. “Jangan dilempar bukunya!” “Maaf ya, buku untuk dibaca, bukan untuk dilempar!”
3. “Tidak boleh main ya, “Boleh bermain, setelah pekerjaannya selesai!”
selesaikan dulu
pekerjaannya!”
4. “Jangan dipukul kucingnya!”

5. “Jangan pukul-pukul meja!”

6. “Tidak boleh makan


sekarang!”

7. “”Kalau tidak selesai, nanti


ditaruh kamar mandi!”

3
5. HINDARI PENGHALANG KOMUNIKASI

Ternyata ada hal-hal yang bisa membuat komunikasi antara guru dan anak menjadi penghalang
berkomunikasi dengan efektif. Padahal guru bermaksud untuk mengutarakan perasaannya atau pesan
diri, namun ternyata itu menjadi penghalang anak untuk berkomunikasi dengan guru, sekalipun guru
telah berupaya dengan bahsa nonvebalnya. Penghalang komunikasi itu, setidaknya ada 101, yakni:

(1) Mengatur, memerintah, mengarahkan


Seperti: "Sudah, diam, jangan berisik!"

(2) Mengancam, seperti:


Seperti: "Awas, ya kalau lain kali Bapak lihat kalian bicara sendiri Bapak suruh kalian lari keliling
lapangan.”

(3) Memberi kritikan


Seperti: "Katanya jagoan tapi kok ngerjain soal ini aja nggak bisa."

(4) Mencap/melabel
Seperti: “Dasar memang anak nakal sih, enggak bisa diam."

(5) Menyalahkan
Seperti: “Tuh, kan Ibu bilang juga apa, karena kamu nggak dengerin Ibu makanya ngerjainnya
salah.”

(6) Meremehkan
Seperti: “Masa mengerjakan tugas gampang seperti ini aja nggak bisa!"

(7) Membandingkan
Seperti: “Kelas TK A itu anaknya pintar dan tertib, tidak seperti kelas ini susah diatur."

(8) Menyindir
Seperti: "Lain kali main dorong-dorongan lagi saja. Kan enak...!"

(9) Menghibur/mengalihkan
Seperti: “Tenang ya, biar saja nanti dia ditangkap polisi." atau “ini mejanya memang nakal”

(10) Menganalisa
Seperti: "Coba pikir, kenapa sampai terluka? Kan kamu enggak dengerin Ibu? Kamu dorong-
dorongan sama temen kamu?" (Menganalisa), sambil terus mencecar kesalahan anak.

1
Rani Razak Noe’man, Amazing Parenting menjadi Orangtua Asyik, Membentuk Anak Hebat , (Jakarta: Noura
Book Publising , 2013)

4
6. PARAFRASE (MENGULANG KATA) TANPA MEMFOKUSKAN
PADA KESALAHAN

Jika anak berkata yang kurang patut, fokuskan pada kata-kata penggantinya dan guru sebagai contoh
mengulang maksud dari kata tersebut dengan cara yang patut. Hindari mengulang kata yang tidak patut
karena akan membuat anak lebih merekam kata tersebut.

Contoh:
Anak berkata : “Dia bego Bu… Dari tadi belum selesai juga.”
Parafrase : “Maksudnya, dia mungkin belum bisa, tapi nanti juga selesai.”
Guru tidak usah fokus pada kata-kata “bego”, seperti berkata “Eh, ngomong apa itu? Bego? Maksudnya
apa?”
Tapi jika anak tersebut terus menerus mengatakan hal yang sama, ingatkan secara individu.

Latihan:

No. Kata-kata anak Respon guru


1. “Bu, Ani sama Rudi pacaran!”

2. “Gue kemaren ke Ancol


dong…!”

3. “Kamu gila…!”

5
7. BERI PUJIAN YANG EFEKTIF

Ciri-ciri pujian yang efektif:

1. Beri cap/label yang spesifik/khusus (misal: mandiri, PD, bertanggung jawab)


2. Beri pujian yang bisa diperoleh semua anak (hindari pujian terhadap kelebihan
fisik)
3. Informasikan apa yang sudah dicapai anak (“Bagus, sekarang lipatannya lebih
rapi”).

LATIHAN: Efektif atau tidakkah pujian di bawah ini?

No. Pujian Efektif Tidak efektif


1. Rio ganteng ya, hidungnya mancung.
2. Pintar… !
3. Alhamdulillah, Rima sudah PD maju ke depan.
4. Bagus, hari ini senamnya lebih semangat.
5. Terima kasih, Rini bertanggung jawab
mengembalikan mainan.
6. Buku Ato bagus sekali, ada gambar Narutonya
7. Anak cerdas…!
8. Hebat …!
9. Ibu senang Adi mandiri tidak diantar lagi.

6
DISIPLIN POSITIF
1. PERATURAN KELAS

Yang perlu diperhatikan dalam membuat peraturan kelas:

1. Batasi peraturan dari tiga sampai lima.


2. Gunakan bahasa positif.
3. Standar perilaku harus sesuai dengan tahap perkembangan anak.
4. Kembangkan peraturan bersama anak.
5. Harus jelas mana yang boleh dan tidak. Pada awal tahun terus menerus dijelaskan
perilaku yang diharapkan ataupun yang tidak boleh berkaitan dengan peraturan
tersebut. Dengan pembiasaan & berjalannya waktu akan memahami aturan yang
dibuat.
6. Ada konsekuensi positif bagi yang mengikuti aturan dan konsekuensi negatif bagi yang
melanggar aturan.
Konsekuensi positif: pujian yang efektif, acungan jempol, boleh memiih kegiatan ekstra,
duduk dengan guru, usapan punggung/kepala,dll
Konsekuensi negatif: Membantu/melakukan sesuatu untuk teman yang dirugikan,
dipisahkan dari teman (time out), diminta memuji teman, waktu istirahat dikurangi, dll
7. Pajang peraturan kelas dengan gambar/simbol yang menarik & dipahami anak.

7
LATIHAN:

A. Lingkarilah 3-5 peraturan kelas yang paling cocok untuk kelas Anda
1. Berbicara pelan 7. Angkat tangan 13. Berbicara santun
2. Menyayangi teman sebelum berbicara 14. Percaya diri
3. Berjalan 8. Bertanggung jawab 15. Mandiri
4. Pendengar yang 9. Disiplin 16. Bekerja sama
baik 10. Tertib 17. Meminta izin
5. Bergantian 11. Memberi salam 18. Berbicara
6. Antri 12. Duduk saat makan bergantian

B. Buatlah gambar/simbol yang berkaitan dengan peraturan kelas

Peraturan Kelas dengan Simbol/Gambar


1. 2.

3. 4.

5. 6.

8
2. KOMUNIKASI GURU DALAM DISIPLIN POSITIF

A. Fokus & Beri Penghargaan pada anak yang berperilaku positif

Daripada fokus pada perlilaku anak yang negatif, fokuslah pada anak-anak yang sudah berperilaku
positif. Dan hindari juga membandingkan anak yang satu dengan anak yang lain. Berilah penghargaan
serta label positif pada anak yang sudah berhasil berperilaku positif.

Contoh:

“Alhamdulillah Amir, Rina, Fifi sudah membereskan jurnalnya. Bagaimana dengan yang lain?” Berikan
pujian yang sama jika anak lain mengikuti perilaku positif tersebut.

B. Gunakan pertanyaan, hindari kalimat perintah agar anak melakukan sesuatu

Anak tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan mungkin karena lupa atau sedang fokus pada hal
lain. Namun umumnya, karena kebiasaan sebenarnya anak-anak sudah memahami apa yang harus
dilakukan. Oleh karena itu sebelum menggunakan kalimat perintah, ajukan pertanyaan yang akan
mengingatkan anak tentang aturan yang berlaku.

Contoh guru mengatakan:

 “Maaf, kalau sepatu diletakkan di mana ya?”


 “Setelah bermain balok, apa yang harus kita lakukan?
 Jika anak belum merespon, katakan apa yang harus dilakukan:
 “Sepatu itu diletakkan di rak sepatu. Bagaimana dengan sepatu kamu?”
 “Setelah bermain balok, balok dibereskan kembali. Apakah sudah dilakukan?”

Latihan:
No. Perilaku anak Respon guru
1. Sehabis makan tempat
makannya tidak dibereskan

2. Bel berbunyi tapi belum


masuk kelas

9
3. TAHAPAN MENGATASI PERILAKU NEGATIF ANAK
(Secara individu)

1. Acuhkan. Ini dilakukan pada perilaku anak yang baru dan mengganggu tapi tidak
membahayakan, seperti bahasa negatif. Guru tidak membicarakan perilaku anak tersebut,
memberi perhatian lebih ataupun menunjukkan perhatian terhadap sikap anak tersebut.
2. Alihkan. Bantu anak menentukan alternatif kegiatan lain yang sama seperti yang ia lakukan.
Contoh: “Pintu ini bukan untuk ditendang, tapi nanti waktu istirahat ibu kasih bola untuk
ditendang di luar.” Atau “Bermainnya saat istirahat, sekarang disimpan dulu.”
3. Beri waktu untuk menenangkan diri (time out). Yakinkan pada anak bahwa time out bukanlah
hukuman dan bukan pula ancaman bagi anak yang berperilaku negatif. Time out diberikan
dimana anak diberikan tempat khusus yang nyaman untuk menenangkan diri. Jika sudah siap,
anak dapat kembali beraktivitas dengan teman-temannya.
4. Memberikan konsekuensi. Beri penjelasan pada anak bahwa dari setiap perilaku itu akan ada
konsekuensi. Beri kesempatan pada anak untuk merasakan konsekuensi yang akan ia dapat.
Misal, jika ia tidak membereskan mainannya maka ia akan pulang lebih lama karena harus
membereskan mainan lebih dulu sebelum pulang.
Catatan: jika perilaku anak membahayakan, maka langsung ke tindakan no. 3

TAHAPAN MENANGANI KONFLIK ANAK


(Melibatkan 2 atau lebih anak)

1. Bicara dengan masing-masing anak untuk mengetahui situasi sebenarnya.


2. Bicara dengan kedua anak yang sedang konflik untuk menyelesaikan masalah. Guru
sebagai fasilitator dalam menyelesaikan masalah.
3. Arahkan masing-masing anak untuk menyatakan perasaanya.
Misal:
“Aku gak’ mau dipukul, kan sakit…”
“Aku juga gak mau diserobot. Aku kan sudah antri duluan…!”
4. Arahkan anak yang berperilaku negatif untuk meminta maaf.
“Bagaimana Amir? Ani merasa kesakitan. Apa yang harus dilakukan?”
5. Minta anak yang menjadi “korban” memberikan konsekuensi pada anak yang berlaku
negatif. Konsekuensi adalah sesuatu yang berhubungan dengan perilaku yang dibuat.
Jika ia melukai, maka ia harus membantu mengobati. Jika ia mengejek, maka harus
mengganti dengan pujian/kata-kata positif.
6. Minta anak yang berlaku negatif untuk melaksanakan konsekuensi.

KUNCI PENANGANAN KONFLIK :


1. Anak menyatakan perasaannya
2. Ada permintaan maaf
3. Ada perilaku positif pengganti (konsekuensi)
4. Adil

10
KASUS 1:

Agi dan Rima terlibat dalam konflik. Rima menangis kesakitan karena jatuh. Guru lalu berbicara
pada masing-masing anak untuk mengetahui permasalahannya. Ternyata Rima didorong oleh
Agi sampai jatuh. Dan Agi mengaku mendorong Rima karena Rima tidak sengaja menginjak
kakinya.

TUGAS:

Perankanlah Agi, Rima dan guru. Perankanlah saat guru membantu Agi dan Rima mengatasi
konfliknya.

KASUS 2 :

Agi dan Rima terlibat dalam konflik. Siska tidak mau masuk kelas karena marah dengan Rina.
Guru lalu berbicara pada masing-masing anak untuk mengetahui permasalahannya. Ternyata
Rina sudah mengejek Siska karena bajunya sobek. Baju Siska sobek karena tadi jatuh saat
bermain.

TUGAS:

Perankanlah Siska, Rina dan guru. Perankanlah saat guru membantu Siska & Rina mengatasi
konfliknya.

11

Anda mungkin juga menyukai