Anda di halaman 1dari 15

Mengapa Anak Malas?

: Beberapa Penyebab dan Solusi


yang Kerap Tak Terpikir oleh Orang Tua
Akhir2 ini frekwensi saya mendengar keluhan,Kok anak saya malas??!!, mengalami
peningkatan. Sebagai guru dan ibu, saya sangat prihatin. Berikut adalah pembahasan, yang jauh
dari komprehensif tapi mudah-mudahan tetap ada gunanya,mengenai kemalasan anak. Tulisan
hanya mengacu pada pengalaman pribadi dan orang lain jadi untuk pembahasan yang
menyangkut acuan akademis, hasil riset, pendapat pakar, dllCari sendiri,ya;-)

Tulisan akan saya tag ke siapa aja yang melintas di otak saya. Jadi utk mereka yang sensitif,
tolong jangan tersinggung. Bapak/Ibu saya tag bukan karena saya yakin anak Bapak/Ibu malas
tapi semata2 karena muka Bapak/Ibu pas nyelonong ke otak saya saat waktu nge-tag tibaJ

Pertama-tama, mari kita bahas apa yang dimaksud malas pada tulisan ini. Ada berbagai bentuk
kemalasan. Malas bantuin si mbak beresin mainan (kayak anak saya),malas makan, malas
bantuin ortu kalo diminta, malas belajar (tipe ini adalah kembar siam dari malas baca),dll. Saya
hanya akan membahas tentang malas tipe terakhir yaitu malas belajar.

Beberapa masalah yang membuat anak malas belajar:

1.Beban sekolah yang terlalu banyak.

Dalam sehari, anak dicekoki 6-7 pelajaran berbeda yang rata2 diuji secara sangat superfisial:
Menghafal kata demi kata. Ini sangat melelahkan.

2. Sistem mengajar yang tidak menarik atau tidak suka pada pelajaran / guru

Coba diperhatikan, siapa tahu anak malas hanya pada pelajaran tertentu. Jika ya, maka ini
mungkin berhubungan dengan metode mengajar guru yang buruk, anak tak suka pada pelajaran
tersebut atau rasa tak suka pada guru.

3.Anak tersebut bukan anak yang berorientasi akademis.

Tidak semua anak memiliki kemampuan akademis yang tinggi. Yang saya maksud akademis
di sini adalah pelajaran serius yang mendominasi kurikulum seperti Bahasa Inggris, Matematika,
IPA, Bahasa Indonesia, PPKn,dll. Ada anak yang kelak akan menghabiskan hidup sebagai foto
model, pelukis, koreografer, pemain bola,fotografer,dll. Anak-anak model begini sangat
mungkin malas menghabiskan waktu dengan tekun untuk capek-capek menghafal untuk
ulangan, misalnya.

4.Gangguan fisik.

Mungkin ada gangguan pendengaran atau penglihatan. Tentu saja harus dilakukan observasi dan
bahkan pengecekan medis.
5.Masalah keluarga atau problem emosional

Misal, orang tua orang tua hendak bercerai, merasakan bersaing dengan saudara kandung secara
akdamis dan terus-menerus kalah, teman terdekatnya baru pindah ke sekolah lain,dll.

6.Tak ada panutan

Anak tak punya contoh tentang apa yang dimaksud dengan rajin. Anak kecil belum mampu
berpikir konkret, mereka butuh contoh nyata untuk hampir semua hal yang harus mereka
lakukan.

7.Orang tua salah bicara saat menasehati anak.

Coba diingat-ingat, pernah ngga bicara,Papa Mama tuh kerja biar kamu bisa sekolah. Jangan
kayak Papa dulu, dulu tukang bolosSuka dipanggil guru. Saat bicara, Bapak/Ibu sudah
dalam keadaan punya rumah, mampu berlibur ke Bali, punya mobil 2-3, misalnya???? Secara
sadar atau tidak sadar, mereka akan berpikir,Ohhh.Bokap Nyokap gue dulu bandel, malas,
sekarang ternyata sukses tuhYa udah. Ga papa dong sekarang gue malas, nanti gue juga
berhasil. Berhati-hatilah saat bicara.

8.Fasilitas berlebih.

Anak diberi beberapa gadget (HP,IPod,PS,dll) / mainan canggih.

9.Anak tak cocok dengan sekolahnya

Anak pindah ke sekolah baru yang sistem pendidikannya beda padahal dia sudah betah dengan
sistem sebelumnya, misal:Dari sekolah nasional pindah ke sekolah internasional dan sebaliknya.
Hal lain: Apakah dia mengalami bullying ? Bullying, atau olok-olok baik secara fisik ataupun
psikologis, berpotensi bukan hanya menghancurkan area akademis si anak tapi juga merusak dia
secara mental/kejiwaan.

10.Belum tahu cara belajar yang cocok, strategi belajar yang tepat atau lingkungan khas yang
bisa memacu semangat belajarnya

Tipe anak belajar bermacam-macam. Ada anak yang mudah paham jika dia mendengarkan
(audio learner) , ada yang lebih mudah ngerti kalo dikasih lihat gambar (visual learner),dll.
Kemalasan belajar bisa jadi muncul karena anak belajar hanya dengan cara yang ternyata bukan
metode yang cocok dengannya. Ada juga anak yang baru bisa belajar jika belajar sambil
mendengarkan musik atau susah belajar jika ada orang ngobrol, dll.

11.Lingkungan rumah yang tidak kondusif

Coba dilihat, di mana Bapak/Ibu tinggal? Di perkampungan padat yang berisik padahal si anak
sudah 6 tahun tinggal di perumahan yang tenang sebelumnya sehingga ia biasa belajar di tempat
yang sepi ? Atau pas di sebelah rumah ada warnet ?Atau rumah teman ngobrolnya hanya
berjarak 50 meter dari tempat Bapak/Ibu tinggal dan mereka berdua tak dibatasi jam bertemunya
oleh orang tua sehingga sampai rumah sudah capek? Satu-satunya cara mengatasi penyebab
macam ini adalah mendisiplinkan anak untuk bisa mengatasi hambatan atau godaan.

12.Terlalu capek

Mis:Jam main terlalu panjang atau terlalu banyak ikut kursus.

13.Kemiskinan

Kemiskinan menyebabkan mereka tak bisa tinggal di rumah yang nyaman. Kemiskinan mungkin
memaksa mereka untuk cari nafkah sepulang sekolah, membuat mereka minder karena uang
sekolah terus ditagih guru di depan kelas atau membuat mereka tak bisa membeli buku teks
(banyak sekolah yang tidak menggunakan buku tulis. Ada banyak sekali anak yang mampu
menerabas keterbatasan ini, dalam arti mereka tetap bisa rajin kendati situasi amat terbatas,
namun harus diakui bahwa keterbatasan ini bagi banyak anak lainnya sangat mungkin menjadi
penyebab mengapa mereka malas belajar.

Tips atau cara praktis untuk mengatasi anak malas belajar dengan mudah bisa didapat di buku-
buku atau internet. Bagaimanapun, saya yakin bahwa tips tersebut akan sulit dilakukan secara
konsisten jika kita tidak membereskan hal yang sifatnya fundamental:Kelancaran berkomunikasi
yang membuat kita tahu apa keinginan dan kebutuhan anak, cara berkomunikasi yang membuat
anak merasa nyaman dengan dirinya sendirinya,dengan orang tuanya serta dengan hidupnya
secara keseluruhan.

Berikut ini saya akan fokuskan pembahasan hanya pada faktor-faktor mendasar yang bisa
membuat orang tua kesulitan memecahkan masalah-masalah di atas.

a. Tidak biasa berkomunikasi dengan anak

Komunikasi yang baik adalah percakapan yang melibatkan dua orang:Keduanya bisa bicara,
saling melemparkan pendapat dan saling mendengarkan. Komunikasi juga berarti Si A
(pembicara) menyampaikan sebuah pesan kepada si B (si pendengar) dan pesan itu diterima
dengan baik. Orang tua sering bicara ke anak namun jarang membangun komunikasi sama
sekali. Jika Bapak/Ibu hanya biasa bicara sepihak, anak hanya boleh mendengarkan, tentu saja
proses investigasi akan gagal.

Film Indonesia pertama (mudah-mudahan bukan satu-satunya) yang menggambarkan adanya


komunikasi/dialog cerdas antara orang tua dengan anak adalah Petualangan Sherina yang dibuat
oleh Mira Lesmana. Ketika itu Ibu Sherina memberitahu Sherina tentang rencana kepindahan
mereka dari Jakarta ke Bandung, Sherina mengeluh lalu mengajukan pertanyaan yang dijawab
dengan sabar dan matang oleh si ibu. Struktur senioritas dalam masyarakat dan keluarga di
kultur timur membuat dialog dan debat dengan orang yang lebih tua, apalagi dengan orang tua
sendiri, adalah hal tabu. Berapa banyak sih orang tua yang duduk dengan anak, diskusi tentang
rencana liburan-mau naik apa, nginap di mana, dll-dan menanyakan perasaan serta pendapat
anak tentang liburan yang baru dialami?

b.Tak ada kerja sama dengan pihak sekolah

Pendidikan adalah bangunan bersisi tiga, idealnya harus ada kerja sama murid-orang tua dan
pihak sekolah (dalam hal ini guru). Cobalah buat janji dengan guru, minta ketemu dan tanyakan
hal-hal yang Bapak/Ibu pandang perlu. Kalo Bapak/Ibu benar-benar ngga tahu mau tanya apa,
tetap saja ketemu lalu tanya,Saya ingin anak saya berhasil di sekolah, apa saja yang harus saya
lakukan ya? Kalo gurunya malas jawab, berarti sekolah anak Bapak/Ibu adalah sekolah
jelek,percayalah.

c. Kesalahan dalam memaknai kesuksesan dan ketidaktahuan akan jenis-jenis kecerdasan.

Banyak orang tua yang beranggapan bahwa kalo anak masuk Harvard atau ITB, anak tersebut
suksesKalo anak masuk akademi perawat, jadi ibu asrama, jadi ibu rumah tangga, dancers,
pelukis atau pemahat berarti kurang sukses. Kalo anak hafal tabel perkalian berarti orang itu
sukses tapi kalo ia hafal nama semua tetangga, rajin menegur sapa dan menolong mereka,
berarti ngga sukses. Kekacauan macam ini membuat orang tua menuntut anak untuk rajin belajar
walau anaknya, katakanlah, otaknya tidak di area akademik. Saya pernah punya murid yang
dianggap bodoh tapi berkepribadian supel dan akhirnya pindah ke sekolah pariwisata lalu sukses
di situ. Apakah ia bodoh? Kecerdasan interpersonalnya sangat tinggi,kok, bagaimana mungkin ia
dikatakan bodoh? Ada juga anak yang pernah ngga naik kelas tapi pintar ngarang lagu. Apakah
ia bodoh ? Jangan pernah lupa, kecerdasan ada banyak jenis dan kecerdasan musikal adalah salah
satunya.

d.Gaya hidup atau kebiasaan sehari-hari yang tidak nyambung dengan tuntutan terhadap anak
untuk rajin belajar

Ada yang terus menerus membawa anaknya ke konter baju dan sepatu tapi di rumah ngoceh
tentang pentingnya membacaAda orang tua yang rela mengeluarkan 300 ribu untuk beli sepatu
dan saat anaknya menunjukkan buku cerita seharga 50 ribu, orang tua langsung teriak, Mahal
amattt! tapi di rumah ngomel kenapa anaknya malas baca. Kalo saya jadi anaknya, langsung
deh saya nyahut,Tapi saya rajin pake sepatu,kannnKan sepatu lebih penting daripada
buku??? Anak-anak tak akan pernah rajin membaca jika orang tua menunjukkan bahwa buku
adalah benda yang tak pantas untuk dihargai.

Saat anak saya berusia 3 tahun, saya pernah ngajak dia beli sepatu karena sepatunya rusak. Dia
trus menerus memilih sandal. Balik dari mal, saya baru sadar bahwa saya ngga punya sepatu
(Saya punya sepatu sandal dan sandal. Sepatu tertutup saya taruh di sekolah, hanya dipake saat
ngajar). Bagaimana mungkin dia milih sepatu, lha wong dia nyaris ga pernah liat ibunya pake
sepatu??Coba perhatikan, anak-anak yang malas baca hampir semua tak terbiasa melihat orang
tuanya baca, bagaimana lantas mereka bisa rajin membaca/belajar ?

e. Anak introvert atau pendiam


Sulit untuk tahu penyebab malas belajar jika anak introvert atau pendiam. Galilah info dari guru
dan teman-teman dekat. Jika ia punya Facebook, masuklah ke FaceBooknya. Jika ia tidak mau
meng-confirm friend request Bapak/Ibu, berarti ia tidak merasa nyaman dengan kehadiran orang
tuanya.Mengancam ia untuk men-confirm friend request Bapk/Ibu hanya akan memperburuk
suasana.

f. Orang tua temperamental atau tidak ramah

Sudah jelas, anak malas berkomunikasi dengan orang tua macam ini.

g. Orang tua pemalas.

Orang tua malas cari tahu mengapa anaknya malas, menganggap bahwa tips mengatasi
kemalasan anak yang baru saja dibaca di buku cara mengasuh anak terlalu mengada-ada (walau
tahu bahwa itu ditulis oleh psikolog anak senior, misalnya),dll. Orang tuanya kerjanya cuma
shopping, baca tabloid, ngga pernah baca buku parenting, ngga pernah diskusi dengan orang tua
lain yang sudah berpengalaman. Jangan berharap buah semangka berbuah jagung. Kalo ortunya
malas ya anaknya malas jugalah.

h. Kurang mengeksplisitkan kenyataan, tidak ada dialog yang berisi dengan anak.

Ada orang tua yang mengurus bisnis online dari rumah atau berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Kedua profesi ini (dan beberapa profesi lainnya seperti penulis, konselor, illustrator,dll) bisa
dijalani dengan gaya yang (seolah-olah, sepertinya) santai. Penting bagi orang tua untuk bicara
dengan anak bahwa hidup mereka sesungguhnya tidaklah santai. Ibu rumah tangga setelah capek
membereskan rumah dan mengurus anak serta suami, sangat mungkin akan nonton infotainment
atau ke rumah tetangga lalu ngegossip. Jika anak dianggap sudah mengerti, jelaskan bahwa
nonton TV dan ke rumah tetangga adalah hiburan karena anda sudah capek. Jangan biarkan anak
anda berpikir,Wah, enak aja Nyokap gue, cuma bisa merintah gue rajin belajar. Dia sendiri
kerjanya cuma nyuci, nonton TV,masak..

Jelaskan bahwa anda sedang kerja. Saat sedang mengetik, katakan,Ini Papa/Mama lagi kerja
loh,lagi buat surat ke bos. Saat sedang browsing gambar di internet,katakan,Ini Papa/Mama
lagi cari contoh barang nih untuk dikirim ke orang yang mau beli barang. Layar yang penuh
warna sangat mungkin membuat anak berpikir bahwa hidup anda mudah dan santai.Saat sedang
masukkan baju ke lemari katakan,Kalo tugasmu belajar tugas Mama beresin baju, nyetrika,
rapikan lemari... Jangan berasumsi bahwa anak akan mengerti dengan sendirinya bahwa anda
sedang mengerjakan tugas.

Pengalaman Pribadi

Saya adalah orang tua yunior,belum sampai 7 tahun jadi ibu. Anak saya perempuan, lahir tahun
2004 dan sekarang 1 SD. Menurut guru-gurunya, ia (sangat) pintar. Izinkan saya untuk
lancangberbagi pengalaman di tengah-tengah teramat minimnya pengalaman saya sebagai
orang tua.
1. Saya rajin bercerita dan bertanya ke Merryll.

Merryll tahu siapa nama teman-teman dekat saya saat kuliah, buku apa yang saya sedang tulis,
nama murid-murid saya,kebaikan yang dilakukan orang kepada saya, orang yang saya idolakan,
asal-usul nama lengkap dirinya, buku apa yang sedang saya tulis, dll. Kami juga punya buku
harian yang kami isi berdua (Cuma lupa naruhhh, udah lama ngga diisi). Saya menyampaikan
apa yang terjadi di dunia saya dalam bahasa yang sangat sederhana, kalo ga bisa diserhanakan ya
saya ngga sampaikan. Atau, saya coba sampaikan tapi dengan istilah yang yang belum dia
pahami sehingga dia berkesempatan mempelajari sesuatu yang baru. Kalo dia tetap ngga ngerti,
ya saya brenti, ga coba lagi karena itu berarti jangkauan nalarnya memang belum nyampe.
Intinya, saya berusaha membuat ia merasa nyaman untuk bercerita dengan saya karena yakin
sekali bahwa semua masalah,termasuk malas belajar jika suatu saat ia berubah menjadi anak
malas,bisa diatasi jika kami punya pola komunikasi yang baik.Saya juga sangat rajin bertanya
tentang apa yang baru saja ia alami, mainan apa yang ia mainkan bersama teman di sekolah,
siapa teman yang ia suka atau ia tidak suka, siapa guru favoritnya.Hal-hal kecil tapi sangat
menolong saya untuk tahu kondisinya.

2.Saya rajin berdiskusi

Saya berusaha untuk menghindari kata,Pokoknya. Jika sesuatu masih bisa dijelaskan, ya
saya jelaskan. Hal lain adalah saya coba membiasakan dia untuk berdiskusi, yaitu ngobrol
dan nanya-nanya. Saat Merryll berusia 4 tahun, mbaknya tiba-tiba pulang. Ngga ada yang jaga
dia di rumah sesudah dia pulang sekolah. Beberapa kawan menawarkan bantuan. Saya tanyakan
kepada Merryll bahwa Tante A,B dan C ngga keberatan dia pulang ke rumahnya, dia mau pilih
siapa dan alasannya apa? Jangan salah kira, dia ngga ngatur saya. Saya bertanya dengan tujuan
untuk tahu apa perasaannya terhadap tiap pilihan yang ada dan untuk menunjukkan kepadanya
bahwa saya menghargai pendapat dan pilihannya. Tentu saja pada akhirnya saya yang
menjatuhkan pilihan.

3.Saya hampir tidak naik kelas 2 kali dan sering bolos saat kuliah.

Saat SMP saya benci sekolah karena pelajarannya terlalu banyak. Pernah hampir jd urutan paling
rendah waktu kelas 1 atau 2 SMP.Saat SMA saya absen 2-3 bulan berturut-turut karena stres
(masalah keluarga) dan nyaris ga naik. Saat kuliah saya rajin bolos karena aktif ikut kegiatan
non-akademis. Bagaimanapun, saat ambil S2 di bidang pendidikan, saya rajin banget saat
semester 1-5 karena semuanya tentang pendidikan. Di semester ke-6 saya mendapat mata kuliah
manajemen. Saya ngga tertarik manajemen jadi sering bolos, saat jam kuliah saya pergi ke
perpustakaan Sekolah Tinggi Filsafat Drijarkara atau ke Universitas Atma Jaya (ada IKIPnya)
dan belajar sendiri. Orang jauh lebih mudah rajin jika ia menjalani sesuatu yang memang ia
sukai. Sampai ke titik tertentu, sebenarnya normal kalo anak malas belajar (sal jangan keseringan
malasnya). Isi kurikulum sepertinya memang dirancang agar anak gagal di sekolah sehingga
mereka lantas cari guru privat, beli buku soal latihan sebanyak-banyaknya, atau ambil bimbel.
Pada akhirnya, harus diakui, pendidikan adalah barang dagangan.

4.Saya (dan Babenya juga) rajin bercanda dengan Merryll.


Penting sekali bagi ortu untuk bercanda dengan anak, ini hal yang akan membuat dia jadi sangat
nyaman berada dengan ortunya dan pada akhirnya jadi terbuka.

5.Saya minta maaf.

Saya tiap malam, sebelum tidur, minta maaf atas kesalahan yang saya buat hari itu ke Merryll
(dia juga lakukan hal yang sama). Tadi malam saya mengambil Silver Queennya tanpa izin dan
dia marah. Tadi pagi, saya minta maaf karena memang jelas banget sepupunya bilang,Ini buat
Merryll saat coklat itu diletakkan di meja. Kenapa minta maafnya bukan tadi malam?Karena
tadi malam saya pikir,Halahh,.Cuma coklat doang, serius amat sih pake acara bilang sori
segala macam. Pagi ini saya bangun dengan ingatan bahwa benda sekecil apapun, kalo diambil
tanpa bilang, lha ya tetap aja namanya nyolong. Jadi saya putuskan utk bilang sori. Membiarkan
anak tahu bahwa kita sadar akan kesalahan kita dan tak segan minta maaf (dan juga tak segan
memaafkan dia) membuat dia merasa sangat nyaman untuk bergaul dengan orang tuanya.
1. Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca pada Siswa
Rendahnya minat baca pada siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya sebagai
berikut :
A. Lemahnya Sarana dan Prasarana Pendidikan
Salah satu faktor yang menyebabkan kemampuan membaca siswa tergolong rendah karena
sarana dan prasarana pendidikan khususnya perpustakaan dengan buku-bukunya belum
mendapat prioritas dalam penyelenggaraannya. Sedangkan kegiatan membaca membutuhkan
adanya buku-buku yang cukup dan bermutu serta eksistensi perpustakaan dalam menunjang
proses pembelajaran.

Faktor lain yang menghambat kegiatan siswa untuk mau membaca adalah kurikulum yang tidak
secara tegas mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian, serta para tenaga
kependidikan baik sebagai guru, dosen maupun para pustakawan yang tidak memberikan
motivasi pada anak-anak peserta didik bahwa membaca itu penting untuk menambah ilmu
pengetahuan, melatih berfikir kritis, menganalisis persoalan, dan sebagainya.

1) Kurangnya Pengelolaan Perpustakaan dan Koleksi Buku


Di hampir semua sekolah pada semua jenis dan jenjang pendidikan, kondisi perpustakaannya
masih belum memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan. Perpustakaan sekolah belum
sepenuhnya berfungsi. Jumlah buku-buku perpustakaan jauh dari mencukupi kebutuhan tuntutan
membaca sebagai basis pendidikan, serta peralatan dan tenaga yang tidak sesuai dengan
kebutuhan. Padahal perpustakaan sekolah merupakan sumber membaca dan sumber belajar
sepanjang hayat yang sangat vital dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
B. Kemajuan Teknologi
Minat baca siswa yang rendah dewasa ini disebabkan oleh faktor, perkembangan teknologi dan
pusat-pusat informasi yang lebih menarik,, perkembangan tempat-tempat hiburan
(entertainment), acara televisi. Sehingga status dan kedudukan perpustakaan, serta citra
perpustakaan dalam pandangan siswa sangat rendah. Hal ini secara lebih luas, dengan menengok
sendi-sendi budaya masyarakat yang pada dasarnya kurang mempunyai landasan budaya baca,
atau pewarisan secara intelektual. Masyarakat dalam memberitakan sesuatu termasuk cerita-
cerita terdahulu lebih mengandalkan budaya tutur daripada tulisan. Latar budaya lisan itulah
yang agaknya menjadi salah satu sebab lemahnya budaya baca masyarakat, termasuk minat pada
pustaka dan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan.

C. Kurangnya Dukungan Keluarga dan Lingkungan


Rendahnya minat baca di kalangan anak dapat disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak
mendukung, terutama dari orang tua anak-anak yang tidak mencontohkan kegemaran membaca
kepada anak-anak mereka. Selain itu, kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua mereka
terhadap kegiatan anak-anaknya. Hal ini dapat dikaitkan pula dengan konsep pendidikan yang
diterapkan dan dipahami orang tua. Sementara terkait dengan fasilitas, minimnya ketersediaan
bahan bacaan di rumah juga dapat membuat anak kurang berminat pada kegiatan membaca
karena tidak ada atau kurangnya sumber bacaan yang tersedia di rumah. Selain dari sisi keluarga,
terdapat juga pengaruh dari lingkungan. Karena pengaruh ajakan yang begitu kuat dari
lingkungan (teman), anak lebih memilih bermain dengan teman-temannya dibanding membaca
buku. Dan terakhir, ketersediaan waktu yang kurang, membuat anak kurang berminat untuk
membaca. Seperti kondisi beberapa informan anak yang bersekolah dengan sistem full day
school, tentu sebagian besar waktu dalam sehari sudah banyak dihabiskan di sekolah.
Kesempatan memiliki waktu luang sangat terbatas. Apalagi jika masih ada kegiatan-kegiatan
rutin yang mereka jalani setelah pulang sekolah. Kalaupun masih ada sisa waktu, mereka lebih
memanfaatkan untuk bersantai dan melepas lelah.
Rendahnya minat baca siswa, tentu tidak hanya sebatas masalah kuantitas dan kualitas buku saja,
melainkan terkait juga pada banyak hal yang saling berhubungan. Misalnya, mental anak dan
lingkungan keluarga/masyarakat yang tidak mendukung. Orang kota mungkin kesulitan
membangkitkan minat baca siswa karena serbuan media informasi dan hiburan elektronik.
Sementara di pelosok desa, siswa lebih suka keluyuran ketimbang membaca. Sebab, di sana
lingkungan/tradisi membaca tidak tercipta. Orang lebih suka ngerumpi atau menonton acara
televisi daripada membaca.

2. Dampak / Akibat Rendahnya Minat Baca pada Siswa


Rendahnya minat baca dapat bedampak kurang buruk, baik bagi diri sendiri, masyarakat bangsa
dan Negara.

A. Bagi Diri Sendiri


Buruknya kemampuan membaca siswa berdampak pada kekurangnya kemampuan mereka dalam
penguasan bidang ilmu pengetahuan dan matematika, menurunya prestasi yang diraih, dan
menyebabkan buta huruf. Selain itu, penurunan minat baca dari kalangan siswa itu
mengakibatkan, rata-rata nilai Ujian Nasinal enam mata pelajaran yang diujikan pada setiap
sekolah di bawah standar minimal kelulusan, dan hanya mata pelajaran hanya beberapa mata
pelajaran saja yang nilanya di atas standar minimal kelulusan.

B. Bagi Masyarakat, Bangsa dan Negara


Apabila rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa, maka dalam persaingan global kita
akan selalu ketinggalan dengan sesama negara berkembang, apalagi dengan negara-negara maju
lainnya. Kita tidak akan mampu mengatasi segala persoalan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan
dan lainnya selama SDM kita tidak kompetitif, karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi, akibat lemahnya kemauan dan kemampuan membaca. Penurunan minat membaca
juga berpengaruh terhadap daya saing tenaga kerja Indonesia yang menduduki urutan ke-46 di
dunia, di bawah Singapura (2), Malaysia (27), Filipina (32) dan Thailand (34). Sedangkan,
kualitas SDM Indonesia berdasar Indeks Pembangunan Manusia oleh PBB (UNDP) 2000,
menduduki urutan ke-109, terendah dibanding sejumlah negara ASEAN, seperti Vietnam (108),
Jepang (9), Singapura (24), Brunei (32), Malaysia (61), Thailand (76) dan Filipina (77).
3. Beberapa Cara Meningkatkan Minat Baca pada Siswa
A. Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum
Sistem Pendidikan Nasional yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
diharapkan dapat memberikan arah agar tujuan pendidikan di tanah air semakin jelas dalam
mengembangkan kemampuan potensi anak bangsa agar terwujudnya SDM yang kompetitif
dalam era globalisasi, sehingga bangsa Indonesia tidak selalu ketinggalan dalam kecerdasan
intelektual. Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan harus memenuhi beberapa prinsip antara
lain :
1) Sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat.
2) Mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung.
Kedua prinsip di atas harus saling bergayut. Artinya dalam proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, harus diisi dengan kegiatan pengembangan budaya
membaca, menulis dan berhitung. Pengembangan kurikulum secara berdiversifikasi khususnya
dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia harus memuat kegiatan pengembangan budaya membaca
dan menulis dengan alokasi waktu yang cukup memberi kesempatan banyak untuk membaca.
Demikian pula dalam bahan kajian seni dan budaya, cakupan kegiatan menulis harus jelas dan
berimbang dengan kegiatan menggambar/melukis, menyanyi dan menari. Kegiatan membaca
dan menulis tidak saja menjadi prioritas dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia dan Bahan
Kajian Seni dan Budaya, tetapi hendaknya juga secara implisit harus tercantum dalam Bahan-
bahan Kajian lainnya.

B. Paradigma Tenaga Kependidikan


Guru, dosen maupun para pustakawan sekolah sebagai tenaga kependidikan, harus merubah
mekanisme proses pembelajaran menuju membaca sebagai suatu sistem belajar sepanjang
hayat.
Setiap guru, dosen dalam semua bahan kajian harus dapat memainkan perannya sebagai
motivator agar para peserta didik bergairah untuk banyak membaca buku-buku penunjang
kurikulum pada bahan kajian masing-masing. Misalnya dengan memberi tugas-tugas rumah
setiap kali selesai pertemuan dalam proses pembelajaran. Dengan sistemreading drill secara
kontinu maka membaca akan menjadi kebiasaan peserta didik dalam belajar.
Pustakawan pada perpustakaan sekolah yang didukung oleh para guru kelas sedapat mungkin
harus dapat menciptakan kemauan para peserta didik untuk banyak membaca dan meminjam
buku-buku di perpustakaan. Sistem promosi perpustakaan harus diadakan dan diprioritaskan
secara kontinu agar perpustakaan dikenal apa fungsi, arti, kegunaan dan fasilitas yang dapat
diberikannya. Tanpa promosi perpustakaan yang gencar, mustahil orang akan mengenal dan
tertarik untuk datang ke perpustakaan.

C. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah dengan Baik


Perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting untuk menunjang proses
belajar mengajar. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar di sekolah, perpustakaan
sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas
siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Melalui penyediaan perpustakaan,
siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung baik secara fisik maupun mental dalam proses
belajar (Darmono, 2001:2). Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan
penunjang kegiatan belajar mengajar siswa memegang peranan yang sangat penting dalam
memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan harus dapat memainkan peran,
khususnya dalam membantu siswa untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Pemanfaatan
perpustakaan sekolah secara maksimal, diharapkan dapat mencetak siswa untuk senantiasa
terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi
dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya bermutu. Kebiasaan membaca buku yang
dilakukan oleh siswa, akan meningkatkan pola pikirnya sehingga perlu dijadikan aktivitas
kegiatan sehari-hari. Buku harus dicintai dan bila perlu dijadikan sebagai kebutuhan pokok siswa
dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan sekolah dapat
dijadikan sumber belajar siswa baik dalam proses kegiatan belajar mengajar secara formal
maupun non formal untuk membantu sekolah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di
sekolah tersebut. Hal penting yang harus dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan
minat baca siswa adalah dengan melengkapi koleksi perpustakaan, baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Sudah saatnya perpustakaan sekolah tidak hanya berisi buku-buku paket,
koleksi perpustakaan juga dapat berupa buku-buku bacaan yang mampu menarik minat siswa
untuk membaca.

D. Motivasi Guru dan Keluarga


Pada dasarnya, pihak sekolah / guru bertanggungjawab ikut menumbuhkan minat baca bagi
siswa, karena dari sanalah sumber kreatifitas siswa akan muncul. Sekolah harus mengajar anak-
anak berpikir melalui budaya belajar yang menekankan pada memahami materi.
Selain itu, juga keluarga harus mendukung, terutama dari orang tua anak-anak yang harus
mencontohkan kegemaran membaca kepada anak-anak mereka. Selain itu, orang tua juga harus
memperhatian dan mengawasi terhadap kegiatan anak-anaknya. Sementara terkait dengan
fasilitas, ketersediaan bahan bacaan di rumah juga dipenuhi agar membuat anak berminat pada
kegiatan membaca karena sumber bacaan yang tersedia di rumah..

4. Kurangnya Kegemaran Membaca


Kurangnya kegemaran membaca adalah menurunnya keinginan untuk menambah pengetahuan
lewat jendela dunia berupa bacaan sebagai sumber informasi.
Rendahnya minat baca dikalangan siswa khususnya siswa kelas X SMA dan masyarakat
Indonesia pada umumnya, berpengaruh buruk terhadap kualitas pendidikan. Wajar, sudah lebih
setengah abad bangsa Indonesia merdeka, permasalahan kualitas pendidikan masih berada dalam
potret yang buram. Kualitas pendidikan bangsa Indonesia masih tertinggal dari negara-negara
tetangganya.
Kurangnya kegemaran membaca di kalangan siswa terjadi karena siswa terbiasa dicekoki oleh
informasi instan yang biasa diperoleh dari siaran TV dan media elektronik lainnya. Disamping
itu, remaja menganggap membaca adalah hal yang membosankan. Padahal dengan membaca
cakrawala intelektual kita bisa terbuka dan menjadikan kita lebih tanggap akan lingkungan
sekitar.
Mengingat pentingnya membaca dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi para pelajar, maka
tingginya minat baca bagi para pelajar, wajib dipupuk karena membaca amat menentukan bagi
prestasi seorang pelajar. Bagaimana prestasi belajar siswa akan tinggi jika para siswa enggan
membaca baik bukubuku yang berhubungan denganpelajaran ataupun bukubuku lainnya yang
menunjang?.
Buku adalah harta terpendam yang dapat mencerdaskan bangsa, bagaimana bangsa kita bisa
cerdas jika setiap pelajarnya enggan untuk membacanya. Tinggi rendahnya minat baca suatu
bangsa amat menentukan kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya
manusia sangat menentukan perkembangan suatu bangsa.
Meskipun hampir di setiap sekolah memiliki perpustakaan, namun selama ini perpustakaan
hanya dianggap tempat menyimpan buku. Hanya sedikit pelajar yang memiliki kesadaran untuk
berkunjung ke perpustakaan pada saat waktu luang. Sebagian besarnya menggunakan waktu
luang untuk kongkow-kongkow atau sekedar mengobrol kanan, kiri, kalaupun ada yang
berkunjung ke perpustakaan itu hanya pada saatsaat tertentu saja, misalnya pada saat ada tugas
dari para guru. Ada juga para siswa yang berkunjung ke perpustakaan hanya untuk membaca
cerita roman, para siswa tidak memiliki kesadaran akan arti penting membaca.

A. Apa yang menyebabkan munculnya masalah kurang membaca ?


- Karena membaca bukan budaya masyarakat Indonesia. Kita lebih terbiasa mendengar orang tua
ataupun kakek nenek kita bercerita dan mendongeng ketimbang membaca buku cerita.
- Pengaruh budaya dengar, tonton, dan media elektronik yang berkembang pesat. Anak tidak
dibiasakannya mengisi waktu luang dengan membaca buku, sebaliknya tahan berlama-lama
nonton televisi. Ada yang mengatakan bahwa budaya baca di Indonesia yang memprihatinkan ini
karena kita langsung meloncat dari budaya lisan ke gambar (televisi dan film). Sedangkan
negara-negara barat dimulai dari budaya bicara, baca, baru ke gambar.
- Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat pelajar atau mahasiswa harus membaca buku,
mencari, dan menentukan informasi lebih dari sumber yang diajarkan di sekolah.
- Kurang tersedianya buku-buku yang berkualitas dengan harga yang terjangkau juga menjadi
faktor penyebab rendahnya minat baca. Hal itu diperparah minimnya perpustakaan di tempat-
tempat umum yang mudah dijangkau. Juga kurang memadainya koleksi, fasilitas, dan pelayanan
yang ada. Termasuk, tidak meratanya penerbitan dan distribusi buku ke berbagai daerah.

Beberapa faktor penyebab kurangnya kegemaran membaca di kalangan remaja adalah :


a) Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah faktor utama dalampembentukan kepribadian seseorang, jika lingkungan
sekitar kita berisikanorang-orang yang memiliki hobi kongkow-kongkow, tidak suka membaca
sedikit banyakakan mempengaruhi diri kita.
b) Teknologi yang semakin canggih
Banyaknya media hiburan seperti TV, komputer, hand phone, VCD, tape recorder,dan lainlain.
Hal ini banyak menyita waktu dan orang lebih memilih menikmatihiburan dibandingkan dengan
membaca buku .
c) Kurangnya Kesadaran
Meskipun kedua faktor di atas tidakada, hobi membaca tidak akan tercipta jika kita tidak
menanamkan kesadaran akanmanfaat membaca. Namun sebaliknya, meskipun kedua faktor di
atas ada , jika masing-masing individu menanamkan rasa kesadaran akan pentingnya membaca,
tentusaja hobi membaca akan muncul dalam diri kita dan membaca akan menjadikebutuhan bagi
diri kita.
d) Kurangnya Motivasi
Motivasi dari berbagai pihak amat dibutuhkan terutama dari dewan guru dan orang tua murid .
e) Suasana Perpustakaan yang kurang nyaman

B. Bagaimana cara menanggulanginya ?


- Memberikan pemahaman akan pentingnya membaca
Cara ini menekankan pada siswa bahwa membaca memiliki banyak manfaat. Karena dari
membaca pengetahuan semakin luas dan akan banyak hal baru yang akan kita dapat .
- Motivasi dari berbagai pihak
Guru sebagai fasilitator wajib memberikan motivasi kepada para siswanya, dengan cara
memberikan berbagai tugas yang sumbernya dapat diperoleh di perpustakaan, dengan begitu
siswa akan sering berkunjung ke perpustakaan. Bukan hanya dewan guru saja yang wajib
memberi motivasi tapi juga orang tua siswa, karena motivasi merupakan energi penting didalam
meraih keberhasilan, dan merupakan bentuk aktualisasi yang pada umumnya diwujudkan dalam
perbuatan nyata.
- Membuat suasana perpustakaan menjadi nyaman.
Suasana perpustakaan yang nyamanmembuat para siswa betah untuk berlama-lama di
perpustakaan dan hal ini akanmendorong siswa untuk berkunjung ke perpustakaan serta
membaca bukubuku yang ada.
- Ketersediaan buku-buku yang berkualitas di perpustakaan.
Buku-buku yang berkualitas dan mudah di telaah akan mendorong para siswa untuk gemar
membaca dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan.
- Adanya kesamaan Visi dan Misi dari pemerintah dalam rangka meningkatkan minat baca
masyarakat pada umumnya dan khusus pelajar
- Selain sekolah sebagai institusi yang mengajarkan membaca, peran ibu dinilai amat
berpengaruh. Seorang ibu biasanya memiliki waktu jauh lebih banyak dibandingkan ayah. Anak
juga lebih dekat dengan ibu. Ibu punya kekuatan luar biasa untuk membentuk anak. Kalau ibu
menggunakan peranannya dalam konteks memberikan contoh yang baik bagi anaknya, seperti
membaca maka anak akan menjadi pembaca.
- Mengenalkan buku/bacaan terhadap anak sejak kecil, serta membiasakan diri untuk mengajak
anak mengunjungi toko buku dan perpustakaan.
- Guru atau dosen lebih sering memberi tugas yang membuat anak didik harus mencari informasi
di perpustakaan.
- Berbeda pada materi yang dibacanya, kemudian dilanjutkan dengan membahas inti bacaanya.
- Mengundang penulis, nara sumber atau tokoh yang berhubungan dengan buku yang dibaca.
Sehingga dapat memotivasi untuk juga berkarya tulis.
- Melakukan kunjungan ke tempat-tempat objek tulisan, sehingga dapat mencocokkan apa yang
dilihat dan dibaca.
- Membiasakan saling memberikan buku sebagai hadiah.
- Meminjamkan buku satu sama lain.
- Membuat anggaran khusus belanja buku.
- Pengadaan lomba-lomba membaca dan menulis, menggambar dengan memberikan penghargaan,
menjadi pendorong untuk menggairahkan minat baca.
- Mempagelarkan karya-karya tulis dalam suatu pementasan, dimaksudkan untuk
mengembangkan budaya baca melalui seni seperti tari, nyanyi, musik, puisi dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai