2. Muthia Kamilla Deraya 3. Sisca Adisti Artikel Judul Artikel : Hilangnya Rasa Hormat Siswa kepada Guru Dibuat : Jum’at, 27 September 2019 Oleh : Dr. Murni, S.Pd,I., M.Pd, Wakil Ketua II STAI Tgk. Chik Pante Kulu Banda Aceh Isi : Fenomena siswa yang kurang menghormati gurunya sejak beberapa tahun terakhir membuat resah para guru, masyarakat di lingkungan sekolah dan juga para orang tua. Bagaimana tidak, guru yang seharusnya menjadi contoh dan sebagai orang tua kedua di sekolah justru menjadi bahan olok- olok bahkan dimaki-maki oleh siswa. Belum lagi kita menyaksikan di media tv, youtube, media cetak, terjadinya kasus penganiayaan terhadap guru di sejumlah daerah mengundang keprihatinan banyak pihak. Beraneka ragam macam perlakuan buruk yang diterima guru itu mencoreng dunia pendidikan Indonesia. Penulis melihat sendiri beberapa kejadian yaitu : 1. Ada yang marah dengan guru sehingga ketika pulang sekolah gas sepeda motor diperbesar agar terdengar suara meraung- raung sebagai bentuk protes terhadap guru yang telah menegurnya karena siswa yang bersangkutan sering telat datang ke sekolah. 2. Tidak jarang juga pada saat siswa berpapasan dengan guru, siswa tersebut lewat saja tanpa menyapa atau tidak senyum. 3. Sebagian siswa keluar dari ruang kelas tanpa meminta izin gurunya. Bahkan ada siswa telat datang dan masuk ke kelas tanpa mengucapkan Assalamu'alaikum. Ketika ditanya, kenapa tidak mengucapkan? “Saya mengucapkan salam tapi ibu tidak mendengar,"jawabnya. Sang guru pun diam seribu bahasa. Padahal guru itu melihat dengan mata kepala sendiri siswa tersebut masuk tanpa mengucapkan salam. 4. Ada siswa yang berpacaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Berboncengan berdua. Pada saat ditegur dan dinasihati, kedua siswa yang berlainan jenis malah saling bantu-membantu menutupi kesalahan mereka. Bahkan ada yang marah kepada guru dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas bahkan cenderung tidak beretika sama sekali. Identifikasi Karakter baik atau karakter buruk Fenomena ini termasuk karakter buruk, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya tentang hilangnya rasa hormat siswa kepada guru seperti siswa keluar dari ruang kelas tanpa meminta izin gurunya, siswa telat datang dan masuk ke kelas tanpa mengucapkan Assalamu'alaikum, siswa ketika berpapasan dengan guru tidak melakukan 3S (Senyum, Sapa, Salam) Analisis mengapa peristiwa itu terjadi? 1. Kurangnya pengetahuan agama Islam dari orang tua. Akibatnya anak-anak hampir tidak bisa membedakan yang boleh dikerjakan dan yang mana yang tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Tidak ada contoh teladan. Banyak peserta didik berbuat seperti itu karena tidak ada yang dapat dijadikan contoh yang baik dalam pergaulan sehari-hari, sehingga cenderung bersikap sesuka hati kepada siapa saja termasuk kurang menghormati guru dan orang tua mereka sendiri. 3. Cenderung meniru sosok yang tidak pantas. Siswa cenderung meniru habis-habisan sosok yang diidolakan seperti bintang film barat, artis top dunia yang suka gonta ganti pasangan yang budayanya sangat bertentangan dengan budaya Aceh. 4. Suka main game online. Fenomena selama ini di mana-mana siswa lebih banyak memegang HP di tangan daripada buku. Padahal mereka tidak menyadari terlalu sering main game HP online bisa berakibat sangat berbahaya bagi perkembangan pola pikir mereka. Mereka lebih terpana, terpesona, tersedot perhatiannya pada game-game baru seperti Mobile Legend, Free Fire, Minecraft, Game Player Unknown's Battlegrounds (PUBG) dan mobile yang lebih menarik dan menantang daripada membahas pelajaran. Akhirnya Ketua MPU Aceh, Prof. Dr. Tgk. H. Muslim Ibrahim, MA menetapkan bahwa hukum bermain game yang telah disebutkan di atas menurut fikih Islam adalah haram karena berdasarkan empat hal, yakni game itu mengandung unsur kekerasan dan kebrutalan, berpotensi memengaruhi perubahan perilaku penggunanya menjadi negatif, berpotensi menimbulkan perilaku agresif, dan kecanduan pada level berbahaya, hingga mengandung unsur penghinaan terhadap simbol-simbol Islam. (Serambi Indonesia: 20/06/2019). Walaupun sudah ada fatwa haram dari MPU Aceh, hingga saat ini masih banyak siswa main game tersebut. Ketika siswa sudah masuk jaringan game online, guru mulai gelisah hatinya untuk menasihati mereka. Sehingga guru seperti terabaikan. Akhirnya banyak siswa bertingkah aneh menantang guru, membentak-bentak guru karena siswa sudah merasa lebih pintar dan tidak mau lagi ditegur oleh gurunya. Guru juga bingung harus dengan cara apa menghadapi siswa yang nakal dan tidak mau diatur. Bila zaman dulu guru leluasa bisa memukul siswa dengan rotan karena sudah berulang kali diingati tidak didengar. Zaman sekarang dilema bagi guru. Tidak boleh lagi main tangan dan melakukan kekerasan baik verbal maupun fisik karena dianggap melanggar HAM anak. Ujung-ujungnya guru menjadi frustasi. Sebagai guru harga dirinya jatuh di mata murid. Banyak guru akhirnya memilih masa bodoh dan cuek. Mereka hanya berpikir yang penting sudah mengajar, masa bodoh dengan tingkah laku anak. Bagaimana Solusinya dan pihak-pihak mana saja yang harus terlibat dalam mengatasi masalah tersebut?
1. Dalam hal ini, keluarga menjadi elemen yang
bertanggung jawab atas penanaman sikap sopan santun seorang anak. Bagaimana anak menghormati orang yang lebih tua terjadi dalam keluarga, maupun orang yang tak dikenalnya. Ketika keluarga tidak dapat menjalankan karakter luhur dengan baik dalam keluarganya akhirnya anak-anak zaman now akan kehilangan orientasi berbuat luhur. 2. Menyingkapi problematika di atas tidak ada cara lain selain orang tua harus menanamkan pendidikan karakter pada anak sejak usia dini. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (QS. Luqman: 17). Alquran menjelaskan dengan tegas agar manusia menyerukan dan menegakkan kebenaran dan menjauhkan perbuatan yang munkar. Selanjutnya, orang tua seyogyanya ikut berperan dalam mendidik anak-anak mereka, selain itu harus lebih tegas serta proaktif mengingatkan anaknya agar menghormati dan menghargai guru saat berada di sekolah maupun di luar sekolah. Berikanlah pemahaman dengan perkataan lemah lembut kepada anak bahwa seorang guru memiliki beban berat dalam dunia pendidikan, yakni bagaimana caranya menempa peserta didik menjadi baik dan cerdas. Jika hanya menyerahkan pendidikan kepada guru saja, sampai kapan pun mental dan karakter si anak tidak akan berubah ke arah yang lebih baik. Jika keikutsertaan orangtua dalam mendidik anak secara tegas, maka mental dan karakter akan tertempa, bahkan menghormati orang lain, khususnya guru sebagai pengganti orang tua selama di sekolah. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya `Ulumuddin, menjelaskan, "Hak para guru lebih besar daripada hak orang tua. Orang tua merupakan sebab kehadiran manusia di dunia fana, sedangkan guru bermanfaat bagi manusia untuk mengarungi kehidupan kekal. Kalau bukan karena jerih payah guru, maka usaha orang tua akan sia-sia dan tidak bermanfaat. Karena para guru yang memberikan manusia bekal menuju kehidupan akhirat yang kekal." Terima Kasih