Anda di halaman 1dari 5

PERSPEKTIF SOSIO-KULTURAL

RUANG KOLABORASI

Dengan menggunakan konsep yang sudah dipelajari, tiap kelompok menganalisis:


a. Faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik yang penting dalam cerita tersebut;
b. bagaimana guru/pengajar tersebut mempertimbangkan perspektif sosiokultural dalam
caranya mengajar;
c. cara lain yang akan Anda lakukan selain yang sudah diterapkan guru/pengajar tersebut;
d. Pembelajaran yang diperoleh dari menganalisis studi kasus dan pembelajaran pada Mata
Kuliah lain yang terkait.

1. Belajar Berdemokrasi, dari buku Mengajar untuk Perubahan, hal 58-75


a. Faktor sosial: Di awal diceritakan bahwa terdapat seorang guru yang merasa nyaman
mengajar di kelas IPS. Padahal bagi sebagian guru mengajar di kelas IPS adalah kelas
neraka. Ada stigma bahwa kelas IPS adalah kelas buangan, bahkan terdapat julukan
untuk peserta didik di kelas IPS adalah anak-anak madesu atau masa depan suram.
Stigma tersebut dijadikan sebagai sebuah tantangan bagi guru junior untuk menyusun
rencana pembelajaran agar belajar nanti lebih mengasyikkan. Sedangkan jika dilihat
dari faktor sosial lainnya, banyak siswa yang mengalami permasalahan broken home.
Ada juga siswa yang berjualan karena keterbatasan ekonomi.
Faktor politik: Yang paling penting dalam cerita "Belajar Berdemokrasi" adalah faktor
politiknya. Bagaimana terdapat unsur korupsi yang diduga dilakukan oleh kepala
sekolah di sekolah tersebut. Kemudian timbul keinginan dari siswa untuk melakukan
demonstrasi. Demonstrasi dilakukan karena siswa menganggap iuran komputer yang
bayarkan tidak dapat mereka nikmati hasilnya. Mereka hanya diminta untuk mencatat
dan mengisi LKS di kelas.
b. Sebelumnya guru memberikan sebuah instruksi kepada siswa untuk menuliskan cerita
tentang diri mereka dan harapan pembelajaran yang harus guru tersebut lakukan di kelas
menggunakan media sobekan kertas. Berdasarkan cerita tersebut guru mengetahui
bahwa beberapa siswa menginginkan pembelajaran tidak dilakukan dengan serius
mereka menginginkan pembelajaran diselingi dengan candaan. Hal ini merupakan cara
guru utuk mengetahui gaya belajar peserta didik. Sehingga guru menggunakan strategi
dengan lebih banyak menonton stand up comedy di saluran YouTube, untuk menambah
referensi tentang candaan-candaan. Selain itu juga ditemukan bahwa murid
menginginkan pembelajaran yang tidak banyak mencatat. Guru menerapkan
pembelajaran yang mampu menarik siswa. Contohnya menggunakan “metode tanya
jawab” saat materi tentang kewajiban dan hak, siswa diminta menyebutkan apa saja hak
dan apa saja kewajiban yang harus mereka lakukan sebagai seorang siswa. Kemudian
terdapat jawaban dari siswa mengenai kewajiban seorang murid adalah membayar SPP.
Jawaban tersebut selanjutnya dikaitkan dengan permasalahan-permasalahan yang
mungkin terjadi di sekolah, seperti adanya iuran yang dibayarkan peserta didik untuk
fasilitas komputer sekolah. Tujuannya agar peserta didik lebih aktif pada pembelajaran
dengan memberi pemantik yang berkaitan dengan sosio kultural yang terjadi di sekitar
sekolah.
c. cara lain yang dapat saya lakukan yaitu melakukan pendekatan kepada peserta didik
dan sekolah, dengan bermusyawarah untuk menghindari terjadinya demonstrasi. Guru
menjembatani peserta didik untuk menyampaikan keluhannya terhadap fasilitas
komputer di sekolah yang tidak bisa mereka gunakan. Hal ini dilakukan untuk
mencegah demonstrasi yang direncanakan oleh peserta didik.
d. Pembelajaran yang diperoleh adalah stigma yang berkembang di masyarakat masih
berpengaruh pada pendidikan. Misalnya, stigma peserta didik yang mengambil jurusan
IPS adalah kumpulan dari peserta didik yang cenderung sulit diatur karena kerap
melanggar peraturan sekolah. Hal tersebut berkaitan dengan dasar-dasar filosofi KHD
mengenai Budi Pekerti, guru menerapkan pembelajaran dengan kegiatan yang dapat
merubah perilaku peserta didik. Contohnya menggunakan media pembelajaran yang
memantik siswa untuk berpikir kritis, dengan memberikan contoh pertanyaan yang
terjadi di lingkungan sosial. Guru memfasilitasi potensi psikomotorik peserta didik
dengan memberikan ruang berupa bermain peran. Bentuk budi pekerti yang diterapkan
guru ialah mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang meraka sukai
sehingga peserta didik cenderung melakukan kegiatan yang positif. Beberapa kegiatan
pembelajaran yang dilakukan juga termasuk dalam penerapan materi Pemahaman
Peserta Didik, dengan memahami karakteristik dan minat peserta didik pembelajaran
dapat diterapkan secara tepat.
2. Ray Sang Pecandu Online Game, dari buku Mengajar untuk Perubahan, hal 76-
92
a. Faktor penting tersebut adalah faktor sosial anak, dimana Ray merupakan siswa yang
sudah kecanduan game online. Perubahan perilaku siswa yang mengalami kecanduan
game online mungkin tidak dirasakan sang anak, namun kepribadian sosial anak dapat
dirasakan oleh orang disekitar lingkungan mereka terutama orang tua. Kepribadian
sosial merupakan keseluruhan perilaku seseorang individu dengan sistem
kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan situasi. Ray bahkn tidak pernah
sekolah lagi semenjak kecanduan game online, ia juga sudah merasa malu untuk
kembali ke sekolah karena beranggapan sudah tidak ada lagi yang peduli terhadapnya.
Hal tersebut menjadi perhatian salah satu guru di sekolahnya. Dengan mengunakan
beberapa pendekatan, mulai dari memindahkan pembelajaran ke rumahnya hingga
mengganti materi pembelajaran di tingkat SMP menjadi menyenangkan dengan dasar
(TIK). Hal tersebut nampaknya berhasil membuat Ray dan rekan sebayanya
bersemangat dalam pembelajaran, hal ini terjadi karena pembelajaran disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan siswa.
b. Guru tersebut berusaha menyadarkan polarisasi berpikir siswa tersebut bahwa bermain
game itu adalah hal yang wajar, namun semua itu ada waktu dan tempatnya. Persepektif
tentang sosial siswa tersebut mampu dipertimbangkan oleh guru sebagai tahapan
operasional formal. Namun hal itu tetap harus diarahkan agar tidak melenceng terlalu
jauh.
c. Cara lain yang bisa saya lakukan selain sebagai guru yaitu dengan melakukan
pendekatan batin sebagai seorang teman. Memahami mindset dan sebab terjadinya hal
tersebut merupakan hal yang penting untuk melakukan interaksi yang akan berujung
pada perubahan.
d. Pembelajaran yang diperoleh dari menganalisis studi kasus tersebut dengan mata kuliah
lain yaitu tentang Pemahaman Peserta Didik. Mata kuliah ini akan membahas lebih
kompleks tentang memahami karakteristik serta cara menghadapi karakter tersebut.
Pemahaman Peserta Didik merupakan metode dalam mengerti siswa, berpusat pada
siswa, dan juga memerdekakan siswa, hingga outpun yang dihasilkan, siswa akan lebih
senang dalam proses pembelajaran dan tidak akan nada hal-hal aneh seperti kasus Ray
yang kecanduan game online.
3. Buku Melawan Setan Bermata Runcing: Pengalaman Gerakan Pendidikan
Sokola, hal 125-156
a. Pengalaman Gerakan Pendidikan Sokola, hal 125-156 terdapat faktor-faktor penting
yang memengaruhi pendidikan. Faktor sosial dalam cerita tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat yang masih buta huruf sehingga mendapat stigma negatif dan
sering kali ditipu oleh masyarakat luar. Faktor budaya dalam cerita tersebut terdapat
anggapan bahwa perempuan hanya perlu menikah dan tidak perlu menempuh
pendidikan sehingga banyak terjadi praktik pernikahan dini. Perempuan di desa
cenderung menikah muda sedangkan perempuan di kota cenderung menikah lebih tua.
Masyarakatnya juga masih memegang adat-adat lokal yang berpandangan bahwa ilmu
baca-tulis itu menyeramkan karena bisa mencuri semua pengetahuan mereka sehingga
adat melarang adanya sekolah. Anak-anak yang ingin bersekolah harus melakukan
proses belajar di luar rimba karena takut mendapat bala atau kutukan. Selain itu,
masyarakat rimba merupakan masyarakat bertradisi lisan sehingga mereka mampu
mengingat huruf dengan cepat. Faktor ekonomi juga berpengaruh dalam cerita tersebut
karena minimnya perekonomian masyarakat membuat anak-anak kesulitan
melanjutkan pendidikan. Faktor politik dalam cerita tersebut terlihat dari peran lembaga
yang menaungi pengajar untuk melaksanakan Sokola Rimba.
b. Guru tersebut berusaha mengubah mindset masyarakat yang beranggapan bahwa
pendidikan itu mengerikan. Guru tersebut juga memerhatikan kebiasaan, adat, dan cara
berpikir masyarakat Rimba agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan efektif.
Misalnya mempelajari budaya-budaya masyarakat dan bersikap sensitif terhadap
pengetahuan lokal yang ada dalam khazanah masyarakat Rimba meskipun terlihat tidak
masuk akal.
c. Cara lain yang dapat saya lakukan adalah berusaha memahami karakter masyarakat
terlebih dahulu, dengan cara menggali informasi tentang sesuatu yang melatarbelakangi
pemikiran mereka bahwa pendidikan itu mengerikan. Melalui pemahaman tersebut saya
berusaha untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang pendidikan, sehingga dapat
menyusun strategi yang tepat untuk diterapkan pada masyarakat Rimba. Misalnya
memanfaatkan permainan adat/lokal sebagai bahan pembelajaran.
d. Pembelajaran yang diperoleh adalah bawa pendidikan harus disesuaikan dengan
kondisi sosio kultural dalam daerah tersebut. Misalnya masyarakat Rimba yang
hidupnya dekat dengan hutan atau alam tentunya lebih membutuhkan ilmu tentang
berburu, berladang, menggembala ternak, dan lain sebagainya. Namun, disamping itu
ilmu literasi dasar juga diperlukan untuk menunjang kehidupan masyarakat agar dapat
melindungi diri atau menghadapi tantangan-tantangan dari dunia luar sehingga bisa
menjalani kehidupannya tanpa gangguan. Hal ini berhubungan dengan mata kuliah
Literasi lintas mata pelajaran di mana strategi literasi sangat penting dilakukan dalam
berbagai kegiatan. Hasil studi kasus ini juga berhubungan dengan mata kuliah filosofi
pendidikan Indonesia yang selalu mengajarkan pentingnya memerhatikan kodrat alam
dan kodrat zaman anak dalam praktik pendidikan, karena karakter seseorang dapat
terbentuk dari sosial budaya yang memengaruhi.

Anda mungkin juga menyukai