Anda di halaman 1dari 2

1) Simpulan : Belajar Berdemokrasi, dari buku Mengajar untuk Perubahan, hal 58-75

Buku yang ditulis oleh Deny Surya Permana dalam buku yang berjudul “Belajar Demokrasi”
membahasa tentang pengalaman guru mengajar Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IPS
SMAN 3 Pandeglang. SMA ini berada di pesisir Pantai Carita dengan fasilitas kurang memadai
dan kondisi peserta didik yang kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, namun hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru tersebut, sehingga ia
ingin meciptakan pengalaman belajar yang berbeda. Guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan pertanyaan pemantik dengan mengajukan pertanyaan “Apa sajakah yang menjadi hak
dan kewajiban peserta didik?” dan kemudian peserta didik mendiskusikan apa yang menjadi
hak dan kewajibannya. Setelah itu, guru memberikan refrensi pembelajaran dari koran tentang
demontrasi, kemudian dibuat kelompok dan diminta untuk menganalisisnya. Setelah
menganalisis koran tentang demontrasi, kemudian guru membuat model pembelajaran dengan
cara mengambil peran, peserta didik melakukan simulasi demontrasi ada yang mengambil
peran seorang demonstran, pihak kemanan dsb. Model pembelajaran ini dinilai berhasil, karena
pembelajaran demontrasi sebagai bentuk demokrasi ini bermanfaat bagi peserta didik ketika ia
kelas XII. Pada saat XII peserta didik dengan berani melakukan aksi demontrasi kepada Kepala
Sekolah yang korup, dan kepala sekolah berhasil mereka ganti.
2) Analisis kelompok :
a) Faktor-Faktor :
- Faktor social
Dilihat dari faktor sosial, kehidupan sosial pserta didik tidak jauh dari alam pesisir yang panas.
Anak-anak yang lahir dan tumbuh dari lingkungan pantai telah membentuk mereka menjadi
anak-anak yang aktif dan berani. Hal ini terbukti ketika mereka mengetahui bahwa kepala
sekolahnya korupsi iuran uang komputer, mereka dengan berani melakukan aksi demontrasi
memecat kepala sekolah yang korup. Faktor sosial lain, yaitu lingkungan sosial keluarga yang
bruk, banyak peserta didik yang mengalami masalah di rumah dan ada yang sejak kecil sudah
ditinggal ayahnya, sehingga hal ini akan berdampak pada pserta didik di sekolah, mereka
cenderung pemberontak karena kurangnya kasih sayang.
- Faktor Budaya
Faktor budaya yang terjadi di lingkungan sekolah, pertama stigma buruk terhadap peserta didik
kelas IPS, dianggap kelas buangan, banyak peserta didik yang membolos, dan selalu ribut
mengobrol selama proses pembelajaran. Namun dalam buku tersebut digambarkan berbeda,
peserta didik kritis dan berani memperjuangan ketidakadilan, tentunya hal ini tercipta karena
faktor guru membentuk budaya belajar yang menyenangkan sehingga dapat diterima oleh
peserta didik. Kedua budaya korupi oleh pemangku kebijakan dalam hal ini Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah melakukan korupsi uang iuran komputer yang setiap awal tahun pelajaran
ditarik dari peserta didik sebesar Rp. 60.000 persiswa. Akibatnya Kepala Sekolah di demo
peserta didik dan berhasil di copot jabatannya dari sekolah tersebut.
- Faktor Ekonomi
Dilihat dari faktor ekonomi, umumnya peserta didik merupakan kalangan ekonomi kelas
menengah ke bawah. Sepulang sekolah mereka berjualan dipinggir pantai, menyewakan papan
luncur, dan menawarkan jasa membuat tato temporer yang bisa dihapus dalam waktu dua
minggu. Sehingga sepulang sekolah banyak waktu peserta didik dihabiskan mencari uang
daripada belajar.
- Factor Politik
Dari faktor politik, terjadi gesekan antara peserta didik dengan Kepala Sekolah, peserta didik
melakukan aksi demontrasi di sekolah dan berlanjut long march di jalanan menuntut kepala
sekolah yang korup dipecat. Hal ini mengundang perhatian DPRD Pandeglang datang ke
sekolah setelah viralnya pemberitaan terkait aksi demontrasi peserta didik tersebut. DPRD
diwakili anggota Komisi IV melakukan pertemuan dengan Kepala Sekolah, pengurus komite,
dan perwakilan peserta didik yang melakukan aksi demontrasi untuk menindaklanjuti dari aksi
demontrasi menuntu Kepala Sekolah dicopot. Sebulan setelah kejadian demontrasi, Kepala
Sekolah dimutasi.
b) Bagaimana guru/pengajar tersebut mempertimbangkan perspektif sosiokultural dalam
caranya mengajar
Dalam mempertimbangan sosiokultural peserta didik, guru menerpakan pembelajaran yang
menyenangkan/mengasyikkan. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan pertanyaan
pemantik untuk melihat sejauh mana peserta didik paham dengan materi yang akan dipelajari,
kemudian guru memberikan refrensi materi dari berita koran dan peserta didik diminta
mengalisisnya. Setelah itu agar sesuai gaya belajar siswa yang cenderung kinestetik, guru
melakukan pembelajaran dengan “Bermain Peran”. Jadi dapat disumpulkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan guru tersebut berpusat pada peserta didik, karena peserta didik
membangun pengetahuannya sendiri secara merdeka dan guru memfasilitasi gaya belajar
peserta didik dengan memperhatikan sosiokulturalnya.
c) Cara lain yang akan anda lakukan selain yang sudah diterapkan guru/pengajar tersebut
Cara guru lakukan dalam pembelajaran tersebut menurut kami sudah megarah pada
pembelajaran paradigma baru. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi juga
menhidupkan pengetahuan dengan berpusat pada peserta didik. Akan tetapi cara lain yang ingin
kami lakukan adalah mengajak peserta didik melakukan pembelajaran dengan memanfaat
pantai sebagai media belajarnya. Selain itu, dalam kasus aksi demontrasi peserta didik
menuntut agar kepala sekolah dicopot jabatanya, karena korupsi. Cara lain yang harus
dikedepankan terlebih dahulu yaitu negosiasi dengan Kepala Sekolah. Dalam cerita tersebut,
guru mendorong langsung peserta didik melakukan aksi demontrasi, padahal demontrasi
merupakan cara terakhir untuk menyampaikan aspirasi setelah proses negosiasi tidak berhasil
dilakukan.
d) Pembelajaran yang diperoleh dari menganalisis studi kasus dan pembelajaran pada Mata
Kuliah lain yang terkait
Pembelajaran yang kami peroleh adalah kami jadi mengerti bagaimana seharusnya melakukan
pembelajaran yang asyik dan berpusat pada peserta didik, dengan kondisi peserta didik yang
sebelumnya kurang memperhatikan pembelajaran. Selain itu, yaitu pembelajaran karakter,
dengan menanamkan keberanian dalam memperjuangakan hak dan berani mengambil
resikonya. Tentu pembelajaran lain, yaitu menginspirasi kami untuk melakukan inovasi
pembelajaran, sehingga menjadi guru yang sealu ditunggu-tunggu peserta didik di kelas.

Anda mungkin juga menyukai