Anda di halaman 1dari 7

11 CARA PALING CERDAS UNTUK MENGASAH KREATIVITAS ANAK YANG ANDA

HARUS COBA

Kreativitas merupakan salah satu potensi anak yang perlu dikembangkan sejak dini. Mengapa? 
Karena kreativitas adalah salah satu pondasi agar anak mampu  menyelesaikan masalah, mamu
berpikir out of the box, dan menjelajah sesuatu yang baru. 
Dan semua itu, bisa menjadi modal untuk kesuksesan anak, apapun bidang yang dipilihnya
kelak, dokter, arsitek, peneliti, sutradara, atau jurnalis.

Berikut ini  10 cara mengasah dan mempertajam kreativitas anak dengan cara
menyenangkan:
1. Bermain
Bermain  bisa menjadi media untuk mengembangkan kreativitas anak. Untuk itu, sediakan 
berbagai macam mainan untuknya. Anda bisa membelinya -- tentu saja tidak harus mahal--  atau
membuat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang ada. Untuk menemukan ide membuat
mainan Anda bisa mencarinya di pinterest  -- kata kunci DIY atau art and craft --  dan di
instagram.  Selain itu, beri ia kesempatan untuk bermain di luar rumah, mengenal alam,  dan
bermain dengan teman-teman. Lewat cara itu anak akan kaya pengalaman dan terbiasa
berinteraksi dengan lingkungan yang akan membuatnya belajar banyak hal, termasuk
menyelesaikan masalah.

2. Biarkan Anak Berimajinasi


Salah satu cara melatih imajinasinya adalah membacakan buku setiap hari.  Beri anak
kesempatan untuk memilih buku yang ia sukai. Libatkan anak saat membaca dengan
memintanya mengira-ngira, suara seorang tokoh atau karakternya. Selain mengasah  imajinas
membacakan buku dan mendongeng akan menambah perbendaharaan bahasa anak.  Ajak juga 
anak bermain role play.  Misalnya,  memintanya menjadi koki atau dokter dengan dengan
menggunakan perlengkapan mainan. Dengan  itu, dengan imajinasinya anak akan berusaha 
memerankan hal-hal tersebut.

3. Pertanyaan Kreatif
Cobalah memberikan pertanyaan-pertanyaan yang kreatif dan mendorongnya untuk berekspresi
baik secara verbal maupun non- verbal. Seperti, “Coba, nak,  beritahu Bunda, bagaimana cara
kamu memainkan mainan ini?” atau “Apa yang akan terjadi jika kran air tidak ditutup?”.
Perhatikan jawaban anak, walaupun tidak seluruhnya benar,  tapi itu berusaha untuk berpikir.

4. Hindari Kata Salah 


Kadang reaksi atau imajinasi anak tidak selalu sama dengan anak sepantarnya. Misalnya, ia
menggambar mobil dengan roda segitiga. Jika hal ini terjadi, usahakan Anda tidak berkata
“SALAH” akan imajinasinya. Anda bisa berkata “Menarik sekali. Kira-kira mobilnya bisa jalan
tidak jika rodanya berbentuk seperti itu…” Dengarkan penjelasannya. Siapa tahu ia membuat
gambar itu karena misalnya,karena rodanya rusak.

5. Lihat  Minat & Bakat


Coba mulai memerhatikan apa yang disukai oleh balita. Apakah ia senang menggambar,
menumpuk barang, berolahraga, menari atau hal lainnya.  Setelah mengetahui, kegemarannya,
mulailahlah Anda mengasahnya sejak dini. Misalnya dengan menyediakan crayon dan kertas
gambar bagi anak yang senang menggambar, melatihnya berolahraga bagi anak yang senang
olahraga dan memasukkannya ke sanggar seni jika anak menyukai seni. Dengan demikian,
kemampuan anak akan terasah dengan baik.

6. Bebaskan Anak Bereksplorasi


Anak sudah dibekali dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Jadi,  biarkan mereka melakukan
eksplorasi terhadap dunia di sekitarnya. Tentu saja Anda perlu memberitahu mana yang bahaya 
dan yang tidak. Misalnya, Anda tentu perlu memberitahu bahwa api itu panas dan bisa melukai
dengan cara mendekatkan nyala api di korek api ke dekatnya. Anda juga perlu siap menjawab 
pertanyaannya  mengenai berbagai hal. Sebab itu, Anda pun perlu membekali diri dengan
bermacam pengetahuan yang bisa Anda peroleh lewat berbagai informasi di buku, website, atau
berbagi dengan teman-teman yang memiliki anak seusai.

7. Jangan Dipaksa
Jika anak Anda tidak menunjukkan bakat atau kreativitas, Anda tidak perlu terlalu memaksa.
Misalnya, dengan hanya fokus mengembangkannya di situ. Semua butuh proses dan waktu.
Yang bisa Anda lakukan adalah memberikan stimulus  untuk memancing kreativitasnya keluar,
seperti kegiatan bermain. Perlahan-lahan pasti akan terlihat. Paling penting adalah ia harus
melakukannya dengan enjoy dan antusias.

8. Berikan Pengalaman Baru


Berikan waktu khusus untuk anak dengan mengajaknya ke tempat-tempat yang belum pernah
dikunjungi seperti museum, kebun binatang,  sawah, kebun, peternakan, pasar tradisional, dan
taman rekreasi. Di tempat baru ini anak akan melihat, menyentuh, mendengar, merasakan bahkan
mencium sesuatu yang baru yang  akan memperkaya pengalamannya. Dengan pengalaman itu
anak akan meramunya menjadi modal untuk melakukan sesuatu yang kreatif.

9. Kurangi Larangan
Tahukah Anda bahwa larangan dapat mematikan kreativitas seseorang? Hal ini juga berlaku
untuk balita. Sebisa mungkin Anda mengurangi “melarangnya”. Misalnya Anda melarang anak
memegang lumpur atau kodok, hanya karena Anda takut tangannya kotor, padahal tangan kotor
bisa dicuci.  Sebagai gantinya, berikanlah saran apa yang seharusnya ia lakukan, bukan
melarangnya. Misalnya, boleh memegang lumpur dan bermain dengan lumpur asal setelahnya
mencuci tangan.  Namun, dalam kondisi tertentu bila terpaksa, Anda tentu saja harus tegas.
Misalnya, anak ingin perosotan di pegangan tanggan padahal  itu berbahaya. Jika itu yang
terjadi,  katakan bahwa Anda tidak ingin ia terluka dan ia tak bisa bermain lagi. Solusinya Anda
bisa mengajaknya bermain perosotan di taman.

10. Liburan Kreatif


Liburan kreatif untuk anak tidak harus mahal, namun yang penting sesuai dengan minat anak.
Hal ini bahkan bisa dilakukan di rumah. Misalnya dengan berkebun, mendekorasi kamar,
membuat kreasi “DIY” dan masih banyak lagi. Bisa juga Anda mengajak keluar rumah seperti
bermain permainan outbound. Dengan begitu anak akan mendapatkan banyak pelajaran
bersosialisasi, kerjasama, toleransi dan tentu saja menyenangkan.

11. Beri  Pujian


Selalu memberikan pujian jika anak melakukan sesuatu yang  keratif. Misalnya, anak bermain
pesawat terbang dengan daun mangga atau dengan piring kertas.  “Wah, pesawatnya keren
sekali. Mau terbang ke mana?” Anda bisa mengatakan begitu. Cara itu akan membuat anak
terdorong untuk berimajinasi dan mencari hal-hal baru yang akan mencuri perhatian Anda.
Namun juga selalu ingatkan anak bahwa tidak masalah jika melakukan kesalahan, karena dari
situ justru ia akan tahu dan dicoba lagi dan dicari solusinya. Itu semua akan membuat anak
semakin bersemangat untuk mencoba sesuatu yang baru dan tidak takut melakukan kesalahan.

https://www.ayahbunda.co.id/balita-psikologi/10-cara-mengasah-kreativitas-anak

KENDALA DALAM PENGEMBANGAN


KREATIVITAS DAN BAKAT
Diposkan pada Februari 3, 2018 oleh retnoas

Thomas Alva Edison pernah menyatakan bahwa genius is 1% inspiration but 99% perspiration. Hal
ini berarti tidak selamanya seseorang yang memiliki taraf kecerdasan yang tergolong genius dapat
menghasilkan karya yang kreatif kalau tidak diimbangi dengan kerja keras secara terus-menerus
tanpa mengenal putus asa. Sejarah penemuan di bidang apa saja telah membuktikan bahwa
bagaimana individu mencapai kreativitas yang mengagumkan dunia karena kerja keras sepanjang
hayatnya.
           
Menurut Graham Wallas (dalam Morgan, et al. 1989), proses berpikir kreatif meliputi lima tahap,
yaitu:

1. Persiapan (preparation),
2. Inkubasi (incubation),
3. Iluminasi (illumination),
4. Evaluasi (evaluation),
5. Revisi (revition).
Masa persiapan dianggap sebagai masa untuk mencari dan merumuskan suatu permasalahan secara
jelas. Di sini seseorang berupaya untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya guna memecahkan
masalahnya, tetapi ternyata ia menemukan hambatan. Dengan demikian, sampailah ia pada kondisi
inkubasi, yaitu masa ketika seseorang mencoba seolah-olah tidak memikirkan masalah tersebut. Ia
tidak menggunakan kesadaran untuk berpikir dalam memecahkan masalahnya. Dalam keadaan
seperti itu, alam bawah sadar bekerja. Justru dalam keadaan tidak sadar, tiba-tiba alam kesadaran
menemukan suatu gagasan cemerlang yang dapat memecahkan masalahnya dan disebut masa
iluminasi. Di sini ia mengalamani eureka atau aha experience. Selanjutnya, penemuan tersebut akan
di evaluasi dari sisi kelemahan ataupun kelebihannya. Dengan demikian, akhirnya hasil penemuan
kreatif dapat diterapkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan harkat kehidupan manusia
(masyarakat).

            Masa dewasa muda sering kali dianggap sebagai masa untuk berprestasi yang setinggi-
tingginya sehingga tidak menutup kemungkinan mereka dapat mengekspresikan segala potensi untuk
menciptakan karya-karya yang baru, inovatif, dan kreatif. Namun, tidak selamanya individu yang
menginjak masa dewasa muda mampu mewujudkan karya kreatifnya. Maka dari itu, kita perlu
membahas apa saja kendala-kendala yang dialami dalam proses pengembangan kreativitas dan bakat
seseorang.

Iklan

LAPORKAN IKLAN INI

BEBERAPA BENTUK KENDALA PENGHAMBAT KREATIVITAS PADA SISWA


 
Kendala dari Guru
            Mengutip dari Cropley (1989), Munandar mengemukakan beberapa karakteristik guru yang
cenderung akan menghambat kreativitas pada siswa, diantaranya adalah:

1. Penekanan bahwa guru selalu benar,


2. Penekanan berlebih pada hapalan,
3. Penekanan pada belajar secara mekanis teknis pemecahan masalah,
4. Penekanan pada evaluasi eksternal (oleh guru) dan kurang mementingkan evaluasi oleh siswa
itu sendiri.
5. Penekanan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan,
6. Penekanan berlebihan pada konformitas terhadap norma kelompok,
7. Perbedaan secara kaku antara bekerja dan bermain dengan menekankan makna dan manfaat
bekerja, sedangkan bermain adalah sekedar untuk rekreasi.

Kendala dari Budaya


Dalam buku “Conceptual Blockbusting” J.L. Adams mengungkapkan beberapa kendala budaya
terhadap kreativitas diantaranya:

1. Menganggap bahwa berkhayal atau melamun adalah membuang-buang waktu.


2. Suka atau sikap bermain hanya untuk anak-anak dan membuang-buang waktu.
3. Kita harus berpikir logis, kritis, analistis, dan tidak mengandalkan pada perasaan, firasat, dan
intuisi.
4. Setiap masalah dapat dipecahkan dengan pemikiran ilmiah dan dengan uang.
5. Keterikatan dan kepercayaan terhadap tradisi.
6. Adanya atau berlaku tabu-tabu yang berkembang di masyarakat.
Kendala dari Keluarga

Berikut adalah kendala-kendala yang muncul dari lingkungan terdekat dari siswa yang menghambat
pengembangan kreativitas, yaitu:

1. Kurang adanya kerjasama dan saling percaya antara anggota keluarga dan dalam pertemanan.
2. Orangtua yang otokrat dan tidak terbuka terhadap ide-ide anak.
3. Ketidaknyamanan dalam keluarga dan lingkungan.
4. Gangguan dari lingkungan, keributan, dan kegelisahan.
5. Kurang ada dukungan untuk mewujudkan gagasan-gagasan.

Kendala dari Siswa Itu Sendiri


Kendala Persepsi:

 Sulit mengidentifikasi masalah


 Selalu lari dari masalah
 Tidak mampu melihar masalah dari berbagai sudut pandang
 Hanya terpaku pada harapan, stereotip atau pe’label’an yang terlalu dini
 Tidak peka terhadap masukan sensorik

Kendala Emosi:

 Tidak adanya tantangan sehingga tidak menarik perhatian


 Semangat yang berlebihan sehingga ekspektasi terlalu tinggi
 Takut membuat kesalahan karena perfeksionis
 Tidak tenggang rasa terhadap keteraturan dan keamanan
 Lebih suka menilai gagasan ketimbang mengemukakan gagasan
 Tidak dapat rileks atau ber-inkubasi

Kendala Imajinasi:

 Pengendalian yang terlalu ketat terhadap alam pra sadar dan tidak sadar
 Tidak memberi kesempatan pada daya imajinasi
 Tidak mampu membedakan antara realitas dan fantasi

Kendala Intelektual:

 Kurang informasi atau mendapat informasi yang salah


 Tidak lentur menggunakan strategi pemecahan masalah
 Perumusan masalah tidak tepat

Kendala Pengungkapan:

 Keterampilan bahasa kurang untuk mengungkapkan gagasan


 Kelambanan dalam ungkapan secara tertulis

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita dapati perlakuan dan tindakan anak dengan berbagai pola
dan tingkah laku. Sehingga ekspresi kreativitas anak kerap menimbulkan efek kurang berkenan bagi
orang tua. Misalnya orang tua melarang anak merobek-robek kertas karena takut rumah jadi kotor,
atau berteriak saat anak bermain pasir karena takut anak terkena kuman. Dalam suatu studi tingkat
motivasi instrinsik siswa rendah jika guru terlalu banyak mengontrol dan jika guru memberikan lebih
banyak otonom. Beberapa studi menunjukkan Pygmalion Effect yang juga disebut Self- fulfilling
Prophesy, yaitu bahwa tanpa disadari orang berperilaku sebagaimana mereka percaya orang lain
mengharapkan mereka berperilaku (Munandar,2004).

Masalah yang sering terjadi adalah dalam upaya membantu anak merealisasikan potensinya, sering
kita menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Penggunaan paksaan atau kekerasan tidak saja
berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau memaksakan aturan-aturan, tetapi juga bila kita
memberikan hadiah atau pujian secara berlebihan. Amabile, mengemukakan empat cara yang dapat
mematikan kreativitas, diantaranya:

 Evaluasi

Rogers (Munandar, 2004) mengemukakan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif
ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling tidak menunda pemberian evaluasi
sewaktu anak sedang asik berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi pun dapat mengurangi
kreativitas anak. Selain itu, kritik atau penilaian sepositif apapun meskipun berupa pujian, dapat
membuat anak kurang kreatif, jika pujian itu memuaskan perhatian pada harapan akan dinilai.

 Hadiah

Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan perilaku
tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat merusak motivasi instrinsik dan
mematikan kreativitas.

 Persaingan (Kompetisi)

Kompetisi lebih kompleks daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara tersendiri, karena
kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila peserta didik merasa bahwa
pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan anak didik lain dan bahwa yang terbaik akan menerima
hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.

 Lingkungan yang Membatasi

Albert Einstein yakin bahwa belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Sebagai
anak, ia mempunya pengalaman mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada disiplin dan
hapalan semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajari, dan
pada ujian harus dapat mengulangi dengan tepat. Pengalaman yang baginya amat menyakitkan dan
menghilangkan minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya untuk sementara.

BEBERAPA HAL YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGEMBANGKAN


KREATIVITAS DAN BAKAT

a. Menciptakan lingkungan yang merangsang kreativitas


Mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik dengan mengenalkan pada berbagai hal atau kegiatan
misalnya dengan melakukan eksperimen sederhana, membuat kreasi, atau mengunjungi museum.

b. Melibatkan anak dalam kegiatan curah ide (brainstorming)

Meminta peserta didik untuk melontarkan beragam ide dalam kelompok, dan kemudian membahas
ide-ide yang dilontarkan. Semakin banyak ide yang dihasilkan, semakin besar kemungkinan
munculnya ide-ide yang unik.

c. Memberikan kesempatan untuk bereksplorasi dan mencoba

Memberikan peserta didik kebebasan untuk melakukan hal-hal baru, dan sesekali membuat kesalahan
sehingga ia dapat belajar menelaah berbagai sudut pandang untuk memecahkan persoalan.

d. Memunculkan motivasi internal

Menghargai  setiap ide maupun karya yang dihasilkan peserta didik secara proporsional menghindari
memberi kritik yang dapat menimbulkan kekecewaan pada peserta didik. Menghindari juga memberi
pujian secara berlebihan. Hendaknya juga tidak selalu menghadapkan peserta didik pada situasi yang
kompetitif.

e. Mengembangkan cara berpikir fleksibel dan playful

Melatih peserta didik untuk menelaah berbagai sudut pandang dalam menghadapi persoalan.

f. Mengenalkan anak dengan orang-orang yang kreatif

Mengenalkan peserta didik pada seseorang yang memiliki suatu karya dan diskusikan mengenai
kemampuannya. Pendidik juga dapat merancang suatu kegiatan di sekolah, misalnya dengan
mengundang ahli dalam bidang tertentu untuk berbagi pengalaman.

            Kita diciptakan Tuhan dengan kreativitas yang dapat menjadi salah satu ciri untuk
membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Kreativitas sudah dimiliki manusia sejak
lahir. Maka dari itu, kita dapat menciptakan banyak hal dari sumber daya yang dimiliki melalui
proses kreativitas. Walaupun terdapat beberapa kendala yang bisa saja terjadi pada setiap individu
saat proses pengembangan kreativitas dan bakat, seseorang tetap bisa melanjutkan atau memecahkan
kendala tersebut dengan beberapa cara seperti yang sudah dibahas di atas.

SUMBER :
Dariyo, Agus. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT. Grasindo (online)
www.educationtarbak.blogspot.co.id/2009/11/beberapa-bentuk-kendala-penghambat.html?m=1
www.kompasiana.com/karinakoestiarti/memupuk-bakat-dan-kreativitas-
anak_551036f5a33311c639ba80b3
www.mellyhandayanicyrus.wordpress.com/2015/16/peran-guru-yang-mendukung-dan-menghambat-
pengembangan-kreativitas/

Anda mungkin juga menyukai