Anda di halaman 1dari 32

Melatih

Kemandirian Anak
By: Za Ummu Raihan
Mengapa melatih
kemandirian anak
itu penting?
- Kepercayaan diri yang baik bermula dari
kemandirian

- Melatih kemampuan survival/ daya juang


mempertahankan hidup

- Jiwa yang merdeka/ tidak bergantung


terbentuk dari kemandirian

- Kemandirian membuat anak-anak lebih cepat


selesai dengan dirinya, sehingga ia bisa memberi
banyak manfaat untuk orang lain.

- Anak yang mandiri memberi kesempatan dan


ruang bagi orang tua untuk mengembangkan diri
Sejatinya, fitrahnya anak-anak itu mandiri. Namun
tanpa sadar kita para orang tua mencerabut dan
merusak fitrah tersebut, demi sesuatu yang instan.

Misalnya, semua anak pada dasarnya memilihi empati


yang tinggi, senang belajar mandiri, dan suka
menolong. Ketika ibu memasak, anak ingin turut
serta dan membantu. Namun, demi mempersingkat
waktu, demidapur yang tetap bersih, nggak mau
repot melayani anak, lalu ibu melarang anak ikut-
ikutan nge-dapur. Akhirnya anak enggak membantu
ataupun peduli dengan kerepotan ibu di dapur.

Salah siapa?
Semua anak pada dasarnya selalu ingin tahu dan
cinta belajar, namun demi rumah selalu kelihatan
kinclong dan malas menjawab pertanyaan demi
pertanyaan anak, maka disodorin gadget biar
anteng. Atau ditempel cap ‘cerewet’ di kening anak
biar seketika diam.

Lebih parahnya lagi anak-anak diumbar bermain


tanpa diberi kesempatan untuk ikut menata kembali
mainannya ke tempat semula, dengan alasan “masih
kecil ini, ntar kalau udah gede kan tahu sendiri.”

Jadi kalau hari ini anaknya tak lagi rajin bertanya ini
itu, salah siapa? Kalau anaknya lebih milih main gadget
seharian dan nggak mau disuruh main di luar rumah,
salah siapa? Terus kalau anak-anak saat ini habis
main langsung ditinggal begitu saja meski diomelin
ratusan kali, salah siapa?
Sejak kapan anak
dilatih untuk
mandiri?
Sejak mereka sudah tidak masuk kategori bayi
lagi, baik secara usia (di atas 1 tahun) maupun
secara mental (kesiapan dan keinginan untuk
mandiri).

Apabila kita masih selalu menolong anak-anak di


usia 1 th ke atas, artinya anak-anak tersebut
secara usia sudah tidak bayi lagi, tetapi secara
mental kita mengerdilkannya agar tetap menjadi
bayi terus.
Tolok ukur
kemandirian anak
per usia
Usia 1-3 tahun
Di tahap ini anak-anak berlatih mengontrol
dirinya sendiri. Maka sudah saatnya kita melatih
anak-anak untuk bisa setahap demi setahap
meenyelesaikan urusan untuk dirinya sendiri.

Contoh :
- Toilet Training
- Makan sendiri
- Berbicara jika memerlukan sesuatu
🔑Kunci melatih kemandirian di usia 1-3 th:

* Membersamai anak-anak dalam proses


latihan kemandirian. Tidak mengabaikan atau
membiarkan berlatih sendiri, agar anak
memiliki standart yang baik.
* Mau bersabar dan repot di 6 bulan pertama.
* Komitmen dan konsisten dengan aturan
dan standart
Contoh:
Aturan meminta tolong:
Bilang minta tolong, bicara lembut dan sopan, tidak
memaksa.
Maka jangan pernah loloskan keinginan anak apabila
mereka minta sesuatu dengan menangis, memaksa,a dan
teriak-teriak.

Aturan bermain:
Kembalikan mainan yang sudah tidak dipakai, baru ambil
mainan yang lain.
Ajarilah anak-anak, ambil mainan di tempat A, mainkan,
kembalikan ke tempatnya, baru ambil mainan di tempat B.
Bersikap konsisten pada aturan, tegur anak secara lembut
tapi tegas bila anak tidak menaati aturan main. Bermainlah
bersama anak sampai anak benar-benar faham aturan
main.
Anak usia 3-5 th
Anak-anak di usia ini sedang menunjukkan
inisiatif besar untuk melakukan kegiatan
berdasarkan keinginannya.

Contoh :
- Anak-anak lebih suka mencontoh perilaku
orang dewasa.
- Ingin melakukan semua kegiatan yang
dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya
🔑Kunci melatih kemandirian di usia 1-3 th:

- Hargai keinginan anak-anak


- Jangan buru-buru memberikan pertolongan
- Terima ketidaksempurnaan
- Hargai proses, jangan permasalahkan hasil
- Berbagi peran bersama anak
- Lakukan dengan proses bermain bersama anak
Contoh:
* Apabila kita setrika baju besar, berikanlah baju kecil-kecil ke
anak.
* Apabila kita memasak, ajarkanlah ke anak-anak masakan
sederhana, sehingga ia bisa menyediakan sarapan untuk
dirinya sendiri secara bertahap.
* Posisikan anak sebagai figur istimewa dalam menyelesaikan
kegiatannya. Misal: manager toilet, jendral sampah, raja
mainan, dll.
* Jangan pernah mentarget apapun terkait pekerjaannya.
* Biarkan anak menentuakan pekerjaan yang mereka inginkan,
tugas kita memberi pilihan dan memotivasi
* Target pada usia ini adalah anak senang mengerjakan
pekerjaannya.
Anak usia sekolah
- Tugas kemandirian usia ini adalah anak menjadi
pembelajar mandiri.
- Tumbuh internal motivation dari dalam dirinya
tentang apa saja yang dia perlukan untuk
dipelajari dalam kehidupan ini.

⛔Kesalahan fatal orangtua di usia ini adalah


terlalu fokus di tugas-tugas sekolah anak, seperti
PR sekolah, les pelajaran dll. Sehingga kemandirian
anak di sisi lainjustru kadang mengalami
penurunan dibandingkan usia sebelumnya.
Sebelumnya sudah mahir merapikan kamar,
sekarang justru tidak pernah lagi karena khawatir
terlambat sekolah, dll
🔑Kunci melatih kemandirian di usia di usia
sekolah

- Jangan mudah iba dengan beban sekolah anak-anak


sehingga semua tugas kemandirian justru dikerjakan
oleh orangtuanya
- Ijinkan anak menentukan tujuannya sendiri
- Percayakan manajemen waktu yang sudah dibuat
oleh anak-anak.
- Kenalkan kesepakatan, konsekuensi, dan resiko.
- Ajarkan untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari
setiap kegagalan dan hambatan yang muncul
Ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus
dilatihkan untuk anak-anak usia sekolah:

1⃣Menjaga kesehatan dan keselamatan diri


2⃣Ketrampilan literasi
3⃣Mengurus diri sendiri
4⃣Berkomunikasi
5⃣Melayani
6⃣Menghasilkan makanan
7⃣Perjalanan mandiri
8⃣Memakai teknologi
9⃣Transaksi keuangan
🔟Berkarya
Kunci utama melatih kemandirian anak:

Investasi waktu
Konsistensi
Motivasi
Teladan
Support sistem
dalam melatih
kemandirian anak
1. Luangkan Waktu

Luangkan waktu untuk melatih satu per satu


keterampilan kemandirian anak. Misalnya,
keterampilan makan sendiri. Luangkan waktu
untuk makan bersama anak, menyediakan
makanan porsi kecil untuk anak, bersabar
menunggunya berlatih menyuap makanan tanpa
menggegas atau buru-buru membantu. Fokus dulu
pada satu keterampilan selama minimal 1 minggu,
kemudian beralih pada keterampilan lainnya, agar
anak tidak frustasi dengan banyaknya yang harus
dipelajari.
2. Beri apresiasi atas keberhasilan sekecil apapun

Apresiasi yang tulus merupakan hal yang dapat


memotivasi anak untuk bersemangat dalam melatih
kemandirian. Apresiasi tidak mesti berupa materi, namun
bisa juga berupa puian, peluk, cium, acungan jempol.
Intinya adalah menunjukkan rasa bangga atas prestasi
anak.

Contohnya: "Wah, kakak sekarang bisa keramas sendiri


tanpa bantuan bunda."; "Senangnya melihat gigi adik
bersih karena menyikat gigi sendiri."; "Hmmm.. Badan adik
harum, karena sudah mandi pagi sendiri."
3. Memberi kesempatan memilih dan menghormati pilihan anak

Memberikan pilihan selain dapat melatih kemandirian anak, juga dapat


menstimulasi anak untuk belajar membuat keputusan, dan bertanggung
jawab atas keputusan yang diambilnya. Anak akan merasa sangat berharga
jika diberi kesempatan untuk menentukan keputusan atas dirinya sendiri.

Contohnya saat melatih keterampilan merawat diri: "adik mau oleskan pasta
gigi sendiri, atau bunda bantu dulu?" Atau "Kali ini bunda bantu gosokkan kulit
kepala atau adik mau coba sendiri?". Atau bisa juga berika pilihan
keterampilan apa yang ingin dilatihkan, misal: "Alifa mau belajar cuci piring
sendiri atau belajar melipat pakaian?".
4. Memberi kepercayaan dan menunda bantuan

Saat anak-anak melakukan "tugasnya", jangan terburu-buru


memberikan bantuan. Biarkan ia melakukan tugasnya, meski
belum sempurna atau sedikit lambat. Saat ia terlihat kesulitan,
alih-alih membantunya, Anda bisa melakukan pekerjaan yang
sama dengannya, sehingga ia bisa melihat contoh atau teladan
untuk ditiru.
5. Buatlah lingkungan yang ramah anak
Saat anak belajar suatu keterampilan, bantulan si kecil dengan
menyiapkan lingkungan atau kondisi yang ramah anak. Misalnya
saat belajar mencuci piring, maka siapkan kursi bantu dan
perlengkapan cuci piring yang mudah ia jangkau dan gunakan.

Jika ia sedang belajar merapikan kamar, maka tata kamar anak


dengan sedemikian rupa agar mudah ditata dan dibersihkan oleh
tubuhnya yang mungil.
6. Bijak dalam memberi perintah

Anak-anak biasanya tak suka jika diawasi atau diberi perintah


berlebihan. Maka beri arahan yang singkat dan jelas. Contohnya,
"Saatnya menyiram tanaman, siram hingga semua tanaman
cukup basah ya.." kemudian saat anak tampak sudah selesai, beri
arahan selanjutnya, "wah sudah cukup basah, matikan airnya lalu
simpan alatnya di sini."

Hindari memberi instruksi beruntun, karena itu hanya akan


membuatnya bingung dan sukit mencerna apa yang kita
maksudkan.
7. Temukan Sisi Positif dari Kesalahan
Saat melatih kemandirian, tentu tidak luput dari kesalahan.
Biarkan anak membuat kesalahan, dan utamakan apresiasi.
Misalnya, saat memotong sayuran, hasilnya belum rapi dan
teratur, kita tetap harus mengapresiasinya, "Wah.. Hari ini
sayur kita akan semarak dengan aneka bentuk yang unik..".
8. Ingat, tak ada yang sempurna

Jangan menuntut anak untuk sempurna melakukan


tugas-tugas kemandirian. Biarkan ia berproses, dan
belajar dari kesalahannya dari waktu ke waktu.
Ingat, kita tidak akan selamanya
bersama anak-anak.

Bersungguh-sungguh melatih
kemandirian itu bukan lagi sebuah
pilihan, namun sebuah keharusan.
Semoga
bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai