Anda di halaman 1dari 8

1. A.

Auditory Learner

Ani adalah seorang anak yang memanfaatkan kemampuan "pendengarannya" sebagai cara
belajar yang disukainya (Auditory Learner). Beberapa ciri anak Auditory Learner antara lain:

1. Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok atau kelas.
2. Mengenal banyak sekali lagu/iklan TV, dan bahkan dapat menirukannya secara tepat
dan komplit.
3. Suka berbicara.
4. Kurang suka tugas membaca (dan pada umumnya bukanlah pembaca yang baik).
5. Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
6. Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.
7. Kurang memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya, seperti: hadirnya
anak baru, adanya papan pengumuman yang baru, dsb.

B. Visual Learner

Sementara Vivi, merasa dapat belajar dengan baik bila "penglihatan" mendapat stimuli
(Visual Learner). Beberapa karakteristik Visual Learner adalah:

1. Senantiasa melihat bibir guru yang sedang mengajar.


2. Saat petunjuk untuk melakukan sesuatu diberikan, biasanya anak ini akan melihat
teman-teman lainnya baru dia sendiri bertindak.
3. Cenderung menggunakan gerakan tubuh (untuk mengekspresikan/ mengganti sebuah
kata) saat mengungkapkan sesuatu.
4. Kurang menyukai berbicara di depan kelompok, dan kurang menyukai untuk
mendengarkan orang lain.
5. Biasanya tidak dapat mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
6. Lebih menyukai peragaan daripada penjelasan lisan.
7. Biasanya anak semacam ini dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut/ramai
tanpa merasa terganggu.

C. Kinesthetic / Tactile Learner

Teddy, yang terlihat jauh lebih aktif dibanding Ani dan Vivi, ternyata adalah seorang anak
yang memanfaatkan "fisiknya" sebagai alat belajar yang optimal (Kinesthetic / Tactile
Learner). Beberapa karakteristiknya adalah:

1. Suka menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya.


2. Sulit untuk berdiam diri.
3. Suka mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangan.
4. Biasanya memiliki koordinasi tubuh yang baik.
5. Suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar.
6. Mempelajari hal-hal yang abstrak (simbol matematika, peta, dsb) bagi anak ini adalah
hal yang sangat sulit.
7. Cenderung terlihat "agak tertinggal" dibanding teman sebayanya. Padahal hal ini
disebabkan oleh tidak cocoknya gaya belajar anak dengan metode pengajaran yang
selama ini lazim digunakan.

Memang pada kenyataannya tidak semudah pengelompokan di atas, dan sebenarnya tidak ada
anak yang murni 100% sebagai Auditory Learner, atau Visual Learner, atau Kinesthetic /
Tactile Learner. Setiap anak pasti memiliki kombinasi dari ketiganya. Namun, biasanya
seorang anak memiliki kecenderungan untuk lebih dominan pada satu kelompok Gaya
Belajar tertentu.

Semoga masukan di atas boleh menambah wawasan kita semua sebagai guru SM. Selamat
melayani.

 KENALI CIRI-CIRINYA 

Ciri-ciri dari masing-masing gaya belajar.


 Auditory Learner, Cirinya :  

   -  Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok  atau kelas.
   -  Mengenal banyak sekali lagu atau iklan TV, bahkan dapat menirukannya secara tepat dan
komplet.
   -  Cenderung banyak omong.
   -  Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang
dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
  -  Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.
-    Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya, seperti hadirnya
anak baru, adanya papan    pengumuman di pojok kelas dan sebagainya.
 Visual Learner, Cirinya : 

 -  Senantiasa berusaha melihat bibir guru yang sedang mengajar.


 -  Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya anak akan
 -  Melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak.
 -  Cenderung menggunakan gerakan tubuh (untuk mengekspresikan dan menggantikan kata-
kata) saat mengungkapkan  sesuatu.
 -  Tak suka bicara di depan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain.
 -  Biasanya kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
 -  Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan.
 -  Biasanya dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut dan ramai tanpa merasa
terganggu.
 Kinesthetic/Tactile Learner, Cirinya :
  -  Gemar menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya.
  -  Amat sulit untuk berdiam diri/duduk manis.
  -  Suka mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya  sedemikian aktif
  -  Memiliki koordinasi tubuh yang baik.
  -  Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar.
  -  Mempelajari hal-hal yang abstrak (simbol matematika, peta, dan sebagainya) dirasa amat
sulit oleh anak dengan gaya belajar ini.
 -  Cenderung terlihat “agak tertinggal” dibanding teman sebayanya. Padahal hal ini
disebabkan oleh tidak cocoknya gaya  belajar anak dengan metode pengajaran yang selama
ini lazim diterapkan di sekolah-sekolah.

Dalam kesehariannya anak anda nampak bertumbuh dan berkembang normal tetapi
mengapa nilai ulangan mereka jauh dari memuaskan, bahkan gurunya mengatakan bahwa
anak anda mengalami kesulitan menangkap pelajaran yang diberikan. Bila anda mendapati
kenyataan ini, jangan berkecil hati, karena hampir dapat dipastikan bukan anak anda yang
bodoh tetapi lebih disebabkan 'gaya mengajar' guru yang tidak sesuai dengan gaya belajar
anak anda. Langkah pertama untuk mengatasi hal ini adalah menemukan dan
memahami gaya (style) belajar anak anda.  

B.Peran dan upaya guru dapat memanfaatkan pengetahuan ini untuk memaksimalkan
potensi belajar anak, menerapkan cara mengajar yang cocok bagi anak didik, mengajar
dengan gaya (style) yang dapat mengakomodir semua tipe peserta didik, mengatasi
keterbatasan anak di dalam kelas, dan mengurangi tingkat stress pada anak. Pengetahuan ini
juga bermanfaat untuk mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam belajar,
bagaimana memaksimalkan kemampuan dan meminimalkan kelemahan yang kita miliki,
mengelola teamwork lebih efektif, meningkatkan ketrampilan dalam memberikan presentasi,
meningkatkan ketrampilan dalam bidang penjualan, dll.

Manfaatnya:

1. Setiap anak memiliki potensi belajar yang dapat dimaksimalkan.


2. Sebagai orang tua dan guru, memahami gaya belajar anak merupakan langkah
pertama dalam memaksimalkan potensi belajar anak.
3. Guru dapat membantu peserta didik belajar lebih efisien melalui cara mengajar yang
dapat mengakomodir berbagai tipe gaya belajar.
4. Memahami gaya belajar diri sendiri dan orang lain dapat membantu anda dalam
proses belajar-mengajar yang lebih efektif dan efisien, serta melakukan kerja sama
dengan orang lain dalam hubungan yang lebih baik.
5. Setiap orang sebaiknya dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam gaya yang
kurang dominan, sambil meningkatkan gaya dominan yang sudah dimiliki.

 Karakteristik Pembelajaran yang Mendidik

Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menyediakan seperangkat kondisi


lingkungan yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini,
guru termasuk orang dewasa berperan menciptakan lingkungan yang kondusif dan dinamis
untuk anak belajar. Ada 4 pilar belajar yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan
pembelajaran yang mendidik, yaitu: (1) learning how to know, (2) learning how to do, (3)
learning how to be, dan (4) learning how to life together.

Bagian pertama, guru dan orang dewasa menciptakan lingkungan belajar yang dapat
memicu rasa ingin tahu anak. Misalnya dengan mengajak anak berhadapan dengan
lingkungan yang baru, menghadapkan anak pada gejala yang berbeda dari situasi keseharian
anak. Wujud dari perilaku anak yang memiliki rasa ingin tahu antara lain, bertanya-tanya
tentang sesuatu, mengamati sesuatu secara seksama, dan ingin mencoba
pengalaman/keterampilan baru. Dalam hal ini guru dan orang dewasa lainnya hendaknya
menjadi pendengar yang baik, melayani pertanyaan anak tanpa memberikan jawaban yang
instan. Selain itu anak perlu digiring pada pengalaman baru yang menyebabkan rasa
keingintahuannya itu terpenuhi.

Kedua, berkecamuknya rasa ingin tahu anak akan memerlukan suatu kompensasi. Anak
akan mencoba memahami sesuatu dengan melakukan kegiatan secara langsung (a hand on
experiences). Anak bereksperimen, memanipulasi alat-alat bermainnya, mengkonstruksi
sesuatu dan lain sebagainya secara trial and error. Peran guru dan orang dewasa adalah
memfasilitasi dengan berbagai sarana/alat permainan manipulatif, sehingga anak merasa
tertantang melakukan sesuatu (bermain secara aktif). Hindari penggantian peran oleh
guru/orang dewasa dalam memecahkan masalah anak. Biarkan mereka secara kreatif
memecahkan masalahnya, tanpa intervensi orang dewasa/guru. Bila diperlukan guru berperan
sebagai partner anak dalam belajar dan bermain, sambil mengamati perkembangan anak.

Ketiga, apa yang dilakukan anak pada bagian kedua tadi akan membentuk kepribadian
anak. Kemandirian, keuletan, belajar dari kesalahan dan rasa sukses dalam memecahkan
permasalahan akan membuat anak memiliki konsep diri yang positif, dan rasa percaya diri
yang mantap.

Keempat, kesempatan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya perlu


dikembangkan. Misalnya dengan cara collaborative learning and playing. Kebersamaan, ,
mau menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan orang lain merupakan tujuan dari
learning how to life .

2.Karakteristik bermain yang dikemukan para ahli,antara lain:

Characteristic of Play menurut ( Brunner,1977)

1.Play is pleasurable ,enjoyable

2.Play has no extrinsic goals

3.Play is spontaneous and voluntary

4.Play involues some active engagment on the past of the player

5.Play has certain systematic relations to what is not play

Characteristic of Play menurut (Docket)

1.Play Symbolic : Dalam bermain ,manusia ,benda,dan ide dapat diperlakukan sebagai
manusia ,benda atau ide lainnya.
2.Play is Meaningful: Bermain berhubungan dengan pengalaman nyata dan bermakna.

3.Play is Actif:Bermain melibatkan berbagai kegiatan baik fisik maupun mental.

Characteristic of Play menurut (Marylyn Fleer)

1.Play is Pleasurable : Bermain adalah suatu kegitan yang menyenangkan,tidak ada


beban.

2.Play is Voluntary : Keterlibatan anak dalam bermain didasarkan pada motivasi intrinsik.

3.Play is Rule-Governed :Ada kegiatan bermain yang ditentukan oleh aturan.

4. Play is Episodic :Kegiatan bermain terdiri atas:permulaan-pertengahan,dan akhir.

 Perbedaan Karakteristik Bermain Oleh Para Ahli :

 Teori Bruner

Mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang ”discovery” yaitu
belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak
menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum
spiral kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi
pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang
sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu
materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari
suatu ilmu pengetahuan secara utuh.

Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur
konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda
berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada
merangsang siswa  menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep
yang lama melalui pembelajaran penemuan.

 Teori Docket

Mempunyai ciri khas yaitu melibatkan orang lain /orang ketiga misalnya dengan
benda ,manusia atau yang lainnya.Sehingga sesudah melakukan permainan tersebut anak
mempunyai makna tersendiri dalam permainan.

Docket berpendapat bahwa anak menciptakan lingkungan bermain yang dapat memicu
rasa ingin tahu anak. Misalnya dengan mengajak anak berhadapan dengan lingkungan yang
baru, menghadapkan anak pada gejala yang berbeda dari situasi keseharian anak. Wujud dari
perilaku anak yang memiliki rasa ingin tahu antara lain, bertanya-tanya tentang sesuatu,
mengamati sesuatu secara seksama, dan ingin mencoba pengalaman/keterampilan baru.
Dalam hal ini guru dan orang dewasa lainnya hendaknya menjadi pendengar yang baik,
melayani pertanyaan anak tanpa memberikan jawaban yang instan. Selain itu anak perlu
digiring pada pengalaman baru yang menyebabkan rasa keingintahuannya itu terpenuhi.

 Teori Marlyn Fleer


Bahwa rasa ingin tahu anak akan memerlukan suatu kompensasi. Anak akan mencoba
memahami sesuatu dengan melakukan kegiatan secara langsung (a hand on experiences).
Anak bereksperimen, memanipulasi alat-alat bermainnya, mengkonstruksi sesuatu dan lain
sebagainya secara trial and error.

Peran guru dan orang dewasa adalah memfasilitasi dengan berbagai sarana/alat permainan
manipulatif, sehingga anak merasa tertantang melakukan sesuatu (bermain secara aktif).
Hindari penggantian peran oleh guru/orang dewasa dalam memecahkan masalah anak.
Biarkan mereka secara kreatif memecahkan masalahnya, tanpa intervensi orang dewasa/guru.

Bila diperlukan guru berperan sebagai partner anak dalam belajar dan bermain, sambil
mengamati perkembangan anak.

 Persamaan Karakteristik Bermain Oleh Para Ahli Menurut Brunner, Docket,


dan Marlyn Fleer:

Pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk memfasilitasi karakteristik


perkembangan dan belajar anak adalam melalui pembelajaran terpadu. Keterpaduan ini
meliputi proses dan materinya, sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan. Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan merangsang anak
untuk bermain dan belajar secara aktif. Peran guru adalah mendorong terjadinya belajar.

Untuk lebih memperluas wawasan dan berkembangnya kemampuan berbahasa dan sosial
anak, maka pembelajaran hendaknya memungkinkan anak berinteraksi dengan
lingkungannya. Interaksi anak dengan lingkungan dan objek-objek belajar akan
memungkinkan anak mengkonstruksi pengalaman belajarnya secara efektif. Mengingat dunia
anak usia dini adalah bermain, maka pembelajaran dikemas dalam bentuk permainan kreatif-
konstruktif, sehingga anak secara alamiah belajar di balik kegiatan bermain yang
dilakukannya.

Kesempatan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya perlu dikembangkan.


Misalnya dengan cara collaborative learning and playing. Kebersamaan, kekompakan, mau
menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan orang lain merupakan tujuan dari
learning how to life together.
TUGAS UAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : Bermain

Dosen : Dra. Ocih Setiasih, M.Pd

Oleh :

UTAMI PUSPA KARINA

100.7584
PROGRAM S1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010/2011

Anda mungkin juga menyukai