Anda di halaman 1dari 71

Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita

di Layanan Rawat Jalan

Direktorat Gizi Masyarakat


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 1
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
tata laksana gizi buruk pada balita di layanan rawat jalan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 2


Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu:
• Melakukan pelayanan rawat jalan pada balita gizi buruk
• Melakukan konseling pemberian RUTF atau F100 dan
makanan padat gizi
• Melakukan pemantauan dan evaluasi perawatan gizi
buruk pada balita di layanan rawat jalan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 3


Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

1. Pelayanan rawat jalan pada balita gizi buruk


a. Konfirmasi status gizi
b. Prosedur rawat jalan pada balita gizi buruk
2. Konseling pemberian RUTF atau F100 dan makanan
padat gizi
3. Pemantauan dan evaluasi perawatan gizi buruk pada
balita di layanan rawat jalan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 4


Pokok Bahasan 1

Pelayanan Rawat Jalan pada


Balita Gizi Buruk

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 5


Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (1)

Balita gizi buruk yang dirawat di layanan rawat jalan dapat


merupakan:
• Kasus baru balita gizi buruk 6 – 59 bulan, termasuk kasus
relaps.
• Rujukan dari layanan rawat inap. Balita gizi buruk yang
memenuhi syarat untuk pindah rawat dari rawat inap ke rawat
jalan untuk melanjutkan perawatan gizi hingga sembuh.
• Kasus lama:
• Masuk kembali setelah drop-out.
• Pindahan dari layanan rawat jalan lain.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 6


Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (2)
• Layanan rawat jalan dapat dilakukan di Puskesmas/Pustu.
• Puskesmas/Pustu yang dapat memberikan layanan balita gizi buruk:
– Tenaga kesehatan sudah mendapat pelatihan pencegahan dan
tatalaksana balita gizi buruk.
– Fasilitas kesehatan memiliki logistik yang dibutuhkan, termasuk:
 Alat antropometri (alat ukur panjang/tinggi badan, alat timbang dan
pita LiLA) sesuai standar
 RUTF atau bahan F100
 Home economic set
 Obat-obat rutin (seperti antibiotika, obat cacing) sesuai protokol

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 7


Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (3)
Segera lakukan pemeriksaan saat balita gizi buruk yang tampak
sakit dirujuk atau dibawa ke fasilitas kesehatan.

Gunakan pendekatan MTBS untuk menilai tanda bahaya umum


dan kedaruratan medis pada balita sakit.

Bila ditemukan tanda bahaya atau kondisi kedaruratan medis,


lakukan tindakan segera sesuai protokol tata laksana balita gizi
buruk sebelum dilakukan pemeriksaan lengkap dan/atau dirujuk
fasilitas kesehatan lebih tinggi.

Bila tidak ada kondisi kedaruratan medis, lakukan pemeriksaan


lengkap, termasuk pengukuran antropometri, edema bilateral
dan tes nafsu makan sesuai protokol.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 8
a. Konfirmasi Status Gizi

1) Menyampaikan penjelasan kepada keluarga tentang prosedur


yang akan dilakukan.

2) Melakukan antropometri dan pitting edema bilateral


a) Timbang berat badan
b) Ukur panjang/tinggi badan
c) Ukur LiLA (6 – 59 bulan)
d) Periksa pitting edema bilateral

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 9


KLASIFIKASI KURANG GIZI AKUT
Berdasarkan Indeks Antropometri dan Edema Bilateral

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 10


Melakukan Pengelompokan Kasus

Penentuan balita gizi buruk dirawat di layanan rawat inap atau


rawat jalan berdasarkan:
• Umur
• Hasil pemeriksaan antropometri
• Hasil pemeriksaan pitting edema bilateral
• Hasil pemeriksaan klinis – ada atau tidak komplikasi medis
• Hasil tes nafsu makan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 11


Alur Penapisan Balita Gizi Buruk

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 12


Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (4)

Salah satu kriteria balita gizi buruk dapat dirawat di layanan


rawat jalan adalah nafsu makan baik.

Lakukan tes nafsu makan sesuai protokol untuk menentukan


apakah balita mempunya nafsu makan baik atau tidak.

Tes nafsu makan dilakukan dengan menggunakan RUTF atau


F100 saat balita pertama kali dirujuk/dibawa ke fasiltas
kesehatan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 13


Tes Nafsu Makan
• Tes nafsu makan dilakukan sebelum pasien menjalani terapi gizi
dengan menggunakan RUTF atau F100 sesuai dengan rencana
terapi.
• Tes dilakukan paling cepat 2 jam setelah makan.
• Cari tempat yang tenang ketika melakukan tes nafsu makan.
• Jelaskan pada ibu/pengasuh tujuan tes nafsu makan dan bagaimana
tes akan dilakukan.
• Dorong ibu/pengasuh untuk tidak terburu-buru dan terus membujuk
balita dengan lembut.

Hasil tes nafsu makan


- Nafsu makan baik  rawat di layanan rawat jalan
- Nafsu makan buruk  rawat di layanan rawat inap
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 14
Tes Nafsu Makan dengan RUTF (1)
Langkah tes nafsu makan dengan RUTF

• Minta pengasuh untuk mencuci tangan dengan sabun, mencuci


muka dan tangan anak dengan sabun.
• Pastikan kemasan RUTF bersih sebelum melakukan tes nafsu
makan.
• Biarkan anak bermain dengan kemasan RUTF dan menjadi
terbiasa/nyaman dengan lingkungan sekitar.
• Sediakan air minum yang bersih dan sudah dimasak bagi anak
selama tes nafsu makan
• Remas kemasan sebelum digunakan  Buka  Tekan dan makan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 15


Tes Nafsu Makan dengan RUTF (2)
• Minta pengasuh untuk duduk nyaman dengan anak di pangkuan mereka
dan berikan RUTF langsung dari kemasan atau ambil RUTF di jari dan
gunakan jari untuk memberikan RUTF kepada anak.
• Jika anak menolak, maka pengasuh sebaiknya mencoba terus untuk
membujuk anak secara perlahan dan tidak buru-buru.
• Tes biasanya berlangsung sebentar, tapi jika anak merasa tertekan,
mungkin akan butuh waktu lebih lama. Anak seharusnya tidak dipaksa
untuk makan RUTF.
• Amati (tes sebaiknya diamati oleh tenaga kesehatan) dan catat hasil tes.
• RUTF yang digunakan untuk tes nafsu makan dikurangi dari jatah
yang dibawa pulang.
• Tes nafsu makan dilakukan pada setiap kunjungan.
16
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Tes Nafsu Makan dengan RUTF (3)
Untuk menentukan bahwa nafsu makan anak baik selama tes nafsu
makan (30 menit – 1 jam), anak harus menghabiskan RUTF sesuai jumlah
berikut:
Jumlah RUTF yang harus dikonsumsi
Berat Badan Anak selama tes nafsu makan (bungkus)
Minimal Maksimal
< 4 kg 1/8 1/4
4 – 6,9 kg 1/4 1/3
7 – 9,9 kg 1/3 1/2
10 – 14,9 kg 1/2 3/4

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 17


Mengukur Porsi RUTF

Sumber: A Training of Trainers on the Philippine Integrated Management of Acute Malnutrition (PIMAM) for Children
under Five Years of Age
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 18
Tes Nafsu Makan dengan RUTF (4)
Hasil Tes Nafsu Makan dengan menggunakan RUTF

Anak dapat menghabiskan jumlah RUTF yang ditentukan


Baik untuk lulus tes, anak makan RUTF dengan lahap dan terlihat
ingin makan terus.

Anak mengonsumsi RUTF dengan bujukan terus menerus dari


Buruk
pengasuh atau menolak makan RUTF.

*Jika tes nafsu makan dengan RUTF hasilnya buruk, dapat dilakukan tes nafsu makan
dengan F100. Jika hasil tes nafsu makan dengan F100 juga hasilnya buruk, maka balita
harus dirujuk.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 19
Tes Nafsu Makan dengan F100 (1)

Apabila tidak tersedia RUTF dan terapi gizi akan menggunakan F100,
maka tes nafsu makan dilakukan dengan menggunakan F100

Langkah tes nafsu makan dengan F100:


a. Ibu diberi penjelasan tentang prosedur tes nafsu makan
b. Hitung dan siapkan dosis F100 untuk keperluan sehari sesuai berat badan
c. Siapkan satu dosis F100 untuk satu kali pemberian saat itu (1/6 dari dosis
harian).
d. Berikan dosis F100 pertama (1/6 dari dosis harian) pada balita secara
perlahan, balita dapat meminum sendiri F100 nya atau minta ibu/pengasuh
memberikan F100 kepada balita.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 20


Tes Nafsu Makan dengan F100 (2)
e. Bila balita menolak, minta ibu/pengasuh untuk membujuk balita secara
perlahan dan tidak terburu-buru.
f. Amati proses dan catat hasilnya.
g. Sisa dosis (5 bungkus) F100 diberikan kepada ibu/pengasuh untuk
diberikan di rumah. Minta ibu untuk mencatat jumlah F100 yang tersisa/
tidak dihabiskan.
h. Minta ibu/pengasuh untuk kembali membawa balita ke layanan rawat
jalan esok harinya dengan membawa kemasan kosong F100 dan catatan
sisa F100.

Nafsu makan balita dikatakan baik jika balita dapat menghabiskan 80%
dari target F100 dalam sehari sesuai berat badan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 21


Alur Penapisan Balita Gizi Buruk

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 22


Alur Penapisan Balita Gizi Buruk

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 23


Pengelompokan Kasus

Balita gizi buruk yang langsung dirawat di layanan


rawat jalan, bila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Balita 6 – 59 bulan, dengan


• BB/PB atau BB/TB < -3 SD dan/atau
• LiLA < 11,5 cm dan/atau
• Pitting edema bilateral derajat +1 atau +2, dan
• Nafsu makan baik, dan
• Tanpa komplikasi medis

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 24


b. Prosedur Layanan Rawat Jalan pada Balita
Gizi Buruk
1 2 3 4 5 6 7

Konseling tentang
Pemeriksaan fisik Pemberian obat
cara pemberian RUTF
secara umum dan sesuai hasil
atau F100 dan
khusus pemeriksaan
makanan padat gizi

Mencatat hasil
Anamnesis Pemeriksaan layanan dalam
Menghitung
riwayat penunjang sesuai rekam medis dan
kebutuhan gizi
kesehatan balita indikasi formulir rawat
jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 25
1. Anamnesis kesehatan Balita: riwayat kelahiran, imunisasi,
menyusui dan makan (termasuk nafsu makan), penyakit dan
riwayat keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik umum meliputi kesadaran, suhu tubuh,
pernafasan, nadi.
- Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir
MTBS.
3. Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 26
4) Melakukan pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan:
- Antibiotika berspektrum luas diberikan saat pertama kali
balita masuk rawat jalan, walaupun tidak ada gejala klinis
infeksi:Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama
5 hari.
- Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C.
Bila demam >39°C rujuk balita ke rawat inap. Memberikan
penjelasan cara menurunkan suhu tubuh anak di rumah
kepada pengasuh.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 27


Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk

Jumlah zat gizi yang


Pemenuhan kebutuhan gizi
diperlukan sebagai
dapat diperoleh dari:
terapi gizi:
• Ready To Use
 Energi: 150-220
Therapeutic Food (RUTF)
kkal/kgBB/hari
atau F100
 Protein: 4-6 g/kgBB/hari
SERTA
 Cairan: 150-200
• makanan padat gizi
ml/kgBB/hari

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 28


Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk (1)
Bila dengan RUTF
• Siap dimakan
• Padat gizi setara dengan F100
• Diperkaya dengan vitamin dan mineral
• Untuk balita gizi buruk ≥ 6 bulan (rekomendasi WHO)

Jumlah kebutuhan RUTF (500 kcal/92 g atau 1 bungkus) per kg berat badan balita
Berat badan balita (kg) Paket per hari Paket per minggu Kkal per hari
3,5 – 3,9 1½ 11 750
4,0 – 5,4 2 14 1.000
5,5 – 6,9 2½ 18 1.250
7,0 – 8,4 3 21 1.500
8,5 – 9,4 3½ 25 1.750
9,5 – 10,4 4 28 2.000
10,5 – 11,9 4½ 32 2.250
≥ 12 5 35 2500
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 29
Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk (2)
Bila dengan F100

• Beri F100 dalam bentuk kering (susu, gula, minyak) untuk 2


hari, karena hanya dapat bertahan 2 x 24 jam (suhu ruang).

• Mineral mix diberikan terpisah.

• Pada tahap awal, balita dengan BB < 7 kg hanya diberi F100.


Bila BB ≥ 7 kg, maka dapat diberikan 2/3 dari total kebutuhan
kalori berupa F100, sisanya diberikan berupa makanan yang
mengandung tinggi protein hewani dan tinggi energi/minyak.

Tenaga kesehatan membantu ibu/pengasuh mencampur larutan mineral mix


ke dalam bahan F100

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 30


Suplementasi Zat Gizi Mikro (1)
Vitamin A
TANDA DEFISIENSI VITAMIN A ATAU RIWAYAT CAMPAK
Penggunaan DALAM 3 BULAN TERAKHIR
Tidak Ya
Bila dengan RUTF Tidak diberikan suplementasi Vitamin A dosis tinggi
Vitamin A dosis tinggi. sesuai umur (3 kali)
Vitamin A dosis tinggi (1 kali) Hari ke-1, ke-2 dan
Bila dengan F100 ke-15).
- hari ke-1 sesuai umur.

Jika tidak tersedia kapsul Vitamin A dosis tinggi dapat diberikan Vitamin A
dosis 5000 SI per hari selama proses pemulihan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 31


Suplementasi Zat Gizi Mikro (2)

Penggunaan Asam Folat Multivitamin

Tidak perlu diberikan karena RUTF sudah mengandung


Bila dengan RUTF vitamin dan mineral dengan jumlah yang cukup.

5 mg pada hari pertama, Vitamin C dan vitamin B


dan selanjutnya 1 mg/hari kompleks
Bila dengan F100

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 32


Suplementasi Zat Gizi Mikro (3)
Suplementasi Zat Besi menurut Berat Badan

Zat Besi (elemental)

• 3 mg/kgBB/hari
setelah berat badan
mengalami kenaikan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 33


Kontrol Rutin pada Layanan Rawat Jalan

1 kali/ minggu atau 1


1 kali/ minggu
kali/ 2 minggu

• BB/TB < -3 SD (Gizi Buruk) • BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD


(Gizi Kurang)

Pada saat balita sudah mencapai status gizi baik (BB/TB ≥ -2 SD)
maka pemantauan pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap bulan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 34


Kunjungan
Minggu ke Jenis kunjungan
Minggu 1 Kunjungan awal/ke-1
Minggu 2 Kunjungan ke-2
Minggu 3 Kunjungan ke-3
Minggu 4 Kunjungan ke-4
Minggu 5 Kunjungan ke-5
Minggu 10 Kunjungan ke-10
Minggu 12, dst.. Kunjungan ke-12, dst..

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 35


Prosedur Kunjungan Ulang (1)
Tindakan Kunjungan ke-2, ke-3, ke- Kunjungan ke-1, ke-5, ke-
4, ke-6, ke-7, dst. 9 dst*
Antropometri:
Berat badan √ √
LiLA √ √
Tinggi Badan √
Lingkar Kepala √
Cek pitting edema bilateral √ √
Kondisi klinis √ √
Tes nafsu makan (RUTF) √ √

*) Tentukan z-score BB/PB atau BB/TB

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 36


Prosedur Kunjungan Ulang (2)
Penilaian kemajuan terapi
• Kenaikan berat badan cukup
• Bila ada edema, maka edema berkurang atau hilang
• Kondisi klinis lainnya membaik

PENILAIAN KENAIKAN BERAT BADAN


• Kurang: kenaikan BB < 5 g/kg BB/hari
• Cukup: kenaikan BB 5-10 g/kg BB/hari
• Baik: kenaikan BB > 10 g/kg BB/hari
ATAU
• Kurang: kenaikan BB < 50 g/kg BB/per minggu
• Baik: kenaikan BB ≥ 50 g/kg BB/per minggu

Balita gizi buruk dengan edema bilateral mungkin akan terjadi penurunan berat
badan pada minggu awal karena berkurang atau hilangnya cairan edema
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 37
Contoh cara menghitung kenaikan rata-rata
berat badan per minggu
Berat badan saat ini = 9,0 kg = 9000 g
Berat badan awal (7 hari lalu) = 8,5 kg = 8500 g

Langkah 1.
Hitung kenaikan BB dalam gram = 9000 – 8500 = 500 g
 
Langkah 2.
Hitung BB rata-rata dalam periode 7 hari (1 minggu) dalam kg = (9000 + 8500) ÷ 2 =
8750 g  8,75 kg 

Langkah 3.
Bagi kenaikan rata-rata BB per hari dengan BB rata-rata dalam kg =
500 g/minggu ÷ 8,75 kg = 57,1 g/kg per minggu.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 38


Prosedur Kunjungan Ulang (3)
Hitung ulang kebutuhan RUTF atau F100 sesuai dengan berat
badan terakhir.

Balita gizi buruk dengan edema mengalami penurunan BB saat


edema berkurang, maka untuk perhitungan kebutuhan RUTF
atau F100 menggunakan BB awal.

Pastikan pemberikan obat-obatan rutin dan layanan kesehatan


lainnya (misalnya imunisasi) sesuai dengan protokol.

Catat jumlah RUTF atau F100 yang diberikan saat kunjungan


dan jumlah sisa jika balita belum habis jatah RUTF atau F100
dari kunjungan sebelumnya.

Keluarga mendapat konseling pemberian makanan balita sesuai


umur/kebutuhan kalori dan pentingnya melakukan stimulasi tumbuh
kembang.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 39
Keluar Rawat Jalan (1)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


40
Keluar Rawat Jalan (2)
Kriteria keluar rawat jalan (selama 2 minggu berturut atau 2 kunjungan)
a) Status gizi baik (berdasarkan indeks antropometri yang sama saat masuk
perawatan), dan
Status gizi saat masuk Status gizi saat keluar
LiLA <11,5 cm LiLA 12,5 cm atau lebih
BB/PB atau BB/TB <-3 SD BB/PB atau BB/TB ≥-2 SD
LiLA <11,5 cm
dan LiLA 12,5 cm atau lebih (≥12,5 cm) dan
BB/PB atau BB/TB <-3 SD BB/PB atau BB/TB ≥-2 SD

b) Tidak ada edema bilateral, dan


c) Kondisi klinis membaik.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 41


Tindakan Sebelum Balita Keluar dari
Layanan Rawat Jalan
Informasikan kepada ibu/pengasuh tentang hasil
1 layanan rawat jalan
Berikan konseling ASI, MPASI (6 sampai <24 bln) dan
makanan keluarga untuk balita ≥ 24 bulan, cara penyiapan
2 dan pengolahan makanan

Bila balita mendapatkan RUTF, maka berikan 7 bungkus


3 RUTF sebagai jatah terakhir

Pastikan pengasuh memahami cara meneruskan


4 pemberian RUTF atau F100 untuk balita
Minta ibu untuk menganjurkan orangtua, teman-teman dan
5 keluarga balita yang menderita gizi buruk atau edema,
mengenai adanya pelayanan balita gizi buruk

6 Lengkapi kartu Penerimaan Layanan Rawat Jalan dan anjurkan untuk


melengkapi imunisasi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 42
Evaluasi Pembelajaran

Peserta melaksanakan penugasan berupa bermain


peran (role play) tes nafsu makan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 43


Pokok Bahasan 2

Konseling Pemberian RUTF atau F100 dan


Makanan Padat Gizi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 44


Setiap Ibu/Pengasuh harus mendapatkan konseling
pemberian RUTF atau F100 dan makanan padat gizi
agar dapat meneruskan pemberiannya kepada balita di
rumah dengan cara yang tepat

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 45


KONSELING GIZI
• Upaya membantu orang lain untuk dapat mengenali diri,
menetapkan alternatif pemecahan masalah dan mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah sesuai keadaan, dan
kebutuhan dirinya yang disadari dan bukan karena terpaksa.

• Salah satu terapi gizi dan bagian penting dalam rangkaian


kegiatan pelayanan gizi di sarana pelayanan kesehatan, untuk
mengubah kebiasaan makan anak guna mempercepat proses
penyembuhan.

• Perlu komunikasi interpersonal antara konselor dan klien.

• Konseling gizi dilakukan oleh tenaga yang kompeten (nutrisionis/


dietisien).
46
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Hal-hal yang Diperhatikan dalam Melakukan
Konseling

Gunakan Komunikasi Non Mendengarkan keluhan


Verbal ibu/pengasuh

Ulangi kembali apa yang


Ajukan pertanyaan terbuka
dikatakan ibu/pengasuh

Hindari penggunaan kata


Gunakan respon dan isyarat
yang menghakimi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 47


Langkah Melakukan Konseling (1)

SALAM
(SA) Sambut klien dengan ramah dan sopan

TANYAKAN Tanyakan peluang yang dimiliki dan


(T) hambatan yang dihadapi

URAIKAN Upayakan klien untuk memahami


(U) permasalahan yang dihadapi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 48


Langkah Melakukan Konseling (2)

BANTU BanTu klien untuk menyesesuaikan


(TU) permasalahan yang dihadapi, memahami cara
pemecahan dan mengambil keputusan

JELASKAN Jelaskan pada klien semua informasi sumber


(J) daya yang tersedia untuk pemecahan masalah

Ulangi secara ringkas semua informasi yang


ULANGI telah disampaikan dan keputusan yang akan
(U) diambil. Ucapkan terima kasih dan buat janji
untuk pertemuan berikutnya
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 49
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (1)
4. Sampaikan dan tunjukkan cara
1. Menyapa dan memberikan membuat F100 dan minta ibu
salam kepada ibu/pengasuh mempraktekkan

5. Sampaikan petunjuk
2.Sampaikan tujuan pemberian
pemberian/dosis RUTF/F100
RUTF/F100/makanan padat gizi
beserta pemberian ASI

3. Anjurkan kepada Ibu/pengasuh


untuk cuci tangan dengan sabun 6. Sampaikan petunjuk
sebelum menyiapkan penyimpanan RUTF/F100
RUTF/F100/makanan padat gizi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 50
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (2)
7. Sampaikan anjuran untuk 10. Jika anak diare, jangan
membujuk anak mengonsumsi hentikan pemberian RUTF/F100
RUTF/F100 dalam jumlah sedikit dan ASI tetapi dicari penyebab
dan sering sehingga porsi 1 hari diare
habis

8. Sampaikan bahwa 11. Sampaikan bahwa anak harus


ibu/pengasuh harus melakukan selalu memakai pakaian
kunjungan ke faskes secara tebal/baju hangat
rutin untuk memantau
perkembangan status gizi anak
12. Sampaikan bahwa setelah
9. Sampaikan jika anak anak membaik dan nafsu makan
kehilangan nafsu meningkat, ibu/pengasuh dapat
makan/menderita penyakit lain memberikan makanan padat gizi
51
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (3)

Setelah anak membaik dan nafsu makan meningkat, ibu/pengasuh


dapat memberikan makanan padat gizi yang tersedia secara lokal
sebagai tambahan (setelah pemberian ASI, RUTF atau F100).

Syarat makanan padat gizi: konsentrasi energi dan protein tinggi,


dianjurkan diberikan dalam bentuk makanan bersantan/dimasak
menggunakan minyak/margarin dan lauknya berasal dari hewani.

52
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Materi yang Disampaikan saat Konseling Kepada
Ibu/Pengasuh di Layanan Rawat Jalan (4)

Bila balita mendapatkan RUTF maka makanan padat gizi


bisa diberikan saat balita masih merasa lapar setelah dosis
RUTF untuk 1 hari telah dihabiskan.

Bila balita mendapatkan F100, maka makanan padat gizi dapat


diberikan pada saat BB balita > 7 kg. Makanan padat gizi diberikan
1/3 dari total kebutuhan sehari dan 2/3nya diberikan dari F100.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 53


Standar Makanan Padat Gizi (Kombinasi Formula)
700
Bahan 300 Kal 400 Kal 500 Kal 600 Kal Kal 800 Kal 900 Kal 1000 Kal
No.
Makanan

1 nasi 50 75 100 125 150 200 200 250


2 telur 25 25 55 55 55 55 55 55
3 daging sapi 25 25 25 25 25 25 25 25
4 bayam 25 25 50 50 50 50 75 75
5 minyak 5 5 10 10 10 15 15 15
6 tempe         25 25 25 25
7 buah 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1/2 p 1p 1p 1p 1p
8 biskuit PMT 20 30 30 40 40 40 50 60
9 ikan             25 25
  Energi (Kkal) 325 404 546 625 726,9 835 915,2 1026,7
  protein (g) 12,5 13,9 20,2 21,7 27,3 28,5 34,8 36.9
  % 15 13,8 14,8 13,9 15 13,7 14,7 14,2
  lemak (g) 15 16,7 25,7 27,4 29,5 37,3 36,9 38,6
  % 41,5 37,2 42,1 39,5 36,5 37 36,3 35
  KH (g) 35,3 49,5 58,8 72,9 89,2 103,5 112,3 133,6
  % 43,5 49 43,1 47,6 49 49,7 49 52
  Fe (mg) 2,9 3,6 4,9 5,6 6,2 6,3 7,9 8,7
  Vit C (mg) 39,3 39,3 47,5 47,5 78,5 78,9 86,8 86,8
60
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
KANDUNGAN ZAT GIZI RUTF
Kandungan gizi per 100 gram

Energi: 545 kkal  


Protein: 13.6 g = 10% kalori protein  
Lemak: 35.7g = 59% kalori lemak  
(kemudian dengan pengurangan: 31% kalori karbohidrat = 42.2 g karbohidrat  
Vitamin Mineral  
Vitamin A: 910 mikrogram Kalsium: 320 miligram
Vitamin D: 16 mikrogram Fosfor: 394 miligram
Vitamin E: 20 miligram Potassium: 1111 miligram

Vitamin C: 53 miligram Magnesium 92 miligram


Vitamin B1: 0.6 miligram Zink: 14 miligram
Vitamin B2: 1.8 miligram Tembaga 1.78 miligram
Vitamin B6: 0.6 miligram Zat besi: 11.53 miligram
Vitamin B12: 1.8 microgram Yodium: 110 microgram
Vitamin K: 21 microgram Sodium: < 290 miligram
Biotin: 65 microgram Selenium: 30 microgram
Asam Folat: 210 mikrogram  
Asam Patotenat: 3.1 miligram  
Niasin: 5.3 miligram  
61
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Evaluasi Pembelajaran

Peserta melaksanakan penugasan berupa bermain


peran (role play) konseling gizi.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 62


Pokok Bahasan 3

Pemantauan dan Evaluasi


Perawatan Gizi Buruk Pada Balita di
Layanan Rawat Jalan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 63


Pemantauan dan Evaluasi Perawatan di Layanan
Rawat Jalan
Sebagai dasar
Bagian penting dalam Masalah spesifik lebih perbaikan
pelayanan balita gizi mudah diatasi secara pelaksanaan dan
buruk rawat jalan efektif perencanaan
pelayanan rawat jalan

Dilakukan melalui:
- Kunjungan rumah oleh petugas
kesehatan/kader.
- Pada saat kunjungan ibu/pengasuh ke
fasilitas pelayanan kesehatan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 64


Kontrol Rutin pada Layanan Rawat Jalan

1 kali/ minggu atau 1


1 kali/ minggu
kali/ 2 minggu

• BB/TB < -3 SD (Gizi Buruk) • BB/TB -3 SD sampai dengan < -2


SD (Gizi Kurang)

Pada saat balita sudah mencapai status gizi baik (BB/TB ≥ -2 SD)
maka pemantauan pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap bulan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 65


Hal-Hal yang Dievaluasi

Perkembangan kenaikan BB dan LiLA anak

Jika ada edema perhatikan perkembangan pemulihan


edema

Perubahan nafsu makan

Kepatuhan dalam menjalani terapi diet dan pengobatan lain

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 66


Penilaian Hasil Layanan Rawat Jalan

Pada saat pemantauan dan penilaian kemajuan layanan rawat jalan,


perlu diperhatikan kondisi terkait:
• Klinis
• Antropometri
• Edema bilateral
• Respon
• Nafsu makan
Kemudian hasil dievaluasi, apakah ada perkembangan yang baik
atau lambat. Jika ada keterlambatan harus dicari penyebabnya.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 67


Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (1)
Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan

Berat badan Berat badan turun tetapi Berat badan turun dan nafsu makan
nafsu makan baik buruk/tidak ada nafsu makan

Berat badan tetap atau naik Berat badan tetap atau naik tapi tidak
tapi tidak sesuai yang sesuai yang diharapkan (kurang dari
diharapkan (kurang dari 50g/kgBB per minggu) setelah 3
50g/kgBB per minggu minggu mendapatkan terapi gizi dan
selama 2 minggu berturut- telah dilakukan kunjungan rumah
turut) dan nafsu makan baik

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 68


Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (2)
Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan

Edema bilateral Edema bilateral tidak  Timbulnya edema bilateral baru


berkurang pada kunjungan  Peningkatan derajat edema bilateral
minggu ke-2 menjadi derajat +3
 Tidak ada perbaikan pada edema
bilateral pada kunjungan minggu
ke-2

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 69


Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (3)
Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan

Nafsu Makan Makan <75% RUTF dalam Tidak ada nafsu makan atau tidak bisa
seminggu makan
Minum <80% F100 dalam
seminggu

Tidak ada Jika setelah 3 bulan mendapat terapi


respons (Tidak gizi di layanan rawat jalan namun tidak
sembuh) mencapai kriteria sembuh, maka rujuk
untuk pemeriksaan lengkap

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 70


Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (1)
Penyebab terkait dengan balita dan Tindak Lanjut
lingkungan rumah
Balita melewatkan satu kunjungan atau drop out Lakukan kunjungan rumah untuk
(absen pada dua kunjungan berturut-turut) mengindentifikasi penyebab ibu/pengasuh tidak
  membawa balita untuk kunjungan ulang dan
Ada penolakan dari keluarga untuk membawa bersama-sama mencari solusi.
anak ke layanan rawat inap, atau balita keluar
dari layanan rawat inap.

Ada kesulitan makan (misalnya karena kelainan Identifikasi penyebab dan lakukan konseling sesuai
bawaan) dengan penyebab kesulitan makan. Bila perlu
lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi.

71
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (2)

Penyebab terkait dengan balita dan Tindak Lanjut


lingkungan rumah
Nafsu makan buruk/tidak ada, karena ada Lakukan rujukan untuk pemeriksaan lengkap
masalah kesehatan (misalnya diare, HIV, TB, sesuai indikasi. Berikan pengobatan sesuai
dll) dengan standar untuk masalah kesehatan yang
  teridentifikasi.

Lakukan konseling, termasuk konseling cara


pemberian obat dan kebersihan diri serta
sanitasi lingkungan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 72


Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (3)
Penyebab terkait dengan balita dan Tindak Lanjut
lingkungan rumah
Balita tidak diberi RUTF dan F100 sesuai Lakukan konseling untuk ibu/pengasuh dan
dengan frekuensi dan dosis, pengasuh tidak anggota keluarga lain tentang pentingnya
mempraktikkan pemberian makan sesuai pemberian RUTF atau F100 untuk pemulihan
anjuran. balita gizi buruk.
 
Pengasuh memberi makanan lain pada anak RUTF atau F100 hanya boleh diberikan pada
sebelum anak menghabiskan semua RUTF atau balita gizi buruk sesuai dengan dosis dan
F100 petunjuk petugas kesehatan.
   
RUTF atau F100 dimakan bersama anggota  
keluarga lain

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 73


• Lakukan identifikasi masalah dan tindak lanjut apabila
ditemukan kasus dengan kemajuan lambat.

• Diskusikan perkembangan balita gizi buruk bersama tim


asuhan gizi dan petugas kesehatan lainnya setiap bulan
saat lokakarya mini di Puskesmas
• Bila diperlukan, petugas kesehatan dapat melibatkan
kepada desa/tokoh masyarakat

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 75


Pencatatan dan Pelaporan Layanan Rawat Jalan

Kasus Gizi Buruk Baru Kasus Gizi Buruk Lama

Kasus yang keluar dari layanan


rawat jalan (sembuh, meninggal,
DO, Tidak respon, dirujuk ke
layanan rawat inap, pindah ke
layanan rawat jalan lain)

Layanan rawat jalan juga melakukan pencatatan kegiatan kunjungan rumah


dan tindak lanjut yang dilakukan
76
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Evaluasi Pembelajaran

Peserta melaksanakan penugasan berupa latihan


pengisian formulir pemantauan dan evaluasi pasien
rawat jalan serta kuesioner kunjungan rumah.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 77


Terimakasih

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 78

Anda mungkin juga menyukai