Banyak orang tua yang mengasihi anak secara kebablasan, rasa kasih tersebut sampai-sampai menghindarkan anak dari rasa sulit, seperti pekerjaan rumah. Ketika seseorang hanya menggunakan perasaan tanpa logika, maka yang muncul adalah kasihan. Perasaan yang disertai logika akan menghasilkan tindakan yang tepat dan bijak. Biarkan anak mulai melakukan tanggung jawab ringan di rumah, sesuai usia dan kemampuannya. Hal itu dapat menciptakan efikasi diri, yakni keyakinan pada kemampuan sendiri untuk mencapai suatu tujuan. Di Dalam Atau Di Luar Pagar? Dalam kehidupan keluarga, ada orang tua yang memasang “pagar tinggi terhadap anaknya, karena mereka takut hidup anak tersebut menjadi kacau. Hal itu tercermin melalui aturan-aturan yang sangat menghambat eksplorasi diri anak. Orang tua harus menyadari bahwa anak memerlukan eksplorasi diri pada usia mudanya. Pagar bagi anak memang diperlukan, tetapi strategi survive dalam melewati hidup juga perlu dicicipi anak secara proporsional. Kesalahan Atau Kejahatan? Terkadang oranng tua gagal memberikan kosekuensi yang tepat dan sesuai atas tindakan anak, mungkin terlalu berat atau ringan. Sebelum memberikan hukum, orang tua harus memahami antara kesalahan dengan kejahatan. Kesalahan adalah tindakan tanpa sengaja, sedangkan kejahatan merupakan sebaliknya. Pada kasus kesalahan, orang tua lebih baik menggunakan cara persuasif, seperti measehati. Dalam kasus kejahatan, anak dapat diberikan hukuman sebagai bentuk koreksi sesuai tingkat kejahatannya. Hukuman Atau Hubungan? Anak yang melakukan pelanggaran merupakan anak yang tidak mengasihi dirinya. Biasanya mereka melakukan itu karena stigma buruk yang dipaparkan terhadap dirinya akibat pelanggarannya. Orang tua dapat memberikan hukuman namun dengan tujuan yang benar (mengarahkan kepada pertobatan). Hukuman dapat diberikan selagi tidak merusak relasi. Hukuman berperan memulihkan relasi yang sempat renggang dan juga membuat anak mengasihi dirinnya. Pukulan Atau Rangkulan? Mendidik anak merupakan tannggung jawab orang tua yang dapat dilakukan mulai dari teguran hingga pukulan.
Pukulan sekalipun verbal tetap dibuthkan untuk
memunculkan efek jera, tetapi ada hal yang harus diperhatikan dalam memukul anak. Pertama, tujuan bukan sebagai pelampiasan tetapi untuk membentuk sikap hati. Kedua, bukan sebagai ajang unjuk otoritas. Ketiga, gunakan alat. Keempat, pukul pada bagian teraman. Kelima, memukul agar anak merasa bersalah. Jika peringatan orang tua diabakan, pukulan dapat menjadi konsekuensi akhir yang diberikan. Setelah pukulan, rangkulan kasih sayang harus dilakukan sebagai proses rekonsiliasi. Sogokan Atau Imbalan? Memberikan iming-iming diawal pada anak untuk mencapai target yang dibuat orang tua akan membuat anak kurang mengharagai proses, membelokkan motivasi, dan menjadi seorang penuntut. Pola semacam ini akan membentuk relasi yang bersifat transaksional. Cara lain yanng perlu dilakukan adalah mengajari anak melewati proses dan menikmatinya, setelah itu berikan ia reward atas usahanya tersebut tanpa ada perjanjian di awal. Anak Bertanggung Jawab Atau Orang Tua Yang Menanggung Jawabannya? Terkadang orang tua terlalu berlebihan mencemaskan anak, hingga mengambil semua beban anak dan memindahkannya ke pundak orang tua. Hal ini membuat anak tidak belajar bertanggunng jawab, sehingga ia belajar menerima konnsekuensi ketika gagal menjalankan tanggung jawabnya. Kecemasann ini dilandasi oleh perasaan orag tua yang takut anaknya gagal. Penting diingat bahwa anak perlu merasakan kegagalan, sehinngga ia memahami konsekuensi atas setiap pilihannya. Gandengan Atau Glendotan Persiapan melepaskan anak saat beranjak dewasa memerlukan persiapan yang benar-benar harus diperhatikan. Orang tua perlu mewariskan nilai-nilai yang seharusnya diwariskan kepada anak untuk melewati hidupnya. Oleh karena itu, bimbingan itu perlu dilakukan sedini mungkin. “Letting Go”- Proses Seumur Hidup Pada usia dewasa, anak akan mulai mengambil pilihan- pilihan penting dalam hidupnya seperti pekerjaan, kuliah, hingga menikah. Fase ini bagi orang tua adalah saat-saat kehilangan, anak yang dulunya bergantung kini telah dewasa dan harus mandiri. tujuan menjadi orang tua adalah sampai kita tidak diperlukan lagi menjadi orang tua. Ketika kanak-kanak, orang tua berperan sebagai orang tua. Tetapi ketika dewasa ialah sebagai sahabat. Proses pelepasan anak ini disebut letting go. Menyerahkan Kembali Kepada Sang Empunya Tidak jarang ditemukan orang tua yang merasa anak adalah kepunyaannya. Tuhan-lah pemilik anak ini, yang dititipkan kepada orang tua. Sehingga, Tuhan berhak atas segala rencana terhadap kehidupan anak. Orang tua sebagai perpanjangan tangan Tuhan, bertugas mengajarkan anak agar bergumul kepada Tuhan untuk menentukan masa depannya. Ketika Anak Salah Mengambil Keputusan Penyesalan terbesar seorang ibu adalah ketika melihat anaknya salah mengambil keputusan. Pada tahap ini seorang ibu akan merasa hilang harapan. Pada waktu yang sama orang tua harus membiarkan Tuhan melakukan intervensi apapun terhadap anak. Saat anak salah mengambil keputusan salah itu bukanlah kebetulan dan juga bukan sepenuhnya salah orang tua, maka dari itu biarkan Tuhan bekerja menurut rencana-Nya. Melepas Anak Keluar Sarang Orang tua akan mengalami fase ini dimana melepaskan anak menyongsonng kehidupan yang mandiri. Orang tua perlu mempersiapkan anak. Hal yang perlu diketahui anak dalam kondisi ini bahwa orang tuanya menerima ia apa adanya. Menanamkan Nilai Bukan Angka Mendampingi anak yang mulai beranjak dewasa dan siap mencari pasangan adalah seni. Empat hal yang perlu diperhatikan : pernikahan adalah antara laki-laki dan perempuan seiman berkenaan dengan spiritual dalam Tuhan yakni keteguhan imann dan pertumbuhan kerohanian seimbang, dimana bahan pertimbangannya ialah appearance, background, character, devotional, educationnal, finacial. berkembang yakni menjadi lebih baik dalam segala hal. Mendampingi Anak Jatuh Cinta Ketika anak jatuh cinta dan akan memilih pasangannya, setidaknya ada dua pola yang banyak dijadikan acuan anak dalam memilih pasangan: 1. Memilih pasangan yang seperti ayah atau ibunya 2. Memilih pasangan sejauh mungkin dari karakter ayah atau ibunya Seorang ayah harus menjadi sosok yang dikagumi anak gadis-nya sebagai standar memilih pasangan. Anak laki-laki harus dekat dengan ayahnya agar memiliki panutan hidup. Persoalannya ialah, bagaimana kalau orang tua tidak setuju dengan pilihan anak? Hal yang bisa dilakukan ialah membangun relasi dan mengkomunikasikannya kepada anak. Ketika Anak Pergi Dengan Pasangannya Ketika anak pergi dengan pasangannya, maka peran orang tua ialah menjelaskan aturan dalam bergaul. Pada tahap ini, orang tua juga dapat melakukann pembicaraan dengan mengajak pasangannya untuk ngobrol bersama. Anak harus tahu bahwa orang tua terbuka dengan peprtanyaan seputar hubungan. Jika semakin serius, maka keduanya harus memahami skala prioritas, seperti acara keluarga dibandingkan nonton film.