Anda di halaman 1dari 3

SURAT WESEL (Pasal 100 KUHD)

Surat wesel adalah surat yang memuat kata wesel, yg diterbitkan pada tgl dan tempat
tertentu, dengan mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada tersangkut (bank)
utk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya. Bank
tidak akan menjalankan perintah manakala tidak tersedia dana oleh penerbit. Di
Indonesia (KUHD), surat wesel hanya diterbitkan atas pengganti, tidak atas tunjuk.

Jenis wesel:
-Wesel biasa
-Wesel bank
-Wesel rekta. Wesel yg tidak bisa dialihkan begitu saja.
Macam pengalihan:
-Endosemen (wesel biasa)
-Cessie (wesel rekta)

Personil Wesel:
1. Penerbit, orang yang mengeluarkan surat wesel (debitur).
2. Tersangkut, orang yang diberi perintah tanpa syarat untuk membayar. Tidak boleh
digantungkan pada syarat apapun.
3. Akseptan, pihak yang telah menyetujui untuk membayar. Kalau akseptan atau
tersangkut tidak menyetujui, maka tdk mungkin ada pembayaran.
4. Pemegang pertama (holder), orang yang menerima surat wesel pertama kali dari
penerbit. Yang mempunyai hubungan hukum dengan penerbit ialah penerima
pertama, walaupun nantinya ini bisa dialihkan sebelum jatuh tempo. Penerbit tdk
mempunyau hub hukum dengan pemegang berikutnya, namun penerbit tetap
mempunyai kewajiban melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo.
5. Pengganti, orang yang menerima peralihan surat wesel. Saat wesel dialihkan, maka
yang beralih juga adalah hak tagih. Oleh karena itu, bagi penerbit tidak perlu
mempersoalkan kepada siapa harus memenuhi kewajibannya. Kecuali kalau itu
termasu wesel rekta, yg diterbitkan khusus pada orang/pihak tertentu.
6. Endosan, orang yang memperalihkan surat wesel kepada pemegang berikutnya.
Tetap mjd tgg jawab penerbit. Endosan tidak perlu dilibatkan lagi manakala tidak
terjadi pembayaran.
Syarat formal Wesel:
1. Klausula teks dan bahasa.
2. Waktu dan tempat penerbitan.
3. Tanda tangan penerbit.
4. Perintah tak bersyarat utk membayar sejumlah uang.
5. Nama tersangkut (tertarik).
6. Penetapan hari pembayaran atau jatuh tempo (Pasal 132 KUHD):
-Wesel atas penglihatan (harus dibayar pada waktu ditunjukkan).
-Wesel sesudah penglihatan (harus dibayar dalam suatu tenggang waktu, terhitung
sejak wesel ditunjukkan).
-Wesel sesudah penglihatan (harus dibayar setelah lampau suatu tenggang tertentu).
-Wesel penanggalan (harus dibayar pada tanggal tertentu).
7. Tempat pembayaran.
8. Nama orang yang menerima pembayaran.

Hal2 yang perlu diperhatikan:


1. Surat wesel yg tidak menetapkan hari bayarnya harus dibayar pada hari
penglihatan.
2. Jika tidak ada penetapan khusus, maka tempat yg ditulis disamping nama
tersangkut, dianggap sbg tempat pembayaran dan tempat dimana tersangkut
berdomisili.
3. Surat wesel yang tidak menerangkan tempat diterbitkannya dianggap
ditandantangni di tempat yang tertulis di samping nama penerbit (Pasal 101 KUHD).

Kewajiban pokok penerbit:


1. Kewajiban menjamin akseptansi dan pembayaran.
2. Kewajiban menyediakan dana.

Endosemen, suatu proses yg terjadi di dalam hukum wesel, dimana hak tagih dari
pemegang surat wesel dapat diperalihkan kepada pemegang berikutnya (Pasal 110-
119 KUHD). caranya dengan pernyataan mengalihkan haknya atas surat wesel, yang
ditulis pada surat itu juga. Contoh:
1. Untuk saya kepada tuan Ali atau yang ditunjuknya.
(tanda tangan)
X
2. Kepada tuan Budi atau penggantinya.
(tanda tangan)
x

Akseptasi (Pasal 120-128 KUHD).


Suatu pernyataan dari seorang tersangkut atau tertarik bahwa ia menyetujui utk
membayar surat wesel pada hari pembayaran.

Aval (ps 120-131 KUHD)


Suatu lembaga jaminan dalam hukum wesel, dengan mana pihak ketiga mengikatkan
diri untuk menjamin pembayaran surat wesel pada hari bayar. Sejak awal sudah
melibatkan pihak ketiga.

Hak regres (ps 142-153 KUHD).


Hak yang diberikan oleh uu kepada pemegang surat wesel baik karena terjadi non
akseptansi maupun non pembayaran. Kewajiban tetap pada penerbit.
-Akseptansi ditolak oleh tersangkut (non akseptansi)
-Pembayaran ditolak oleh akseptan setelah ada akseptansi (non pembayaran)
-Akseptansi dan pembayaran ditolak oleh tersangkut (non akseptansi dan non
pembayaran).

Intervensi (ps 154-162 KUHD).


Lembaga yang diatur dalam hukum wesel, dengan mana pihak ketiga baik scr
sukarela maupun karena ditunjuk debitur regres dalam keadaan darurat, mengikatkan
diri sbg pengantara utk melakukan akseptansi atau pembayaran surat wesel. Pihak
ketiga baru muncul ketika terjadi keadaan darurat.

Anda mungkin juga menyukai