Anda di halaman 1dari 63

 Hukum perusahaan

 Hukum perniagaan
 Business law
 Handelsrecht

Hukum yang mengatur soal-soal perdaga-


ngan atau perniagaan yang timbul karena
tingkah laku manusia dalam perdagangan
(Achmad Ichsan)
 CST. Kansil
hukum yang mengatur tentang seluk-beluk peru-
sahaan (menyorot dari segi perusahaan)

 Purwosutjipto
Hukum dagang adalah hukum perikatan yang
timbul khusus dari lapangan perusahaan
Hk Perorangan
Hukum Perdata Hk Keluarga
(arti sempit) Hk Warisan
Hk Kekayaan

Hukum Perdata
(arti luas)

Hukum Dagang
 Hukum perusahaan
 Hukum pengangkutan
 Hukum surat berharga
 Hukum asuransi
 Hukum kepailitan dll.
 Pasal 1 KUH Dagang
“Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa
jauh daripadanya dalam Kitab ini tidak khusus
diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku
juga terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam
kitab ini”
 Azas “Lex Specialis Derogat Lege Generalis” (keten-
tuan yang bersifat khusus (Les Specialis) dapat me-
ngesampingkan peraturan-peraturan yang bersifat
umum (Lex Generalis)
 Sebelum 1 Januari 1935:
“perbuatan perdagangan” adalah membeli barang
untuk dijual kembali dalam jumlah banyak atau
sedikit, masih bahan atau sudah jadi, atau hanya
untuk disewakan pemakainya (Pasal 3 KUHD).
“pedagang” adalah mereka-mereka yang melaku-
kan perbuatan perdagangan dan menganggap hal
itu sebagai pekerjaannya sehari-hari (Pasal 2 KUHD).
 Setelah 1 Januari 1935:
Istilah pedagang dan perbuatan perdagangan diubah
menjadi perusahaan dan perbuatan perusahaan
 Perusahaan
setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis
usaha yang bersifat dan terus menerus dan didi-
rikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah
negara Indonesia untuk tujuan memperoleh keun-
tungan dan atau laba
 Usaha
setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun
dalam bidang perekonomian, yang dilakukan oleh
setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh ke-
untungan dan atau laba
 Pengusaha
Setiap orang perseorangan atau persekutuan atau
badan hukum yang menjalankan suatu jenis pe-
rusahaan
 Badan usaha
 Kegiatan dalam bidang ekonomi
 Terus-menerus
 Terang-terangan
 Keuntungan dan atau laba
 Pembukuan
a. Mengadakan pencatatan mengenai kekayaan dan
semua hal yang berhubungan dengan pengelolaan
perusahaan

Sanksi pengusaha tidak membuat pembukuan


1. pengenaan pajak
2. sengketa dengan pihak ketiga
3. bila jatuh pailit dapat dikenakan hukuman
pidana
Pembukuan  Rahasia
Pembukuan  Pembukaan (perintah hakim)
 Pemberitaan (perselisihan antar
pengusaha)
Pemberitaan:
 Pengusaha/pemilik
 Sekutu/persero
 Ahliwaris pengusaha

Kalau direksi menolak dpt dilakukan di muka


hakim (pembukaan)
b. Membuat neraca tahunan
c. Menyimpan pembukuan dan neraca
tahunan selama 30 tahun dan surat-surat
lain selama 10 tahun
 Bukti tulisan (akta)
 Kesaksian
 Persangkaan
 Pengakuan
 Sumpah
Bukti tertulis  akta
Akta:
1. Otentik
2. Di bawah tangan

Akta otentik
Dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang diberi
wewenang untuk itu.

Akta di bawah tangan


Akta yg dibuat oleh para pihak dan ditandatangani
oleh kedua belah pihak
Keterangan yang diberikan oleh seorang saksi di de-
pan sidang pengadilan tentang suatu peristiwa yang
ia dengar, lihat dan dialami sendiri.

Pihak yang tidak boleh di dengar sbg saksi:


a. Keluarga sedarah (garis lurus) dari salah satu pihak
b. Istri/suami dari salah satu pihak meskipun sudah
bercerai
c. Anak yang belum berumur 15 tahun
d. Orang gila, meskipun kadang-kadang ingatannya
terang
 Satu saksi bukan saksi (unus testis nullus testis)
 Kekuatan pembuktian terserah pertimbangan
hakim
 Tiap kesaksian harus disertai dengan alasan
yang pasti (melihat, mendengar dan mengalami
sendiri)
 Kesimpulan oleh UU atau oleh hakim
yang ditarik dari peristiwa yang terang
ke arah peristiwa lain yang belum terang
 Pernyataan salah satu pihak tentang ke-
benaran suatu peristiwa yang dilakukan
di depan atau di luar sidang pengadilan

 Pengakuan di depan sidang kekuatannya


lebih kuat daripada di luar sidang pe-
ngadilan
 Pernyataan yang diucapkan dengan resmi dan
dengan bersaksi kepada Tuhan YME atau
kepada sesuatu yang dianggap suci bahwa
apa yang dikatakan/dijanjikan itu benar

 Jenis sumpah
1. sumpah pemutus (deccisoir)  oleh para
pihak
2. sumpah suppletoir  oleh hakim karena
jabatannya
BAB IV

HUKUM SURAT BERHARGA


HUKUM SURAT BERHARGA

 Abdulkadir Muhammad
Surat berharga adalah surat yang oleh pe-
nerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelak-
sanaan pemenuhan suatu prestasi yang berupa
pembayaran sejumlah uang

 UU No. 10 Tahun 1998 (ttg Perbankan)


Surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas, kredit, atau setiap derivatifnya, atau
ke-pentinganlain, atau kewajiban dari penerbit,
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan
dalam pasar modal dan pasar uang (pasal 1)
Ciri-ciri Surat Berharga

 Haknya bersifat obyektif, bahwa pemegang


hak tsb bisa berlaku bagi orang lain
 Dapat dipergunakan atau diperjualbelikan
 Menganut legitimasi formil, bahwa peme-
gang surat berharga tsb dianggap sebagai
orang yang berhak atas tagihan yang tsb di
dlmnya, tanpa adanya pembuktian lebih
lanjut dari debitur
 Krediturnya dapat berganti-ganti
Tujuan Surat Berharga
 Pemenuhan prestasi berupa pembayaran
sejumlah uang
 Memperlancar lalu lintas pembayaran uang
giral

Fungsi Surat Berharga


 Sebagai alat pembayaran (alat tukar uang)
 Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih
(diperjual belikan dengan mudah dan
sederhana)
 Sebagai surat bukti hak tagih (surat legitimasi)
Penggolongan Surat Berharga

1. Berdasarkan isi perikatannya


- surat yang bersifat kebendaan (konosemen
(bill of lading), ceel
- surat keanggotaan suatu persekutuan
(saham suatu PT)
- surat tagihan utang (wesel, cek, bilyet
giro, aksep/promes dll)
Menurut bentuknya

 Surat perintah membayar (wesel, cek, bilyet


giro)
 Surat kesanggupan membayar
(aksep/promes)
 Surat pembebasan utang (kuitansi atas
tunjuk)
Klausula Surat Berharga
 Klausula atas pengganti (aan order/to
order)
klausula yg berisi pernyataan bahwa orang yang
berhak atas SB tsb adalah orang yg namanya di-
sebut dlm SB tsb atau yang ditunjuk sbg peng-
gantinya
contoh:
Atas penunjukan dan penyerahan wesel ini ba-
yarlah kepada C atau pengganti, uang sebanyak
Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)

Pengalihan SB ini dilakukan dgn cara endosemen


 dgn menulis pernyataan pengalihan pada ba-
gian belakang SB tsb
• Klausula atas pembawa
Klausula yg berisi pernyataan bahwa orang yg
berhak atas SB tsb adalah orang yg membawa-
nya
contoh:
Atas penyerahan wesel ini bayarlah kepada A
atau pembawa, uang sejumlah Rp. 1.000.000,-
(satu juta rupiah)
Wesel
(psl. 100 KUHD)

No… Semarang,………..

Wesel

Pada tanggal 10 Maret 2010, diperintahkan untuk membayar


kepada Tuan A atau pengganti di Semarang, uang sejumlah
Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)

Kepada:
Bank Mini Politeknik
Di Semarang
Tanda tangan
…………..
No. Kontrol Tuan B
Pihak-pihak dalam Wesel

 Penarik, orang yg menerbitkan atau menarik wesel


 Tertarik/tersangkut, orang yg diberi perintah tanpa
syarat untuk membayar (bisa tertarik bisa bank)
 Akseptan, tertarik yg telah setuju untuk membayar
wesel pada hari bayar (bisa tertarik bisa bank)
 Penerima, penerima wesel dari penarik untuk
pertama kalinya
 Indorsi, orang yang menerima peralihan surat wesel
dari pemegang sebelumnya
 Endosan , orang yg memperalihkan surat wesel
kepada pemegang berikutnya
Kewajiban penerbit

 Menanggung akseptasi dan


pembayaran (pasal 108 KUHD)
 Menyediakan dana yang cukup kepada
tertarik (bank)
Hari Bayar
Yaitu penawaran wesel untuk memperoleh pem-
bayaran

Pasal 132 KUHD ada 4 cara penetapan hari bayar:


1. Pada waktu diperlihatkan
Wesel yg tidak mencantumkan tanggal pemba-
yaran akan dibayar setiap waktu pada saat
diperlihatkan
2. Pada waktu setelah diperlihatkan
wesel yang tidak mencantumkan hari pemba-
yaran tertentu, melainkan hanya menentukan
tenggang waktunya saja, akan dibayar setelah
wesel tsb diperlihatkan (dihitung mulai tanggal
diakseptasi)
3. Pada waktu setelah tanggal penerbitan
Wesel yang tidak mencantumkan tanggal
pembayaran tertentu tetapi mencantum-
kan tanggal waktu tertentu setelah wesel
itu diterbitkan
4. Pada suatu hari yang ditentukan
Wesel yang mencantumkan suatu tanggal
pembayaran tertentu.
Endosemen
 Suatu lembaga dalam hukum wesel yang
memindahkan hak tagih dari pemegang wesel
kepada pemegang berikutnya. Cara-nya yaitu
dengan menulis pernyataan pada bagian
belakang wesel. Endosemen tidak boleh
dilakukan bersyarat.

Bayarkan kepada Tuan D atau pengganti


Tanda tangan
C
Akseptasi

suatu lembaga dalam hukum wesel yang


berisi persetujuan atau kesanggupan ter-
tarik untuk membayar wesel pada hari
bayar

Telah disetujui, 12 Januari 2010


Tanda tangan
B
Hak Regres

hak yang diberikan oleh undang-undang


kepada pemegang surat berharga untuk
menagih pemenuhan akseptasi dan pem-
bayaran

Syaratnya:
a. dibuat dengan akta otentik
b. dengan 2 orang saksi
Aval

suatu lembaga dalam hukum wesel


yang terjadi bila seseorang pihak ke
tiga mengikatkan diri untuk menjamin
pembayaran wesel pada hari bayar
CEK
(psl. 178 KHUD)

Cek No… BANK MINI POLITEKNIK


Semarang,………….

Atas penyerahan cek ini bayarlah kepada …………….. Atau pembawa,


Uang sejumlah ………………………………………………………………………

Rp ……………………… Cap Perusahaan dan


Tanda tangan
Pengertian Cek

Abdulkadir Muhammad
Cek adalah surat yang memuat kata cek,
yang diterbitkan pada tanggal dan tempat
tertentu, dengan nama penerbit memerin-
tahkan tanpa syarat kepada banker untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada
pemegang atau pembawa ditempat ter-
tentu.
Perbedaan Cek dengan Wesel
Perbedaan Wesel Cek

Fungsi Alat pembayaran kredit Alat pembayaran tunai

Waktu Lebih dari 1 tahun 70 hari


peredaran

Waktu Pada waktu yang ditetapkan Pada waktu


pembayaran diperlihatkan

Tertarik Bankir/non bankir Harus selalu bankir

Akseptasi Terdapat Tidak terdapat

Klausula Atas tunjuk Atas pembawa


Pihak-pihak dalam Cek

 Penarik, orang yang menarik atau memberikan


cek tersebut
 Tertarik, yaitu orang yang diberi perintah tan-
pa syarat untuk membayar
 Penerima, orang yang menerima hak untuk
memperoleh pembayaran untuk pertama kali-
nya
 Pembawa, orang yang menerima hak untuk
mem-peroleh pembayaran dari pemegang se-
belumnya
 Pengganti, orang yang menggantikan kedu-
dukan pemegang surat cek dengan melalui en-
dosemen
Kewajiban penarik cek

 Menjamin pembayaran (psl. 189 KUHD)


 Menyediakan dana sekurang-kurangnya
pada hari bayar
Penarikan Cek Kosong
 Cek kosong terjadi apabila pada waktu cek
tsb diperlihatkan dananya tidak tersedia
atau tidak cukup

 Cek kosong terjadi apabila


1. kelemahan psl. 180 KUHD
2. spekulasi dari pihak pemilik rekening giro
3. rahasia bank
4. administrasi bank kurang baik
Bilyet Giro

 Surat perintah nasabah yang distandarisir


bentuknya, kepada bank penyimpan dana
untuk memindahbukukan sejumlah dana
dari rekening ybs kepada pihak penerima
yang disebutkan namanya pada bank yang
sama atau pada bank lainnya.
Dalam Bilyet Giro ada dua tanggal

 Tanggal penarikan (penerbitan)


 Tanggal efektif

antara tanggal penarikan dengan tanggal


efektif  tenggang waktu penawaran
(sama dengan cek yaitu 70 hari)
No….
BILYET GIRO BANK MINI POLITEKNIK
CABANG SEMARANG

Diminta kepada Sdr. Supaya pada tanggal …………………………………….20…….


Memindahbukukan dana atas beban rekening kami kepada rekening ………….
…………………………………………………………………………………………………………
pada Bank…………………………………………………………………………………………..
denga permintaan supaya Bank ini mengkredit rekening nasabah tersebut di-
atas sejumlah Rupiah ………………………………………………………..(dalam huruf)

Rp……………………….. …………………, …………20………...

(cap perusahaan dan tanda tangan)


Sanksi penerbit cek dan bilyet
giro kosong

 Memberikan SP 1, agar nasabah tidak me-


nerbitkan bilyet giro kosong lagi
 Memberikan SP 2, memuat rancangan pe-
nutupan rekening dan pencantuman nama-
nya dalam daftar hitam bila menerbitkan
bilyet giro kosong ketiga kalinya.
 Menutup rekening nasabah ybs.
Promes/aksep

 Surat sanggup dlm bahasa Indonesia dikenal


dengan aksep (Perancis  accept, berarti
kesanggupan setelah ada permintaan)
 Surat sangup atau promes (Belanda) adalah
surat (akta) yang berisi kesanggupan seo-
rang debitur untuk membayar sejumlah
uang tertentu kepada kreditur atau peng-
gantinya
Perbedaan promes/aksep
dengan wesel

Promes Wesel
Surat sanggup membayar Surat perintah membayar
Tidak perlu lembaga akseptasi Perlu lembaga akseptasi

Penerbit sekaligus akseptan Akseptan dapat penerbit dapat


juga lembaga perbankan
 Pengantar Ilmu Hukum
 Pengantar Hukum Dagang (Bisnis)
 Hukum Perusahaan
 Hukum Surat Berharga
 Hukum Kepailitan
 Hukum Perikatan dan Perjanjian
 Hukum Asuransi
 Hak Kekayaan Intelektual
 Hukum Ketenagakerjaan
 Hugo de Groot (Grotius)
hukum adalah suatu aturan tindakan moral yang
tunduk kepada keadilan
 Leon Duguit
hukum adalah tigkah laku para anggota masyarakat,
yang daya penggunaannya pada saat tertentu
diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan
dari kepentingan bersama dan yang jika dilanggar
menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang
melakukan pelanggaran itu
 Drs. E. Utrecht
hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah
dan atau larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu.
 Van Apeldorn
untuk mengatur pergaulan hidup secara damai
 Prof. Subekti
untuk menyelenggarakan ketertiban dan keadilan
 Teori Etis
semata-mata menghendaki keadilan
 Bentham
untuk mewujudkan apa yang berfaedah bagi
semua orang
 Prof. Mochtar Kusumaatmadja
sebagai sarana pembaharu masyarakat
 Drs. CST. Kansil, SH.
adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni
aturan-aturan yang kalau dilanggar akan mengakibatkan
sanksi yang tegas dan nyata
 Sumber Hukum Material
sumber hukum yang dapat ditinjau dari berbagai segi seperti
dari segi sejarah, ekonomi, filsafat, kemasyarakatan, dan
lain-lain
 Sumber Hukum Formal
yaitu sumber hukum yang terdiri dari:
- undang-undang
- kebiasaan
- keputusan hakim (yurisprudensi)
- traktat (perjanjian antar negara)
- pendapat para sarjana (doktrin)
 Menurut Sumbernya
- undang-undang
- kebiasaan

 Menurut Bentuknya
- hukum tertulis
- hukum tak tertulis

 Menurut Tempat Berlakunya


- hukum nasional
- hukum internasional
 Menurut waktu berlakunya
- ius constitutum (hukum positip)
- ius constituendum
- hukum alam

 Menurut Cara Mempertahankannya


- hukum material
- hukum formal

 Menurut Sifatnya
- hukum memaksa
- hukum mengatur

 Menurut Isinya
- hukum privat
- hukum publik
 Peradilan Umum
 Peradilan Militer
 Peradilan Agama
 Peradilan Tata Usaha Negara
 Pengadilan Negeri (Tk. I  Kab/Kota)
 Pengadilan Tinggi (TK. II/Banding 
Propinsi)
 Mahkamah Agung (Terakhir/Kasasi 
Pusat Ibukota)
 Pengadilan Militer (perkara pidana Tk.I)
 Pengadilan Militer Tinggi (sengketa ta-
ta usaha Angkatan Bersenjata Tk.I)
 Pengadilan Militer Utama (perkara pi-
dana tingkat banding)
 Pengadilan Militer Pertempuran (seng-
keta tata usaha Angkatan Bersenjata
tingkat banding)
 Mengadili, memeriksa dan memutus
perkara bagi orang-orang yang ber-
agama Islam (Nikah, Talak, Cerai, Ru-
juk, Waris)
 Mengadili,memeriksa dan memutus perka-
ra-perkara dalam bidang administrasi ne-
gara yang dilakukan oleh pegawai negara
 Subyek Hukum
setiap pribadi pendukung hak dan kewajiban, contoh:
orang, badan hukum
 Objek Hukum
setiap benda/barang yang dapat dijadikan objek hu-
kum
 Perbuatan Hukum
setiap perbuatan manusia yang sengaja diperbuat ma-
nusia untuk menimbulkan akibat hukum
 Peristiwa Hukum
peristiwa yang terjadi bukan karena perbuatan ma-
nusia tetapi mempunyai akibat hukum
 Unifikasi
 Memberlakukan suatu sistem hukum untuk
seluruh warganegara
 Kodifikasi
pengkitaban suatu sistem hukum ke dalam
suatu undang-undang secara sistematis dan
lengkap
 Konkordansi
asas yang mempersamakan hukum yang
berlaku di luar negeri dengan hukum di ne-
gara kita

Anda mungkin juga menyukai