Anda di halaman 1dari 9

BERPASANGAN DENGAN PASANGAN

Partner Atau Parent

 Relasi anak dan orang tua ditentukan oleh relasi suami istri. Tetapi
tidak berlaku sebaliknya.
 Menyadari lebih awal bahwa tidak ada orang tua (papa dan mama)
yang baik tanpa menjadi pasangan (suami & istri) yang baik.
 Kehadiran anak seharusnya untuk mempererat relasi hubungan
suami istri bukan menjadi penyebab renggangnya hubungan itu.
 Anak bukan pusat/sentral dalam keluarga sehingga orang tua
harus mengorbankan hubungan mereka untuk mengurus anak.
 Pemahaman suami istri seharusnya berubah dari “belum lengkap
tanpa anak” menjadi “sudah utuh setelah sah menikah”
Masa Pacaran (Lagi?)

 Fenomena yang nyata namun berbahaya :


 masa pacaran – awal pernikahan = romantis, serasi, saling memperhatikan.
 masa kehadiran anak – seterusnya = sibuk mengurus anak dan bekerja, jarang berkomunikasi,
tidak terhubung, bahkan bisa tidak saling mengenal.

“Kepuasan pernikahan (martial satisfaction) adalah evaluasi global tentang kondisi perkawinan seseorang” Brockwood,
2007.

 Setiap pasangan pada dasarnya harus merasakan ‘kepuasan’ dalam pernikahan


dengan atau tanpa anak.

 Memelihara keintiman yang berlangsung sejak masa pacaran sampai masa memiliki
anak adalah salah satu cara paling dasar untuk menjaga hubungan tetap harmonis.
Seumur Hidup Belajar Mengenal Pasangan

 Mengenal pasangan dengan baik merupakan prinsip yang


harus dimiliki setiap orang.
 Kehidupan awal pernikahan dalam piskologi (1-2 tahun)
biasanya disebut sebagai fase marital adjusment yang
adalah proses adaptasi antara suami istri.
 Pacaran sekian tahun tidak menjamin sebuah pernikahan
yang kuat. Pentingnya terus saling mengenal bahkan
dalam fase marital adjusment.
Satu Suara Bulat

 Orang tua harus memiliki sikap yang konsisten dalam mengasuh anak. Baik suami
atau istri harus sepakat terhadap aturan yang dibuat untuk bersama ditaati dalam
hal mengurus anak.
 Anak tidak boleh memanipulasi orang tua dengan cara-cara yang sepeleh.
 Pertengkaran suami dan istri seringkali timbul oleh sebab sikap ketidakkonsistenan
mereka dalam mendidik anak.
 Ketika anak bersikap manipulatif istri dapat berkata “tidak” tetapi suami dapat
berkata “ya” terhadap apa yang diinginkan anak.
 Sikap manipulatif anak tidak boleh menghilangkan prinsip dasar yang telah
disepakati bersama.
 Satu suara bulat berarti suami istri berdiskusi dan bersepakat untuk membuat
aturan (prinsip) dan melaksanakannya dengan taat tanpa harus mengorbankan
anak.
Otoritas dalam Ordo

 Tuhan sebagai yang Maha Kuasa selalu menjadi pusat/sentral dari sebuah
keluarga.
 Suami diutus sebagai kepala keluarga yang memiliki peran penting dalam
menjalankan kehidupan berkeluarga.
 Suami lebih sering dihadapkan untuk megambil keputusan-keputusan yang
penting.
 Istri diutus untuk tunduk terhadap suami dengan penuh kasih sehingga bisa
membangun kerja sama yang baik dalam mendidik anak.
 Anak eksis dengan rasa cinta dan sayang dan juga menghormati kedua orang
tuanya.
 Hierarki dalam sebuah keluarga harus jelas agar hubungan dalam keluarga
dapat terarah dengan benar.
Istri Dominan vs Suami Cuek Bebek

 Kenyataan yang tidak bisa dihindari diabad sekarang ini adalah melihat istri yang dominan dalam
keluarga diibandingkan suaminya.
 Istri dapat mengurus banyak hal selesai dengan cepat tanpa bantuan suami. Menganggap suami
lambat dan tidak dapat diandalkan untuk bekerja sama.
 Sikap istri yang seperti ini secara tidak langsung dapat merubah hierarki dalam sebuah keluarga
(istri dapat menjadi kepala keluarga).
 Penilaian-penilaian yang negatif akan timbul terhadap suami oleh sebab sikap istri yang tidak
sabaran dan menganggap suami lambat.
 Setiap istri perlu memahami bahwa suami tidak memiliki kemampuan yang sama seperti seorang
istri dalam hal melakukan pekerjaan banyak dan cepat selesai.
 Yang harusnya dilakukan? :
- Suami terus belajar untuk semakin peka dan peduli, terlebih dapat bekerja degan
mengimbangi istri.
- Istri belajar menahan diri (bersabar) memberi waktu/kesempatan untuk suami semakin lebih
baik dalam bekerja sama.
Pihak Ketiga Dalam Rumah

 Wanita di masa kini telah mengambil banyak kemajuan dalam dunia


kerja. Jumlah wanita yang bekerja kini kian meningkat.
 Seorang wanita yang bekerja merupakan bagian dari kehidupan
modern yang akan terbiasa dilihat.
 Maka sebuah hal yang biasa jika melihat sepasang suami istri dua-
duanya adalah seorang pekerja.
 Ini akan menjadi suatu pola yang berdampak fatal terhadap kehidupan
anak.
 Kedua orang tua akan sibuk bekerja dan tidak ada waktu untuk
mengurus anak, sehingga jalan keluarnya adalah mencari asisten
rumah tangga (ART).
 Dapat mempekerjakan ART apabila tetap memegang prinsip-prinsip keluarga yang tidak
dapat dipindahtangankan. Peran orang tua tidak boleh diganti seutuh kepada ART.

 Orang tua harus dapat memilah ranah, mana yang harus dikerjakan mana yang harus
dilimpahkan ke orang lain (ART).

 Di masa kini cukup rentan sepasang suami istri kehilangan fungsinya sebagai orang tua dalam
mengasuh anak oleh karena kesibukkan mereka dalam bekerja sehingga menitip anak pada
ART atau kakek dan nenek.

 Sediakanlah waktu untuk anak oleh sebab anak bukan hanya sekedar membutuhkan hal
materi dari orang tua, tetapi juga momen-momen kebersamaan touching heart sebagaimana
orang tua dapat menyediakan waktu untuk duduk bercerita dan bermain bersama anak.

Anda mungkin juga menyukai