Anda di halaman 1dari 11

PAPER KOMUNIKASI INTERPERSONAL

(Komunikasi antar mertua dengan menantu)

DOSEN PENGAMPU: Dr. Suciati,S.Sos,M.Si

DISUSUN OLEH:

AL HAFIDZ SYAHDDAD ADY PUTRA


WIDHI NUR NINDYANTO
ZHOFRON RIZQI NUUR I'TISHOM

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Jl. Brawijaya, Geblagan, Tamantirto, Kec. Kasihan Kab. Bantul – Yogyakarta
Telp: (0274) 387656. Website: umy.ac.id

TAHUN 2021
A. Latar Belakang

Dalam kehidupan berkeluarga, tentunya kita sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari
interaksi dan komunikasi. Setiap aktivitas yang kita lakukan sehari-hari membutuhkan
sebuah komunikasi, baik komunikasi verbal maupun non verbal. Ingat ataupun tidak,
sewaktu masih di dalam kandungan, kita sudah mengalami proses komunikasi. Contohnya
adalah ketika ibu mengelus perutnya dan itu bertujuan untuk berkomunikasi dengan kita,
pada paper ini penulis mengangkat topik tentang komunikasi antara mertua dengan
menantu. Tidak sedikit dari kita yang mengalami kegagalan dalam proses komunikasi, dan
sering kali berujung dengan ketidak harmonisan bahkan berujung dengan konflik.

Bersatunya dua individu yang berbeda latar belakang serta kebiasaan bisa menimbulkan
berbagai masalah, apalagi jika harus tinggal serumah bersama ibu mertua. Ketika orangtua
berada satu atap dengan anak-anaknya yang telah berumah tangga, kemungkinan terjadinya
konflik akan semakin besar (Santi, 2015). Ketidak harmonisan hubungan antara ibu mertua
dengan menantu perempuan akan berakibat terjadinya pemutusan hubungan interpersonal
yang dipicu oleh masing-masing pihak yang berkompetisi, keinginan untuk mendominasi,
saling menyalahkan apabila terjadi kegagalan, dan salah satu pihak berbuat sesuatu yang
dapat menyinggung perasaan pihak lain. Bentuk dari ketidak harmonisan disini contohnya
adalah tidak saling bertegur sapa meskipun satu rumah, saling bertengkar atau adu mulut
untuk mempertahankan pendapat masing-masing, serta saling menjelekkan satu sama lain.

Sikap negatif prasangka sebagai sumber konflik terkadang timbul antara mertua dan
menantu. Hal ini biasanya disertai adanya perasaan cemburu setelah menikah otomatis
perhatian anak akan berubah tak melulu untuk sang ibu namun juga terbagi untuk istrinya.
Terkadang sang ibu merasa sudah ada wanita baru yang akan mengubah sang anak
sehingga muncul perasaan takut kehilangan anaknya. Sementara sang menantu merasa
takut kehilangan sang suami bila melihat suaminya lebih lengket dengan ibunya. Kemudian
biasanya ibu meertua terlalu banyak perasaan khawatir, mertua sering kali merasa khawatir
bahwa sang menantu tidak bisa mengurus anaknya dengan baik sebagaimana sang mertua
mengurus sang anak sebelum menikah.[CITATION Suc15 \p 153 \t \l 1033 ]
B. PEMBAHASAN

1. Komunikasi Interpersonal Mertua dengan Menantu

a. Perbedaan Nilai dan Sikap

Hal yang sering menimbulkan perdebatan pendapat bahkan pertengkaran antara menantu
dan Ibu mertua lebih kepada komunikasi yang tidak berjalan mulus. Biasanya salah satu
pihak menyimpan rasa ketidakcocokan mengenai sikap, kelakuan. Perbedaan Nilai yang
dianggap penting sebagai contoh, perbedaan gaya hidup antara mertua dan menantu. Sang
menantu loyal sementara sang mertua sederhana ataupun sebaliknya. Sang mertua
berpikiran tradisional sementara sang menantu berpikiran modern. Perbedaan nilai yang
dianggap penting namun tidak bisa dikomunikasikan dengan baik lambat laun akan
menjadi konflik.

b. Terlalu Menuntut

Faktor lain yang menjadi penyebab pertengkaran adalah keinginan ibu mertua yang
berharap agar menantu perempuannya memperlakukan dan memanjakan anak laki-lakinya
sebaik dirinya. Tuntutan mertua terlalu tinggi mertua menerapkan standar dan harapan
yang tinggi terhadap menantunya. Banyaknya tuntutan terhadap menantu tanpa adanya
komunikasi yang baik dari mertua berujung timbulnya konflik dan perselisihan. Padahal,
yang namanya wanita yang baru berumah tangga pasti memerlukan adaptasi terlebih
dahulu dengan lingkungan baru nya. Seharus nya mertua bisa lebih paham lagi terhadap
kondisi wanita yang baru saja menikah, mertua bisa menjadi pengayom bagi menantu nya
agar bisa melayani suami dengan baik.

c. Terlalu Mencampuri Urusan Rumah Tangga Anak

Intervensi mertua yang terlalu banyak ikut campur dalam pernikahan sang anak bukanlah
tindakan yang bijak dan etis. Tindakan tersebut justru akan memicu konflik dan
perselisihan yang terus menerus. Terlebih bila suami tidak bisa bertindak tegas. Disisi lain
menantu perempuan biasanya tidak suka jika urusan rumah tangganya dicampuri oleh
orang lain. Mertua yang terlalu banyak mengatur dan mengendalikan banyak hal tanpa
kompromi sehingga dapat menimbulkan ketimpangan yang berakibat pihak menantu
merasa dirugikan.
2. Peran Mertua dalam Rumah Tangga

a. Kehadiran Mertua secara psikologis ikut menjamin derajat kesenangan dan


stabilitas pasangan baru.

Kehadiran mertua dalam rumah tangga sang anak dan menantunya dapat
memberikan keuntungan, seperti memberikan masukan perihal ilmu rumah tangga,
memberikan solusi terkait permasalahan rumah tangga. Mungkin ketika terjadi
permasalahan dalam rumah tangga sang anak, permasalahan perceraian misalnya,
tentu mertua memiliki peran besar dalam memberikan masukan agar perceraian itu
tidak sampai terjadi.

b. Pengalaman dan pengetauhan mertua sangat berharga.

Dengan menimba pegalaman mereka, suami istri lebih bisa mengantisipasi hal yang
tidak diinginkan. Misalnya ketika sang istri ingin memasakan makanan kesukaan
suami, pasti sang mertua tau makanan apa yang disukai oleh anaknya begitu pula
sebaliknya ketika sang suami ingin membahagiakan istri nya, pastinya orang tua
dari sang istri lebih mengetauhi kesukaan dari sang anak, sehingga masing-masing
mertua bisa memberikan pengetauhan tersebut bagi menatunya masing-masing
dengan tujuan yang sama yaitu agar keharmonisan dalam rumah tangga tetap
terjaga.

c. Kehadiran mertua akan membantu menumbuhkan kepribadian yang normal dari


anak-anak kita.

Tentu saja mertua memiliki andil dalam terjalinnya hubungan sang anak dengan
istrinya, mertua telah merestui pernikahan antara kedua belah pihak tersebut.
Ketika terjadi pertengkaran antara ibu dan mertua dengan menantu perempuan
tentu suami yang akan dibingungkan karena harus lebih memihak yang mana,
biasanya sang suami lebih menyuruh istri nya untuk sabar atau minta maaf.
Memang sang suami harus memiliki kecerdasan secara emosional dan matang
untuk bisa me-manage dua wanita teristemewa dalam kehidupannya. [CITATION
Sip10 \p 14 \l 1033 ]
3. Rusaknya Hubungan Mertua dengan Menantu

Sering kali terjadi ketidakharmonisan antara hubungan mertua dan menantu. Satu sama
lain saling mempertahankan prinsip masing-masing. Kondisi ini jika terus terjadi
secara terus menerus dapat menyebabkan hubungan antara kedua nya menjadi rusak.
Menurut Kalam Hidup dalam [CITATION Suc20 \p 142-143 \l 1033 ] Beberapa faktor
yang menyebabkan rusaknya hubungan mertua dan menantu

a. Faktor Budaya

Faktor budaya lebih pada pemahaman yang keliru tentang tanggung jawab orang
tua dan anak. Orang tua kebanyakan berpendapat bahwa mereka harus bertanggung
jawab pada anaknya meskipun anaknya sudah menikah.

b. Faktor ketidakmandirian anak setelah menikah

Dalam faktor ini tidak salah apabila orang tua mencampuri urusan keluarga anak,
karena anak dan pasangan nya memilih untuk tinggal bersama orang tua. Hal ini
menunukkan bahwa dari pihak anak belum menunjukkan kemandirian yang cukup
dalam hal berumah tangga.

c. Faktor ketidakmampuan seseorang membangun relasi antar pribadi

Sikap mudah tersinggung, pesimis, dan berprasangka buruk hanya akan


memperkeruh hubungan antar individu dan dapat memicu terjadinya konflik,
terutama di dalam lingkup rumah tangga. Hal ini sering terjadi di antara mertua dan
menantu dimana keduanya saling berprasangka negatif antara satu dengan yang
lainnya. Oleh karena itu membangun relasi dan saling berkomunikasi dengan baik
sangat diperlukan supaya kedua pihak dapat saling mengerti dan memahami
perasaan masing masing pihak.

d. Faktor kepemilikan

Memang benar jika seorang laki-laki akan menjadi milik ibu nya seumur hidup
meskipun ia sudah menikah, akan tetapi seorang anak laki-laki yang sudah menikah
harus dapat hidup mandiri dari orang tua, karena ia telah memiliki seorang istri dan
sebuah keluarga. Dan anak laki-laki tersebut harus mampu berperilaku adil atas
rasa kepemilikan dari dua wanita yang ada di hidupnya, yaitu ibu (yang
memilikinya sebagai anak) dan istrinya (yang memilikinya sebagai suami) supaya
tidak terjadi kecemburua di antara kedua pihak.

4. Komunikasi Interpersonal yang Ideal Antara Mertua dan Menantu

Supaya hubungan antara mertua dan menantu tetap terjaga dengan baik, komunikasi
yang ideal merupakan salah satu solusinya. Ada beberapa tips yang dapat diterapkan,
diantara nya adalah

1. Bila anda seorang mertua

a. Perhatikan hak suami istri dan jangan memaksakan kehendak

Ketika seorang anak telah menikah dan berumah tangga, mereka ber hak untuk
mengatur jalan nya rumah tangga mereka sendiri, seperti masalah dalam
keluarga dan juga rencana keluarga mereka kedepannya, mereka ingin mampu
untuk menyelesaikan persoalan rumah tangga mereka dengan cara mereka
sendiri. Jadi alangkah baiknya sebagai orang tua untuk menghargai dan tidak
terlalu mecampuri kehidupan rumah tangga mereka, kecuali jika mereka
memang ingin meminta bantuan.

b. Tidak menuntutnya

Seorang orang tua sudah seharusnya mengerti apa yang diinginkan oleh anak
dan memberikan ruang kepada anak untuk melakukan apa yang mereka
ingnikan. Jangan terlalu memaksakan kehendak anda sebagai orang tua kepada
anak terutama jika mereka sudah besar dan telah menikah, hal tersebut hanya
akan membuat mereka merasa stress dan terbebani jika semua yang mereka
lakukan hanya mengikuti apa yang diinginkan orang tua.

2. Bila anda seorang menantu

a. Mengembangkan sikap optimis

Untuk dapat bersikap, berpikir, dan berperilaku positif terhadap mertua,


seorang menantu perlu mengembangkan sikap optimis dalam diri mereka.
Dengan begitu segala prasangka buruk terhadap mertua akan hilang dan
hubungan antara menantu dan mertua akan terjalin dengan harmonis.

b. Menerima mertua sebagai bagian dari keluarga


Sebuah pernikahan bukan hanya menyatukan dua individu, tetapi juga
menyatukan dua keluarga. Oleh karena itu penting bagi seorang menantu untuk
mengakui bahwa mertua bukanlah orang yang jauh melainkan keluarga mereka
sendiri. Kata mertua dan menantu pada dasarnya hanya merupakan label saja,
sedanglan esensinya adalah orang tua dan anak.

5. Komunikasi Mertua dengan Menantu dalam Perspektif Islam

Keluarga bahagia menurut islam adalah sebuah keluarga yang berjalan sesuai dengan
akidah dan syariat agama, sehingga tercapai kehidupan yang barokah, sakinah,
mawaddah, warahmah. Dan untuk membangun keluarga yang bahagia, komunikasi
interpersonal yang baik sangat diperlukan, terutama antara mertua dan menantu,
dimana dua individu ini sering terlibat konflik. Ada beberapa harapan yang dapat
membangun keharmonisan komunikasi antara mertua dan menantu

1. Harapan menantu kepada mertua

a. Hargailah kemerdekaan rumah tangga kami

Menantu berharap supaya mertua mereka dapat menghargai segala keputusan


yang dibuat oleh rumah tangga menantu, bukan nya mencampuri urusan rumah
tangga mereka. Dengan begitu mereka dapat semakin mandiri dalam
menjalankan kehidupan rumah tangga mereka.

b. Berperilaku adil

Menantu ingin mertua tidak hanya mengakui dan menyayangi anaknya saja
(suami menantu), akan tetapi seorang menantu ingin mertua dapat mengakui
dan menyayangi menantu dan keluarga dari menantu tersebut layaknya
keluarga mertua itu sendiri.

c. Bantulah kesejahteraan keluarga kami

Menantu ingin mertua dapat membantunya ketika ia kesulitan dalam mengatur


rumah tangga nya. Membantu disini berbeda dengan mencampuri, orang tua
dapat membantu urusan rumah tangga anak jika memang pihak anak meminta
bantuan dari orang tua.

d. Bantulah kesejahteraan keluarga kami

Menantu berharap mertua mau mendoakan dirinya dan juga rumah tangga nya
supaya rumah tangga menantu tersebut dapat berjalan dengan sakinah,
mawaddah, warahmah. Karena sesungguh nya doa orang tua kepada anak nya
merupakan salah satu doa yang mustajab.

2. Pesan mertua kepada menantu perempuan

a. Taatilah perintah suamimu

Sudah menjadi kewajiban sebagai seorang istri untuk taat dan patuh kepada
suaminya. Tentu saja seorang mertua ingin menantu nya taat dengan suaminya
(anak mertua) supaya menantunya termasuk dari golongan orang-orang yang
dicintai oleh Allah SWT.

b. Jagalah kehormatan suamimu

Seorang mertua pasti tidak ingin jika aib dari anaknya (suami menantu) di
ketahui oleh banyak orang, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban dari
menantu untuk menutupi segala aib dan kekurangan suaminya. Supaya tetap
terjaga nama baik dari suaminya tersebut.

c. Jagalah harta suamimu

Sebaik-baik nya istri adalah istri yang patuh dan dapat menjaga harta suaminya.
Jika harta dan keuangan dalam rumah tangga diatur dengan baik maka
kehidupan rumah tangga tersebut dapat berjalan dengan tenang.

d. Buatlah suamimu betah dirumah

Membahagiakan suami juga merupakan salah satu dari tugas seorang istri, jika
seorang suami sudah bahagia dan bangga terhadap istrinya, maka ia akan
merasa keberatan jika ia sering meninggalkan istrinya sendiri di rumah, dan
suami pun akan lebih memilih untuk tetap di rumah. Jika seorang menantu telah
sukses membuat suaminya bahagia, tentu saja sang mertua sebagai orang tua
dari suami menantu pun akan turut berbahagia.

e. Lapangkanlah hubungan suami dengan saudaranya

Jika seorang istri melapangkan hubungan suaminya dengan kerabatnya maka


kerabat dari suami pun akan turut senang dan akan muncul rasa respect dari
pihak kerabat suami. Tentunya hal ini sangat di harapkan oleh mertua, mertua
ingin anaknya tidak lupa dengan keluarganya yang telah bersamanya nya sejak
kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku dan Jurnal

Santi, Y. (2015). Peran Komunikasi Interpersonal Dalam Menjaga Hubungan Yang Harmonis
Antara Mertua Dan Menantu Perempuan. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Tribhuwana Tunggadewi, 4(3), 42452.
Sipayung, H. (2010). Menantu VS Merua. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Suciati. (2015). Psikologi Komunikasi Sebuah Tinjauan Psikologis dan perspektif Islam.
Yogyakarta: Buku Litera Yogyakarta.
Suciati. (2020). Komunikasi Interpersonal Sebuah Tinjauan Psikologis dan Perspektif Islam.
Yogyakarta: Buku Litera Yogyakarta.

Referensi Internet

https://kumparan.com/babyologist/penyebab-hubungan-mertua-dan-menantu-tidak-harmonis-
1548432434100577807/full diakses pada tanggal 26 April 2020 pada pukul 22.00 WIB

https://www.kompasiana.com/zairiyahkaoy/606ba7cb8ede485a493bf542/4-sebab-rusaknya-
hubungan-mertua-dan-menantu?page=all diakses pada tanggal 27 April 2020 pada pukul 23.00
WIB

Anda mungkin juga menyukai