Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOMUNIKASI INTERPERSONAL

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN KERABAT

Disusun oleh :
Dima Ekzan Kurniawan ( 20190530219 )
Shafira Aisa Fadilla ( 20190530223 )
Ahmad Marua Bayhanu ( 20190530242 )

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat, karunia, dan rahmat-Nya sehingga dapat memudahkan kelompok kami untuk
memahami materi ini dan bisa menyelesaikan tugas dengan baik dari mata kuliah
Komunikasi Interpersonal dengan materi komunikasi interpersonal dengan kerabat.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah seperti
sekarang ini. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Komunikasi Interpersonal, Ibu Dr. Suciati, S.Sos., M.Si., teman-teman, dan semua
pihak yang telah mendukung dan berkontribusi kepada kami sehingga makalah yang berjudul
“Komunikasi dengan Kerabat” ini, selesai dibuat dengan tepat waktu.

Semoga dengan adanya makalah ini, dapat memudahkan teman semua dalam
memahami salah satu materi dari mata kuliah Komunikasi Interpersonal. Mohon maaf bila
banyak kesalahan materi maupun penulisan, karena kami pun masih dalam proses belajar,
manusia pun tak luput dari kesalahan.

Terima kasih.

Yogyakarta, 20 Maret 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3

A. Latar Belakang................................................................................................................3

B. Studi Kasus......................................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................................5

A. Pengertian Kerabat..........................................................................................................5

B. Komunikasi Interpersonal Mertua dan Menantu.............................................................5

C. Terjadinya Konflik Mertua dan Menantu.......................................................................6

D. Mengatasi Konflik Mertua dan Menantu........................................................................7

E. Komunikasi Mertua dengan Menantu dalam Perspektif Islam.......................................8

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................11

BAB IV PENUTUP................................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, keluarga menempati posisi yang sangat penting. Ia
merupakan pondasi dan pilar yang dapat membangun masyarakat serta menjamin
keberlangsungan hidup manusia, dengan meletakkan aturan dan hukum-hukum yang
mengatur seluk beluk keluarga demi tercapainya tujuan keluarga yang dibangun.
Melalui keunggulan aturan tersebut, keluarga menjadi sebuah kekuatan yang menjadi
benteng penghalang kehancuran sebuah masyarakat. Sehingga, keharmonisan antar
anggota keluarga menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap manusia.
Adanya keluarga tak luput juga dari hubungan menantu dan mertua. Bagi
kebanyakan orang, pembicaraan tentang mertua adalah tema pembahasan yang selalu
hangat dibicarakan dalam keluarga. Hal ini disebabkan sosoknya selalu mengundang
pro dan kontra. Sebagian orang menganggap sebagai pelengkap kebahagiaan, tapi
tidak sedikit yang menganggapnya sebagai sumber malapetaka. Di dalam masyarakat
ada asumsi yang mengatakan sebagian permasalahan keluarga muncul dari mertua.
Hal tersebut tentunya menyebabkan timbulnya pikiran negatif tentang
ketidakharmonisan antara menantu dan ibu mertua. Jika dibiarkan tentu saja bisa
menimbulkan sesuatu yang tidak diharapkan.

Pada makalah ini, akan dibahas tentang komunikasi interpersonal antara


mertua dan menantu. Dan dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para mertua
dan menantu bisa memahami bagaimana komunikasi interpersonal yang tepat, baik,
dan efektif.

B. Studi Kasus
Dalam hubungan kerabat antara mertua dan menantu atau lebih tepatnya
menantu perempuan dengan ibu mertua biasanya terjadi sebuah persoalan. Hal ini bisa
menjadi sebuah faktor bahwa perempuan itu bisa dibilang unik. Dalam kasus pada
video diceritakan bahwa menantu perempuan kesal dengan ibu mertuanya, kemudian
menantu perempuan berusaha menemui seorang mbah dukun untuk meminta ramuan
yang dapat mencelakai si ibu mertua. Dan pada akhirnya si mbah dukun memberi

3
sebuah ramuan kepadanya. Kemudian si menantu melakukan aksinya dengan
mencampurkan ramuan tersebut ke dalam minuman yang diberikan kepada ibu
mertua, ramuan itu terus menerus diberikan kepada ibu mertua sampai 30 hari
kedepan. Lama kelamaan, mulai ada yang berubah. Si menantupun menyadari bahwa
ia dan ibu mertua hanya kurang dalam berkomunikasi. Kemudian, si menantu
menyadari juga bahwa itu termasuk kesalahannya sendiri dan ia pun berubah menjadi
lebih baik. Pada saat hari ke 25, si menantu menemui simbah dukun lagi, untuk
meminta obat penawar ramuan tersebut, ia berubah pikiran, ia tidak mau ibu
mertuanya celaka, tetapi mbah dukun malah merasa bingung. Si menantupun panik.
Tapi ternyata mbah dukun mengatakan bahwa ramuan tersebut adalah sebuah vitamin
untuk memperbaiki daya tahan tubuh. Si menantu merasa lega, dan kemudian
berterimakasih kepada mbah dukun. Dan akhirnya, hubungan antara si menantu dan
mertua semakin dekat dan harmonis karena komunikasi yang dilakukan sudah jauh
lebih baik dari sebelumnya.

Berhasilnya proses komunikasi interpersonal bisa membuat suatu hubungan


menjadi lebih baik, seperti kasus yang terjadi pada video tadi, yang awalnya
hubungan dari si menantu dan mertua yang tidak terlalu harmonis karena kurangnya
komunikasi satu sama lain, akhirnya bisa menjadi lebih baik karena ada usaha untuk
memperbaiki komunikasi, karena salah satu pihak menyadari akan kesalahannya dan
berusaha untuk mengubah sikapnya agar menjadi lebih baik.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kerabat
Komunikasi interpersonal menurut Effendi (dalam Liliweri, 2011) mendefinisikan
komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan dari orang lain dan diterima oleh
orang lain yang mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, maupun perilaku
seseorang yang dilakukan melalui percakapan langsung. Sebuah komunikasi
interpersonal juga terjadi pada kerabat. Secara umum, apa yang dimaksud kerabat
diungkapkan oleh Robert R Bell (dalam Ihromi, 2004:91) :
1. Kerabat dekat (conventional kin) yang terdiri dari individu yang terikat dalam
keluarga melalui hubungan darah, adopsi, atau perkawinan. Individu yang
tergabung dalam kerabat dekat yaitu orang tua, anak, saudara, mertua, dan
ipar.
2. Kerabat jauh (discretionary kin) terdiri dari individu yang terikat dalam
keluarga, adopsi, dan perkawinan. Ikatan ini jauh lebih lemah dibanding
dengan kerabat dekat. Anggota kerabat jauh sering tidak menyadari adanya
hubungan keluarga tersebut. Terdiri dari paman, bibi, keponakan, sepupu.
3. Orang yang dianggap kerabat (fictive kin) yaitu orang yang dianggap memiliki
hubungan khusus, misalnya dengan teman akrab.

B. Komunikasi Interpersonal Mertua dan Menantu


Hubungan antara menantu perempuan dengan ibu mertua sering terjadi
ketidakharmonisan tentunya memiliki sebab. Dibawah ini beberapa sebab terkait tidak
harmonisnya hubungan mertua dengan menantu.
1. Perbedaan Nilai dan Sikap
Komunikasi yang tidak berjalan baik menjadi hal utama terjadinya perdebatan
antara menantu dan ibu mertua. Biasanya salah satu pihak memendam sebuah
rasa ketidakcocokan terkait sikap, kelakuan, ataupun kepribadian.
2. Terlalu Menuntut
Hal lain yang menyebabkan pertengkaran adalah ibu mertua biasanya
menuntut anak laki-laki yang menjadi suami dari menantu perempuan harus

5
diberlakukan sebaik mungkin. Padahal sebagai keluarga baru harus memiliki
waktu untuk beradaptasi untuk menyesuaikan dengan keadaan yang ada.
3. Terlalu Mencampuri Urusan Rumah Tangga Anak
Sebagai keluarga baru biasanya tidak ingin urusan rumah tangganya
dicampuri, sekalipun dengan ibu mertua sendiri. Karena sebagai keluarga baru
pastinya ingin mandiri dan ingin belajar menjalankan bahtera keluarga.
4. Kurang Kematangan Pihak Keluarga yang Baru
Dapat dikatakan bahwa belum ada kesiapan menerima orang baru dari setiap
pihak keluarga. Antara menantu maupun mertua masih sama-sama
menganggap orang asing satu sama lain, sehingga tidak tercipta komunikasi
yang baik.

C. Terjadinya Konflik Mertua dan Menantu

Tentu banyak faktor yang mengakibatkan konflik antara mertua dan menantu.
Bisa jadi memang sifat dasar dari menantu perempuan ataupun ibu mertua yang tidak
baik. Membangun hubungan baik antara menantu dan mertua khususnya perempuan,
menurut psikolog Verina H. Secampramana MM., membutuhkan penyesuaian dan
pengertian yang lebih besar ketimbang mertua laki-laki dengan menantu perempuan.
Hal ini mungkin karena ada perbedaan persepsi dalam peran mengurus rumah tangga.

Setidaknya ada tiga kondisi yang memungkinkan terjadinya konflik antara


menantu dan mertua (Hendra Sipayung, 2010), yaitu :

1. Pasangan nikah tinggal di ruamh mertua dan mertua memperlakukan


menantu sebagai “tamu” yang tidak memiliki hak atas keluarga.
2. Pasangan nikah tinggal di rumah sendiri, namun mertua ikut tinggal
bersama. Terjadi konflik karena perebutan hak dan kuasa atas urusan
keluarga.
3. Pasangan nikah tinggal sendiri dari mertua, namun mertua masih ikut
campur atas urusan keluarga anaknya yang baru menikah. Ini sering terjadi
bila mertua bergantung pada pasangan maupun pasangan bergantung pada
mertua.

6
D. Mengatasi Konflik Mertua dan Menantu
Cara mengatasi konflik dikelompokkan Oleh Thomas (Dubrin, 2004:138) menjadi
5 jenis strategi sebagai berikut:

1. Kompetisi

Strategi ini menggunakan prinsip I win you lose, dimana terdapat persaingan
didalamnya. Dalam strategi ini antara pihak menantu dan mertua perempuan merasa
dua-duanya menganggap dirinya paling benar dan berusaha untuk mendominasi dan
mengontrol. Baik pihak menantu maupun pihak mertua perempuan memiliki ego
yang tinggi sehingga dapat dengan mudah menimbulkan kontra. Akhirnya kejadian
saling beradu argumen yang berujung dengan bertengkar tidak dapat dihindari.

2. Akomodasi

Strategi ini merupakan kebalikan dari strategi yang pertama. Prinsip strategi ini
adalah “you win I lose.” Dalam strategi ini baik menantu maupun mertua perempuan
ada yang dominan untuk mengalah, apabila salah satu pihak memiliki sifat yang suka
mengatur maka ada pihak yang harus memilih untuk mengalah. Disini, pihak yang
pandai menekan egonya demi keselarasan kehidupan rumah tangga adalah pihak
yang menang. Bukan menang dalam artian karena selalu mengalah tetapi menang
karena dia mampu menaklukkan atau mengalahkan egonya.

3. Kompromi

Strategi ini menggunakan prinsip both win some lose some. Dalam penyelesaiannya,
kedua belah pihak mencari titik tengah dan mencari kesepakatan, sehingga ada yang
dikorbankan oleh kedua belah pihak. Dalam prinsip ini pihak menantu maupun
mertua perempuan saling mengalah dan lebih memilih jalan musyawarah untuk
mencapai mufakat. Dalam prinsip ini keduanya menyadari betul bahwa dalam
berumah tangga harus ada yang mengalah. Pihak keduanya dengan senang hati
mengemukakan pendapatnya (sharing) guna mencapai kompromi.

7
4. Kolaborasi

Pada strategi ini prinsip yang digunakan adalah I win you win. Dimana win-win
solutionlah yang diperoleh, sehingga keinginan kedua belah pihak tercapai. Dalam
prinsip ini keduanya sadar betul akan pentingnya komunikasi di dalam hubungan
berumah tangga, sehingga keduanya bisa saling memahami, menerima dan menekan
ego satu sama lain. Dalam prinsip ini minim sekali untuk terjadi sebuah konflik,
karena prinsip komunikasi interpersonal diterapkan dengan baik, dan tujuan yang
diinginkan juga akan tercapai.

5. Menghindar

Strategi ini kebalikan strategi ke empat dimana pada strategi ini prinsipnya we both
lose. Kedua belah pihak menghindari konflik, keduanya tidak mengakui adanya
konflik atau tidak mengemukakan masalah. Keduanya baik menantu maupun mertua
perempuan tidak ada yang mau mengutarakan permasalahan diantara keduanya,
sehingga hanya memendam dalam hati dan lebih memilih diam serta menghindar.
Suatu ketika keduanya dihadapkan pada puncak masalah, maka lama-lama hati
mereka tidak akan kuat menahan rasa egonya masing-masing. Inipun bisa berakhir
dengan konflik.

E. Komunikasi Mertua dengan Menantu dalam Perspektif Islam


Seluruh aspek kehidupan manusia sudah diatur didalam Islam, termasuk juga
hubungan antara mertua dan menantu. Sebutan mertua dan menantu hanyalah label
yang diberikan, namun esensi keduanya adalah orang tua dan anak.
1. Harapan menantu kepada mertua (Thalib, 1997:19-22)
 Hargailah kemerdekaan rumah tangga kami
Mertua dapat membantu menantu untuk dapat mewujudkan
tanggungjawab tersebut, serta mencoba memberikan dukungan agar
mereka dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan dan cara
yang ditempuhnya.
 Bantulah kamu mendidik agama anak kami

8
Dalam salah satu hadist riwayat Muttafaq’alaih diajarkan perlunya
kesediaan orang tua untuk membantu anaknya mendidik agama para
cucunya.
 Bantulah kesejahteraan rumah tangga kami
Dalam QS. Taubah(9) ayat 71 memberi tahu agar setiap mukmin bisa
saling membantu keperluan dan kebutuhan orang lain, dan orang yang
memiliki kelebihan diwajibkan membantu kekurangan dari orang lain.
 Doakanlah kami untuk menjadi orang yang baik
Nabi Muhammad SAW bersabda dan dikutip oleh hadits riwayat Bukhari,
ditafsirkan bahwa setiap orang tua juga dapat memoho doa-doa kebaikan
agar setiap langkah anaknya menuju pada keridhaan Allah dan membawa
mereka menjadi orang baik.
2. Pesan mertua kepada menantu perempuan
 Jagalah kehormatan suamimu
Rasulullah SAW bersabda: “seseorang menutup aib saudaranya muslim
di dunia dan tak pernah menyebutnya, maka Allah kelak pada hari kiamat
maka akan menutuoinya kelak.” (HR. Ahmad). Seseorang yang menutupi
aib atau cela seseorang dan tak pernah mengatakannya kepada orang lain,
maka Allah akan mengamouninkesalahan yang dilakukan di dunia.
Artinya, biasanya seseorang istri paling tahu tentang rahasia suaminya.
 Jagalah harta suamimu
Rasulullah ASW bersabda; “sebaik-baiknya istri yaitu yang
menyenangkanmu ketika kamu lihat, taat kepadamu ketika kamu suruh,
menjaga dirinya dan hartamu ketika kamu pergi.” (HR. Thabrani, dari
Abdullah bin Salam). Maksudnya bahwa seorang istri tidak boleh
membelanjakan hartanya sendiri sebelum mendapatkan izin dari suaminya.
 Buatlah suamimu betah di rumah
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menimbulkan kerugian kepada
seorang muslim, maka Allah jadikan dia rugi, dan barang siapa
menyempitkan urusan seorang muslim, maka Allah akan meyempitkan
urusannya.” (HR, Abu Dawud dan Tirmidzi). Dlam hal ini bahwa seorang
istri dituntut menjauhi hal-hal yang dapat menusahkan suaminya agar dia

9
betah tinggal di rumah. Seorang istri juga tidak boleh membuat sang suami
jengkel kepadanya.

 Lapangkanlah hubungan suami dan saudaranya


Rasulullah Saw bersabda: “pelajarilah silsilah kamu yang dapat kamu
gunakan menhubungkan tali kekluargaan kamu. Karena tali kekluargaan
adalah kecintaan dalam keluarga, meluaskan harta, dan menambah
panjang umur.” (HR. Tharmidzi dan Thabrani). Orang yang setia
memlihara tali silaturahmi dengan keluarganya, dekat maupun jauh, akan
diberi balasan oleh Allah berupa rizki yang mudah dan umur yang
panjang. Adapun yang dimaksudkan agar kehidupan rumah tangga
menjadi lebih samarak karena dilandasi dengan hubungan yang akrab.

10
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan video yang kami jadikan sebagai studi kasus tersebut bahwa seorang
menantu ingin mencelakai mertuanya dengan membeli ramuan ke mbah dukun dikarenakan
perbedaan nilai dan sikap diantara menantu dan mertuanya tersebut, si menantu merasa
bahwa mertuanya jahat dan tidak suka dengan dia, dan begitu sebaliknya si mertua merasa
bahwa si menantu jahat dan tidak suka dengan dia. Tetapi pada akhirnya mereka menyadari
kesalahan mereka masing-masing yaitu kurangnya komunikasi dan perbedaan nilai dan sikap.

Konflik tersebut dapat diatasi dengan cara kolaborasi yang menggunakan prinsip yang I win
you win. Dimana win-win solutionlah yang diperoleh sehingga keinginan kedua belah pihak
tercapai dan mereka menyadari bahwa komunikasi sangat penting untuk saling memahami
dan menerima satu sama lain.

Sesuai juga dengan aspek komunikasi menantu mertua dalam prespektif islam menurut
(Thalib,1997:19–22) yaitu sang menantu berharap mertua dapat menghargai kemerdekaan
rumah tangga mereka dengan cara meberikan nasihat dan mendukung penuh hubungan
rumah tangga mereka.

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konflik atau permasalahan adalah hal biasa yang terjadi di lingkungan keluarga yang
dapat disebabkan karena proses komunikasi yang tidak sempurna. Konflik tersebut
bisa berawal dari adanya seseorang yang ikut campur dalam masalah rumah tangga
dalam suatu keluarga. Kerabat merupakan seseorang yang mempunyai peluang paling
besar dalam terjadinya konflik di lingkungan keluarga. Hubungan antara mertua dan
menantu bisa dijadikan sebagai contoh konflik yang terjadi dalam lingkungan
keluarga. Konflik tersebut bisa disebabkan karena si ibu mertua belum rela dalam hal
kepemilikan anak laki-lakinya dengan si menantu perempuan, dan juga sebaliknya.
Dalam islam, telah diatur hubungan interpersonal dalam berbagai konteks, termasuk
hubungan dari menantu dan mertua yang tergambarkan mirip seperti hubungan orang
tua dan anak. Dalam hubungan tersebut, diharapkan mertua dapat berkontribusi dalam
menjaga keharmonisan di dalam lingkungan keluarga. Maka dari itu, seorang mertua
dapat membantu menantu dalam menyelesaikan tanggung jawabnya, dan memberi
nasehat apabila terdapat masalah dalam rumah tangga. Dan jika ada konflik yang
terjadi antara mertua dan menantu perempuan, sebaiknya bisa diselesaikan dengan
adanya keterbukaan antara dua belah pihak, kemudian dibicarakan secara baik-baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Suciati.2020.Komunikasi Interpersonal Sebuah Tinjauan Psikologi dan Perspektif


Islam.Yogyakarta: Buku Litera Yogyakarta.

Sipayung, Hendra.2010.Menantu vs Mertua:Trik Ampuh Membina Hubungan Baik antara


Menantu dan Mertua.Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santi, Yuyun.2015.Peran Komunikasi Interpersonal dalam Menjaga Hubungan yang


Harmonis antara Mertua dan Menantu Perempuan.Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Vol.4, No.3

http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t10685.pdf diakses pada 20 Maret 2020.

13

Anda mungkin juga menyukai