Anda di halaman 1dari 7

KASUS PERNIKAHAN ANAK USIA DINI DI NTB

Dosen Pengampu:

Solikatun ,S.Pd., M.Si.

Nama : Taratan Ukhrah

NIM : L1C020107

Kelas : 3C-Sosiologi

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MATARAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan dalam keadaan belum memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. Dalam undang-undang pernikahan disebutkan bahwa
pernikahan yang ideal adalah laki-laki berusia 21 tahun dan perempuan berusia 19 tahun, pada
usia tersebut seseorang yang melakukan pernikahan sudah memasuki uis dewasa, sehingga sudah
mampu memikul tanggung jawab dan perannya masing-masing, baik sebagai suami maupun
sebagai istri. Namun, dalam realitasnya banyak terjadi pernikahan dini, yaitu pernikahan yang
terjadi antara laki - laki dan perempuan yang belum dewasa dan matang berdasarkan undang-
undang maupun dalam perpektif psikologis. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor
penyebab. Secara umum pernikahan usia dini yaitu merupakan pernikahan yang dilakukan untuk
mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga .

Tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan usia yang paling baik dalam melangsungkan pernikahan,
namun untuk menentukan usia yang ideal dalam pernikahan dapat dikemukakan beberapa hal sebagai
bahan pertimbanagan (Purba, 2013) yaitu:

a. Kematangan Fisiologis atau Kejasmanian Keadaan kejasmanian yang cukup matang dan sehat
diperlukan dalam melakukan tugas sebagai akibat pernikahan.

b. Kematangan Psikologis Banyak hal yang timbul dalam pernikahan yang membutuhkan pemecahan
masalahnya dari segi kematangan psikologisya. Adanya kebijaksanaan dalam keluarga menuntut
kematangan psikologis dan segi-segi atau masalah-masalah yang lain. Menurut Walgito (1984), dalam
pernikahan dituntut adanya kematangan emosi agar seseorang dapat menjalankan pernikahan dengan
baik. Beberapa tanda kematangan emosi adalah mempunyai tanggung jawab, memiliki toleransi yang
baik, dan dapat menerima keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa adanya kematangan
ini pada umumnya dapat dicapai setelah umur 21 tahun.

c. Kematangan Sosial, Khususnya Sosial–Ekonomi Kematangan sosial, khususnya sosial-ekonomi


diperlukan dalam pernikahan karena hal ini merupakan penyangga dalam memutar roda keluarga akibat
pernikahan. Umur yang masih muda, pada umumnya belum mempunyai pegangan dalam hal
sosialpsikologi, padahal kalau seseorang telah memasuki pernikahan, maka keluarga tersebut harus
dapat berdiri sendiri untuk 11 kelangsungan keluarga bergantung itu, tidak bergantung kepada pihak
lain termasuk orang lain.

d. Tinjauan Masa Depan atau Jangka ke Depan Umumnya keluarga menghendaki adanya keturunan,
yang dapat melangsungkan keturunan keluarga, disamping itu umur manusia terbatas, pada suatu
waktu akan mengalami kematian. Sejauh mungkin diusahakan bila orang tua telah lanjut usia,
anakanaknya telah dapat berdiri sendiri, tidak lagi menjadi beban orang tuanya, oleh karena itu
pandangan kedepan perlu dipertimbangkan dalam pernikahan.

e. Perbedaan Antara Perkembangan Pria dan Wanita Perkembangan antara pria dan wanita tidaklah
sama, artinya kematangan pada wanita tidak akan sama jatuhnya dengan pria, seorang wanita yang
umumnya sama dengan seorang pria, tidak berarti kematangan segi psikologisnya juga sama. Sesuai
dengan segi perkembangan, pada umumnya wanita lebih dahulu mencapai kematangan dari pada pria.

B. Rumusan Masalah

1. Apa penyebab terjadinya pernikahan dini ?

2. Apa akibat dari pernikahan dini?

C. Tujuan

Untuk mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini di NTB
BAB II

PEMBAHASAN

Faktor Pendorong Pernikahan Dini

1. Faktor Ekonomi Berdasarkan hasil wawancara adanya pernikahan diusia dini disebabkan karena
ekonomi keluarga yang kurang. Anggapan orang tua yang menikahkan anaknya diusia dini agar
beban ekonomi keluarga berkurang. Jika anaknya sudah menikah maka semuanya sudah
tanggungjawab seorang suami. Orang tua pun berharap bahwa anaknya yang sudah menikah
akan membantu perekonomian orang tua.
2. Faktor diri sendiri dan media sosial Pernikahan di usia dini di Desa Ngerdemak disebabkan
karena adanya kemauan sendiri dari pasangan. Hal ini disebabkan karena pengetahuan dari film-
film porno yang ada di sosial media. setelah menonton film tersebut, pasangan ingin coba-coba
dan rasa ingin tahu atau penasaran dan akhirnya terjerumus dalam hal-hal yang negatif seperti
melakukan hubungan seks di luar nikah, karena orang tua nya yang tidak menyetujui
hubungannya maka subyek melakukan hubungan seksual agar pasangan tersebut tetap bisa
bertahahan dan orang tua bisa menyetujui hubungannya.
3. . Faktor Orang tua Faktor orang tua juga menjadi penyebab pernikahan dini, dimana orang tua
memaksakan anaknya untuk melakukan pernikahan meskipun belum cukup umur. Sebuah
keluarga yang mempunyai anak gadis, perasaannya tidak tenang, orang tua akan merasa takut
jika anaknya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa mencemari nama baik keluarga

Dampak Pernikahan Dini

1. Psikologis Dampak dari pernikahan dini juga menimbulkan penyesalan dalam diri subyek,
seringnya pertengkaran dan percekcokan dalam rumah tangganya membuat subyek menjadi
takut dalam menjalani rumah tangganya ke depan. Terjadinya pernikahan dini di Desa
Ngerdemak membuat remaja tidak bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang tinggi. Subyek
Ev merasa sangat menyesal karena sekolah hanya sampai SMP dan tidak bisa melanjutkan
sekolah lagi karena subyek sudah mempunyai anak sehingga subyek harus merawat anaknya.
2. Sosial Seseorang yang menikah di usia dini maka akan kehilangan interaksi dengan lingkungan
teman sebayanya. Subyek merasa bahwa dirinya terkekang karena tidak bisa kemana-mana,
subyek merasa bahwa hidupnya hanya bisa mengurus anaknya. Selain itu subyek harus
memenuhi kebutuhan keluarganya, suami harus bekerja dan perempuan harus melayani suami
dan anaknya. Keduanya masih dengan keegoisan masing-masing terkadang subyek seenaknya
sendiri, lakilaki main ke tetangga dan istri juga lebih mementingkan dirinya sendiri tanpa
memikirkan anaknya. Anaknya cenderung ditelantarkan kedua orang tuanya. Anggapan
masyarakat buruk terhadap subyek, tetangga dan saudara subyek sering membicarakannya
karena subyek tidak bisa mengurus anaknya, anak sering ditelantarkan, subyek tidak mempunyai
pengetahuan dalam mendidik anaknya, tetangga melihat bahwa subyek sering membentak dan
memarahi anaknya. Dalam masyarakat remaja yang menikah dini hanya dianggap orang yang
rendah dan tidak berpendidikan
3. Dampak dalam mengasuh anak Pernikahan dini akan membawa dampak yang buruk terhadap
anak. Remaja yang menikah dini cenderung menggunakan pola asuh otoriter, hal ini terbukti
saat penulis melakukan observasi. Orang tua mengaku bahwa ketika anaknya melakukan
kesalahan ibu cenderung membiarkan anaknya. Saat anak menangis si ibu malah memukulnya.
Ibu tidak sabar dalam mengasuh anak. Saat si ibu sedang memegang telepon genggam anaknya
pun dibentak-bentak. Anaknya sering dibentak bentak dan dimarahi si ibu, walaupun tidak
melakukan kesalahan.

Solusi dari adanya pernikahan dini harus dimulai dari orang tua yang harus memberikan sosialisasi
tentang sex edukasi terhadap anak – anaknya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Faktor yang menyebabkan pernikahan dini adalah faktor ekonomi, faktor diri sendiri, media massa dan
faktor orangtua. Dampak yang timbul dari pernikakan dini adalah dampak psikologis, dimana subyek
menyesal atas pernikahan nya. Dampak sosial, Pasangan suami istri yang menikah dini merasa terkekang
karena tidak bisa kumpul lagi dengan teman sebayanya. Dampak terhadap anak, anak sering mengalami
gangguan-gangguan fisik seperti seringnya sakit perut dan kaki pegal-pegal. Pola asuh yang diterapkan
oleh pasangan yang menikah menerapkan pada pola asuh otoriter, anak tidak hangat dengan orang tua
dan cara mendidik anak dengan kekerasan, anak cenderung ditelantarkan oleh kedua orangtua.
DAFTAR PUSTAKA

Prabantari,Intan (2016) . Faktor Pernikaha Dini ,dan Dampaknya Pada Anak .Skripsi.

Jawa Tengah .

Mubasyaroh (2016). Analaisis Penyebab Pernikahan Dini dan Dampak Terhadap Pelakunya.

Jurnal Pemikiran dan Sosisal Keagamaan . Volume 7 , No 2.

Anda mungkin juga menyukai