Anda di halaman 1dari 41

HASIL OBSERVASI

KONSELING POPULASI KHUSUS

Dosen Pengampu :

C. Masada H, T., M.Pd. Kons

Disusun Oleh :

Nur Fatimah 201901500153

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2022
A. MASALAH KLIEN (SECARA UMUM SEBAGAI POPULASI
KHUSUS)
Dalam kaitannya dengan populasi khusus, Yakubu (200)
mengemukakan sebagai sekelompok orang yang didefinisikan dengan bukti-
bukti empiris tertentu atau dalam karakteristik yang membedakan mereka dari
orang-ornag pada umumnya. Apa pun yang membuat seseorang terlihat atau
berperilaku berbeda dari orang lain membuat satu kekhususan. Definisi ini
sejalan dengan pemaparan setiap istilah yang dikemukakan sebelumnya,
sehingga populasi khusus dapat idartikan sebagai sekumpulan individu yang
sama-sama memiliki karkateristik atau ciri-ciri yang berbeda dibandingkan
dengan individu-individu lain peda umumnya, dimana karakeristik maupun
ciri tersebut akan membentik suatu identitas kekhususan bagi diri individu
tersebut.
Masalah klien dalam populasi khusus yang saya wawancara ini adalah
salah satu anak pemulung, Tidak semua keluarga mampu memenuhi hak anak
tersebut, karena tidak semua anak lahir dari keluarga yang berkucukupan
dalam hal ekonominya, sehingga mereka harus berusaha sendiri untuk
memperoleh hak mereka. Banyak dari mereka berasal dari keluarga yang
orangtuanya bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya,
contohnya orangtua yang bekerja sebagai pemulung. Karena hal tersebut,
tidak jarang mereka juga ikut membantu orangtuanya untuk mengumpulkan
barang-barang bekas. Pemulung ialah salah satu contoh sektor informal yang
pekerjaannya memulung, memungut dan mengumpulkan sampah non-organik
(seperti plastik, kertas, besi, botol minuman atau barang bekas) yang nantinya
dapat dijual ke pabrik-pabrik pendaur ulang.

B. CARA PENANGANAN KONSELING SESUAI SKBK (A-M)

a. Latar Belakang Masalah


Klien yang saya wawacarai bernama Z. Seorang remaja awal
berusia 13 tahun. Ia anak sulung dari 3 bersaudara, ia memiliki 2 adik
yang berumur 8 dan 6 tahun. Z mengaku memang sedari kecil sudah
bekerja sebagai pengamen atau pemulung di Cengkareng. Karna ekonomi
keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan Z dan adik-
adiknya, maka Z dan kedua adiknya pun terpaksa tidak dapat bersekolah.
Ibu Z seorang buruh cuci dari rumah kerumah. Sedangkan ayahnya
merupakan seorang pedagang minuman yang sering kita jumpai di lampu-
lampu merah, terkadang ayah Z berjualan di terminal. Penghasilan yang
biasa didapatkan Z akan diberikan ke ibunya untuk membeli makanan
hari-hari dan membayar kontrakan.

Z dan adik-adiknya sudah terbiasa dengan kemiskinan,


penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa
dan membuatnya berperilaku negatif. Z sudah merokok dan mengaku
sesekali mencoba minuman beralcohol.

b. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, dapat
didefinisiskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Broken Home
2. Begadang
3. Kecanduan Merokok

c. Analisa Kebutuhan Klien


1. Broken Home
 Klien membutuhkan sosok keluarga yang harmonis
2. Begadang
 Klien membutuhkan jadwal untuk tidur yang tepat
3. Kecanduan Merokok
 Klien membutuhkan cara untuk berhenti merokok
d. Teori Masalah

1. Broken Home
a) Pengertian Broken Home
Menurut Kamus Lengkap Psikologi broken home
merupakan suatu keadaan dimana keluarga mengalami keretakan
atau rumah tangga yang berantakan, keadaan keluarga atau rumah
tangga tanpa hadirnya salah seorang dari kedua orang tua (ayah
atau ibu) disebabkan oleh meninggal, perceraian, meninggalkan
keluarga, dan lain-lain.
Dalam pengertian lain Ali Qaimi mengartikan bahwa
broken home merupakan suatu keadaan dimana baik suami
maupun istri tidak mau menjalankan tugasnya masing-masing,
rumah tangga yang di dalamnya kurang terdapat kasih sayang,
kedua orang tua jarang hadir, tidak terdapat rasa saling
memaafkan dan menyadari kekurangan masing-masing, atau
suatu keadaan dimana suami istri serta anak-anak masing-masing
hidup untuk dirinya sendiri.
Berdasarkan beberapa pengertian yang di kemukakan di
atas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
broken home atau rumah tangga yang berantakan merupakan
suatu kondisi keluarga yang mengalami permasalahan atau
konflik sehingga mengakibatkan keretakan dan
ketidakharmonisan dalam hubungan keluarga tersebut
sebagaimana layaknya konsep keluarga ideal atau bahagia atau
harmonis pada umumnya.
b) Faktor Penyebab Terjadinya Broken Home
1) Sikap Egosentrisme
Egoisme adalah suatu sifat mementingkan dirinya
sendiri. Sedangkan egosentrisme merupakan sifat yang
menjadikan dirinya sendiri sebagai pusat perhatian dari pihak
lain yang diusahakan dengan segala cara agar mau
mengikutinya. Egosentrisme antara suami istri merupakan
salah satu penyebab terjadinya konflik dalam rumah tangga
yang akhirnya berujung pada pertengkaran yang terjadi terus
menerus. Adapun dampak yang ditimbulkan oleh
egosentrisme ini terhadap anak yaitu timbulnya sikap
membandel, sulit disuruh, dan suka bertengkar dengan
saudaranya. Seharusnya orang tua memberi contoh sikap yang
baik seperti saling bekerjasama, membantu, bersahabat, serta
bersikap ramah.
Egoisme atau egosentrisme dalam pembahasan ini
diartikan sebagai suatu sifat atau kelakuan buruk yang
dimiliki oleh orang tua dalam hal ini seseorang selalu
mementingkan dirinya sendiri dan menjadikan dirinya sebagai
pusat dari segala hal, serta beranggapan bahwa orang lain
tidaklah penting. Misalnya ibu yang biasanya selalu
menemani anaknya belajar dan mengerjakan PR pada suatu
waktu juga memiliki kesibukan membersihkan rumah yang
berantakan, ibu lantas meminta ayah untuk membantunya
menemani anaknya akan tetapi ayah menolak untuk
membantu alasannya karena ayah sedang capek dan ingin
istirahat, pada akhirnya pertengkaran antara ibu dan ayah pun
terjadi karena hal tersebut. Pertengkaran yang terjadi antara
kedua orang tua itu menjadi contoh yang tidak baik serta
berdampak buruk bagi anak.
2) Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya
pertengkaran di dalam keluarga. Jika suami istri orang yang
lumayan berpendidikan, maka wawasan tentang kehidupan
keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya jika suami
istri tidak berpendidikan atau memiliki pendidikan yang rendah
maka mereka sering tidak dapat memahami lika-liku keluarga,
karenanya sering menyalahkan apabila terjadi persoalan dalam
keluarga dan seringnya terjadi pertengkaran dalam hal ini
mungkin akan mengakibatkan perceraian.
Akan tetapi perlu juga kita ketahui bahwa faktor
pendidikan orang tua terkadang juga tidak terlalu berpengaruh
dalam hal ini, karena pada kenyataannya banyak sekali
ditemukan keluarga yang salah satu atau bahkan kedua orang
tuanya yang menjadi pemimpin dalam keluarga tersebut
bukanlah orang yang berpendidikan tinggi, namun tidak
menutup kemungkinan bahwa hubungan keluarga mereka tetap
berjalan harmonis sebagaimana yang diharapkan.
3) Terjadinya Konflik di Lingkungan Keluarga
Hubungan antara kedua yang tidak harmonis lantaran
terjadinya konflik, perselisihan dan pertikaian atau bahkan
memukul. Suami dan istri tidak mau mentaati peraturan dalam
rumah tangga, alhasil mereka pun saling melangkah sendiri-
sendiri sekehendak hati dan rumah tangga pun berantakan dan
berjalan tanpa aturan.
Pada kenyataannya pertengkaran, perbedaan pendapat,
serta perselisihan yang terjadi dalam lingkungan keluarga
merupakan hal yang normal dan wajar terjadi, hal ini
disebabkan berbagai perbedaan pribadi yang ada pada mereka.
Dimulai dari perbedaan yang sangat kecil yang kurang disadari
hingga perbedaan besar yang akhirnya dapat menimbulkan
pertentangan.
Secara teori anak memang lebih baik dibesarkan di
lingkungan keluarga yang selalu serasi, namun dengan adanya
pertengkaran-pertengkaran kecil antara orang tua juga
bermanfaat bagi anak kedepannya nanti, anak akan mampu
mengekspresikan kemarahannya dengan cara yang baik.
Namun pertengkaran antara orang tua akan berakibat negatif
bagi anak apabila berlangsung secara terus menerus, apalagi
jika anak melihat contoh kemarahan yang kasar dan berlebih-
lebihan seperti menggunakan kata-kata kasar atau saling
memaki, serta dalam bentuk tindakan fisik seperti pukulan.

2. Begadang
a) Pengertian begadang
Menurut KBBI, begadang adalah kebiasaan begadang dan tidur
saat pagi tiba. Kebanyakan mulai begadang karena melakukan
pekerjaan di malam hari, namun karena sering dilakukan tanpa
disadari, bahkan begadang pun tidak lagi penting dan menjadi
kebiasaan buruk yang bisa menyebabkan penyakit.
b) Faktor-faktor begadang
Hal ini disebabkan oleh bebarapa faktor seperti belajar sampai
larut malam, penggunaan gadget sebelum tidur, lingkungan, gaya
hidup, manyaksikan siaran televisi hingga larut, berlebihan
bermain game, telalu banyak masalah yang dipikirkan.
c) Dampak dari begadang
Menurut Mahendra dalam buku Your Body Reflects Your Health
(2010, p.74) “Begadang dapat memicu berbagai penyakit dan
disebabkan oleh rusaknya sistem imun, tubuh juga perlu istirahat.
Jika Anda tidak beristirahat, organ tubuh Anda tidak dapat
menjalankan fungsinya secara optimal. Hal ini akan menimbulkan
masalah atau penyakit yang dapat menyerang tubuh.” Ini
membuktikan bahwa sebenarnya begadang bukanlah kebiasaan
yang baik jika terpaksa dilakukan jika tubuh sedang lelah.
d) Cara mengatasi begadang
Bagaimana cara mengatasi atau menghilangkan kebiasaan
begadang berbagai cara, antara lain yaitu menjaga pola tidur,
menjaga pola makan, mengatur waktu dengan baik, membuat
tubuh dan pikiran menjadi rileks, dan memanfaatkan waktu kosong
dengan baik.

3. Kecanduan Merokok
a) Pengertian kecanduan merokok
Perilaku merokok merupakan aktivitas seseorang yang merupakan
respon orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-
faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat
diamati secara langsung. Sedangkan menurut Istiqomah merokok
adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan
rokok maupun menggunakan pipa. Suhu sebatang rokok yang
dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar,
dan 30 derajat Celcius untuk ujung rokok yang diselipkan di antara
bibir perokok (Istiqomah, 2003).
b) Faktor-faktor kecanduan merokok
Menurut Juniarti (1991) dalam Mu‟tadin (2002) dalam Poltekkes
Depkes Jakarta I (2012), faktor yang mempengaruhi kebiasaan
merokok adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh orang tua
2) Pengaruh teman
3) Faktor kepribadian
4) Pengaruh iklan
c) Kategori perokok
1) Perokok pasif
Perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang
yang tidak merokok (passive smoker). Asap rokok merupakan
polutan bagi manusia dan lingkungan sekitar. Asap rokok lebih
berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap
rokok kemungkinan besar bahaya terhadap mereka yang bukan
perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang
dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok
pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbonmonoksida,
empat kali lebih banyakmengandung tar dan nikotin (Sapphire,
2009).
2) Perokok aktif
Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung
menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi
kesehatan diri sendiri maupun linkungan sekitar. Menurut
pendapat orangorang yang perokok kebanyakan perokok aktif
itu tidak bisa hidup tanpa rokok karena sudah terbiasa merokok
dan apabila disuruh berhenti ada yang mau da nada yang tidak
mau, itu disebabkan kerena kecanduan jadi kalau tidak
merokok rasanya kurang enak dan itu semakin sulit untuk
dihentikan mereka merokok (Bustan, 2007).
d) Cara mengatasi kecanduan merokok
Cara mengatasi kecanduan merokok
1) 3 bulan pertama dapat mengurangi jumlah rokok yang
dikonsumsi sebanyak setengah bungkus rokok
2) 5 sampai 7 bulan berikutnya dapat merokok 3 sampai 5 batang
dalam satu hari.
3) Memerlukan waktu selama satu setengah tahun untuk
menjalani proses berhenti merokok secara mandiri sehingga
bisa menjalani gaya hidup sehat
4) Menghindari dari pergaulan teman yang merokok
5) Mengalihkan perhatian jika ingin merokok dengan banyak
melakukan kegiatan
e. Data Pribadi
Nama :Z
Umur : 13 tahun
Agama : Islam
Anak Ke- :1
Status dalam keluarga : Anak kandung
Alamat : Cengkareng Jakarta Barat
Pekerjaan orang tua : Pedagang Kelontong

f. Data Penunjang
No Data Penunjang Ya/Tidak
1 Kartu Pelajar -
2 Kartu Tanda Penduduk -
3 Kartu Keluarga √
4 Surat Keterangan Sehat dari Dokter -
5 Kartu Mahasiswa -

g. Diagnosis
Inti masalah Klien adalah, sebagai berikut :

1. Klien memiliki kondisi keluarga yang kurang harmonis


2. Klien memiliki permasalahan jam tidur yang tidak tepat
3. Klien memiliki kecanduan terhadap rokok yang berlebih

h. Prognosis

1. Klien memiliki kondisi keluarga yang kurang harmonis (Broken


Home)
a. Sekarang : Klien tidak mempunyai tempat untuk bernaung di
dalam rumah
b. Yang akan datang : Klien bisa tidak mempunyai tempat bernaung
dimanapun
2. Klien memiliki permasalahan jam tidur yang tidak tepat (Begadang)
a. Sekarang : Klien menjadi susah tidur dan bangun pagi
b. Yang akan datang : Klien bisa terganggu kesehatannya

3. Klien memiliki Kecanduan terhadap rokok yang berlebihan


a. Sekarang : klien bisa mengalami gangguan kesehatan
b. Yang akan datang : Klien bisa sakitdan bahkan bisa meninggal
dunia

i. Treatment

1. Broken Home
a) Pendekatan
1) Pendekatan Psikoanalisis
Sigmund Freud merupakan tokoh pencetus teori
Psikoalanisa, yang menjadi letak dasar dalam psikoanalisa
yaitu tentang „ketidaksadaran‟ (unconscious) yang merupakan
sumber energi terpenting dari perilaku manusia.
Pendekatan psikoanalisis sendiri menekankan pada
pentingnya riwayat hidup klien (perkembangan psikoseksual),
pengaruh dari impuls-impuls genetik (instink), energi hidup
(libido), pengaruh dari pengalaman diri kepada kepribadian
individu, serta irasioanalitas dan sumber-sumber tak sadar dari
tingkah laku manusia.
Menurutnya, tingkah laku manusia justru didominasi
oleh alam bawah sadar yang berisi id, ego, dan super ego.
 Id
Merupakan aspek biologis yang mempunyai
energi yang dapat mengaktifkan ego dan super ego.
Energi yang meningkat dari id sering menimbulkan
ketegangan dan rasa tidak nyaman. Sering
menimbulkan dorongan-dorongan hawa nafsu yang
berupa pemuasan.
 Ego
Penekanan dorongan-dorongan dari id.
 Super ego
Mengatur agar ego bertindak sesuai moral
masyarakat, menghalangi dorongan-dorongan id
terutama dorongan seksual dan agrevitas yang
bertentangan dengan moral dan agama.

2) Pendekatan Realitas
Pendekatan realitas adalah pendekatan yang bersifat
jangka pendek yang berfokus pada kondisi sekarang,
menekankan pada kekuatan pribadi, menuntut adanya
komitmen, membantu klien untuk mampu membuat
perencanaan terhadap hidupnya dan mendorong individu untuk
mengembangkan tingkah laku yang lebih realistik agar dapat
mencapai kesuksesan.
3) Pendekatan CCT
Pendekatan client centered sebagaireaksi terhadap apa
yang disebutkannyaketerbatasan-keterbatasan Cendasar dari
psikoanalisis. Pendekatan client centered menaruh kepercayaan
yang besar pada kesanggupan Konseli untuk mengikuti jalan
terapi dan menemukan arahnya sendiri. Menurut Rogers
“manusia adalah rasional, tersosialisasikan dan dapat
menentukan nasibnya sendiri. Dalam kondisi memungkinkan,
manusia akan mampu mengarahkan diri sendiri, maju
danmenjadiindividu yang positif. Pendekatan konseling client
centered menekankan pada kecakapan Konseliuntuk
menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan
masalah dirinya.
4) Pendekatan REBT
Pendekatan konseling Rational Emotive Behavior
Therapy (REBT) adalah jenis konseling perilaku kognitif
(CBT) yang dikembangkan oleh psikolog Albert Ellis.
Pendekatang konseling Rational Emotive Behavior Therapy
(REBT) adalah pendekatan konseling yang berorientasi pada
tindakan yang berfokus pada membantu orang dalam
menghadapi keyakinan irasional dan belajar bagaimana
mengelola emosi, pikiran, dan perilaku mereka dengan cara
yang lebih sehat dan realistis.

Ketika orang memegang keyakinan irasional tentang diri


mereka sendiri atau dunia, masalah dapat terjadi. Tujuan dari
konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah
untuk membantu orang mengenali dan mengubah keyakinan
dan pola berpikir negatif tersebut untuk mengatasi masalah
psikologis dan tekanan mental.

Menurut pendekatan Rational Emotive Behavior


Therapy (REBT), kognisi, emosi, dan perilaku kita terhubung.
Untuk memahami dampak dari peristiwa dan situasi yang
dihadapi orang sepanjang hidup, penting untuk melihat
keyakinan yang dipegang orang tentang pengalaman ini dan
emosi yang muncul sebagai akibat dari keyakinan tersebut.

Untuk apanya klien :Klien dapat memiliki keluarga.

Cara-cara :
1) Pendekatan Psikoanalisis
a) Menggali Masa lalu
Menggali masa lalu klien dengan melihat foto-foto
kenangan Bersama keluarga yang klien milik terutama foto
bersama ayah.

b) Menggunakan Video
Judul Video : Menyembuhkan Luka Anak Broken Home -
Info Behome Ep.2. Dijelaskan di video tersebut Sebagai
seorang anak broken home, kita tidak bisa memungkiri
bahwa ada beberapa hal yang berdampak buruk dalam
kehidupan sehari-hari. Entah itu dalam bentuk perilaku
atau bahkan kondisi mental. Tapi, ingatlah apapun yang
terjadi, ini semua bukan salahmu. Ada banyak cara yang
bisa kita coba untuk mengobati rasa kecewa akibat
perpisahan orang tua. Simak baik-baik setiap langkah yang
bisa dilakukan ya, selamat berproses untuk kembali
bangkit dan menjalalani kehidupan yang lebih baik
dikemudian hari. https://www.youtube.com/watch?v=5Z4-
qa_qKrU :
 Berdasarkan analisis dari menggali masa lalu
menggunakan foto orang tua dan foto keluarga,
konselor dapat membantu klien untuk bisa melatih
pemikirannya yang tadinya KES-T menjadi KES.
Setelah itu berdasarkan analisis dari link video
tersebut konselor dapat membantu klien untuk
berproses untuk kembali bangkit dan menjalalani
kehidupan yang lebih baik dikemudian hari dan
memandirikan diri klien sehingga mampu menghadapi
kehidupan yang lebih baik dikemudian hari

2) Pendekatan Realitas
a) Menggunakan Cermin
Jadi di sini konselor meminta ke klien untuk berbicara di
depan cermin berbicara bahwa “diri saya ini berharga, saya
tidak boleh menyerah dalam kehidupan ini, saya bisa
bangkit, dan saya bisa bertahan dalam situasi ini”.

b) Menggunakan Bermain Peran


Jadi di sini konselor dan klien bermain peran dalam situasi
keluarga nya, yang dimana dialog nya terdapat 4 karakter,
akan tetapi yang bermain hanya konselor dan klien nya
saja, agar klien bisa mengatasi emosi nya dalam situasi
tersebut
 Berdasarkan analisis : Berbicara depan cermin
konselor dapat membantu klien untuk bisa keluar dari
permasalahan yang selama ini tidak dapat ia hadapi
dan menghargai diri sendiri. Setelah itu berdasarkan
analisis bermain peran konselor dapat membantu klien
bisa menyadarkan bahwa keadaan keluarga tidak bisa
kita kendalikan terus dan mencoba untuk memahami
dari sudut pandang orang tua.

3) Pendekatan CCT
Menggunakan Tabel Afirmasi

No. Keputusan

1. Saya ini berharga

Saya mencoba memahami sudut pandang orang-


2.
orang dirumah

3. Saya ingin bahagia

 Berdasarkan analisis menggunakan tabel afirmasi :


Pengambilan keputusan dan berdiskusi konselor dapat
membantu klien untuk pengambilan keputusan akan
tetapi keputusan ada ditangan klien baik dan buruknya
akan konselor terima dan untuk berdiskusinya
konselor membantu klien agar dapat mengambil
keputusan yang baik.

4) Pendekatan REBT
Berdiskusi dengan klien untuk harus bisa mengendalikan diri
pada saat kondisi keluarga sedang tidak baik-baik saja, namun
konselor tidak memaksa klien untuk selalu bisa memahami
situasi keluarga.
 Berdasarkan analisis : Berdiskusi konselor dapat
membantu klien dengan harus bisa mengendalikan diri nya
pada saat kondisi keluarga sedang tidak baik-baik saja.
b) Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Layanan Konseling Individu
Konselor mengarahkan klien dapat memiliki keluarga
b. Layanan Informasi
c. Layanan Penguasaan Konten

2. Begadang
a) Pendekatan
1) Pendekatan Kognitif
Konseling kognitif adalah konseling yang berfokus pada
wawasan yang menekankan mengenali dan mengubah pikiran
negatif dan keyakinan maladaptif. Inti dari Konseling Kognitif
Kognitif didasarkan pada penalaran teoretis bahwa cara orang
merasa dan berperilaku ditentukan oleh bagaimana mereka
memandang dan menyusun pengalaman mereka (Corey, 2009).
Menurut Weishaar (dalam Corey, 2009) asumsi teoritis
konseling kognitif adalah 1) bahwa komunikasi internal
manusia dapat diakses dengan introspeksi, 2) bahwa keyakinan
klien memiliki makna yang sangat pribadi, dan 3) bahwa
makna ini dapat ditemukan dengan konseli daripada diajarkan
atau ditafsirkan oleh konseli.
2) Pendekatan Behavior
Suatu proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh konselor
kepada klien dengan menggunakan pendekatan behavioral,
dalam hal pemecahan masalah yang dihadapi dan dalam
menentukan arah hidup yang ingin dicapai oleh klien.
Konseling perilaku adalah proses membantu orang untuk
belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan
keputusan tertentu. Konseling perilaku adalah teknik terapeutik
dalam konseling yang didasarkan pada teori belajar yang
berfokus pada perilaku individu untuk membantu konseli
mempelajari perilaku baru dalam memecahkan masalah
melalui teknik yang berorientasi pada tindakan. Tingkah laku
menurut pandangan, hakikatnya kepribadian manusia adalah
tingkah laku. Dimana perilaku tersebut merupakan hasil
terbentuknya pengalaman interaksi individu dengan
lingkungan sekitarnya.
3) Pendekatan Realita
Pendekatan realitas adalah pendekatan yang bersifat jangka
pendek yang berfokus pada kondisi sekarang, menekankan
pada kekuatan pribadi, menuntut adanya komitmen, membantu
klien untuk mampu membuat perencanaan terhadap hidupnya
dan mendorong individu untuk mengembangkan tingkah laku
yang lebih realistik agar dapat mencapai kesuksesan.
Untuk apanya klien : klien dapat tidur tepat waktu
Cara-cara :
1) Pendekatan kognitif
Menggunakan video
Judul video : Berhenti Begadang Mengubah Hidup Gua. Di
dalam video dijelaskan “cara dan alasan harus berhenti
begadang. Ini adalah hal yang mengubah hidup, dulu sering
banget begadang dan tidur jam 1 pagi, selama dirumah aja, jam
tidur sangat berantakan tapi nemu tips dan cara berhenti
begadang.” Link :
https://www.youtube.com/watch?v=VxQ7ORlChu4
 Berdasarkan analisis dari link video tersebut, konselor
dapat membantu klien untuk mengatasi begadang yang
tadinya berfikir bahwa ngga bisa tidur cepat tapi pada
akhirnya bisa tidur cepat.
2) Pendekatan behavior
a) Membuat jadwal sehari-hari terutama jam tidur
WAKTU
HARI KEGIATAN
MULAI SELESAI

BANGUN PAGI 04.20

SHOLAT SUBUH 04.20 04.30

OLAHRAGA PAGI 04.30 05.00


SETIAP HARI

MANDI 05.00 06.30

MAKAN 06.30 07.00

BELAJAR+CARI
07.00 10.00
LOKER

LATIHAN E-SPORT 10.00 12.00

ISOMAN 12.00 13.00


BERSIH-BERSIH
13.00 15.00
RUMAH

SHOLAT ASHAR 15.00 15.30

OLAHRAGA SORE 15.30 16.00

MANDI 16.00 16.30

FREE TIME 16.30 18.00

SHOLAT MAGRIB 18.00 18.30

KUMPUL
18.30 19.00
KELUARGA

MAKAN MALAM 19.30 20.00

SHOLAT
20.00 21.00
ISYA+NGAJI

TIDUR 21.00 04.20

b) Memberikan motivasi
Konselor memberikan motivasi kepada klien agar klien
memiliki komitmen untuk tidak begadang lagi.
 Berdasarkan analisis membuat jadwal dan memberikan
motivasi, konselor dapat membantu klien untuk aktifitas
sehari-hari terutama komitmen waktu buat tidur klien.
3) Pendekatan realitas
Memberikan tabel afirmasi
No. Penyataan
1. Saya bisa tidur cepat
2. Saya ingin semangat di pagi hari
Saya ingin lancar menjalani aktifitas (tidak
3.
ngantuk di siang hari)
 Berdasarkan tabel afirmasi, konselor dapat membantu
klien dalam membuat pernyataan untuk diri sendiri agar
klien bisa hidup lebih baik dari sekarang.
b) Layanan bimbingan dan konseling
1) Layanan konseling individu
Konselor mengarahkan klien dapat disiplin dalam mengatur
tidur.
2) Layanan informasi
Konselor memberikan cara-cara untuk merubah diri untuk
disiplin mengatur waktu tidur.
3) Layanan penguasaan konten
Konselor melatih klien untuk disiplin waktu.

3. Kecanduan Merokok
a) Pendekatan
1) Pendekatan Kognitif
Konseling kognitif adalah konseling yang berfokus pada
wawasan yang menekankan mengenali dan mengubah pikiran
negatif dan keyakinan maladaptif. Inti dari Konseling Kognitif
Kognitif didasarkan pada penalaran teoretis bahwa cara orang
merasa dan berperilaku ditentukan oleh bagaimana mereka
memandang dan menyusun pengalaman mereka (Corey, 2009).
Menurut Weishaar (dalam Corey, 2009) asumsi teoritis
konseling kognitif adalah 1) bahwa komunikasi internal
manusia dapat diakses dengan introspeksi, 2) bahwa keyakinan
klien memiliki makna yang sangat pribadi, dan 3) bahwa
makna ini dapat ditemukan dengan konseli daripada diajarkan
atau ditafsirkan oleh konseli.
2) Pendekatan REBT
Pendektan Rational Emotif Behaviour Therapy (REBT)
didasarkan pda keyakinan bahwa manusia mampu berbuat
rasional dan tidak rasional; dan dalam berpikir dan merasa itu
sangat dekat, bergandengan satu sama lain. Pikiran dapat
menjadi perasaan dan sebaliknya. Pendekatan ini menekankan
pada aspek kognitif dan emotif klien. Pandangan teori ini
mengarahkan konselor untuk membantu masalah yang dialami
klien melalui upaya penggarapan kedua aspek ini melalui
pembuktian-pembuktian yang logis dan rasional. Diyakini juga
bahwa tidak semua masalah dapat didekati dengan cara
memodifikasi dan membentuk kedua aspek tersebut, faktor
masa lalu juga berpengaruh, khususnya dalam perkembangan
kepribadian yang salah sesuai dan juga faktor interaksi sosial
antara individu dengan lingkungannya. Dalam hal ini
pendekatan ribt mengabaikan hal-hal tersebut.
Dalam pendekatan REBT konselor lebih otoritatif terhadap
klient dengan menggunakan teknik-teknik yang bersifat
langsung, persuasif, sugestif, aktif dan logis seperti pemberian
nasehat, terapi kepustakaan, pelaksanaan prinsip-prinsip belajar
konfrontasi langsung (untuk mendorong konseling beranjak
dari bola pikir tidak rasional menjadi rasional).
3) Pendekatan Realita
Pendekatan realitas adalah pendekatan yang bersifat jangka
pendek yang berfokus pada kondisi sekarang, menekankan
pada kekuatan pribadi, menuntut adanya komitmen, membantu
klien untuk mampu membuat perencanaan terhadap hidupnya
dan mendorong individu untuk mengembangkan tingkah laku
yang lebih realistik agar dapat mencapai kesuksesan.
Untuk apanya klien : klien dapat menghilangkan kecanduan
merokok
Cara-cara :
1) Pendekatan kognitif
a) Menggunakan video
Judul video : Ternyata, Cara Berhenti Merokok Tidak
Sesulit Yang Dibayangkan. Di dalam video dijelaskan
“bahaya merokok itu ada beresiko tinggi terkena penyakit
kanker (kanker paru-paru, mulut, pankreas, ginjal dan
kandung kemih) ada juga bahaya merokok terkena darah
tinggi, kolesterol tinggi, influenza, pneumonia dan
osteoporosis. Setelah itu ada beberapa cara untuk
menghentikan perokok aktif.” Link :
https://www.youtube.com/watch?v=XoeNiCTTyRk
 Berdasarkan analisis dari link video tersebut, konselor
dapat membantu klien untuk mengurangi hingga
menghentikan kecanduan merokok, karena di dalam video
tersebut dikasih tahu ada beberapa dampak beresiko tinggi
kalau merokok dan setelah itu diberikan cara-cara untuk
menghentikan merokok.
b) Self hypnosis
Konselor meminta kepada klien untuk sugesti diri sendiri
seperti memilih tempat yang nyaman, atur nafasnya,
bayangkan diri klien ditempat yang senyaman-nyamannya,
gunakan seluruh indra, mulai masukkan sugesti dalam diri
dengan bilang pada diri sendiri “saya bisa berhenti
merokok, saya mau sehat, saya bisa hidup sehat.”
 Berdasarkan analisis self hypnosis konselor dapat
membantu klien untuk mensugesti diri sendiri seperti
mendokrin ke otak bahwa klien bisa berhenti merokok.
2) Pendekatan REBT
a) Membuat tabel untung rugi
No. Untung Rugi
1. Nikmat Menghabiskan uang
2. Puas sesaat Polusi
3. Kecanduan
4. Gangguan kesehatan
b) Membuat aktifitas baru (perilaku baru)
Konselor menyarankan kegiatan yang membuat klien bisa
lupa dengan merokok seperti belajar codding yang bisa
memakan waktu seharian.
c) Olahraga
Konselor menyarankan klien untuk selipkan kegiatan
olahraga dalam 1 hari kurang lebih 30 menit.
 Berdasarkan analisis tabel untung rugi, konselor dapat
membantu klien menyadari bahwa merokok itu lebih
banyak ruginya ketimbang untungnya. Setelah itu
berdasarkan analisis aktifitas baru dann olahraga, konselor
dapat membantu klien untuk terkadang melupakan
merokok dengan menyibukkan klien dengan belajar
codding dan dengan olahraga walaupun olahraga tidak
terlalu minat dari klien tetapi klien bisa menjalaninya
dengan berjalan kaki keliling komplek.
3) Pendekatan realita
Membuat tabel afirmasi

No. Pernyataan

1. Saya bisa mengurangi rokok cukup 3 batang/ hari

2. Saya bisa mengurangi rokok cukup 2 batang/ hari


3. Saya bisa mengurangi rokok cukup 1 batang/ hari

4. Saya bisa menahan diri untuk tidak merokok

5. Saya ingin hidup sehat

 Berdasarkan analisis tabel afirmasi, konselor dapat


membantu klien untuk komitmen dengan diri sendiri agar
bisa hidup sehat.
b) Layanan bimbingan dan konseling
1) Layanan konseling individu
Konselor mengarahkan klien dapat menghilangkan kecanduan
merokok
2) Layanan informasi
Konselor menginformasikan cara-cara menghilangkan
kecanduan merokok
3) Layanan penguasaan konten
Konselor melatih klien dapt menghilangkan kecanduan
merokok

j. Rencana Pelaksanaan Konseling

No. Pertemuan Waktu Pendekatan dan Layanan Kegiatan

Broken Home Cara-cara:


A. Pendekatan
1. Pendekatan Psikoanalisis
1. Pendekatan Psikoanalisis
2. Pendekatan CCT a) Menggali Masa lalu
30
3. Pendekatan realitas Menggali masa lalu klien dengan
1. I menit x
4. Pendekatan REBT melihat foto-foto kenangan Bersama
3
Untuk apanya klien : klien dapat keluarga yang klien milik terutama foto
memiliki keluarga. bersama ayah.

B. Layanan bimbingan dan


konseling b) Menggunakan Video
1. Layanan konseling individual
Judul Video : Menyembuhkan Luka
Konselor mengarahkan klien
Anak Broken Home - Info Behome
dapat berhenti kecanduan film
Ep.2. Dijelaskan di video tersebut
porno
Sebagai seorang anak broken home, kita
2. Layanan informasi
tidak bisa memungkiri bahwa ada
Konselor menginfomasikan cara-
beberapa hal yang berdampak buruk
cara menghilangkan kecanduan
dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu
film porno
dalam bentuk perilaku atau bahkan
3. Layanan penguasaan konten
kondisi mental. Tapi, ingatlah apapun
Konselor melatih klien dapat
yang terjadi, ini semua bukan salahmu.
berhenti kecandaun film porno
Ada banyak cara yang bisa kita coba
untuk mengobati rasa kecewa akibat
perpisahan orang tua. Simak baik-baik
setiap langkah yang bisa dilakukan ya,
selamat berproses untuk kembali
bangkit dan menjalalani kehidupan yang
lebih baik dikemudian hari.
https://www.youtube.com/watch?v=5Z4
-qa_qKrU:

 Berdasarkan analisis dari menggali


masa lalu menggunakan foto orang
tua dan foto keluarga, konselor
dapat membantu klien untuk bisa
melatih pemikirannya yang tadinya
KES-T menjadi KES. Setelah itu
berdasarkan analisis dari link video
tersebut konselor dapat membantu
klien untuk berproses untuk
kembali bangkit dan menjalalani
kehidupan yang lebih baik
dikemudian hari dan memandirikan
diri klien sehingga mampu
menghadapi kehidupan yang lebih
baik dikemudian hari

2. Pendekatan Realitas
a) Menggunakan Cermin
Jadi di sini konselor meminta ke klien
untuk berbicara di depan cermin
berbicara bahwa “diri saya ini berharga,
saya tidak boleh menyerah dalam
kehidupan ini, saya bisa bangkit, dan
saya bisa bertahan dalam situasi ini”.

b) Menggunakan Bermain Peran


Jadi di sini konselor dan klien bermain
peran dalam situasi keluarga nya, yang
dimana dialog nya terdapat 4 karakter,
akan tetapi yang bermain hanya
konselor dan klien nya saja, agar klien
bisa mengatasi emosi nya dalam situasi
tersebut
 Berdasarkan analisis : Berbicara
depan cermin konselor dapat
membantu klien untuk bisa keluar
dari permasalahan yang selama ini
tidak dapat ia hadapi dan
menghargai diri sendiri. Setelah itu
berdasarkan analisis bermain peran
konselor dapat membantu klien
bisa menyadarkan bahwa keadaan
keluarga tidak bisa kita kendalikan
terus dan mencoba untuk
memahami dari sudut pandang
orang tua.

3. Pendekatan CCT

Menggunakan Tabel Afirmasi

 Berdasarkan analisis menggunakan


tabel afirmasi : Pengambilan
keputusan dan berdiskusi konselor
dapat membantu klien untuk
pengambilan keputusan akan tetapi
keputusan ada ditangan klien baik
dan buruknya akan konselor terima
dan untuk berdiskusinya konselor
membantu klien agar dapat
mengambil keputusan yang baik.

4. Pendekatan REBT
Berdiskusi dengan klien untuk harus
bisa mengendalikan diri pada saat
kondisi keluarga sedang tidak baik-baik
saja, namun konselor tidak memaksa
klien untuk selalu bisa memahami
situasi keluarga.

Berdasarkan analisis : Berdiskusi


konselor dapat membantu klien dengan
harus bisa mengendalikan diri nya pada
saat kondisi keluarga sedang tidak baik-
baik saja.

Begadang Cara-cara:
A. Pendekatan 1. Pendekatan Kognitif
1. Pendekatan Kognitif Menggunakan video
2. Pendekatan Behavior Judul video : Berhenti Begadang
3. Pendekatan Realita Mengubah Hidup Gua. Di dalam
video dijelaskan “cara dan alasan
harus berhenti begadang. Ini adalah
Untuk apanya klien : klien dapat
hal yang mengubah hidup, dulu
30 tidur tepat waktu
sering banget begadang dan tidur
2. II menit x
jam 1 pagi, selama dirumah aja, jam
3
B. Layanan Bimbingan dan tidur sangat berantakan tapi nemu

Konseling tips dan cara berhenti begadang.”

1. Layanan konseling individu Link :

Konselor mengarahkan klien https://www.youtube.com/watch?v=

dapat disiplin dalam mengatur VxQ7ORlChu4

tidur.  Berdasarkan analisis dari link


2. Layanan informasi video tersebut, konselor dapat
Konselor memberikan cara-cara membantu klien untuk
untuk merubah diri untuk disiplin mengatasi begadang yang
mengatur waktu tidur. tadinya berfikir bahwa ngga bisa
3. Layanan penguasaan konten tidur cepat tapi pada akhirnya
Konselor melatih klien untuk bisa tidur cepat.
disiplin waktu 2. Pendekatan Behavior
a) membuat jadwal sehari-hari
terutama jam tidur.

b) Memberikan motivasi
Konselor memberikan motivasi
kepada klien agar klien memiliki
komitmen untuk tidak begadang
lagi.
 Berdasarkan analisis membuat
jadwal dan memberikan
motivasi, konselor dapat
membantu klien untuk aktifitas
sehari-hari terutama komitmen
waktu buat tidur klien.
3. Pendekatan Realita
Memberikan tabel afirmasi

 Berdasarkan tabel
afirmasi, konselor dapat
membantu klien dalam
membuat pernyataan
untuk diri sendiri agar
klien bisa hidup lebih baik
dari sekarang.

Kecanduan Merokok Cara-cara :

A. Pendekatan 1. Pendekatan Kognitif


1. Pendekatan Kognitif a) Menggunakan video
2. Pendektan Rational Emotif Judul video : Ternyata, Cara
Behaviour Therapy (REBT) Berhenti Merokok Tidak Sesulit

30 3. Pendekatan Realitas Yang Dibayangkan. Di dalam

menit x video dijelaskan “bahaya


3. III
3 Untuk apanya klien : klien dapat merokok itu ada beresiko tinggi
menghilangkan kecanduan merokok terkena penyakit kanker (kanker
paru-paru, mulut, pankreas, ginjal
B. Layanan Bimbingan dan dan kandung kemih) ada juga
Konseling bahaya merokok terkena darah
1. Layanan konseling individu tinggi, kolesterol tinggi,
Konselor mengarahkan klien influenza, pneumonia dan
dapat menghilangkan kecanduan osteoporosis. Setelah itu ada
merokok beberapa cara untuk
2. Layanan informasi menghentikan perokok aktif.”
Konselor menginformasikan cara- Link :
cara menghilangkan kecanduan https://www.youtube.com/watch?
merokok v=XoeNiCTTyRk
3. Layanan penguasaan konten  Berdasarkan analisis dari link
Konselor melatih klien dapt video tersebut, konselor dapat
menghilangkan kecanduan membantu klien untuk
merokok mengurangi hingga
menghentikan kecanduan
merokok, karena di dalam
video tersebut dikasih tahu ada
beberapa dampak beresiko
tinggi kalau merokok dan
setelah itu diberikan cara-cara
untuk menghentikan merokok.
b) Self hypnosis
Konselor meminta kepada klien
untuk sugesti diri sendiri seperti
memilih tempat yang nyaman,
atur nafasnya, bayangkan diri
klien ditempat yang senyaman-
nyamannya, gunakan seluruh
indra, mulai masukkan sugesti
dalam diri dengan bilang pada
diri sendiri “saya bisa berhenti
merokok, saya mau sehat, saya
bisa hidup sehat.”
 Berdasarkan analisis self
hypnosis konselor dapat
membantu klien untuk
mensugesti diri sendiri
seperti mendokrin ke otak
bahwa klien bisa berhenti
merokok.
2. Pendektan Rational Emotif
Behaviour Therapy (REBT)
a) membuat tabel unutng rugi

b) membuat aktifitas baru (perilaku


baru)
Konselor menyarankan kegiatan
yang membuat klien bisa lupa
dengan merokok seperti belajar
codding yang bisa memakan waktu
seharian.
c) olahraga
Konselor menyarankan klien
untuk selipkan kegiatan olahraga
dalam 1 hari kurang lebih 30
menit.
 Berdasarkan analisis tabel
untung rugi, konselor dapat
membantu klien menyadari
bahwa merokok itu lebih banyak
ruginya ketimbang untungnya.
Setelah itu berdasarkan analisis
aktifitas baru dann olahraga,
konselor dapat membantu klien
untuk terkadang melupakan
merokok dengan menyibukkan
klien dengan belajar codding
dan dengan olahraga walaupun
olahraga tidak terlalu minat dari
klien tetapi klien bisa
menjalaninya dengan berjalan
kaki keliling komplek.
3. Pendekatan Realitas
Membaut tabel afirmasi

 Berdasarkan analisis tabel


afirmasi, konselor dapat
membantu klien untuk
komitmen dengan diri sendiri
agar bisa hidup sehat.

k. Laporan Pelaksanaan Konseling


No. Tanggal Waktu Yang dilakukan konselor Respon Klien Keterangan
22 November 09.00- 1. Konselor melakukan Klien merespon Ketika klien merasa tidak
1. konseling individu
2022 11.30 dengan baik. tahan dengan keadaan
dengan tahapan
konseling individu. Walaupun awal keluarga nya, maka klien
mulanya dikira akan berdiam diri di teras
2. Konselor mengarahkan
klien untuk dapat merasa klien konselor rumah atau luar rumah
diri nya berharga sejenak untuk
bercanda dengan
menenangkan pikirannya
3. Mengupas masalah Klien melakukan sendiri
dengan menanyakan konseling. Akan
Lebih detail terkait
tetapi ketika
sebab-sebab broken
home konselor memulai
pendekatan
4. Konselor
menginformasikan dengan cara
mengenai cara-cara mengupas
memiliki keluarga
permasalahannya
5. Konselor dan klien secara lembut dan
membahas cara-cara santi klien sudah
yang sudah diberikan
bagaimana nanti klien bisa mulai serius
mejalankannya. dan terbuka.

6. Konselor menyimpulkan
kegiatan konseling
23 November 09.00- 1. Konselor melakukan Klien merespon Ketika klien merasa
2022 10.30 konseling individu dengan dengan sangat dirinya susah utnuk
tahapan konseling baik dan antusias tidur dengan cepat
individu. karena di ketika sudah waktunya
2. Konselor mengarahkan pertemuan jam tidur. Tapi konselor
2. klien untuk dapat tidak sebemlunya memberikan tips untuk
begadang. ternyata klien bisa bisa tidur dan motivasi
3. Mengupas masalah klien menahan diri atas semangat untuk bisa
secara bersama-sama hasratnya. berhenti begadang.
dengan konsep berfikir Sekarang klien
yang logis. ingin konselor
4. Konselor membantu untuk
menginformasikan berhenti
menganai cara-cara begadang.
berhenti begadang.
5. Konselor membahas
dengan klien terkait cara-
cara berhenti begadang.
6. Kosnelor menyimpulkan
kegiatan konseling yang
telah dilakukan.
24 November 09.00- 1. Konselor melakukan Klien merespon Ketika klien merasa
2022 10.30 konseling individu dengan dengan baik dan dirinya tidak tahan
tahapan konseling sangat antusias. untuk berhenti merokok
individu. Walaupun dikarenakan katanya
2. Konselor mengarahkan awalnya klien rasa asam dimulut
klien untuk dapat tidak ragu karena selalu mengganggu
merokok. kecanduan ketika tidak merokok.
3. Mengupas masalah klien merokok sudah Tapi konselor
secara bersama-sama parah tapi klien memberikan motivasi
3. dengan konsep berfikir tetap optimis dan juga semangat agar
yang logis. untuk bisa klien dapat berhenti
4. Konselor mengurangi dan merhenti merokok.
menginformasikan berhenti merokok.
menganai cara-cara
berhenti merokok.
5. Konselor membahas
dengan klien terkait cara-
cara berhenti merokok
6. Kosnelor menyimpulkan
kegiatan konseling yang
telah dilakukan.

l. Evaluasi Konseling
1. Tanggal 22 November 2022
Pada pertemuan pertama, konselor membantu permasalahan
dalam konteks “broken home”. Disini Layanan yang digunakan
konseling individu, informasi, dan penguasaan konten, dengan cara
menggali masa lalu menggunakan video atau foto, lalu konselor
menggunakan pendekatan realitas dengan menggunakan cermin atau
bermain peran, selanjutnya penggunaan tabel afirmasi untuk membuat
keputusan melalui pendekatan CCT, terakhir penggunaan pendekatan
REBT untuk berdiskusi dengan klien untuk harus bisa mengendalikan
diri pada saat kondisi keluarga sedang tidak baik-baik saja, namun
konselor tidak memaksa klien untuk selalu bisa memahami situasi
keluarga.
2. Tanggal 23 November 2022
Pada pertemuan kedua konselor membahas permasalahan klien
mengenai begadang. Kemudian konselor mengarahkan klien untuk
dapat merubah pemikiran yang membuat dirinya suka begadang.
Selanjutnya konselor memberikan layanan informasi mengenai
dampak dari begadang pada saat keinginan itu muncul pada dirinya,
agar klien bisa mengendalikan persaaan yang membuatnya terus
menerus begadnag. Serta konselor memberikan layanan penguasaan
konten untuk dapat mengurangi hingga mengberhenti begadang.
Ketiga layanan tersebut menggunakan pendekatan kognitif, REBT dan
Realita. Klien merespon dengan baik dan antusias karena pertemuan
sebelumnya klien merasa bisa mengurangi intensitas kecanduannya.
Lalu konselor memberikan informasi bagaimana cara berhenti
begadang tersebut, kemudian konselor dan klien membahasnya secara
bersamaan dengan klien. Dari hal tersebut klien mulai mencoba tidur
cepat dan tidak begadang.
3. Tanggal 24 November 2022
Pada hari teakhir konselor memberikan layanan individu
dimana konselor membahas permasalahan klien mengenai kecanduan
merokok. Kemudian konselor mengarahkan klien untuk dapat
merubah pemikiran yang membuat dirinya merasa kecanduan
merokok. Selanjutnya konselor memberikan layanan informasi
mengenai dampak dari kecanduan merokok pada saat keinginan itu
muncul pada dirinya, agar klien bisa mengendalikan persaan yang
membuatnya terus menerus kecanduan merokok. Serta konselor
memberikan layanan penguasaan konten untuk dapat mengurangi
hingga menghilangkan kecanduan merokok. Ketiga layanan tersebut
menggunakan pendekatan kognitif, REBT dan realitas. Klien
merespon dengan baik dan antusias karena pertemuan sebelumnya
klien bisa tidur dengan cepat dan mulai mengurangi begedang. Lalu
konselor memberikan informasi bagaimana cara berhenti begadang
tersebut, kemudian konselor dan klien membahasnya secara
bersamaan dengan klien. Dari hal tersebut klien selalu mencoba
menahan perasaan ingin merokok.

m. Rekomendasi dan Tindak Lanjut

1. Rekomendasi
a) Klien mulai terbiasa menanggapi respon dari keluarga nya (+)
b) Klien sudah menerapkan cara-cara yang telah diberikan konselor.
(+)
c) Klien mulai bisa berhenti begadang. (+)
d) Klien sudah mulai terbiasa tidur cepat. (+)
e) Klien mampu mengurangi hingga berhenti merokok. (+)
f) Klien sudah bisa hidup tanpa merokok. (+)
2. Tindak Lanjut
Karena klien sudah ada perubahan yang positif maka tidak ada
tindak lanjut, untu itu konsleior hanya akan melakukan pemantauan-
pemantauan saja.

C. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL


Jangan pernah mengucilkan siapapun, bahkan anak pemulih sekalipun
yang harus kita lakukan dengan merangkul mereka agar merekatidak merasa
bahwa hidupnya tidak sebahagia anak-anak yang lain, dan tidak ada alasan
untuk mendiskriminasikan seorang yang broken home dikarenakan akar
masalah dari semua permasalahan klien ini. Dikarenakan hanya dari broken
home itu bisa mengubah personal seseorang, dan jangan pernah anggap remeh
sebuah masalah yang dihadapi seseorang.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Kecanduan adalah suatu kondisi yang membuat sesorang
kehilangan kontrol terhadap suatu hal. Biasanya hal ini merujuk pada rasa
suka yang telalu dan didorong oleh keinginan kuat atau kegemaran
terhadap suatu hal. Seseorang yang mengalami kecanduan biasanya tidak
akan memiliki kendali atas apa yang ia lakukan, konsumsi atau gunakan.

2. Saran
Kecanduan merupakan kondisi yang bisa membuat seseorang kehilangan
kontrol. Dengan begitu kecanduan bis akita atasi dengan percaya pada diri
sendiri. Bisa membawa ke arah positif dan lebih bisa mengendalikan diri
dengan baik. Penting orang tua untuk dapat mengawasi anak-anaknya
dalam penggunaan gadget dan alat elektronik lainnya. Pentingnya kondisi
rumah buat orang tua juga jika ingin berhubungan lihat kondisi anak ada
dirumah atau sudah tertidur pulas atau belum. Maka dari itu tinggal diri
kita sendiri yang berkeinginan hidup sehat atau hidup dalam kecanduan
DAFTAR PUSTAKA
Alodokter.com. 9 Cara Berhenti Merokok yang Ampuh. Diakses pada 16 Oktober
2022, dari https://www.alodokter.com/bahas-satu-satu-cara-berhenti-merokok.
Bab II Kajian Teori Perilaku Merokok. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri
Malang. Diakses pada 16 Oktober 2022, dari http://etheses.uin-
malang.ac.id/1203/6/08410174_Bab_2.pdf
Docdoc.com. Apa Itu Terapi Tingkah Laku: Gambaran Umum, Keuntungan dan
Hasil yang Diharapkan. Diakses pada 16 Oktober 2022, dari
https://www.docdoc.com/id/info/procedure/terapi-perilaku.
Indriani, Firawati dan Rahmah Winnit M. 20218. Pendekatan Konseling Behavioral
Untuk Mengurangi Perilaku Prokrastinasi Pada Siswa SMA. Vol. 1, No. 4.
Diakses pada 16 Oktober 2022, dari
https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/fokus/article/download/485/1485#:
~:text=Monica%20%26%20Gani%20(2016)%20mengemukakan,teknik%2Dtek
nik%20yang%20berorientasi%20tindakan.
Konseling Kelompok Dalam Mengatasi Begadang Remaja Awal DI Kampung
Karanganyar. Skripsi. Karanganyar. Diakses pada 16 Oktober 2022, dari
http://repository.uinbanten.ac.id/5741/3/BAB%20I.pdf.
Kuntoro, Aruma Try. Bab II Begadang Bagi Kesehatan Tubuh. Diakses pada 16
Oktober 2022, dari
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/505/8/UNIKOM_Aruma%20Try%20Kunt
oro_11.%20BAB%20II.pdf.

Sardi, S., Budianto, B., Pranata, J., & Suryanti, S. (2021). Penerapan Konseling
Realita dan Mindfulness Untuk Mengatasi Kenakalan Remaja Pada Siswa
Broken Home. Jurnal HUMMANSI (Humaniora, Manajemen,
Akuntansi), 4(1), 48-59.
Dinda, A. P. W. (2022). LAYANAN BIMBINGAN INDIVIDU DALAM
MENINGKATKAN SELF CONTROL PADA ANAK BROKEN HOME DI
SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG (Doctoral dissertation, UIN
RADEN INTAN LAMPUNG).
Ermayani, N., & Marleni, L. (2021). Analisis Perbedaan Belajar Terhadap Siswa
yang Berasal Dari Keluarga Broken Home. Jurnal Pendidikan dan
Konseling (JPDK), 3(1), 110-116.
Alex Sobur, Komunikasi Orang tua dan Anak, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 14.
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, t.th.), h. 216
Zahrani, D. A. (2022). Bahaya Begadang Terhadap Kesehatan Masyarakat. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala, 4(1), 7-12.
Putra, N. Y. P., Tania, M., Iklima, N., & Maulana, D. L. (2017). Perancangan
Infografis Tentang Dampak Kebiasaan Begadang Terhadap Pola Tidur Sehat
Bagi Remaja. Jurnal Sketsa, 4(2).

Nurjannah, S. (2018). Kesehatan Mental Anak Keluarga Broken Home (Studi Kasus
Siswa X Di Sekolah SMA N 1 TANJUNG TIRAM (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).

Anda mungkin juga menyukai