Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ARTIKEL

Efek Psikologis Keluarga Broken Home pada Anak

Dosen Pengampu :
Nurhayati, S.ST., M.Si

Disusun Oleh :
Akmal Fiqhi Ranu Mahendra (0801213130)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023

1
ARTIKEL

Dampak Keluarga Broken Home


terhadap Psikologis Anak

Abstrak

Tujuan penelitian adalah untuk memastikan bagaimana rumah yang hancur


mempengaruhi perilaku sosial anak-anak. Metodologi penelitian kualitatif digunakan untuk
melaksanakan penelitian ini. Distribusi pertanyaan mewakili teknik set statistik yang
digunakan dalam ulasan ini. Menurut temuan penelitian, anak-anak menunjukkan berbagai
karakteristik sosial, seperti cenderung terkena penyakit mental, membenci kedua orang tua,
mudah mengambil pengaruh negatif dari lingkungan mereka, menganggap hidup sebagai
buang-buang waktu, dan sulit bergaul. dan masalah moral. Ada banyak perilaku sosial yang
sangat dipengaruhi oleh keluarga yang hancur, yang berarti bahwa mereka rentan terhadap
efek negatif dari tempat tinggal dan dilema etika.
Kata kunci : Efek keluarga, Broken Home

PENDAHULUAN

Potensi bertindak sosial ingin dimiliki sejak dini sebagai dasar peningkatan potensi
anak untuk berhubungan dengan lingkungannya secara ekstra luas. Ketidakmampuan remaja
untuk bertindak secara sosial seperti yang diramalkan melalui lingkungannya dapat
mengakibatkan remaja terasing dari lingkungannya, tidak lagi membentuk rasa percaya diri,
keluar dari lingkungannya, dan sebagainya. Rumah tangga yang hancur bisa dikatakan
sebagai kekacauan di lingkungan kerabat sendiri. Rumah tangga yang hancur berasal dari
frasa yang khusus hancur dan rumah tangga. Hancur berasal dari kata kehancuran karena
retakan itu, sedangkan cara rumah tangga atau rumah tangga. Kamus Besar Bahasa Indonesia
mendefinisikan tempat tinggal yang hancur sebagai terputusnya hubungan keluarga sendiri.
Rumah tangga yang hancur juga dapat didefinisikan sebagai situasi keluarga sendiri, yang
tidak selalu damai dan sepertinya bukan keluarga yang damai lagi, bebas kekerasan dan
karena ada keributan dan pertikaian yang menimbulkan perkelahian dan berujung pada
perpisahan. Faktanya, anak dengan rumah hancur bukanlah anak-anak dari orang tua yang
bercerai, tetapi juga anak dari keluarga tidak utuh atau tidak harmonis.

2
METODE

Metodologi penelitian kualitatif digunakan untuk melaksanakan penelitian ini. Strategi


pengumpulan statistik yang dipakai dalam penilaian ini diwujudkan dalam bentuk penyebaran
kuesioner. Data terkumpul untuk membantu penelitian ini. Data pada tampilan ini berupa pengaruh
yang muncul pada kelompok yang menikmati keluarga rumah tangga yang hancur. Data tersebut tentu
saja data yang diterima dari orang-orang yang menjadi topik penelitian dengan bantuan penyebaran
kuesioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Temuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara kasar isu-isu yang terkait
dengan pengaruh broken home family terhadap psikologi anak.

Kardawati mengklaim bahwa faktor-faktor berikut berkontribusi pada pembentukan


keluarga rumah yang retak:

a. Orang tua yang telah bercerai

Keberadaan suami istri yang tidak terinfeksi kasih sayang ditunjukkan dengan perpisahan;
Hal ini menunjukkan bahwa norma-norma pernikahan yang telah dibentuk secara kolektif
telah gagal dan tidak mampu menjunjung tinggi kesempurnaan kehidupan keluarga yang
bahagia. Perkembangan mental anak mungkin menderita jika ibu dan ayah mereka bercerai.
Ini sesuai dengan penilaian Moh. Menurut Shochib, perceraian dan perpisahan dapat
menghambat kemampuan anak untuk mengembangkan karakternya.

Faktor-Faktor Terjadinya Broken home :

a. Keadaan Finansial

Kesanggupan finansial yang mendobrak lingkungan kerabat sendiri dapat berdampak


buruk bagi kelangsungan hidup keluarga. Keinginan hidup yang terlalu tinggi, biaya kuliah
anak yang harus dipenuhi, dan keinginan yang lain juga sudah tidak terlalu penting lagi untuk
dipenuhi, sehingga setiap orang akan terus berusaha untuk mencapai tujuan itu. Ada banyak
motivasi bagi seseorang untuk ingin mengambil jalan pintas dalam situasi yang tidak pasti
seperti itu.

3
b. Pengaruh Wanita Impian Lainnya

Romansa tak terkendali dari pasangan dengan wanita lain atau seorang gadis dengan pria
lain kadang-kadang mungkin menjadi penyebab hancurnya kehidupan rumah tangga.
Fenomena ini terjadi di kota-kota besar karena suami istri dekat dengan rekan kerjanya, yang
pada akhirnya saling menyukai dan mencintai. Dalam keadaan ini, pasangan kadang-kadang
akan mencari faktor-faktor yang akan membuat keberadaan keluarga yang berkelanjutan
mengakibatkan perceraian.

1. Orang yang mengalami broken home mungkin mengalami sejumlah dampak negatif,
seperti:
a) Academic Issue, orang yang dengan broken home cenderung lamban dengan studi
mereka, kurang motivasi, dan tidak lagi melakukannya dengan baik.
b) Behavioral Problem, mereka mulai berdebat, bertindak kasar atau acuh tak acuh,
mengembangkan kebiasaan buruk seperti merokok, minum, berjudi, dan bergegas ke
rumah kupu-kupu malam.
c) Sexual difficulty, di mana kebutuhan nafsu berusaha dipenuhi untuk mengurangi
tekanan kasih sayang.
d) Spiritual trouble, mereka kehilangan representasi Bapa, menjadikan dewa, pendeta,
dan makhluk spiritual lainnya hanya alat peraga dalam pertunjukan kemunafikan.

Anak dari rumah tangga yang rusak biasanya menunjukkan sikap yang berbeda dari anak
lain yang memiliki keluarga , menurut pengamatan. Varians ini termasuk diam, keras kepala,
pendiam, atau bahkan tidak mematuhi orang tua mereka. Hal ini dikarenakan oleh fakta
bahwa anak dari keluarga disfungsional tidak lagi menerima cinta dan perawatan yang
memadai dari orang tua mereka. Dari hasil kuesioner yang dibagikan berjumlah 4 orang,
terdapat 2 orang yang memiliki keluarga broken home dan 2 orang tidak berkeluarga broken
home.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan ada berbagai penyebab tentang Efek Broken
home Keluarga terhadap Psikologis Anak yaitu :

1) Bermasalah dengan akhlak

4
2) Rentan terhadap penyakit psikis
3) Menimbulkan tantangan bagi kedua orang tua
4) Mudah memperoleh dampak negatif lingkungan
5) Kontemplasi kesia-siaan eksistensi
6) Kepribadian yang berkompromi

SIMPULAN

Menurut penelitian yang dijelaskan di atas, beberapa efek psikologis dari rumah
tangga yang hancur pada kaum muda termasuk kecenderungan gangguan mental, tantangan
bagi orang tua, kemampuan yang mudah untuk mengalami efek negatif dari lingkungan
mereka, keyakinan bahwa hidup tidak ada gunanya, kesulitan bergaul dengan orang lain, dan
masalah dengan moral..

Tetapi, banyak dari kegiatan sosial para pemuda ini menonjol, dan sangat mudah
untuk memperoleh dampak negatif dari sekitar pergaulan rumah dan masalah etika. Anak
mudah terpengaruh secara negatif oleh lingkungannya karena situasi tempat tinggal dan
keluarga itu sendiri tidak lagi dalam keadaan yang nyaman dan hangat. Akibatnya, anak itu
mencari hiburan dari luar dan menjadi mudah termotivasi oleh ikatan lingkungan. Selain itu,
karena tidak adanya perawatan dan pengasuhan orang tua, perilaku anak-anak dari rumah
yang rusak cenderung tidak sopan dan keras kepala, terutama bagi mereka yang memiliki
masalah moral.

5
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 2008), h.593

John M. Echols, & Hasan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama, 2008) h.81.

Kardawati, Dampak Broken Home. (http://Sumber, blogspot. Com)Diakses tgl 29 Mei 2014.

Moh. Shohib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h.20

Yogawima, Dampak Broken Home, ( blogspot.com/dampak-brokenhome/html) di akses


tanggal, 21 Agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai