Dosen Pengampu :
Nurhayati, S.ST., M.Si
Disusun Oleh :
Akmal Fiqhi Ranu Mahendra (0801213130)
1
ARTIKEL
Abstrak
PENDAHULUAN
Potensi bertindak sosial ingin dimiliki sejak dini sebagai dasar peningkatan potensi
anak untuk berhubungan dengan lingkungannya secara ekstra luas. Ketidakmampuan remaja
untuk bertindak secara sosial seperti yang diramalkan melalui lingkungannya dapat
mengakibatkan remaja terasing dari lingkungannya, tidak lagi membentuk rasa percaya diri,
keluar dari lingkungannya, dan sebagainya. Rumah tangga yang hancur bisa dikatakan
sebagai kekacauan di lingkungan kerabat sendiri. Rumah tangga yang hancur berasal dari
frasa yang khusus hancur dan rumah tangga. Hancur berasal dari kata kehancuran karena
retakan itu, sedangkan cara rumah tangga atau rumah tangga. Kamus Besar Bahasa Indonesia
mendefinisikan tempat tinggal yang hancur sebagai terputusnya hubungan keluarga sendiri.
Rumah tangga yang hancur juga dapat didefinisikan sebagai situasi keluarga sendiri, yang
tidak selalu damai dan sepertinya bukan keluarga yang damai lagi, bebas kekerasan dan
karena ada keributan dan pertikaian yang menimbulkan perkelahian dan berujung pada
perpisahan. Faktanya, anak dengan rumah hancur bukanlah anak-anak dari orang tua yang
bercerai, tetapi juga anak dari keluarga tidak utuh atau tidak harmonis.
2
METODE
Temuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara kasar isu-isu yang terkait
dengan pengaruh broken home family terhadap psikologi anak.
Keberadaan suami istri yang tidak terinfeksi kasih sayang ditunjukkan dengan perpisahan;
Hal ini menunjukkan bahwa norma-norma pernikahan yang telah dibentuk secara kolektif
telah gagal dan tidak mampu menjunjung tinggi kesempurnaan kehidupan keluarga yang
bahagia. Perkembangan mental anak mungkin menderita jika ibu dan ayah mereka bercerai.
Ini sesuai dengan penilaian Moh. Menurut Shochib, perceraian dan perpisahan dapat
menghambat kemampuan anak untuk mengembangkan karakternya.
a. Keadaan Finansial
3
b. Pengaruh Wanita Impian Lainnya
Romansa tak terkendali dari pasangan dengan wanita lain atau seorang gadis dengan pria
lain kadang-kadang mungkin menjadi penyebab hancurnya kehidupan rumah tangga.
Fenomena ini terjadi di kota-kota besar karena suami istri dekat dengan rekan kerjanya, yang
pada akhirnya saling menyukai dan mencintai. Dalam keadaan ini, pasangan kadang-kadang
akan mencari faktor-faktor yang akan membuat keberadaan keluarga yang berkelanjutan
mengakibatkan perceraian.
1. Orang yang mengalami broken home mungkin mengalami sejumlah dampak negatif,
seperti:
a) Academic Issue, orang yang dengan broken home cenderung lamban dengan studi
mereka, kurang motivasi, dan tidak lagi melakukannya dengan baik.
b) Behavioral Problem, mereka mulai berdebat, bertindak kasar atau acuh tak acuh,
mengembangkan kebiasaan buruk seperti merokok, minum, berjudi, dan bergegas ke
rumah kupu-kupu malam.
c) Sexual difficulty, di mana kebutuhan nafsu berusaha dipenuhi untuk mengurangi
tekanan kasih sayang.
d) Spiritual trouble, mereka kehilangan representasi Bapa, menjadikan dewa, pendeta,
dan makhluk spiritual lainnya hanya alat peraga dalam pertunjukan kemunafikan.
Anak dari rumah tangga yang rusak biasanya menunjukkan sikap yang berbeda dari anak
lain yang memiliki keluarga , menurut pengamatan. Varians ini termasuk diam, keras kepala,
pendiam, atau bahkan tidak mematuhi orang tua mereka. Hal ini dikarenakan oleh fakta
bahwa anak dari keluarga disfungsional tidak lagi menerima cinta dan perawatan yang
memadai dari orang tua mereka. Dari hasil kuesioner yang dibagikan berjumlah 4 orang,
terdapat 2 orang yang memiliki keluarga broken home dan 2 orang tidak berkeluarga broken
home.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan ada berbagai penyebab tentang Efek Broken
home Keluarga terhadap Psikologis Anak yaitu :
4
2) Rentan terhadap penyakit psikis
3) Menimbulkan tantangan bagi kedua orang tua
4) Mudah memperoleh dampak negatif lingkungan
5) Kontemplasi kesia-siaan eksistensi
6) Kepribadian yang berkompromi
SIMPULAN
Menurut penelitian yang dijelaskan di atas, beberapa efek psikologis dari rumah
tangga yang hancur pada kaum muda termasuk kecenderungan gangguan mental, tantangan
bagi orang tua, kemampuan yang mudah untuk mengalami efek negatif dari lingkungan
mereka, keyakinan bahwa hidup tidak ada gunanya, kesulitan bergaul dengan orang lain, dan
masalah dengan moral..
Tetapi, banyak dari kegiatan sosial para pemuda ini menonjol, dan sangat mudah
untuk memperoleh dampak negatif dari sekitar pergaulan rumah dan masalah etika. Anak
mudah terpengaruh secara negatif oleh lingkungannya karena situasi tempat tinggal dan
keluarga itu sendiri tidak lagi dalam keadaan yang nyaman dan hangat. Akibatnya, anak itu
mencari hiburan dari luar dan menjadi mudah termotivasi oleh ikatan lingkungan. Selain itu,
karena tidak adanya perawatan dan pengasuhan orang tua, perilaku anak-anak dari rumah
yang rusak cenderung tidak sopan dan keras kepala, terutama bagi mereka yang memiliki
masalah moral.
5
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 2008), h.593
John M. Echols, & Hasan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama, 2008) h.81.
Kardawati, Dampak Broken Home. (http://Sumber, blogspot. Com)Diakses tgl 29 Mei 2014.
Moh. Shohib, Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h.20