Anda di halaman 1dari 5

Peran Penting Guru Bimbingan Konseling Bagi Siswa Broken Home

Arwa Wad'hah Nadaa (23010014306)

arwa.23306@mhs.unesa.ac.id

Program Studi S1 Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan guru bimbingan dan konseling dalam
membina dan membimbing siswa broken home di sekolah. Siswa yang satu dengan yang lain itu berbeda. Tidak semua
siswa dilahirkan dalam keluarga yang sempurna; beberapa dari mereka juga dilahirkan dalam keluarga broken home
karena perceraian orang tua. Percerain orang tua merupakan beban tersendiri bagi seorang siswa, yang bisa berdampak
pada kesehatan mental mereka.Sikap orang tua yang bercerai baik itu sebelum, saat maupun setelah bercerai sangat
mempengaruhi pandangan siswa terhadap perceraian orang tuanya, Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian
siswa broken home cenderung berperilaku negatif di lingkungan sekolah, terutama dalam hal pengendalian emosi. Oleh
karena itu, peranan guru bimbingan dan konseling sangat penting untuk memperhatikan, meyakinkan dan berempati
terhadap perkembangan siswa broken home agar dapat mengontrol diri sendiri dari pengaruh hal negatif agar siswa
broken home ini bisa menjadikan guru bimbingan konseling sebagai rumah kedua atau pelarian supaya siswa ini tidak
terjerumus pada pelarian yang salah.

Kata kunci : Siswa, broken home, perceraian, negatif, guru bimbingan dan konseling

Abstract

This article is made with the aim of knowing how much the role of guidance and counseling teachers in fostering and
guiding broken home students at school. Students are different from one another. Not all students are born into perfect
families; some of them are also born into broken homes due to parental divorce. The attitude of divorced parents both
before, during and after divorce greatly affects students' views on their parents' divorce. Some studies show that some
broken home students tend to behave negatively in the school environment, especially in terms of emotional control.
Therefore, the role of guidance and counseling teachers is very important to pay attention, convince and empathize with
the development of broken home students so that they can control themselves from the influence of negative things so
that these broken home students can make counseling guidance teachers as a second home or escape so that these
students do not fall into the wrong escape.

Keywords: Students, broken home, divorce, negative, guidance and counseling teachers
PENDAHULUAN

Sejatinya siswa adalah seorang anak yang sedang menimba ilmu untuk menambah pengetahuan, pengalaman,
dan relasi guna meningkatkan taraf hidupnya. Karena siswa juga seorang anak maka siswa juga berhak diasuh dalam
keluarga yang penuh kasih sayang dan lengkap yang terdiri dari ayah dan ibu. Tapi, keadaan di lapangan menunjukkan
tidak semua anak mendapat kasih sayang penuh dari orang tuanya karena berbagai alasan yang biasa disebut dengan
Broken home. Istilah broken home ini digunakan untuk menggambarkan keadaan keluarga yang tidak harmonis karena
sikap orang tua yang tidak peduli pada kondisi keluarga, anak tidak lagi mendapat perhatian, baik mengenai
permasalahan di rumah, sekolah, maupun perkembangan sosial anak terhadap lingkungan sekitarnya. (Sofyan dan
Willis, 2008). Broken home juga berkaitan dengan perceraian orang tua dengan jalan yang kurang baik, kekerasan dalam
rumah tangga serta yang lainnya(Sardi dan lainnya, 2021; Kartini dan lainnya,2019).

Pada kasus broken home yang berkaitan dengan perceraian mempunyai latar belakang dan keadaan yang
berbeda hingga dampak pada siswa juga berbeda. Tapi pada umumnya dampak ini akan bisa terdeteksi dari tingkah laku
siswa di sekolahnya. Seperti yang diungkapkan Pratama, Syahniar, dan Karneli, penelitian lain memberi bukti bahwa
anak korban broken home ini menunjukkan sifat agresif(2016). Prestasi belajar juga menurun (Guntilang, Ngiu dan
Puluhulawa, 2018). Willis mengatakan anak broken home bisa mengalami gangguan emosional dan neurotik(2011).

Ketika menghadapi siswa yang berasal dari situasi keluarga broken home, penting bagi sekolah untuk
memberikan dukungan dan pendampingan kepada siswa, baik secara akademis maupun emosional dan sosial. Selain itu,
perlu juga melibatkan orang tua atau wali siswa dalam upaya membantu siswa mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh
keadaan keluarga ini. Salah satu cara yang bisa dilakukan sekolah adalah melalui Bimbingan dan Konseling. Guru BK
bisa menjadi jalan mengatasi permasalahan anak broken home dengan cara membantu siswa memahami keadaan
dirinya, membanru siswa menenangkan pikirannya, mengarahkan siswa broken home menuju cita-cita yang dimiliki
dengan potensi dirinya.

Guru BK juga bisa melaksanakan pendekatan secara individual guna mengetahui permasalahan yang sedang
dihadapi siswa broken home, memberi saran untuk menyelesaikan masalah itu dan agar tidak menjadi penyebab
turunnya prestasi belajar (Muhibbin Syah,1995). Guru BK bisa memotivasi kecerdasan emosional (Safitri, Lubis &
Lubis, 2018), menangani kenakalan remaja (Rofiqah & Sitepu, 2019), meningkatkan motivasi belajar (Sari, 2017),
membimbing perilaku yang baik (Dewi, 2020).

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan ini bisa diketahui bahwa rumusan masalah pada artikel kali
ini adalah:

1. Apa itu broken home,

2. Bagaimana perilaku siswa broken home,

3. Bagaimana peranan guru BK dalam menangani siswa broken home.


METODE PENELITIAN

Penulisan artikel ini menggunakan metode deskriptif yang mendeskripsikan memgenai broken home dan
peranan guru bk bagi siswa broken home. Metode ini diterapkan dengan studi literatur yang dilakukan dengan
mengumpulkan data pustaka dan referensi dari jurnal, artikel, dan buku yang berhubungan dengan bimbingan konseling
dan broken home. Studi literatur ini dipilih karena sangat membantu dalam mencari teori-teori yang relevan dengan
peranan bk bagi siswa broken home dan teotri ini dapat dipertanggungjawabkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Broken Home

Prasetyo mengungkapkan bahwa broken home berasal dari dua kata yakni broken yang artinya kehancuran dan
home yang artinya rumah, jadi arti broken home adalah kehancuran rumah tangga karena suami istri beda pendapat
(2009). Menurut Ahmadi keluarga broken home meruakan keluarga yang orang tuanya tidak ada salah satu atau
keduanya (2009). Broken home juga ditandai dengan perceraian atau memiliki orang tua tunggal (Ikawati).

Fahlevi mngatakan bahwa broken home adalah keadaan tidak harmonis antara Ayah dan Ibu (2016). Echlos
mengungkapkan bahwa broken merupakan keluarga yang retak (200:80). Artinya broken home adalah kondisi dimana
perhatian dan kasih sayang orang tua sudah tidak bisa ditemukan lagi/menghilang yang disebabkan oleh beberapa faktor
seperti perceraian dan hal lainnya. Willis berpendapat bahwa broken home ini disebabkan oleh 2 faktor :1. Perceraian
orang tua atau meninggalnya orang tua, 2. Keluarga yang tidak utuh karena orang tua jarang dirumah, suka bertengkar
yang membentuk keluarga tidak sehat secara psikologis.

Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa Broken Home adalah retaknya sebuah keluarga yang
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perceraian atau kematian, suami istri tidak harmonis dan yang menjadi
korban adalah anaknya.

Dampak Broken Home

Menurut Pebrilian (2015), dampak bagi orang yang mengalami broken home adalah sebagai berikut:

a. Masalah akademik (contoh: malas belajar dan prestasi menurun)


b. Masalah prilaku (bersifat kasar, tidak peduli pada orang lain, suka berjudi, dll)
c. Masalah seksual (menutupi kekurangan kasih sayang dengan melakukan seks bebas)
d. Masalah spiritual (tidak berpegang teguh pada agama, melaksanakan hal-hal yang dilarang agama, kurang
memahami arti agama,dll)

Dampak pada psikologis:


a. Hatinya merasa hancur
b. Hubungan dengan orang lain akan rusak (merasa tidak perlu menghargai orang lain)
c. Kehilangan nilai hidup yang benar

Pengaruh broken home pada perkembangan:

a. Perkembangan Emosi (Menjadi pemurung, agresif dan haus perhatian, emosi tidak stabil, menjadi orang yang
tertutup, pesimis
b. Perkembangan Sosialisasi (Sulit bergaul, sulit beradaptasi dengan lingkungan, minder)
c. Perkembangan Kepribadian (Depresi, nakal)

Siswa Broken Home

Sikap yang paling sering terlihat menonjol pada anak broken home adalah sifat emosional dan agresif, sifat ini
bisa saja muncul karena pengalaman atau menyaksikan langsung kekerasan yang terjadi di sekitar siswa broken home
baik itu kekerasan secara fisik maupun perkataan. Sifat agresif juga bisa muncul karena rasa cemas, kecewa dan
kesepian yang dirasakan olehnya.

Ada juga sebagian siswa broken home ini selalu merasa tidak pernah mendapat perhatian dari orang sekitanya
hingga nekat menyakiti dirinya sendiri dengan cara-cara seperti melukai tangannya dengan cutter dan lain sebagainya.
Kebanyakan dari siswa broken akan mengalami penurunan prestasi belajar karena orang tua kurang memperhatikan
perkembangan belajar siswa ini. Siswa broken home juga bisa saja berpeluang pada kenakalan remaja. Siswa broken
home ini juga cenderung bersifat pendiam, pemurung, individualis, dan sulit bergaul dengan orang lain.

Peran Guru BK dalam Menangani Siswa Broken Home

Di lingkungan sekolah, guru bk sangat berperan aktif dalam menyediakan layanan bagi seluruh siswa terutama
bagi siswa broken home. Bagi siswa broken home bisa menjadikan guru bk sebagai sahabat, teman, maupun orang yang
dapat mereka percaya karena guru bk adalah tempat yang tepat untuk mencurahkan isi hati jika siswa ini belum bisa
menemukan tempat mencurahkan isi hati. Salah satu cara guru bk dalam menangani siswa broken home adalah dengan
cara konseling individual. Konseling dengan cara ini akan mempermudah konseli(siswa broken home) dalam
mengungkapkan isi hatinya dan permasalahan yang sedang dialami karena konseling individual ini diakukan secara
pribadi dan langsung bertatap muka dengan konselor tanpa melibatkan orang lain.

Usaha pertama dan paling utama yang dilakukan guru bk adalah dengan membangun komunikasi dan menjalin
hubungan dengan siswa broken home agar siswa ini mau terbuka dan suka rela dalam melaksanakan konseling
individual. Kemudian konselor/guru bk akan berusaha memahami masalah yang terjadi pada siswa broken home ini.
Kemudian memasuki tahap akhir konseling yang ditandai dengan siswa tidak lagi merasa cemas, siswa juga mulai
terbuka dan mau berusaha menerima keadaannya, dan disertai respon positif lainnya.
KESIMPULAN

Sikap yang paling sering terlihat menonjol pada anak broken home adalah sifat emosional dan agresif, sifat ini
bisa saja muncul karena pengalaman atau menyaksikan langsung kekerasan yang terjadi di sekitar siswa broken home
baik itu kekerasan secara fisik maupun perkataan. Prasetyo mengungkapkan bahwa broken home berasal dari dua kata
yakni broken yang artinya kehancuran dan home yang artinya rumah, jadi arti broken home adalah kehancuran rumah
tangga karena suami istri beda pendapat (2009). Usaha pertama dan paling utama yang dilakukan guru bk adalah dengan
membangun komunikasi dan menjalin hubungan dengan siswa broken home agar siswa ini mau terbuka dan suka rela
dalam melaksanakan konseling individual.

DAFTAR PUSTAKA

Nuzuli, A. K., Yuliani, D. S., Yudialza, A., Satria, E. D., & Ritama, F. D. (2023). Strategi Komunikasi Membina Siswa
Broken Home. Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, 6(1), 25-31.

Hasanah, S., Sahara, E., Sari, I. P., Wulandari, S., & Pardumoan, K. (2017). Broken Home pada Remaja dan Peran
Konselor. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 2(2).

Sardi, S., Budianto, B., Pranata, J., & Suryanti, S. (2021). Penerapan Konseling Realita dan Mindfulness Untuk
Mengatasi Kenakalan Remaja Pada Siswa Broken Home. Jurnal HUMMANSI (Humaniora, Manajemen,
Akuntansi), 4(1), 19-30.

Daulay, N., & Nuraini, N. (2022, August). Efektivitas Layanan Konseling Individu Dalam Menghadapi Anak Broken
Home. In International Virtual Conference on Islamic Guidance and Counseling (Vol. 2, No. 1, pp. 61-71).

Mustika, Y., Sukoco, K. W., & Rofiqi, M. A. (2023, April). Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Menghadapi Anak
Broken Home Korban Perceraian. In Prosiding Seminar Nasional Literasi dan Pedagogi (SRADA) (pp. 73-79).
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pancasakti Tegal. Muttaqin, I., & Sulistyo, B. (2019).
Analisis faktor penyebab dan dampak keluarga broken home. Raheema: Jurnal Studi Gender Dan
Anak, 6(2), 245-256.

Maulida, S. (2021, August). Peran Guru BK dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Broken Home Melalui
Pendekatan Realita pada Siswa Kelas VIII di SMP N 7 Kota Sukabumi. In Prosiding Seminar Nasional
Bimbingan Dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan (Vol. 1).

Retnowati, Yuni. (2022). Antara Broken Home dan Knsumerisme. Guepedia, 50-55.

Anda mungkin juga menyukai