Anda di halaman 1dari 9

Peran Keluarga yang Istimewa dalam

Mendidik Anak Menurut Al Quran dan Sunah

Pendidikan anak dalam keluarga bersifat istimewa dan utama. Karena keluarga adalah


pengalaman pertama bagi seorang anak.
Apabila orangtua tidak berperan secara optimal dalam mendidik, akan muncul berbagai
masalah dalam kehidupan anak, seperti;

1. Terjerumus pergaulan yang salah


2. Emosi labil
3. Tidak memiliki tujuan hidup atau cita-cita
4. Malas beraktivitas
5. Menentang dan membantah orangtua
6. Performa belajar menurun
7. Tidak berprestasi
8. Sering berkhayal, tapi tak bisa membuat plan  untuk mewujudkannya
9. Perilaku seks menyimpang (menyukai sesama jenis/seks bebas)
10. Melakukan tindak kekerasan

Itu merupakan 10 masalah paling umum yang dialami oleh anak-anak kita.


Apabila dirinci lagi, maka halaman ini akan penuh dengan masalah anak yang bisa
membuat orangtua pesimis dalam proses pengasuhan.
Guna menghindari masalah tersebut dan untuk menguatkan sikap optimis orangtua
dalam mendidik anaknya, maka Anda perlu memahami konsep Pendidikan Anak dalam
Keluarga.

Dalam tulisan ini, kita akan belajar mengenai;

 Pengertian Pendidikan Anak dalam Keluarga


 Tujuan Pendidikan Anak dalam Keluarga
 Peran Orangtua dalam Perkembangan Anak
 Metode Pendidikan Anak dalam Keluarga

Ki Hadjar Dewantara pernah berkata . .


“Lawan sastra ngesti mulya”
Artinya, dengan ilmu kita menuju kemuliaan.

Bersama dengan ilmu dari pendidikan yang diberikan orangtua kepada anak, maka
kehidupannya akan terangkat.
Ia akan tumbuh menjadi pribadi berkarakter.

Karena anak yang disayangi orangtua, akan balik menyayangi orangtuanya.

Anak yang kehadirannya dinantikan, akan membalas penghargaan itu dengan kasih
sayang dan rasa rindu untuk kedua orangtuanya.

Anak yang dididik dengan kebaikan, akan menyebarkan kebaikan untuk lingkungannya.

1. Pengertian Pendidikan Anak dalam Keluarga

Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan manusia secara bertahap sesuai


dengan karakter, usia, minat, bakat, jenis kelamin, serta tingkat kecerdasan yang dimiliki.

Sedangkan, kita mengenal anak sebagai manusia yang masih dalam tahap
perkembangan mulai dari bayi hingga masa pubertas.

Orangtua Bijak Indonesia . .


Meskipun Anda adalah penanggung jawab utama dalam proses pendidikan, bukan
berarti proses ini berlangsung searah.
Bukan berarti Anda bisa mendominasi, tidak mengindahkan respon anak dan tidak
melakukan evaluasi terhadap perilaku anak.

Justru, Anda membutuhkan feedback  dari anak untuk introspeksi diri dan menelaah
pola asuh yang Anda terapkan.
Sehingga, pengetahuan Anda terus terbaharui guna mendukung tumbuh kembang
anak.

Dalam suatu riwayat, Nabi Muhammad SAW mendapat pertanyaan dari seorang


umat . .
“Katakan kepada saya ya Rasulullah: Apakah anak mempunyai hak seperti hak
kita (orang tua) kepada mereka?”
Nabi SAW menjawab, “Ya, hak anak atas bapaknya adalah mengajarkan tulis, renang,
memanah dan mewarisinya dengan hal yang baik”
4 hal inilah yang perlu Anda ajarkan kepada anak.

Tapi, perlu Anda ketahui bahwa 4 hal diatas bisa diartikan


secara tersirat maupun tersurat.
Makna luasnya adalah;

 Menulis berarti mengajarkan ilmu pengetahuan


 Berenang dan memanah berarti lingkungan alam adalah ‘sekolah’ yang tepat
bagi anak untuk menimba ilmu.
 Mewarisi hal baik berarti orangtua wajib menanamkan prinsip kebaikan sebagai
dasar sifat dan sikap anak.
Jadi, pengertian pendidikan anak dalam keluarga adalah upaya mendewasakan manusia
sejak lahir hingga masa pubertas agar tumbuh dengan baik secara mental, fisik dan
emosional.

2. Tujuan Pendidikan Anak dalam Keluarga

Pendidikan anak bukan datang tanpa perintah.

Pendidikan anak dalam keluarga Islam dijelaskan Allah SWT melalui Al Quran.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”(QS. 66:6)
Ayat ini menggambarkan bahwa pendidikan itu dimulai dari rumah.

Suami dan istri harus saling membantu menciptakan suasana harmonis dalam keluarga,
menunjukkan kebaikan kepada anak melalui perilaku positif dan saling menjaga agar
terhindar dari keburukan.

Banyak orangtua yang tidak membekali diri dengan pengetahuan mendidik anak


sesuai ajaran Al Quran dan Sunah.
Banyak orangtua yang sadar bahwa ia memiliki kekurangan, tapi malas memperbaiki
diri dengan ilmu.
Banyak orangtua yang tidak melakukan evaluasi saat mengasuh.
Sehingga . . 
tumbuhlah anak dengan fisik sehat nan bugar, tapi tidak diimbangi dengan kondisi
mental, emosi dan spiritual yang optimal.

Dalam ayat tersebut, secara langsung Allah menyebutkan bahwa tujuan pendidikan anak
di dalam keluarga adalah untuk menciptakan manusia yang taqwa kepada Allah
SWT.
Dengan senantiasa introspeksi, kita akan melihat berbagai kekurangan dalam diri.

Kesempatan untuk mengetahui kekurangan dalam diri akan memunculkan keinginan


untuk memperbaikinya.

Sehingga, muncullah sikap gemar meningkatkan nilai diri dengan cara memperluas ilmu.

Dengan tujuan-tujuan itu, diharapkan keluarga bisa melahirkan manusia yang taqwa


kepada Allah SWT.
Karena taqwa adalah kunci dari kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ketaqwaan mengingatkan kita pada potensi yang sudah Tuhan berikan.

3. Peran Orangtua dalam Perkembangan Anak

Bayi yang baru lahir memang tidak mengerti apa-apa.


Tapi, Allah telah menitipkan potensi dahsyat di dalam diri kita yang tak dimiliki oleh
makhluk manapun.

Pendengaran, penglihatan, dan pikiran adalah potensi dasar yang apabila


dikembangkan dengan tepat, kita mampu menjadi manusia yang mulia.

Di sinilah peran orangtua berlaku.

Yakni, mendidik keturunannya dengan sebaik-baik cara agar potensi fitrah yang telah
Tuhan berikan tidak terbuang sia-sia.

Berikut contoh peranan keluarga dalam pendidikan anak.

1. Menunjukkan perilaku positif


Anak-anak tidak melihat orangtuanya melalui kata-kata, melainkan perilaku.
Inilah penyebab utama anak kita sulit berubah menjadi lebih baik.

Karena orangtua menganggap, memberikan nasihat saja sudah cukup.

Kita lupa bahwa mereka adalah cerminan diri kita.

Sebagaimana orangtuanya, ya begitulah anaknya.

Jadi, contohkan kebaikan (menjadi contoh) pada anak melalui perilaku kita sehari-hari.

2. Mencurahkan perhatian dan kasih sayang


Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah rasa dicintai dan dihargai.

Dengan melimpahkan perhatian dan kasih sayang pada anak, maka kebutuhan dasar
mereka akan terpenuhi.

Ketiadaan cinta mampu membunuh manusia lebih cepat daripada kuman.


Karena tanpa cinta, kita merasa tak dianggap dan tak dibutuhkan.

Inilah penyebab utama gangguan mental pada manusia yang selanjutnya juga akan
menggerogoti fisik.
3. Menjalankan fungsi pendidik
Tidak hanya sebatas melahirkan dan menyediakan sandang pangan.

Orangtua wajib memberikan pendidikan untuk anaknya agar tumbuh menjadi manusia
berkualitas.

Pendidikan ini meliputi, pengetahuan umum, penanaman nilai-nilai moral, keagamaan,


hubungan sosial dengan manusia lainnya, mengajarkan kebudayaan dan adat istiadat.

Intinya, pendidikan yang Anda sediakan bagi anak harus mampu menjadi bekal bagi
mereka untuk bertahan dan berproses dalam hidup.

4. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman


Agar terhindar dari pengaruh negatif, orangtua wajib menyediakan lingkungan yang
aman dan nyaman dalam proses perkembangan anak.

Misalnya, menyediakan lingkungan fisik yang sehat agar tubuh anak tumbuh secara
optimal.

Dan, menghadirkan situasi kebersamaan yang berkualitas dengan sesama anggota


keluarga untuk mendukung aspek sosial dan psikologi anak.

Fungsi keluarga dalam pendidikan anak ini harus Anda jalankan sejak anak masih di
dalam kandungan.

4. Metode Pendidikan Anak dalam Keluarga

Metode adalah alat yang Anda gunakan untuk mencapai sebuah tujuan.

Kaitannya dengan pendidikan anak dalam lingkungan keluarga, ada beberapa metode
yang bisa dimanfaatkan.

Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Pedoman Pendidikan Anak dalam


Islam  terdapat 8 metode pendidikan anak dalam keluarga.

Berikut penjelasan detilnya.

1. Metode Keteladanan
Perilaku memiliki kekuatan 2x lebih besar daripada kata-kata.
Jadi, sangat penting bagi orangtua untuk menampilkan perilaku positif baik di rumah
maupun di luar rumah.

Karena membiasakan perilaku positif untuk diri sendiri sama dengan memberikan
pendidikan kebaikan pada anak.

Orangtua sering mengeluhkan sikap anaknya yang bandel dan suka membantah.

Cobalah untuk introspeksi diri.

Nasihat yang tidak masuk biasanya disebabkan oleh orangtua yang tidak
menyeimbangkan ucapan dengan tindakan.

2. Metode Pembiasaan
Di dunia entertainment, kita sering melihat iklan produk tertentu diulang sampai 3x.
Tahukah Anda, apa fungsi dari pengulangan tersebut?

Ya . .
Pengulangan bertujuan untuk memperkuat daya ingat Anda tentang suatu produk.

Sama dengan metode pembiasaan ini.

Agar pendidikan yang diterima anak tertanam secara otomatis, maka Anda perlu
menjadikannya sebagai kebiasaan.

Cara paling mudah untuk menjadikan perilaku sebagai kebiasaan adalah dengan
melakukannya secara teratur.

3. Metode Nasihat
Anak-anak kita bukannya tidak suka dengan nasihat.

Orangtua saja yang belum tahu cara tepat untuk memberikan nasihat.


Misalnya, saat anak melakukan kesalahan, Anda biasanya langsung menyalahkan dan
menyudutkan anak.

“Kamu sih kalau dikasih tahu nggak mau dengar”


Kebiasaan ini akan memblock  komunikasi Anda dengan anak.
Berikanlah nasihat saat ia sudah tenang.

Dekati pelan-pelan dan ciptakan kenyamanan terlebih dahulu.

Saat kenyamanan itu tercipta, anak pasti mau berbicara dengan Anda.

Jika ia masih diam, artinya Anda belum bisa memberikan kenyamanan bagi mereka.

4. Metode Latihan dan Praktik


Kebiasaan baik yang Anda ajarkan tidak bisa membuat anak berubah dalam sekali
waktu.

Anda harus bersabar dan konsisten dalam mencontohkan kebaikan.

Jadi, metode yang paling tepat untuk ini adalah terus melatih anak untuk praktik.

5. Metode Perintah dan Larangan


Orangtua harus menetapkan aturan yang jelas untuk anaknya.
Anda harus memberitahu anak, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak bisa
dilakukan.

Supaya aturan ini berhasil ditaati, Anda harus melibatkan anak dalam membuat aturan.
Larangan apa yang memberatkannya atau perintah apa yang sulit dipatuhi.

Tanpa diskusi dengan anak, tanpa penjelasan kenapa Anda melarangnya melakukan ini
dan itu, anak hanya akan mengalami kebingungan.

6. Metode Penghargaan dan Hukuman


Saat aturan sudah ditetapkan melalui diskusi dengan anak, selanjutnya adalah waktu
bagi mereka untuk berlatih mentaatinya.

Anak memang tidak bisa berubah dalam sekali waktu.

Namun, bukan berarti Anda bisa meloloskan mereka saat melakukan kesalahan.

Inilah fungsi dari metode penghargaan dan hukuman.


Dukung, kuatkan dan puji anak saat ia berhasil mentaati aturan keluarga.
Berikan hukuman untuk membuat anak jera dan menyadari kesalahannya.

7. Metode Mendongeng
Anak-anak paling suka dibacakan dongeng atau mendengarkan kisah.

Anda bisa manfaatkan metode mendongeng untuk menanamkan prinsip kebaikan pada


anak.
Bacakanlah kisah para nabi dan rasul.

Kemudian ceritakan pada anak-anak bahwa kebaikan para nabi dan rasul ini harus kita
terapkan di dunia.

8. Metode Mengambil Hikmah dari Suatu Kondisi


Setiap kesalahan yang anak lakukan, itu adalah pembelajaran nyata bagi mereka.

Tanpa adanya kesalahan, justru anak tidak akan mengenal mana hal yang benar.

Jadi, manfaatkan kesalahan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.


Jika memungkinkan, orangtua pun bisa berbagi kesalahan yang telah diperbuat dan
menjadikannya sebagai pembelajaran bersama-sama.

Namun, jarang ada orangtua yang berani mengakui kesalahannya.

Banyak diantara kita yang malu dan gengsi untuk menunjukkan kesalahan
ataupun kekurangan.

SD AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH

KOTA PEKALONGAN_JAWA TENGAH

Anda mungkin juga menyukai