Anda di halaman 1dari 123

BAGAIMANA MENJADI ORANGTUA HEBAT

PEMBUKAAN (PENYIAR)

Realitas menunjukkan bahwa banyaknya kegagalan keluarga dalam pengasuhan anak,


bukan karena kurangnya kasih sayang orang tua, melainkan sebagian orangtua tidak
tahu bagaimana cara mengasuh anak yang baik dan benar. Padahal orangtua adalah
orang yang memiliki peran penting dalam proses asuh, asah dan asih bagi anak-
anaknya. Di mata anak, orangtua atau ayah dan ibu adalah sosok “guru” yang pertama
dan utama bagi anak, selain sebagai pelindung dan tempat bergantung. Oleh karena
itu, wajar bila orangtua menjadi sumber kehidupan sekaligus sumber kebahagiaan bagi
anak.

(1) Mengapa kegagalan orangtua dalam mengasuh anak berakibat fatal?


Jawaban :
…………………………………………………………………………………………

(2) Menjadi orangtua hebat dalam mengasuh anak, sudah barang tentu tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Ada berapa upaya yang harus dilakukan
untuk menjadi orang tua hebat ?
Jawaban :
………………………………………………………………………………………….

(3) Penerapan pola asuh juga perlu memperhatikan keunikan anak, karena anak
memiliki kekhasan sifat-sifat yang berbeda dari satu anak ke anak yang lain. Oleh
karena itu pada kasus tertentu, orang tua dapat menerapkan beberapa pola asuh
secara bergantian untuk menghadapi anak. Bagaimana Pola Pengasuhan yang
Efektif terhadap anak.
Jawaban : ………………………………………………………………………………………..

(4) Bagaimana cara berkomunikasi ketika anak sedang bermasalah dengan


perasaannya?
Jawaban : …………………………………………………………………………………………

(5) Bagaimana membentuk tingkah laku yang positif pada Anak :


Jawaban :………………………………………………………………………………………….

(6) Bagaimana Cara Efektif agar para orang tua menjadi orang tua yang ideal bagi
putra putrinya ?
Jawaban :
(8) Apa yang bisa disimpulkan dari pembahasan kita hari ini ?
Jawaban :
………………………………………………………………………………………….
MATERI TALKSHOW

JANGAN TINGGALKAN GENERASI YANG LEMAH DALAM 4 HAL

Di Radio Kartika FM
Hari Senin Tanggal 18 September 2023

DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA,


PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
KABUPATEN JOMBANG
TAHUN 2023
BAGAIMANA MENJADI ORANGTUA HEBAT

PEMBUKAAN (PENYIAR).

Realitas menunjukkan bahwa banyaknya kegagalan keluarga dalam pengasuhan anak,


bukan karena kurangnya kasih sayang orang tua, melainkan sebagian orangtua tidak
tahu bagaimana cara mengasuh anak yang baik dan benar. Padahal orangtua adalah
orang yang memiliki peran penting dalam proses asuh, asah dan asih bagi anak-
anaknya. Di mata anak, orangtua atau ayah dan ibu adalah sosok “guru” yang pertama
dan utama bagi anak, selain sebagai pelindung dan tempat bergantung. Oleh karena
itu, wajar bila orangtua menjadi sumber kehidupan sekaligus sumber kebahagiaan bagi
anak.

(1) Mengapa kegagalan orangtua dalam mengasuh anak berakibat fatal?


Jawaban :
Bagi orangtua, kegagalan dalam mengasuh anak akan berdampak pada
pupusnya harapan orangtua untuk dapat mewujudkan anak yang dalam agama Islam
disebut dengan anak shaleh dan shalehah, yakni anak yang taat beribadah,
berperilaku baik, menghormati/menghargai orangtua maupun orang lain , serta mampu
menjunjung tinggi nama orangtua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Sementara bagi anak itu sendiri, kegagalan orangtua dalam mengasuh anak
akan menyebabkan anak kurang memiliki kendali diri, tidak mampu menjadi diri sendiri,
bertindak semaunya sendiri tanpa mempertimbangkan etika dan norma, tidak memiliki
semangat dan gairah untuk belajar menimba pengetahuan dan ketrampilan yang cukup
guna meraih masa depan, serta cenderung berperilaku menyimpang yang
menyebabkan mereka dijauhi, dikucilkan bahkan dianggap “musuh” oleh masyarakat.
Kasus-kasus perilaku negatif anak dan remaja seperti pergaulan bebas, minum-
minuman keras dan penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai contoh akibat kegagalan
orangtua dalam mengasuh anak. Belum lagi tumbuhnya sikap egois dan mau
menangnya sendiri, tidak menghargai tradisi dan budaya ketimuran, serta kesukaannya
pada tindak kekerasan dan hal-hal lain yang erat dengan kelicikan, penipuan,
pelecehan dan lain sebagainya.
Mengingat akhir2 ini kondisi kenakalan anak yang semakin parah, sudah saatnya
para orangtua sekarang ini merefleksi diri, kesalahan apa yang dilakukan selama ini
sehingga gagal dalam mengasuh dan mendidik anak. Sudah saatnya pula para
orangtua belajar dan terus berupaya mencari solusi pemecahannya agar menjadi
orangtua yang ideal, menjadi orang tua yang hebat dalam mengasuh dan mendidik
anak di tengah era globalisasi. Dengan demikian anak yang diasuh pun menjadi hebat
pula tidak hanya dalam hal kepribadian, sikap, dan ketaatannya dalam beribadah, tetapi
juga semangatnya untuk berjuang meraih masa depan yang lebih baik dengan berbekal
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.

(2) Menjadi orangtua hebat dalam mengasuh anak, sudah barang tentu tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Ada berapa upaya yang harus dilakukan
untuk menjadi orang tua hebat ?
Jawaban :
Setidaknya ada empat upaya yang harus dilakukan orangtua agar menjadi
orangtua hebat dalam mengasuh anak. Keempat hal tersebut adalah:
Pertama, orangtua harus benar-benar mempersiapkan diri sebagai pengasuh anak
yang baik. Setidaknya harus tahu apa yang harus dilakukan selama mengasuh anak,
mampu menumbuhkembangkan harapan anak, senantiasa memberikan saran dan
nasehat yang positif pada anak, membentuk lingkungan yang kondusif, melakukan
pembiasaan yang baik pada anak dan pengulangan selama diperlukan serta
memberikan hadiah berupa pujian disaat anak berhasil melakukan hal-hal yang baik
dan memberikan hukuman bila anak melanggar aturan yang disepakati.

Kedua, orangtua harus memiliki konsep diri yang positif, artinya Individu yang memiliki
konsep diri yang positif akan selalu menghargai dirinya sendiri serta melihat apapun
dari sisi positifnya untuk dilakukan demi mencapai kesuksesan dalam setiap proses
kehidupannya. Konsep diri positif merupakan kunci keberhasilan dalam hidup. Terkait
dengan hal ini, orangtua harus percaya diri bahwa mereka mampu mengasuh dan
mendidik anak-anaknya dengan baik. Kepercayaan pada diri sendiri ini penting untuk
menumbuhkan keyakinan bahwa orangtua akan berhasil dalam menjalankan tugas-
tugas mengasuh anak sehingga apa yang menjadi harapannya dapat tercapai. Agar
dapat lebih percaya diri, orangtua harus terus berupaya untuk menemukenali potensi
dan kemampuan diri yang dapat dijadikan bekal sekaligus dukungan dalam mengasuh
dan mendidik anak.

Ketiga, orangtua dalam hal ini ayah dan ibu harus berbagi peran dalam pengasuhan
anak sesuai dengan porsinya masing-masing. Ayah dengan segala “ketegasan”
sikapnya dapat mendidik anak agar dapat lebih mandiri dan memiliki keteguhan dalam
pendirian dan tindakan serta tetap tegar ketika menghadapi tantangan dan hambatan.
Sementara ibu dengan segala “kelembutan” hatinya dapat menanamkan jiwa sosial dan
rasa kemanusiaannya. Juga menanamkan sikap saling menghormati, menghargai dan
berperilaku yang mendasarkan pada norma agama dan budaya yang dianut. Dengan
demikian karakter anak akan terbentuk yang menjadikannya sebagai anak yang
berkepribadian luhur.
Keempat, orangtua harus mampu menjaga anak dari pengaruh buruk media. Hal ini
mengingat, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di era digital saat ini
telah menyebabkan media cetak dan elektronik berkembang pesat sehingga semua
informasi dapat diakses oleh anak dengan leluasa. Persoalannya banyak informasi
yang belum

saatnya diketahui anak atau memang tidak layak dikonsumsi oleh anak. Di sinilah
pentingnya peran orangtua sebagai pengendali atau filter yang efektif agar pengaruh
media tidak berdampak buruk pada pola piker, sikap dan perilaku anak.
Apabila empat hal tersebut dapat dilakukan oleh para orangtua dengan baik
pada anak-anaknya, maka saya yakin mereka akan menjadi orangtua hebat dalam
mengasuh anak dan yakin pula mereka akan berhasil membawa anak sebagai generasi
yang berkualitas dan berkarakter. Apabila ini dipadukan dengan pendidikan formal dan
non formal yang baik, dapat dipastikan bahwa generasi masa depan yang kita
idam2kan akan dapat terwujud. Bukan saja cerdas, sehat dan trampil, tetapi juga selalu
ceria, bersemangat menggapai masa depan, berkepribadian luhur dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menjadi orangtua yang hebat dalam mengasuh anak tidak harus berpendidikan
tinggi. Orang yang berpendidikan rendah, bahkan yang tidak bersekolah pun memiliki
peluang yang sama untuk menjadi orangtua hebat. Tergantung pada niat dan
bagaimana mereka mampu memanfaatkan waktu dan kesempatan sebaik mungkin,
sehingga ayah dan ibu sebagai orangtua dapat bersama-sama mengasuh dan mendidik
anak secara sungguh-sungguh dengan memperhatikan kaidah dan pedoman dalam
pengasuhan anak yang berlaku.

(3) Penerapan pola asuh juga perlu memperhatikan keunikan anak, karena anak
memiliki kekhasan sifat-sifat yang berbeda dari satu anak ke anak yang lain. Oleh
karena itu pada kasus tertentu, orang tua dapat menerapkan beberapa pola asuh
secara bergantian untuk menghadapi anak. Bagaimana Pola Pengasuhan yang
Efektif terhadap anak.
Jawaban :
Pola Pengasuhan yang Efektif terhadap anak antara lain harus :
1. Dinamis : Orang tua harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan
mampu mengubah cara-cara berinteraksi dengan anak pada saat yang tepat.
2. Sesuai kebutuhan dan kemampuan anak : Pada usia balita orang tua menerapkan
pola asuh yang tuntutan dan batasan yang tinggi dalam rangka membentuk
kebiasaan positif pada anak. Ketika anak sudah lebih besar orang tua dapat
melonggarkan batasan karena anak sudah mampu melakukannya sendiri.
3. Ayah dan Ibu Konsisten : Ayah Ibu harus memiliki kesamaan dalam penerapan nilai-
nilai, contoh : jika ibu mengajarkan sikap hemat, ayah juga harus melatih anak hemat
dan tidak memberi anak uang di luar pengetahuan ibu.
4. Menjadi teladan positif : Pola asuh harus disertai teladan perilaku positif dari orang
tua. Orang tua harus menjadi contoh tingkah laku yang ingin dibentuk.
5. Komunikasi yang baik : Orang tua membangun komunikasi yang baik dengan anak.
Ciptakan suasana nyaman ketika berkomunikasi agar anak berani mengungkapkan
perasaan dan permasalahan yang sedang dihadapinya.

6. Memberikan Pujian : Berikan pujian atau penghargaan kepada anak ketika mereka
melakukan suatu hal yang baik.
7. Mempunyai pemikiran ke depan : Membiasakan untuk membuat aturan bersama
dengan anak. Contoh : waktu tidur malam adalah jam 21.00
8. Melibatkan anak : Membuat aturan untuk disepakati bersama dengan anak kita
tentang kegiatan sehari-hari
9. Sabar : Menggunakan kata-kata yang baik ketika mengingatkan anak (jangan
gampang marah dan hindari kata-kata kasar)
10. Memberi Penjelasan :Perintahkan anak dengan kata-kata yang jelas
11. Realistis
12. Menjaga Kebersamaan : Buatlah aturan untuk disepakati bersama dengan anak kita
tentang kegiatan sehari-hari.

Selain itu ada faktor-faktor yang penting dalam pengasuhan anak yaitu : Orang
tua perlu menerapkan disiplin dalam membentuk tingkah laku positif dan kebiasan
ibadah yang berkaitan dengan hukum-hukum dalam agama, selain itu juga diperlukan
untuk mengajari anak untuk mengerti petunjuk, peraturan dan perintah orang dewasa.
Disini orang tua diharapkan mengulang-ulang peraturan, perintah, petunjuk dan
harapan agar anak melakukan tingkah laku yang diinginkan. Selain itu peraturan harus
bersifat : masuk akal, positif, jelas dan adil.

(4) Bagaimana cara berkomunikasi ketika anak sedang bermasalah dengan


perasaannya?
Jawaban :
Orang tua harus dapat memahami perasaaan anak ketika sedang marah, sedih
atau kesal menghadapi kejadian dirumah. Hal ini akan membuat anak nyaman dan mau
meneruskan berbicara. Pada saat anak sedang marah, kesal atau sedih lakukan
mendengar aktif.
Jika orang tua menggunakan cara-cara berkomunikasi yang baik dan memahami
perasaan anak, anak akan tumbuh bahagia dengan konsep diri yang positif
karena merasa dihargai dan diperhatikan. Contoh kalimat positif yang dapat
meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri anak adalah : “Sarah hebat sudah
bisa makan sendiri”, “Ibu bangga Ani dapat berkata baik”.

(5) Bagaimana membentuk tingkah laku yang positif pada Anak :


Jawaban :
1. Keteladanan : dengan keteladanan, orang tua menjadi contoh nyata bagi anak dalam
berbagai, contoh : berkata jujur, senang membaca, berkata yang baik, sikap
dermawan, menolong orang lain, tingkah laku yang baik

2. Pembiasaan : Tingkah laku yang sudah dicontohkan oleh orang tua akan menjadi
tingkah laku yang baik bila sering diulang-ulang secara terus-menerus. Orang tua
membuatkan jadwal bagi anak dari pagi hingga malam dan mengajarkan etika, moral
dan kebiasaan yang baik dirumah. Dengan membuatkan jadwal, orang tua dapat
membiasakan anak untuk mengikuti aturan dan anak akan terarah kegiatannya dan
terhindar dari pengaruh buruk lingkungan
3. Pemberian penghargaan dan Konsekuensi : Pemberian penghargaan dilakukan
sebagai konsekuensi atas tingkah laku anak. Jika orang tua ingin tingkah laku yang
baik menjadi kebiasaan anak, orang tua harus memberikan penghargaan dalam
bentuk hadiah. Contoh : diusap kepalanya, diberi sebuah jeruk atau sepotong kue.

(6) Bagaiamana Cara Efektif agar para orang tua menjadi orang tua yang ideal bagi
putra putrinya ?
Jawaban :
1. Meningkatkan Harga Diri Anak.
2. Membiarkan anak-anak melakukan sesuatu secara mandiri akan membuat mereka
merasa mampu dan kuat.
3. Tangkap Anak-Anak Menjadi Baik.
4. Tetapkan Batas dan Konsistenlah dengan Disiplin Kita
5. Luangkan Waktu untuk Anak-Anak Kita.
6. Jadilah Model Peran Yang Baik.
7. Jadikan Komunikasi sebagai Prioritas kita.
8. Bersikap Fleksibel dan Bersedia Menyesuaikan Gaya Mengasuh Anak Kita.
9. Tunjukkan Bahwa Cinta Kita Tidak Bersyarat Sebagai orang tua.
10. Ketahui Kebutuhan dan Batasan Kita Sendiri sebagai Orang Tua.

(8) Apa yang bisa disimpulkan dari pembahasan kita hari ini ?
Jawaban :
1. Orangtua yang hebat adalah mereka yang memiliki pribadi yang menyenangkan dan
selalu mengingat akan pentingnya meluangkan waktu bersama dengan keluarga dan
anak-anaknya. Orang tua yang ideal adalah mereka yang mampu menjadi sahabat
bagi anak-anaknya. Pendekatan secara personal akan lebih mudah dilakukan ketika
orangtua telah menjadi orang terdekat bagi anak2nya. Orangtua bisa lebih tahu isi
hati anak, sehingga anak akan merasa lebih aman dan nyaman ketika bercerita
dengan orangtuanya.
2. Ada beberapa tips sukses cara mendidik anak yang baik, benar dan bijak yang
perlu diketahui oleh para orang tua, namun seberapa besar tingkat kesuksesan dari
metode yang diterapkan tentu tergantung dari seberapa efektif masing-masing orang
tua dalam memberikan kontribusi kepada anak-anaknya. Adapun tips sukses cara
mendidik anak diantaranya adalah

1. Bersikap lembut dan tunjukkan kasih sayang yang tulus.


2. Jadilah pendengar yang baik dan berikan dukungan.
3. Bangun kreatifitas dengan bermain bersama.
4. Hindari menggunakan kata “Jangan”.
5. Jadilah panutan dan idola untuk anak Anda
6. Berikan rasa nyaman
7. Tumbuhkan sikap menghormati
8. Ajarkan rasa tanggung jawab
9. Ajarkan untuk meminta maaf.
10. Jangan ditakut-takuti.
11. Jangan dibohongi.
12. Jangan berkata keras dan mengancam.
13. Ajarkan keterbukaan
BAGAIMANA MENJADI ORANGTUA HEBAT (II)
PEMBUKAAN (PENYIAR)
Realitas menunjukkan bahwa banyaknya kegagalan keluarga dalam pengasuhan anak,
bukan karena kurangnya kasih sayang orang tua, melainkan sebagian orangtua tidak
tahu bagaimana cara mengasuh anak yang baik dan benar. Padahal orangtua adalah
orang yang memiliki peran penting dalam proses asuh, asah dan asih bagi anak-
anaknya. Di mata anak, orangtua atau ayah dan ibu adalah sosok “guru” yang pertama
dan utama bagi anak, selain sebagai pelindung dan tempat bergantung. Oleh karena
itu, wajar bila orangtua menjadi sumber kehidupan sekaligus sumber kebahagiaan bagi
anak.

(7) Sejauhmana keterlibatan peran ayah dalam pengaushan anak-anaknya?


Jawaban :
Melibatkan peran ayah juga sangat penting, ayah sama baiknya dengan ibu dalam
mengenali dan merespon kebutuhan-kebutuhan bayi dan anak yang lebih besar. Ayah
juga berperan sebagai guru, panutan atau penasehat. Ayah yang ikut serta mengasuh
bayi dan anaknya dapat membuat anak cerdas di sekolah dan mempunyai nilai-nilai
akademis yang bagus. Sebaliknya ayah yang tidak peduli dan tidak mau terlibat dapat
membuat anak memiliki masalah seperti kenakalan dan depresi di kemudian hari. Ayah
memiliki peranan yang sangat penting dalam keluarga. Keterlibatan ayah memiliki
dampak positif terhadap : Anak lebih cerdas, Memperbanyak kosakata anak, Anak lebih
terampil, Prestasi di sekolah lebih baik, Perilaku buruk berkurang, Anak lebih aktif,
Peluang karir lebih baik, Resiko kenakalan remaja berkurang, Anak tidak mudah stress,
Anak mudah beradaptasi, Anak sehat secara mental, Anak Mudah bergaul, Anak lebih
sehat dll.

(8) Apa yang bisa dilakukan ayah agar terlibat dalam pengasuhan putra-putrinya.
Jawaban : Yang bisa dilakukan ayah agar terlibat dalam pengasuhan putra-putrinya
diantaranya adalah :
1. Mendampingi kehamilan : Ayah ikut mendampingi ibu dalam mendampingi ibu dalam
pemeriksaan kandungan dan persiapan kehamilan. Kehadiran ayah mempengaruhi
kondisi emosi ibu yang baik dan dapat berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan janin.

2. Turut merawat bayi dan melakukan aktivitas bersama anak : Ayah ikut mengganti
popok, memandikan, menggendong dan memberi makan. Interaksi yang dilakukan
sejak awal akan membantu anak merasakan kehadiran ayah. Hal ini dapat
membantu pendekatan emosi antara ayah dengan anak, selain itu ayah juga dapat
mendukung ibu untuk memberikan ASI.
3. menciptakan komunikasi yang baik. Hal itu semua tentunya perlu kerjasama dan
dukungan dari ibu, karena banyak ayah yang merasa kurang percaya diri dalam
menangani anak-anaknya .

(6) Kriteria Orang Tua Ideal yang Harus Ada di Dalam Diri Ayah Bunda.
Orang tua memegang peran terbesar dalam perkembangan karakter buah hatinya.
Segala perilaku yang dilakukan oleh mereka akan berpengaruh kesuksesan anak di
masa depan nanti.
Untuk bisa menjalankan perannya dengan baik, orang tua tentu perlu menjadi
sosok ideal bagi putra-putrinya. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi mereka
membimbing dan mendidik buah hatinya untuk menjadi pribadi yang berkarakter
unggul serta bermental tangguh.
1. Mampu Memberikan Kasih Sayang Sepenuhnya

Kriteria orang tua ideal yang pertama adalah mampu


memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada buah hati. Kasih
sayang yang dimaksud adalah perhatian, dukungan, dan
bimbingan yang tepat untuk anak. Dan yang pasti, Kita harus
selalu berada di sisi putra-putri kapan pun mereka butuhkan.
2. Mampu Menjadi Contoh yang Baik untuk anak

Ini adalah kasus yang paling sering dialami oleh orang tua
di zaman sekarang. Mereka sering meminta putra-putrinya agar
menjadi pribadi berkarakter positif. Namun, mereka tak mampu
mencontohkan hal tersebut kepada anaknya. Padahal, apa yang
dilakukan oleh anak meruapakan cerminan orang tuanya.
Contoh sederhana dari kasus ini adalah ketika orang tua
meminta anaknya untuk banyak belajar dan melarangnya banyak
mengakses sosial media. Akan tetapi, orang tua tersebut justru
sibuk bermain dengan ponselnya tak mendampingi anak ketika
belajar. Jika sudah begini, jangan heran dan berhenti
mengeluhkan sikap anak yang malas belajar karena kecanduan
gadget.
3. Mampu Menjadi Sahabat Anak

Orang tua yang ideal adalah mereka yang mampu menjadi


sahabat bagi anak-anaknya. Pendekatan secara personal akan
lebih mudah dilakukan ketika Kita telah menjadi orang terdekat
bagi mereka. Ortu bisa lebih tahu isi hati anak. Sebab, mereka
akan merasa lebih aman dan nyaman ketika bercerita dengan
Kita. Jika ini sudah terjadi, Kita bisa lebih paham langkah-
langkah dalam memberikan arahan serta bimbingan yang tepat
untuk mereka.

(7) Sejauhmana Pentingnya Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan


Anak yang sudah memasuki jenjang SMA/SMK
Jawaban :
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan anak
sekaligus merupakan fondasi bagi pembentukan karakter mereka. Pendidikan berawal
dari keluarga dan Ayah Bunda merupakan guru sekaligus sebagai panutan utama bagi
anak. Dalam berinteraksi dengan anak, segala

ucapan, sikap, dan perilaku Ayah Bunda akan terekam dalam benak ankita sebagai dasar
pijak sikap dan perilaku mereka. Pendidikan keluarga merupakan kunci keberhasilan
dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul dan memiliki karakter religius,
nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong.
Pada jenjang SMA/ SMK ini anak-anak kita membutuhkan pendampingan pendidikan
karir untuk memetakan masa depan. Di satu sisi, anak-anak sudah mulai merasa dirinya
dewasa, sehingga Ayah Bunda sudah mulai dapat memberikan kepercayaan kepada
mereka untuk mengeksplorasi pilihan dan belajar bertanggung jawab atas pilihan
tersebut. Di sisi lain, anak-anak kita sudah mudah mendapatkan berbagai macam
informasi dari dunia yang sudah tidak memiliki batas jarak dan waktu, sehingga
pendampingan dan komunikasi terbuka sangat diperlukan untuk mendukung kebutuhan
pendidikan mereka. Dalam membantu anakanak kita dalam merencanakan karir,
ingatkanlah bahwa orang sukses adalah mereka yang berkarakter, jeli melihat
kesempatan, dan memiliki etos kerja serta integritas yang tinggi. Kerja sama yang baik
antara keluarga dan satuan pendidikan akan sangat mendukung kemajuan pendidikan
anak kita.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, interaksi sosial semakin luas. Hal
tersebut memengaruhi perkembangan anak-anak kita. Meskipun tampaknya anak-anak
sudah “cukup besar”, sesungguhnya mereka masih sangat membutuhkan pendampingan
dari Ayah dan Bunda dalam menghadapi tantangan zaman. Mereka sangat membutuhkan
pendampingan dari orang tua dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, seperti
pornografi, narkoba, dan penyimpangan seksual. Ayah dan Bunda yang baik, tidak semua
kebutuhan pendidikan anak kita dapat dipenuhi oleh sekolah. Keterlibatan Ayah dan
Bunda dalam pendidikan anak kita di rumah dan di sekolah akan sangat membantu
kemajuan pendidikannya. Kerja sama yang baik antara Ayah dan Bunda dengan pihak
sekolah akan mengantarkan kesuksesan anak kita dalam meraih cita-citanya. Untuk anak
usia SMA/SMK, pendampingan yang dibutuhkan berupa dialog (bertukar pikiran),
edukasi (pengajaran dan contoh), dan fasilitasi (memberikan kesempatan untuk mencoba
hal yang baru). Cara ini disebut dengan metode DEF, yaitu Dialog, edukasi dan fasilitasi.
Setiap keluarga memiliki cara mendidik anak dalam menumbuhkan budi pekerti
dan mendukung prestasinya. Orang tua perlu terus belajar meningkatkan kemampuan
pengasuhan agar sesuai dengan kebutuhan usia anak dan perkembangan zaman. Cara-cara
yang baik tentu perlu terus dilanjutkan. Namun, cara pengasuhan yang tidak sesuai
dengan perkembangan zaman dan teori pendidikan dan pengasuhan yang benar harus
diubah. Oleh karena itu, orang tua perlu terus belajar. Niat baik harus dilakukan dengan
cara-cara yang baik pula. Mari kita siapkan dan bantu generasi penerus kita untuk meraih
cita-cita dan kepentingan terbaik mereka.
(8) Apa saja Kewajiban Orang Tua terhadap Anak dalam Islam.
Jawaban :
Bukan hanya anak saja yang harus memenuhi kewajibannya pada
orang tua. Melainkan kewajiban orang tua terhadap anak pun harus
dipenuhi. Dalam Islam, anak sesungguhnya merupakan titipan dan berhak
mendapatkan haknya dari kedua orang tua.

Anak adalah titipan Allah SWT. Jadi, kapanpun Allah ingin


mengambil kembali titipannya tersebut, maka tidak akan ada yang dapat
menghalangi-Nya, oleh karenanya jangan pernah menyia-
nyiakannya.Segala perilaku anak selama di dunia adalah tanggung jawab
orang tuanya. Termasuk mendidik, dan mengasihi seorang anak itu adalah
tanggung jawab orang tuanya. Dengan demikian maka memberikan
pengetahuan agama terhadap anak juga adalah merupakan kewajiban
orang tua terhadap anak.

Bukan hanya anak saja yang harus memenuhi kewajibannya pada orang
tua. Melainkan kewajiban orang tua terhadap anak pun harus dipenuhi.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:


"Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang
kepemimpinanmu. Orang laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam keluarganya
dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimin dalam rumah
tagga suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya." (HR. Bukhari juz 1,
hal. 215).

Dalam hadits ini, kewajiban orang tua terhadap anak dalam merawat dan
memberikan kasih sayang adalah hal yang patut dilakukan sesuai anjuran
Rasulullah SAW.

Orang tua, sebagai pasangan yang mengasihi dan memberikan kasih


sayang pada anak, adalah bagian dari kewajiban orang tua terhadap anak selama
di dunia. Setidaknya ada beberapa kewajiban orang tua terhadap anak menurut
syariah Islam
1. Memberi Nama yang Baik
"Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-
nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian." (HR. Abu Dawud).

Terkait pemberian nama yang baik ini sesuai hadits Nabi riwayat Abu Dawud,
yakni kewajiban orang tua terhadap anak untuk memberikan nama anak sebaik
mungkin artinya.

HR Tirmidzi juga menyatakan bahwa Rasulullah sangat perduli terhadap


memberikan nama yang baik untuk anaknya.

Sehingga beberapa kali ketika beliau menemukan nama yang tidak layak, tidak
mengandung arti yang kurang baik, maka Ia akan mengubah dan mencari nama
terbaik untuk anaknya.

Ini adalah kewajiban orang tua terhadap anak dalam memberikan nama anak
yang mengandung doa untuk kebaikan dirinya.

2. Memberi Anak Air Susu Ibu (ASI)


Kewajiban oang tua terhadap anak yang harus dipenuhi ialah memberinya Air
Susu Ibu (ASI) . Hal ini pun sudah tertulis dalam kitab suci Al-Quran surah Al-
Baqarah ayat 233.

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuannya." (QS. Al-Baqarah: 233).

Tidak diragukan lagi kalau ASI adalah makanan pertama bayi yang besar
manfaatnya. Ibnu Sina, seorang dokter kenamaan Islam menegaskan kalau
penyusuan alami memiliki manfaat.

"Seorang bayi sebisa mungkin harus menyusu dari air susu ibunya. Sebab,
mengulum puting susu ibu terkandung manfaat yang sangat besar dalam menolak
segala sesuatu yang rentan membahayakan dirinya."
Kewajiban oang tua terhadap anak yang harus dipenuhi ialah memberinya Air
Susu Ibu (ASI). Hal ini pun sudah tertulis dalam kitab suci Al-Quran surah Al-
Baqarah ayat 233.

3. Mendidik Anak dengan Baik


Kewajiban orang tua terhadap anak yang ketiga adalah mendidik anak-anaknya
dengan baik. Pendidikan untuk anak inilah hal yang paling penting dan paling
utama harus diberikan pada anak.

Seorang anak harus mendapatkan pendidikan yang baik dan sama dengan anak-
anak lainnya. Termasuk pendidikan mengenai agama dan akhlak-akhlak yang
baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari kakek Ayub Bin Musa Al Quraisy dari Nabi
shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tiada satu pemberian yang lebih utama yang diberikan ayah kepada anaknya
selain pengajaran yang baik.”

Ini bermakna kewajiban orang tua terhadap anak adalah hal yang utama untuk
mengajarkan kebaikan serta memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya.
Baik dari mendidik dalam Islam namun juga dunia

4. Mengajarkan Al-Quran
Kewajiban orang tua terhadap anak lainnya adalah mengajarkan anak kitab suci,
Al-Quran.

Mengajarkan anak meneladani Al-Quran adalah kewajiban orang tua. Hadits


Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ali radiyallahu 'anhu, bersabda:

"Ajarkanlah tiga hal kepada anak-anak kalian, yakni mencintai nabi kalian,
mencintai keluarganya, dan membaca Al-Quran. Sebab para pengusung Al-Quran
berada di bawah naungan arsy Allah pada hari di mana tidak ada naungan
kecuali naunganNya, bersama para nabi dan orang-orang pilihanNya. Dan, kedua
orang tua yang memperhatikan pengajaran Al Qur’an kepada anak-anak mereka,
keduanya mendapatkan pahala yang besar.”

Ini menjadi kewajiban ayah dan ibu dalam mendidik anak-anaknya mempelajari
Al-Quran.

5. Bersikap Adil terhadap Anak-anaknya


Selanjutnya, kewajiban orang tua terhadap anak adalah bersikap adil dalam
mengasihi.

Mungkin, ada sebagian orang tua yang memiliki anak lebih dari satu, sehingga
perhatian kasih sayang terhadap anak akan terbagi.

Hal ini orang tua tidak boleh membedakan perhatian dan kasih sayang, sehingga
harus bersikap adil terhadap anak-anaknya sebagai kewajiban orang tua terhadap
anak.
Berusaha memberikan keadilan pada anak-anak penting untuk dilakukan.
Misalnya dalam memberi kasih sayang yang sama terhadap masing-masing
anak. Kasih sayang orang tua merupakan hak setiap anak dan harus diberikan
secara adil.

Tidak hanya kasih sayang, memberikan sesuatu pada anak pun harus adil. Tidak
boleh ada yang lebih banyak ataupun lebih sedikit.

6. Memberi Nafkah dan Makanan yang Halal


Kewajiban orang tua terhadap anak yang harus dipenuhi ialah memberi nafkah
dan makanan yang halal.

Kewajiban ini lebih tepatnya adalah kewajiban sebagai ayah dalam keluarga.

Seperti sabda Rasulullah SAW kepada Sa'ad Bin Abi Waqhas, “Baguskanlah
makananmu, niscaya doamu akan dikabulkan.”

Berusaha memberikan nafkah dan makanan yang halal pada anak-anak penting
untuk dilakukan. Misalnya dalam memberi kasih sayang yang sama terhadap
masing-masing anak. Kasih sayang orang tua merupakan hak setiap anak dan
harus diberikan secara adil.

Makanan yang hal dikonsumsi anak, maka akan membawa keberhakan untuk
keluarga.

7. Menikahkan dengan Calon Suami/Istri yang Baik


Kewajiban orang tua terhadap anak lainnya adalah wajib untuk orang tua
menikahkah anak dengan pasangan yang bertutur sikap baik.

Sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan


orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki
ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka
Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya.” (QS. An-
Nur: 32).

Maka dengan ini, anak akan mendapatkan keturunan dan kasih sayang yang baik
dalam pasangannya.

8. Tidak Memarahi Anak dalam Mendidik

Kewajiban orang tua terhadap anak berlaku juga mendidik anak dengan kasih
sayang tanpa memarahinya.

QS At Taghaabun 64:14-15 antara lain menyerukan kepada orang


mukmin, agar memaafkan serta tidak memarahi dan juga mengampuni anak-
anak dan bersabar ketika menghadapi kenakalan anak-anak, karena Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sudah kewajiban ibu dan ayah untuk sabar dalam mendidik dan memberikan
kasih sayang pada anaknya.
Anak adalah insan yang tumbuh kembang dan akan mengalami perubahan dalam
dirinya baik dari fisik dan perilaku dalam menuju dewasa.

Itulah 8 kewajiban orang tua terhadap anak dalam Islam. Semoga kita dapat
melaksanakan kewajiban ini dengan baik dan dorong anak untuk hidup
berkeluarga agar ia terbebas dari kemaksiatan.

(9) Apa saja Peran Orang Tua terhadap Anak di Masa Sekarang.

Jawaban :
Anak merupakan salah satu anugerah sekaligus amanah yang diberikan
Allah kepada seseorang. Tanpa seorang anak tidak akan ada tkita kehidupan
dalam suatu keluarga, apabila ada anak maka suatu keluarga akan sempurna.
Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa memiliki anak itu akan menambahkan
beban hidup, belum lagi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Kita lihat saja negara
Jepang, para wanita di negara ini tidak mau memiliki anak. Lain halnya dengan
negara Indonesia, pertumbuhan penduduk sangat tinggi tiap tahunnya, sehingga
membuat Indonesia menjadi negara terpadat no 4 di dunia. Sehingga pemerintah
membuat program Keluarga Berencana (KB) yang memiliki dua anak lebih baik.

Namun, berbeda dengan masyarakat tradisional yang ada di wilayah


Indonesia. Mereka menganggap bahwa nilai seorang anak itu tinggi. Itu sebabnya,
pada masyarakat ini umumnya setiap keluarga memiliki lebih dari 5 orang atau
bahkan 10 orang anak, sehingga pertumbuhan penduduk pun tiap tahunnya tinggi.
Tetapi, masa sekarang kita jarang menjumpai akan hal seperti ini, karena
masyarakat sudah memperhitungkan akan kebutuhan hidup. Penyebab masyarakat
memiliki banyak anak adalah adanya anggapan ‘banyak anak, banyak rezeki’.
Apabila banyak anak, maka urusan pekerjaan mereka nantinya akan mudah
terselesaikan, baik urusan di sawah, ladang maupun urusan rumah.

Dengan perkembangan zaman yang semakin canggih. Masyarakat kurang


memakai prinsip seperti ini, walaupun masih ada beberapa masyarakat yang
mempercayainya. Bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan, mereka memiliki 2
orang anak pun sudah cukup, sebab mereka sudah memikirkan tentang kebutuhan
anak-anaknya, baik itu pendidikannya ataupun kebutuhan lainnya. Sedangkan pada
masyarakat tradisional, mereka kurang memikirkan pendidikan anak-anak mereka.
Dengan ini, peran orang tua sangat kurang akan hak anak-anaknya.

Tugas seorang orang tua itu adalah membimbing serta mengajarkan anak
pada hal-hal yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku didalam
masyarakat. Apabila itu tidak terlaksana dengan baik maka seorang anak akan
menjadi menyimpang. Penyimpangan ini dapat disebabkan oleh, yaitu : (1)
Kurangnya kasih sayang orang tua terhadap anak; (2) Pemberian bimbingan
tentang agama kepada anak yang minim, (3) Orang tua yang broken home, (4)
Pergaulan bebas, (5) Pengawasan orang tua yang kurang, dan sebagainya.
Apabila penyimpangan ini terjadi pada salah satu anak, maka peran orang
tua lah yang kurang efektif terhadap anak. Kenapa bisa demikian? Faktor
penyebabnya adalah orang tua. Karena orang tua kurang komunikasi dengan
anaknya, kurangnya penjagaan oleh orang tua, mereka yang sibuk dengan urusan
mereka, sehingga anak-anak tersebut mencari tempat untuk curhat, mencari jati diri
yang sesungguhnya tanpa ada dampingan dari orang tua. Mereka akan bergaul
dengan orang yang cocok, yang sesuai dengan sifat mereka, tanpa memikirkan hal
kedepannya. Penyimpangan ini dapat berupa, sang anak akan pkitai berperilaku,
memakai narkoba, ikut geng-geng anak jalanan, mencoba seks bebas dan
sebagainya.

Perilaku seperti inilah yang terjadi pada masa sekarang. Para orang tua
dituntut untuk menjaga serta mengawasi anak-anaknya, agar tidak terjerumus ke
hal-hal seperti ini. peran orang tua sangat penting dalam membimbing seorang
anak, yaitu dapat berupa : (1) Membagi waktu antara pekerjaan dengan anak
ataupun keluarga, (2) Mendidik dan membimbing anak ke jalan yang lebih baik,
seperti menanamkan nilai dan norma pada anak yang sudah mulai luntur; (3) Selalu
mengawasi anak, dengan siapa sang anak berteman, (4) Menjadi sahabat
sekaligus teman curhat bagi anak, agar sang anak tidak memilih teman yang salah
untuk menyampaikan sesuatu, serta sisi positifnya antara orang tua dan anak akan
semakin dekat dan akrab, (5) Memberi nasihat kepada anak, agar tidak berperilaku
menyimpang,

.Selain itu juga, di masa sekarang pendidikan sangat di perlukan untuk


seorang anak. Selain pendidikan dari orang tua, sang anak juga harus
mendapatkan pendidikan secara formal. Pendidikan hal yang sangat mendorong
seseorang untuk berwawasan yang lebih luas, berperilaku sesuai nilai dan norma
yang berlaku.
Antisipasi Generasi Stunting
Guna Mencapai Indonesia Emas 2045
Mempersiapkan generasi emas pada Tahun 2045 bukan hal yang mudah.
Pasalnya, stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak
dibawah usia dua tahun di Indonesia.
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia,
juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak
stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh
pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang
mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah.
Banyaknya anak stunting akan memengaruhi kualitas generasi muda Indonesia di
masa mendatang, maka dari itu orang tua wajib memperhatikan tumbuh kembang
anak sebelum terlambat.
Nah, kondisi tersebut harus segera dientaskan karena akan menghambat
momentum generasi emas Indonesia 2045.

(1). Apa sih stunting itu?


Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, terutama pada 1000 HPK/Hari
Pertama Kehidupan, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil)
dari stkitar usianya serta menyebabkan terhambatnya perkembangan otak. Ingat,
stunting itu pasti bertubuh pendek, sementara yang bertubuh pendek belum tentu
stunting.
Masalah stunting penting untuk diselesaikan, karena berpotensi mengganggu
potensi Sumber Daya Manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan
kematian anak. Hasil dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan
bahwa terjadi penurunan angka stunting berada pada 27,67 % pada tahun 2019.
Walaupun angka stunting ini menurun, namun angka tersebut masih dinilai tinggi,
mengingat WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.
Awal tahun 2021, Pemerintah Indonesia menargetkan angka Stunting turun
menjadi 14 persen di tahun 2024. Dan Presiden Joko Widodo menunjuk Kepala
BKKBN, Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) menjadi Ketua Pelaksana Percepatan
Penurunan Stunting.
(2) Kondisi stunting di Kabupaten Jombang?
Lebih dari 9.700 balita di Kabupaten Jombang, diindikasikan mengalami stunting,
berdasarkan hasil penimbangan pada bulan timbang balita 2021. Kondisi stunting pada
ribuan balita di Kabupaten Jombang, terjadi akibat kurang gizi maupun kesalahan pola
asuh. Kasus stunting di Kabupaten Jombang masih terbilang tinggi, meski
prosentasenya sebesar 13,1 %. Pemkab Jombang, terus melakukan berbagai upaya
komprehensif dan terintergrasi agar kasus stunting terus berkurang. Ini perlu
mendapatkan perhatian serius karena menyangkut persoalan investasi ke depan
menyangkut sumber daya manusia, meskipun tren-nya cenderung mengalami
penurunan. Adapun sesuai data pada tahun 2018 kasus stunting di Kabupaten
Jombang sebesar 20,1 %, lalu turun menjadi 17,9 % di tahun 2019, dan turun lagi
menjadi 16,9 % pada tahun 2020 dan saat ini menjadi 13,1 % di tahun 2021.
Adapun 11 desa lokus stunting di Kabupaten Jombang Tahun 2021, yaitu Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung, Desa Curahmalang Kecamatan Sumobito,
Desa/Kecamatan Diwek, Desa Rejoslamet Kecamatan Mojowarno, Desa Pakel
Kecamatan Bareng, Desa Dukuhklopo Kecamatan Peterongan. Kemudian, Desa
Kalikejambon Kecamatan Tembelang, Desa Jombatan Kecamatan Kesamben, Desa
Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto, Desa Gadingmangu Kecamatan Perak dan Desa
Darurejo Kecamatan Plkitaan.
Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek
antara lain status gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, pola
pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi di
awal kehidupan seorang anak. Selain faktor lingkungan, juga dapat disebabkan oleh
faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek
disebabkan oleh malnutrisi.
Di samping itu, banyak ibu yang menghentikan atau setidaknya mengurangi
pemberian ASI-nya beberapa bulan setelah kelahiran, jauh sebelum berumur dua tahun
serta menggantinya dengan makanan lain. Hal ini menyebabkan bayi dan balita tidak
bisa tumbuh secara maksimal sehingga terjadilah apa yang sekarang disebut dengan
stunting. Gaya hidup modern yang lebih menonjolkan kepentingan pribadi ibu, baik
karena karir atau yang lain, juga memberi kontribusi yang signifikan.

Untuk mencegah stunting , konsumsi protein sangat mempengaruhi


pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas enam bulan. 1000 hari pertama
kehidupan merupakan periode kritis terjadinya stunting. Hitungan 1.000 hari di sini
dimulai sejak janin sampai anak berusia dua tahun. Permasalahan stunting terjadi
mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia
dua tahun. Awal kehamilan sampai anak berusia dua tahun (periode 1000 Hari Pertama
Kehidupan) merupakan periode kritis terjadinya gangguan pertumbuhan,
termasukperawakanpendek.

(3) Apa saja Gejala Stunting ?


Gejala anak yang mengalami Stunting antara lain :
1. Postur tubuh berperawakan lebih pendek dari teman seusianya.
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil dibanding
teman-teman seusianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Berat badan tidak naik, bahkan cenderung menurun.
5. Pertumbuhan tulang tertunda/terhambat/melambat, seperti pertumbuhan gigi salah
satunya.
6. Wajah anak tampak lebih muda dari anak seusianya.
7. Alami performa yang buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
8. Mudah terserang berbagai penyakit.
9. Di usia 8-10 tahun, anak akan menjadi lebih pendiam dan tak mau melakukan
banyak kontak mata dengan orang sekitar.
10.Perkembangan tubuh anak pun akan terhambat, seperti telat mesntruasi untuk anak
perempuan.

(5) Apa saja yang menjadi penyebab kasus stunting?


1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama
2. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori
3. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres
4. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak
5. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah
melahirkan
6. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi
7. Masih kurangnya akses makanan bergizi
(5) Bagaimana upaya untuk mencegah kasus stunting?

Setidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan


stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi
dan akses air bersih. Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap
makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Selanjutnya,
dipengaruhi juga oleh pola asuh yang kurang baik terutama pada aspek perilaku,
terutama pada praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Selain itu, stunting juga
dipengaruhi dengan rendahnya akses sanitasi dan air bersih.
Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua
(seorang ibu terutama) dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu,
edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada
peningkatan kesehatan gizi ibu dan anaknya.
Jadi tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu :
1) Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi
jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam dan tidak berimbang.
Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan,
memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan
mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring
diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik
nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
Berikan anak asupan/makanan yang B3SA ( Bergizi, Beragam dan Berimbang ) Secara
Aman, agar tubuhnya bisa bertambah tinggi dan untuk perkembangan otak anak.
2) Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik
dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Dimulai dari edukasi tentang
kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para
calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi
bagi janin, serta memeriksakan kandungan minimal empat kali selama kehamilan.

Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan


berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja
sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun,
namun berikan juga makanan pendamping ASI, ketika bayi sudah berusia 6 bulan.
Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu
setiap bulan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan
kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan
dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa
biaya di Posyandu atau Puskesmas.
3) Sanitasi dan Akses Air Bersih.
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses
sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk
itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air
besar sembarangan.
Selain 3 hal diatas, yang bisa dilakukan dalam rangka Pencegahan Stunting
adalah :  Melakukan aktivitas fisik,  Minimal olah raga 30 menit secara teratur setiap
hari.  Jangan biarkan anak-anak tidur larut malam agar anak mendapat istirahat yang
cukup.  Minum air putih yang cukup.

(7) Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan agar status gizi anak dalam
kondisi baik
Pemeriksaan status gizi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan sebaiknya
mulai dilakukan setidaknya sejak anak berusia satu bulan. Demi memastikan tumbuh
kembangnya berjalan dengan baik, tidak ada salahnya untuk rutin mendatangi dokter,
bidan, maupun posyandu bahkan sampai sang anak tumbuh besar.
Jika orangtua membawa si kecil diperiksa ke dokter dengan rutin, biasanya
mendapatkan buku kesehatan ibu anak (KIA) atau kartu menuju sehat (KMS). Dan jika
rutin mengikuti kegiatan BKB maka akan mendapatkan KKA/Kartu Kembang Anak.
Buku dan kartu tersebut akan lebih memudahkan para orang tua dalam
memantau tumbuh kembang si kecil agar kondisi kesehatan anak bisa diperiksa
seoptimal mungkin. Jika terlihat adanya kelainan pada tumbuh kembang anak, bisa
dilakukan penanganan sedini mungkin.
Dengan rutin melakukan pemeriksaan status gizi, anak bisa berkembang lebih
baik dan lebih sehat. Status gizi anak tergolong baik ketika indikator grafik
pertumbuhannya berada di rentang normal. Artinya, berat badan sesuai dengan umur
dan tinggi badan, begitu pula dengan tinggi badan sesuai dengan umur dan berat
badan. Anak juga tidak tampak kurus, sangat kurus, gemuk, atau bahkan obesitas.
Kondisi ini menkitakan bahwa asupan gizi hariannya tercukupi dan sesuai dengan
aktivitasnya.
Dengan demikian Indonesia Emas 2045 yang merupakan visi pemerintah untuk
membangun negara maju yang berdaulat, adil dan makmur dapat terwujud. Berbekal
SDM yang unggul dan menguasai pengetahuan serta teknologi, Indonesia akan dikenal
sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia.
TEMA :
EDUKASI PERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI BALITA

Berbicara tentang permasalahan kesehatan reproduksi (kespro), ada banyak


orang menganggapnya sebagai pembahasan yang berkaitan dengan seksualitas saja,
padahal seks dapat diartikan sebagai jenis kelamin. Berbagai hal berkaitan dengan
pembahasan masalah kesehatan reproduksi, baik bagi balita (pra sekolah), anak
sekolah (6 – 12 tahun), remaja (10 – 19 tahun) maupun orang dewasa sudah banyak
dilakukan.
Merawat kesehatan reproduksi balita memang sangat penting, karena
membutuhkan peran orang tua dalam meningkatkan derajat kesehatan secara
menyeluruh, baik organ fisik, mental dan sosial balita. Kesehatan seksual
dan reproduksi sejak dini mampu mencegah penyakit, juga menghindarkan diri dari
perilaku seksual yang tidak seharusnya. Kurangnya edukasi terhadap kesehatan
reproduksi dapat memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.Peran orangtua
merupakan salah satu hal yang penting dalam edukasi kesehatan reproduksi
(1)Apa sih sebenarnya Kesehatan Reproduksi itu..?
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kondisi sejahtera secara fisik,
mental dan sosial yang utuh atau sempurna, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi
serta prosesnya. Sedangkan Kesehatan reproduksi menurut Kemenkes RI (2015)
adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan
proses reproduksi.
Definisi kesehatan reproduksi sendiri telah diatur melalui Undang-Undang
RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yakni keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada laki-
laki dan perempuan.
(2)Apa Tujuan utama adanya Kesehatan Reproduksi….?
Tujuan utama kesehatan reproduksi adalah memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi kepada anak-anak dan remaja secara komprehensif, agar setiap individu
mampu menjalani proses reproduksinya secara sehat dan bertanggungjawab serta
terbebas dari perlakuan diskriminasi dan kekerasan.

(3)Seberapa pentingkah Edukasi terkait Kespro Balita ini…?

Setiap laki-laki dan perempuan wajib memiliki edukasi tentang kesehatan


reproduksi. Termasuk dalam menjaga fungsi organ dan kesehatan serta
menghindari dari hal yang tidak diinginkan. Anak-anak dan para remaja
diharapkan memiliki rasa tanggungjawab setelah mendapat pengetahuan
kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi harus diedukasi melalui tata cara menjaga
kebersihan dan gaya hidup sehat. Tujuannya untuk melindungi diri dari berbagai
penyakit yang mengganggu kesehatan reproduksi. Misalnya, Penyakit Menular
Seksual (PMS) yang meliputi sifilis, herpes, HIV/AIDS, kanker serviks, dan lain-
lain.

(4)Kenapa perawatan organ reproduksi sangatlah penting ?


Perawatan organ reproduksi sangatlah penting, karena untuk menjaga
kesehatan organ reproduksi. Adapun organ reproduksi adalah organ yang paling rentan
terkena bakteri penyebab penyakit. Jika tidak menjaga kesehatannya maka kita bisa
terserang penyakit tertentu yang pasti merugikan kita.
Peran yang bisa diambil orang tua adalah berupa bagaimana merawat,
menjaga, mengasuh, memelihara, membesarkan anak balitanya agar tumbuh dan
berkembangsecarasehat.
Ada sebuah peristiwa yang sering terjadi diberbagai tempat, misalnya: seorang
anak perempuan kencing dengan posisi berdiri' tentu akan banyak mendapatkan
tanggapan dari kaum ibu yang mengasuh pada saat itu, dimana ibu mengucapkan
kepada anaknya : kalau kencing jangan berdiri dong', anak perempuan harus dengan
jongkok, begini caranya sembari memberikan contoh, tetapi ada pula orang tua yang
langsung menyapa dan melarang dengan keras pada anak perempuan tersebut tanpa
ada penjelasannya, padahal anak perempuan tersebut hanya meniru apa yang telah
dilihatnya pada teman laki-laki sebayanya yang waktu kencing dilakukandenganberdiri.
Dengan peristiwa tersebut jelas bahwa pemahaman orang tua dalam
memberikan tanggapan kepada anak perempuannya sangat relatif dan beragam,
tentunya pendidikan seksualitas perlu dihadirkan juga pada balita yang menyangkut
pengenalan identitas diri dan jenis kelamin, hubungan antara laki-laki dan perempuan,
organ-organ reproduksi dan fungsinya, bagaimana merawat kesehatan, menghindarkan
diri dari kekeran seksual dan sebagainya.

(5)Apa manfaat mengetahui Kespro Balita..?

Baik pria maupun wanita, organ reproduksi adalah bagian tubuh yang harus
dijaga kesehatannya. Selama ini, sebagian orang mungkin hanya memerhatikan aspek
kebersihannya. Padahal, masih ada banyak cara menjaga kesehatan reproduksi yang
penting untuk dilakukan.Kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting untuk
menjaga kesehatan tubuh, menjaga kesehatan organ seksual dan terhindari dari hal
yang tidak diinginkan.
(6) Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi..?

1. Ajarkan untuk Membersihkan Organ Intim.


2. Ajarkan untuk Sering Mengganti Dalaman.
3. Perhatikan pola dan asupan makanan atau Biasakan Mengkonsumsi Makanan
Sehat, asupan yang beragam bergizi berimbang (3BSA)
4. Tanamkan Jika Seks Bebas adalah Perilaku Menyimpang.
5. Ajak Anak Berolahraga Secara Teratur.
6. Minum air putih yang cukup.
7. Tidur yang cukup
8. Sunat atau Khitan.
(7) Bagaimana peran orang tua mengenalkan organ tubuh termasuk
organ sex kepada anak balitanya…?
Peran yang bisa diambil orang tua adalah berupa bagaimana merawat, menjaga,
mengasuh, memelihara, membesarkan anak balitanya agar tumbuh dan berkembang
secara sehat. Ada sebuah peristiwa yang sering terjadi diberbagai tempat, misalnya:
‘seorang anak perempuan kencing dengan posisi berdiri’ tentu akan banyak
mendapatkan tanggapan dari kaum ibu yang mengasuh pada saat itu, dimana ibu
mengucapkan kepada anaknya : ‘kalau kencing jangan berdiri dong’, anak perempuan
harus dengan jongkok, begini caranya sembari memberikan contoh, tetapi ada pula
orang tua yang langsung menyapa dan melarang dengan keras pada anak perempuan
tersebut tanpa ada penjelasannya, padahal anak perempuan tersebut hanya meniru
apa yang telah dilihatnya pada teman laki-laki sebayanya yang waktu kencing dilakukan
dengan berdiri.
Dengan peristiwa diatas jelas bahwa pemahaman orang tua dalam memberikan
tanggapan kepada anak perempuannya sangat relatif dan beragam, tentunya
pendidikan seksualitas perlu dihadirkan juga pada balita yang menyangkut pengenalan
identitas diri dan jenis kelamin, hubungan antara laki-laki dan perempuan, organ-organ
reproduksi dan fungsinya, bagaimana merawat kesehatan, menghindarkan diri dari
kekeran seksual dan sebagainya.

MENGENALI ORGAN SEKS


Rasa keingintahuan anak tentang seksualitas sebetulnya sudah muncul sejak
anak masih balita, mulai usia 3 (tiga) tahun rasa keingintahuan terhadap masalah seks
tercermin mulai dari pengamatan/penglihatan anak terhadap organ tubuhnya, hal ini
terlihat dengan adanya aktifitas maupun tkita-tkita anak bermain-main dengan organ
seksnya, yaitu memegang-megang, menggaruk-garuk ataupun menggesek-gesekkan
alat kelaminnya.
Sebagai orang tua, jika melihat anaknya melakukan hal tersebut diatas, maka
orang tua segera melakukan tindakan pendekatan dengan anak dengan cara mengajak
berbicara bahwa apa yang dilakukan anak dengan memegang-megang
kelamin/kemaluan maka tangan yang digunakan bekas
memegang-megang/menggaruk-garuk kelamin tersebut akan menjadi kotor (ada kuman
yang menempel) sehingga kalau makan, tangan belum dicuci/ dibersihkan bisa
terkena/menimbulkan penyakit (misalnya sakit perut).
Pada anak balita, keingintahuannya biasanya timbul bila ia berhadapan dengan
orang lain yang berlainan jenis dalam keadaan telanjang, ia akan melihat bahwa alat
kelaminnya sendiri berbeda dari alat kelamin orang lain, hal ini menimbulkan
pertanyaan dalam diri anak dan biasanya secara spontan ia akan langsung bertanya
kepada orang tuanya, disini tugas orang tua memberikan penjelasan bahwa ada
perbedakan antara laki-laki dan perempuan, sehingga jenis dan bentuk kelaminnya
berbeda, termasuk organ tubuh lainnya yang dimiliki masing-masing.
Ada kasus yang kerap terjadi pada orang tua yang memberikan informasi atau
pemahaman yang keliru terhadap anak tentang pemberian istilah yang menyangkut
organ reproduksi anak, misalnya orang tua menyampaikan/mengatakan dengan
sengaja atau tidak dengan sengaja, yaitu memberikan nama-nama yang tidak
sebenarnya, seperti penis dikatakan burung, lalu vagina dikasih istilah dompet,
akibatnya apa yang terjadi; informasi ataupun pemahaman yang sudah terlanjur
diterima anak akan bertahan lama hingga anak menjadi dewasa, hal ini akan
menimbulkan konsep yang salah pada anak mengenai seks dan akan terbawa sampai
ia sudah berkeluarga/menjadi orang tua yang berpotensi pula akan memberikan konsep
yang salah pada generasi berikutnya.
Perlunya lebih hati-hati orang tua memberikan pemahaman tentang organ
reproduksi dan fungsinya kepada balita, yaitu dengan memberikan informasi yang
benar dan jelas.
DORONGAN SEKSUAL
Dalam perkembangan kehidupan manusia sejak lahir sampai dengan
dewasa sudah memiliki dorongan-dorongan seksual, namun antara satu dengan
lainnya tidak sama, yaitu antara anak-anak dan orang dewasa. Dorongan seksual
yang diwujudkan dalam kepuasan seksual pada anak-anak pencapainnya tidak selalu
melalui alat kelaminnya, tetapi melalui daerah-daerahlainseperti,mulutdananus.
Cara pemuasannya juga berbeda sesuai dengan tahap-tahap perkembangan
yang dilalui sesuai dengan usianya, yaitu sebagai berikut :
1. Masa oral (0-1 tahun)
Merupakan tahap pertama perkembangan psikoseksual dimana pada masa
tersebut bayi memperoleh dan merasakan kepuasan dan kenikmatan yang
bersumber pada daerah mulutnya.
Kepuasan dan kenikmatan ini timbul karena adanya hubungan antara perasaan
lapar kemudian gelisah.
Anak-anak pada usia tersebut masih menyusui baik dari ASI maupun susu
pengganti ASI.
Menghisap susu selain untuk memenuhi rasa lapar juga untuk mendapatkan
kepuasan tersendiri akibat adanya gesekan-gesekan di sekitar daerah mulut.
Kepuasan ini selain diperoleh melalui menyusu juga dapat dicapai dengan
memasukkan benda yang ada disekitarnya atau jarinya sendiri kedalam
mulutnya.
2. Masa anal (1-3 tahun)
Setelah melalui masa oral, anak memindahkan pusat kenikmatan dari daerah
mulut ke daerah anus/dubur. Rangsangan pada daerah anus ini berkaitan erat
dengan kegiatan buang air besar/ tinja, karena keduanya merupakan sumber
kenikmatan, kepuasannya diperoleh dengan menikmati duduk di pispot sampai
lama. Masa anal ini berhubungan pula dengan soal kebersihan, keteraturan atau
kerahan yang ingin diterapkan orang tua kepada balita. Dari sisi anak, ia bukan
lagi pribadi yang sepenuhnya pasif, melainkan ia mulai mau menentukan sendiri.
Dari sisi perkembangan sosialnya, anak mulai bisa melakukan sendiri beberapa
aktifitasnya yang tadinya harus dilakukan dengan bantuan orang tua atau orang
lain.
3. Masa phalik (3-5 tahun)
Masa dimana sumber kenikmatan berpindah ke daerah kelamin, akan tetapi
kepuasan seksual yang diperoleh pada tahap ini belum dihubungkan dengan
tujuan pengembangan keturunan/reproduksi. Pada masa ini anak mulai menaruh
perhatian terhadap perbedaan anatomic antara laki-laki dan perempuan,
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seks.
Pada tahap perkembangan psikososialnya, biasanya tingkah laku yang menonjol
pada anak laki-laki adalah mempermainkan alat kelamin, yaitu dengan menarik-
narik penis. Pada anak perempuan bentuk tingkah lakunya adalah dengan
menggesek-gesekkan bagian luar alat kelaminnya pada guling maupun bantal.
Tingkah laku anak diatas adalah normal, bila orang tua memarahi, maka anak
bisa terganggu kejiwaannya seperti seks phobia, impotensi, frigiditas dikala ia
dewasa.
Usahakan alihkan perhatian anak pada hal lain, dengan cara memindahkan
tangan anak dari aktifitas itu, berikan mainan yang menarik minatnya dan temani
anak bermain hingga lupa aktifitas tadi.Bila sudah melewati masanya biasanya
anak akan meninggalkan kebiasaan itu.
Katakan kepada anak dengan tenang, seperti : “Adik, penis/vaginanya nggak
boleh dibuat mainan, nanti bisa lecet, kalau lecet dipakai pipis akan sakit lo…”
Anak-anak sering melontarkan pertanyaan kepada orang tua, apabila ada
pertanyaan dari anak sebaiknya orang tua jangan mengelak atau marah, tetapi
bersikaplah tenang dan pastikan bahwa memang anak membutuhkan informasi
tersebut. Berilah jawaban sebatas yang ditanyakan anak dan pergunakanlah
bahasa yang dapat dimengerti anak dengan menggunakan kata-kata/istilah yang
mudah diingat anak. Pertanyaan yang sering muncul dari anak balita tentang
kesehatan reproduksi sangat beragam, misalnya ; kenapa hanya ibu yang bisa
melahirkan, kok ayah tidak bisa ?, kenapa adik/bayi ada dalam perut ibu ?,
bagaimana adik/bayi bisa keluar dari perut ibu ?, kenapa alat kelaminku berbeda
dengan milik adik ?, mengapa cara pipis anak perempuan beda dengan laki-
laki ?, apa sih menstruasi itu ?, dari mana keluar darah menstruasi itu ?, kenapa
ibu punya payu dara ?, apakah aku juga akan punya bayi ?, bolehkan temanku
memegang penisku ?, dan banyak lagi lainnya.
Dari pertanyaan diatas akan kita coba jawab pertanyaan ; “kenapa hanya ibu
yang bisa melahirkan ?, …..jawabannya, karena yang bisa hamil dan melahirkan
hanya ibu, karena hanya ibu perempuan yang punya rahim, rahim adalah tempat
adik/bayi tumbuh dan berkembang dari kecil hingga waktunya lahir.
Satu lagi, bagaimana adik/bayi ada dalam perut ibu ?, …..jawabannya, karena
adik/bayi bisa tumbuh dalam rahim ibu jika sebuah sel telur (sangat kecil) dan
sebuah sel sperma (biji kecil) saling bertemu, kemudian akan menghasilkan
pembuahan dan akhirnya tumbuhlah bayi dalam rahim ibu.
Sebagai informasi tambahan, bahwa ketika anak memasuki usia 6 (enam) tahun,
ia masuk tahap latent, dimana aktifitas seksual nampak seakan-akan menghilang
atau tidak aktif, tingkah laku yang condong kepada seks tidak terlihat dan anak-
anak lebih suka melakukan aktifitas-aktifitas lain yang tidak bersifat seks, yaitu
seperti bermain-main, berckita biasa dan sebagainya, baru pada tahap
berikutnya, yaitu anak mulai berusia 11-14 tahun akan nampak lagi aktifitas
seksualnya.
PAHAMI ORGAN TUBUH
Semenjak anak bisa berbicara, orang tua perlu memberikan pemahaman kepada
anak balitanya mengenai kesehatan reproduksi, khususnya alat-alat reproduksi.
Orang tua dapat mulai menjelaskan nama-nama anggota tubuh dan
fungsi/kegunaannya seperti mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut
untuk makan dan minum, hidung untuk bernafas dan sebagainya, setelah itu
dikenalkan dengan nama alat kelaminnya baik laki-laki maupun perempuan.
Orang tua perlu menghindari istilah-istilah yang salah kaprah dalam memberi
nama alat kelamin laki-laki maupun perempuan, karena jelas akan
membingungkan anak dikemudian hari, gunakan istilah-istilah yang sebenarnya
seperti penis, vagina, dubur, payudara dan sebagainya.
Untuk mengenalkan nama-nama tersebut sebaiknya pergunakanlah waktu dan
kesempatan yang baik dan tepat, misalnya saat anak sedang mandi, atau saat
anak sedang memakai
pakaian, atau pada saat anak melihat saudaranya yang berlainan jenis telanjang
didepannya, biasanya anak spontan akan heran dan langsung bertanya,
kesempatan itulah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh orang tua.
Orang tua perlu memberikan pemahaman pada anak balitanya bahwa organ
tubuh mereka adalah milik mereka sendiri yang harus dirawat, dipelihara dan dijaga
dengan baik. Cara merawat organ tubuh balita dapat juga dilakukan dengan cara
berikut ini :
Pertama, Menjaga kebersihan badan, lakukan mandi dan gosok gigi setiap hari 2 kali
dengan memakai sabun mandi dan pasta gigi anak, menjaga kebersihan rambut kepala
dengan shampoo, kebersihan kuku, mencuci tangan sebelum makan, kebersihan
pakaian khususnya untuk organ kelamin dan organ lainnya secara rutin maupun
berkala.Pada balita yang belum bisa melakukan aktifitas tertentu, maka orang tua dapat
membantu sepenuhnya aktifitas diatas.
Kedua, Tidak semua orang boleh menyentuh, apalagi memegang bagian tubuh yang
sangat pribadi, kecuali ibu saat membantu membersihkan anus setelah buang air
besar, dokter yang memeriksa bagian tubuh yang sakit.
Hal ini untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual, karena pelecehan seksual
pada anak seringkali justru dilakukan oleh orang terdekat dalam rumah.
Ketiga, Bila ada orang yang menyentuh tubuh anak, orang tua perlu mengajarkan pada
anak untuk berteriak dan berkata “tidak” atau anak mengatakan “Aku tidak suka
badanku dipegang” atau “Aku tidak suka kalau tubuhku disentuh”, bila anak merasa
terancam dan tidak nyaman ia dapat berteriak dengan mengatakan “Aku tidak mau” dan
seterusnya.
(8) Bagaimana dampak yang ditimbulkan jika mengabaikan kesehatan reproduksi
anak…?
Anak perlu memahami dan mengenali tubuhnya sejak dini. Selain untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan tubuhnya, upaya itu juga untuk melindungi anak dari
kejahatan seksual. Namun, upaya itu harus dilakukan dalam bimbingan orangtua atau
guru. Pengenalan tubuh pada anak usia 4-6 tahun itu merupakan bagian dari
pendidikan kesehatan reproduksi. Selain mengenali tubuhnya, anak juga perlu diajak
memahami adanya perbedaan antara tubuh anak laki-laki dan perempuan. Dengan
mengetahui hal-hal terkait tubuh, anak bisa menjaga tubuhnya sekaligus menghormati
tubuh temannya.
Namun, banyak orangtua dan orang dewasa yang memkitang pengenalan tubuh
itu sebagai hal tabu. Banyak orangtua tidak mengajarkan anaknya mengenali tubuh
mereka dan berharap anak tahu sendiri hal itu.
Pembiaran itu justru rentan menimbulkan pemahaman anak yang keliru tentang
tubuhnya karena anak mendapat informasi yang salah, baik dari teman, gawai yang
dimainkan, maupun dari orang dewasa yang tak bertanggung jawab. Akibatnya, anak
justru melakukan tindakan-tindakan tak patut dan berisiko terhadap kesehatan
tubuhnya ataupun teman-temannya. Di sisi lain, banyak orangtua khawatir terhadap
ancaman kejahatan seksual terhadap anak mereka, baik laki-laki maupun perempuan.
Namun, mereka tidak tahu bagaimana melindungi anaknya dengan benar.
Akibatnya, yang muncul justru pembatasan atau pembiaran yang membuat anak
semakin rentan dan tak bisa melindungi dirinya. Pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi yang benar sesuai umur anak justru akan melindungi anak jadi korban
kejahatan seksual.
Di masa lalu, dalam sistem sosial dan ikatan masyarakat yang masih kuat,
lingkungan sekitar masih mampu menjaga dan melindungi anak-anak dari kejahatan
seksual. Namun, di tengah perubahan zaman yang semakin maju, yang menguatkan
individualitas, perlindungan harus bisa dilakukan anak-anak secara mandiri.
Antisipasi Generasi Stunting
Guna Mencapai Indonesia Emas 2045
Mempersiapkan generasi emas pada Tahun 2045 bukan hal yang mudah.
Pasalnya, stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak
dibawah usia dua tahun di Indonesia.
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia,
juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak
stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh
pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang
mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah.
Banyaknya anak stunting akan memengaruhi kualitas generasi muda Indonesia di
masa mendatang, maka dari itu orang tua wajib memperhatikan tumbuh kembang
anak sebelum terlambat.
Nah, kondisi tersebut harus segera dientaskan karena akan menghambat
momentum generasi emas Indonesia 2045.

(1). Apa sih stunting itu?


Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, terutama pada 1000 HPK/Hari
Pertama Kehidupan, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil)
dari stkitar usianya serta menyebabkan terhambatnya perkembangan otak. Ingat,
stunting itu pasti bertubuh pendek, sementara yang bertubuh pendek belum tentu
stunting.
Masalah stunting penting untuk diselesaikan, karena berpotensi mengganggu
potensi Sumber Daya Manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan
kematian anak. Hasil dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan
bahwa terjadi penurunan angka stunting berada pada 27,67 % pada tahun 2019.
Walaupun angka stunting ini menurun, namun angka tersebut masih dinilai tinggi,
mengingat WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.
Awal tahun 2021, Pemerintah Indonesia menargetkan angka Stunting turun
menjadi 14 persen di tahun 2024. Dan Presiden Joko Widodo menunjuk Kepala
BKKBN, Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) menjadi Ketua Pelaksana Percepatan
Penurunan Stunting.
(2) Kondisi stunting di Kabupaten Jombang?
Lebih dari 9.700 balita di Kabupaten Jombang, diindikasikan mengalami stunting,
berdasarkan hasil penimbangan pada bulan timbang balita 2021. Kondisi stunting pada
ribuan balita di Kabupaten Jombang, terjadi akibat kurang gizi maupun kesalahan pola
asuh. Kasus stunting di Kabupaten Jombang masih terbilang tinggi, meski
prosentasenya sebesar 13,1 %. Pemkab Jombang, terus melakukan berbagai upaya
komprehensif dan terintergrasi agar kasus stunting terus berkurang. Ini perlu
mendapatkan perhatian serius karena menyangkut persoalan investasi ke depan
menyangkut sumber daya manusia, meskipun tren-nya cenderung mengalami
penurunan. Adapun sesuai data pada tahun 2018 kasus stunting di Kabupaten
Jombang sebesar 20,1 %, lalu turun menjadi 17,9 % di tahun 2019, dan turun lagi
menjadi 16,9 % pada tahun 2020 dan saat ini menjadi 13,1 % di tahun 2021.
Adapun 11 desa lokus stunting di Kabupaten Jombang Tahun 2021, yaitu Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung, Desa Curahmalang Kecamatan Sumobito,
Desa/Kecamatan Diwek, Desa Rejoslamet Kecamatan Mojowarno, Desa Pakel
Kecamatan Bareng, Desa Dukuhklopo Kecamatan Peterongan. Kemudian, Desa
Kalikejambon Kecamatan Tembelang, Desa Jombatan Kecamatan Kesamben, Desa
Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto, Desa Gadingmangu Kecamatan Perak dan Desa
Darurejo Kecamatan Plkitaan.
Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek
antara lain status gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, pola
pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi di
awal kehidupan seorang anak. Selain faktor lingkungan, juga dapat disebabkan oleh
faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek
disebabkan oleh malnutrisi.
Di samping itu, banyak ibu yang menghentikan atau setidaknya mengurangi
pemberian ASI-nya beberapa bulan setelah kelahiran, jauh sebelum berumur dua tahun
serta menggantinya dengan makanan lain. Hal ini menyebabkan bayi dan balita tidak
bisa tumbuh secara maksimal sehingga terjadilah apa yang sekarang disebut dengan
stunting. Gaya hidup modern yang lebih menonjolkan kepentingan pribadi ibu, baik
karena karir atau yang lain, juga memberi kontribusi yang signifikan.
Untuk mencegah stunting , konsumsi protein sangat mempengaruhi
pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas enam bulan. 1000 hari pertama
kehidupan merupakan periode kritis terjadinya stunting. Hitungan 1.000 hari di sini
dimulai sejak janin sampai anak berusia dua tahun. Permasalahan stunting terjadi
mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia
dua tahun. Awal kehamilan sampai anak berusia dua tahun (periode 1000 Hari Pertama
Kehidupan) merupakan periode kritis terjadinya gangguan pertumbuhan,
termasukperawakanpendek.

(4) Apa saja Gejala Stunting ?


Gejala anak yang mengalami Stunting antara lain :
1. Postur tubuh berperawakan lebih pendek dari teman seusianya.
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil dibanding
teman-teman seusianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Berat badan tidak naik, bahkan cenderung menurun.
5. Pertumbuhan tulang tertunda/terhambat/melambat, seperti pertumbuhan gigi salah
satunya.
6. Wajah anak tampak lebih muda dari anak seusianya.
7. Alami performa yang buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
8. Mudah terserang berbagai penyakit.
9. Di usia 8-10 tahun, anak akan menjadi lebih pendiam dan tak mau melakukan
banyak kontak mata dengan orang sekitar.
10.Perkembangan tubuh anak pun akan terhambat, seperti telat mesntruasi untuk anak
perempuan.

(5) Apa saja yang menjadi penyebab kasus stunting?


Penyebab Stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari beberapa
atau semua faktor-faktor berikut :
1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama
2. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori
3. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres
4. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak
5. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah
melahirkan
6. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi
7. Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.

(5) Bagaimana upaya untuk mencegah kasus stunting?

Setidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan


stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi
dan akses air bersih. Kesehatan itu berada di hilir, jadi kesehatan itu membutuhkan
peran semua sektor dan tatanan masyarakat. Seringkali masalah-masalah non
kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, sosial,
budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi
lingkungan. Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan
dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Selanjutnya,
dipengaruhi juga oleh pola asuh yang kurang baik terutama pada aspek perilaku,
terutama pada praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Selain itu, stunting juga
dipengaruhi dengan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di
dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih.
Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua
(seorang ibu terutama) dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu,
edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada
peningkatan kesehatan gizi ibu dan anaknya.
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu :
1) Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi
jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam dan tidak berimbang.
Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan,
memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan
mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring
diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati
maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat. Berikan anak
asupan/makanan yang B3SA ( Bergizi, Beragam dan Berimbang ) Secara Aman, agar
tubuhnya bisa bertambah tinggi dan untuk perkembangan otak anak.
2) Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik
dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Dimulai dari edukasi tentang
kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para
calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi
bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.
Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan
berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja
sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun,
namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh
kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan
kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan
dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa
biaya di Posyandu atau Puskesmas.
3) Sanitasi dan Akses Air Bersih.
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses
sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk
itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air
besar sembarangan.
Selain 3 hal diatas, yang bisa dilakukan dalam rangka Pencegahan Stunting
adalah :  Melakukan aktivitas fisik,  Minimal olah raga 30 menit secara teratur setiap
hari.  Jangan biarkan anak-anak tidur larut malam agar anak mendapat istirahat yang
cukup.  Minum air putih yang cukup.
(7) Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan agar status gizi anak dalam
kondisi baik
Pemeriksaan status gizi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan sebaiknya
mulai dilakukan setidaknya sejak anak berusia satu bulan. Demi memastikan tumbuh
kembangnya berjalan dengan baik, tidak ada salahnya untuk rutin mendatangi dokter,
bidan, maupun posyandu bahkan sampai sang anak tumbuh besar.
Jika orangtua membawa si kecil diperiksa ke dokter dengan rutin, biasanya
mendapatkan buku kesehatan ibu anak (KIA) atau kartu menuju sehat (KMS). Dan jika
rutin mengikuti kegiatan BKB maka akan mendapatkan KKA/Kartu Kembang Anak.
Buku dan kartu tersebut akan lebih memudahkan para orang tua dalam
memantau tumbuh kembang si kecil agar kondisi kesehatan anak bisa diperiksa
seoptimal mungkin. Jika terlihat adanya kelainan pada tumbuh kembang anak, bisa
dilakukan penanganan sedini mungkin.
Dengan rutin melakukan pemeriksaan status gizi, anak bisa berkembang lebih
baik dan lebih sehat. Status gizi anak tergolong baik ketika indikator grafik
pertumbuhannya berada di rentang normal. Artinya, berat badan sesuai dengan umur
dan tinggi badan, begitu pula dengan tinggi badan sesuai dengan umur dan berat
badan. Anak juga tidak tampak kurus, sangat kurus, gemuk, atau bahkan obesitas.
Kondisi ini menkitakan bahwa asupan gizi hariannya tercukupi dan sesuai dengan
aktivitasnya.
Agar info seputar stunting, masalah kesehatan lainnya maupun info2 yang terkait
dengan program KKBPK ( Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga) sampai
kepada keluarga2 yang ada, maka diharapkan keluarga mengikuti kelompok kegiatan
yang dilaksanakan di lingkungannya masing2, seperti keluarga yang punya anak balita
selalu aktif/hadir di Posyandu Balita dan BKB, agar keluarga memperoleh pengetahuan
tentang gizi anak, mulai dari makanan apa saja yang boleh untuk bayi di atas enam
bulan, bagaimana tekstur yang baik, berapa banyak yang harus diberikan, termasuk
pengetahuan pentingnya ASI Eksklusif, dsb..Begitu juga dengan yang punya anak
remaja mengikuti BKR, Posyandu Remaja/Posbindu dan PIK-R, yang punya Lansia
mengikuti kegiatan BKL maupun Posyandu Lansia dsb.
Dengan demikian Indonesia Emas 2045 yang merupakan visi pemerintah untuk
membangun negara maju yang berdaulat, adil dan makmur dapat terwujud. Berbekal
SDM yang unggul dan menguasai pengetahuan serta teknologi, Indonesia akan dikenal
sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia.
TEMA :
Antisipasi Generasi Stunting Guna Mencapai Indonesia Emas 2045

MATERI TALKSHOW DI RADIO KARTIKA FM


HARI SELASA TANGGAL 23 NOVEMBER 2021

PEMBUKAAN (MBAK WINDA)


Mempersiapkan generasi emas pada Tahun 2045 bukan hal yang mudah.
Pasalnya, stunting masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak
dibawah usia dua tahun di Indonesia.
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia,
juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak
stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh
pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang
mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah.
Banyaknya anak stunting akan memengaruhi kualitas generasi muda Indonesia di
masa mendatang, maka dari itu orang tua wajib memperhatikan tumbuh kembang
anak sebelum terlambat.
Nah, kondisi tersebut harus segera dientaskan karena akan menghambat
momentum generasi emas Indonesia 2045.
(1). Apa sih stunting itu?
Jawaban :
Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan
gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek
(kerdil) dari stkitar usianya.
Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 HPK/Hari Pertama Kehidupan
yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan
tumbuh kembang anak. Karena mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting
tumbuh lebih pendek dari stkitar tinggi balita seumurnya. Tapi ingat, stunting itu pasti
bertubuh pendek, sementara yang bertubuh pendek belum tentu stunting.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan
(genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima
tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal sebenarnya genetika itu
merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila
dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan
pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya
bisa dicegah.
(2) Kenapa stunting ini menjadi penting untuk dibahas?
Jawaban :
Masalah stunting penting untuk diselesaikan, karena berpotensi mengganggu
potensi Sumber Daya Manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan
kematian anak. Hasil dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan
bahwa terjadi penurunan angka stunting berada pada 27,67 % pada tahun 2019.
Walaupun angka stunting ini menurun, namun angka tersebut masih dinilai tinggi,
mengingat WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.
Data Bank Dunia atau World Bank mengatakan angkatan kerja yang pada masa
bayinya mengalami stunting mencapai 54%. Artinya, sebanyak 54% angkatan kerja
saat ini adalah penyintas stunting. Hal inilah yang membuat stunting menjadi perhatian
serius pemerintah.
Awal tahun 2021, Pemerintah Indonesia menargetkan angka Stunting turun
menjadi 14 persen di tahun 2024. Dan Presiden Joko Widodo menunjuk Kepala
BKKBN, Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) menjadi Ketua Pelaksana Percepatan
Penurunan Stunting.
Angka stunting disebabkan berbagai faktor kekurangan gizi pada bayi. Diantara
5 juta kelahiran bayi setiap tahun, sebanyak 1,2 juta bayi lahir dengan kondisi stunting.
Stunting itu adalah produk yang dihasilkan dari kehamilan. Ibu hamil yang
menghasilkan bayi stunting. Saat ini, bayi lahir saja sudah 23 % prevalensi stuntingnya.
Kemudian setelah lahir, banyak yang lahirnya normal tapi kemudian jadi stunting hingga
angkanya menjadi 27,6 %. Artinya dari angka 23 % muncul dari kelahiran yang sudah
tidak sesuai stkitar.
Hal lain yang menyebabkan stunting adalah sebanyak 11,7 % bayi terlahir
dengan gizi kurang yang diukur melalui ukuran panjang tubuh tidak sampai 48
sentimeter dan berat badannya tidak sampai 2,5 kilogram. Tidak hanya itu, tingginya
angka stunting di Indonesia juga ditambah dari bayi yang terlahir normal akan tetapi
tumbuh dengan kekurangan asupan gizi sehingga menjadi stunting. Yang lahir normal
pun masih ada yang kemudian jadi stunting karena tidak dapat ASI dengan baik atau
tidak mendapatkan ASI secara penuh s/d usia 2 tahun, kemudian asupan makanannya
tidak cukup.
Jadi kita harus senantiasa mengingatkan pentingnya menyiapkan kesehatan
yang prima sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Kalau boleh saya mengkritik
kebiasaan masyarakat yang memilih mengeluarkan biaya hingga puluhan juta untuk
sekadar melakukan prewedding, tapi tidak memikirkan hal yang lebih mendesak yakni
prakonsepsi. “Prakonsepsi itu sangat murah, calon ibu hanya minum asam folat,
periksa HB (hemoglobin), minum tablet tambah darah gratis kalau di Puskesmas, biaya
untuk persiapannya tidak lebih Rp 20.000. Sementara, suami hanya perlu mengurangi
rokoknya, kemudian suami minum zinc supaya spermanya bagus. Kalau mau menikah,
laki-lakinya itu harus menyiapkan 75 hari sebelum menikah. Karena sperma dibuat
selama 75 hari.
Kami juga berharap para calon ibu hamil tidak melakukan diet ketat. “Misalnya
ingin langsing, melakukan diet ketat, padahal perempuan mengalami menstruasi setiap
bulan, bleeding (perdarahan) sebanyak 100-200 cc. Kalau dia kekurangan nutrisi,
anaknya bisa stunting, ke depannya malah menjadi repot. Semua hal ini dilakukan
untuk memastikan calon pasangan suami istri dan atau perempuan yang sudah
menikah dan ingin hamil memiliki kriteria kesehatan yang baik untuk memproduksi,
mengandung serta melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.

(3) Bagaimana dengan kondisi di Kab Jombang sendiri..?


Jawaban :
Lebih dari 9.700 balita di Kabupaten Jombang, diindikasikan mengalami stunting,
berdasarkan hasil penimbangan pada bulan timbang balita 2021. Kondisi stunting pada
ribuan balita di Kabupaten Jombang, terjadi akibat kurang gizi maupun kesalahan pola
asuh. Kasus stunting di Kabupaten Jombang masih terbilang tinggi, meski persentase
kasusnya dibawah 15 persen. Pemkab Jombang, terus melakukan berbagai upaya
komprehensif dan terintergrasi agar kasus stunting terus berkurang. Ini perlu
mendapatkan perhatian serius karena menyangkut persoalan investasi ke depan
menyangkut sumber dayamanusia.
Angka kasus stunting di Kabupaten Jombang masih cukup tinggi yakni sebesar
13,1 persen meskipun tidak melebihi 14 persen perlu mendapatkan perhatian yang
serius dalam percepatan pencegahan dan penanganan stunting terintegrasi. Tren
kasus stunting terkini cenderung turun sesuai data persentase secara keseluruhan yaitu
20,1 persen pada tahun 2018, turun menjadi 17,9 persen di tahun 2019, 16,9 persen
tahun 2020 dan terkini 13,1 persen tahun 2021.
Adapun 11 desa lokus stunting di Kabupaten Jombang Tahun 2021, yaitu Desa
Murukan Kecamatan Mojoagung, Desa Curahmalang Kecamatan Sumobito,
Desa/Kecamatan Diwek, Desa Rejoslamet Kecamatan Mojowarno, Desa Pakel
Kecamatan Bareng, Desa Dukuhklopo Kecamatan Peterongan. Kemudian, Desa
Kalikejambon Kecamatan Tembelang, Desa Jombatan Kecamatan Kesamben, Desa
Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto, Desa Gadingmangu Kecamatan Perak dan Desa
Darurejo Kecamatan Plkitaan.
Stunting masih menjadi masalah yang menghantui balita di negeri ini,
pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi balita stunting di
Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%).
Tahun 2015 Indonesia tertinggi ke-2 di bawah Laos untuk jumlah anak stunting.
Indonesia merupakan negara nomor empat dengan angka stunting tertinggi di dunia.
Lebih kurang sebanyak 9 juta atau 37 persen balita Indonesia
mengalamistunting(kerdil).
Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek
antara lain status gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, pola
pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi di
awal kehidupan seorang anak. Selain faktor lingkungan, juga dapat disebabkan oleh
faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek
disebabkan oleh malnutrisi.
Di samping itu, banyak ibu yang menghentikan atau setidaknya mengurangi
pemberian ASI-nya beberapa bulan setelah kelahiran, jauh sebelum berumur dua tahun
serta menggantinya dengan makanan lain. Hal ini menyebabkan bayi dan balita tidak
bisa tumbuh secara maksimal sehingga terjadilah apa yang sekarang disebut dengan
stunting. Gaya hidup modern yang lebih menonjolkan kepentingan pribadi ibu, baik
karena karir atau yang lain, juga memberikontribusiyangsignifikan.
Untuk mencegah stunting , konsumsi protein sangat mempengaruhi
pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas enam bulan. 1000 hari pertama
kehidupan merupakan periode kritis terjadinya stunting. Hitungan 1.000 hari di sini
dimulai sejak janin sampai anak berusia dua tahun. Permasalahan stunting terjadi
mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia
dua tahun. Awal kehamilan sampai anak berusia dua tahun (periode 1000 Hari Pertama
Kehidupan) merupakan periode kritis terjadinya gangguan pertumbuhan,
termasukperawakanpendek.
Dalam kitab-kitab Fiqh juga disebutkan bahwa seorang ibu yang baru
melahirkan, hendaknya segera memberikan air susunya kepada anaknya. Penelitian
kesehatan modern menemukan bahwa air susu yang keluar pertama kali dari seorang
ibu yang melahirkan mengandung colostrum, yang sangat baik untuk bayi karena
mengandung anti bodi atau daya imun bagi bayi yang sangat baik untuk pertumbuhan
dan kesehatan selanjutnya.
Karena itu, sudah menjadi tugas negara untuk mengentaskan segala
permasalahan rakyat. Memberikan perlindungan berupa skitang, pangan, papan,
pendidikan serta kesehatan yang memadai. Namun, kapitalisme telah menyebabkan
sebagian besar masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka,
sehingga ibu yang seharusnya bertanggung jawab sebagai pengatur rumah tangga
sekaligus madrasah pertama bagi anak-anaknya, terpaksa harus keluar rumah untuk
bekerja demi membantu suami mencari nafkah.
Islam memuliakan anak-anak dengan memberikan tanggung jawab
pengasuhannya kepada ibu, dan ayah sebagai pencari nafkah. Islam juga sangat
memperhatikan pertumbuhan anak di awal-awal kehidupannya. Al-Quran memberi
tuntunan kepada orang tua, khususnya ibu, untuk memberikan asupan gizi yang sangat
tinggi nilainya, yakni pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif untuk anak yang
baru lahir sampai berumur 2 tahun.
Dalam sebuah ayat al-Quran Allah berfirman yang menjelaskan kewajiban umat
Islam untuk takut pada Allah dan larangan untuk meninggalkan anak-anak dalam
keadaan lemah. "Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila sekitainya
mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka
khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar." (Al Qur”an Surat An-
Nisa: ayat 9).
Stunting umumnya diderita oleh masyarakat miskin dan berpendidikan rendah,
maka solusi untuk masalah stunting harus diselesaikan dari akarnya. Yaitu dengan di
terapkannya hukum Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Hukum Islam
bersumber dari Allah SWT yang berupa al- Quran dan as-Sunnah sehingga
perlindungan negara terhadap rakyat akan memberikan keadilan tanpa memkitang
miskin dan kaya. Penyediaan lapangan pekerjaan adalah hal utama yang harus
dilakukan sehingga setiap keluarga memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhannya dan memberikan makanan yang bernutrisi untuk tumbuh kembang anak-
anaknya.
(4) Apa saja Gejala Stunting ?

Jawaban :

Gejala anak yang mengalami Stunting antara lain :


1. Postur tubuh berperawakan lebih pendek dari teman seusianya.
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil dibanding
teman-teman seusianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda/terhambat
5. Pertumbuhan melambat, seperti pertumbuhan gigi salah satunya.
6. Wajah anak tampak lebih muda dari anak seusianya.
7. Alami performa yang buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
8. Berat badan tidak naik, bahkan cenderung menurun.
9. Mudah terserang berbagai penyakit.
10. Di usia 8-10 tahun, anak akan menjadi lebih pendiam dan tak mau melakukan
banyak kontak mata dengan orang sekitar.
11. Perkembangan tubuh anak pun akan terhambat, seperti telat mesntruasi untuk anak
perempuan.

(4) Apa saja yang menjadi penyebab kasus stunting ini?


Jawaban :
Penyebab Stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari
beberapa atau semua faktor-faktor berikut :
1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama
2. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori
3. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres
4. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak
5. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah
melahirkan
6. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi
7. Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal
(5) Lalu, bagaimana upaya untuk mencegah dan mengatasi kasus
stunting ini?
Jawaban :
Stunting yang diyakini akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan, sehingga situasi ini jika
tidak diatasi segera maka dapat dipastikan Indonesia tidak mampu bersaing
menghadapi tantangan global pada masa depan.
Oleh karena itu salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan
stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap
untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
Setidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan
stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi
dan akses air bersih. Kesehatan itu berada di hilir, jadi kesehatan itu membutuhkan
peran semua sektor dan tatanan masyarakat. Seringkali masalah-masalah non
kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, sosial,
budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi
lingkungan. Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan
dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Selanjutnya,
dipengaruhi juga oleh pola asuh yang kurang baik terutama pada aspek perilaku,
terutama pada praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Selain itu, stunting juga
dipengaruhi dengan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di
dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih.
Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua
(seorang ibu terutama) dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu,
edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada
peningkatan kesehatan gizi ibu dan anaknya.
Secara lebih rinci terkait tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan
stunting, yaitu :
1) Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi
jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam dan tidak berimbang.
Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak
sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah
dan sayur setiap hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan
buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani)
dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat. Berikan anak asupan/makanan
yang B2SA ( Bergizi, Beragam dan Berimbang ) Secara Aman, agar tubuhnya bisa
bertambah tinggi dan untuk perkembangan otak anak.
2) Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik
dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Dimulai dari edukasi tentang
kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para
calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi
bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.
Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan
berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja
sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun,
namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh
kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan
kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan
dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa
biaya di Posyandu atau Puskesmas.
3) Sanitasi dan Akses Air Bersih.
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses
sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk
itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air
besar sembarangan.
Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua
(seorang ibu) maka, dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu,
edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada
peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya.
Selain 3 hal diatas, yang bisa dilakukan dalam rangka Pencegahan Stunting
adalah :  Melakukan aktivitas fisik,  Minimal olah raga 30 menit secara teratur setiap
hari.  Jangan biarkan anak-anak tidur larut malam agar anak mendapat istirahat yang
cukup.  Minum air putih yang cukup.
Dampak stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada
1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak
berusia 2 tahun, Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak
yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang Gejala stunting
jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan,
penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran, Sedangkan gejala jangka
panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner,
hipertensi, dan osteoporosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. Pada
usia 1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan
dikonsumsi oleh ibu hamil, Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya,
asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya.
Pada saat bayi telah lahir, penelitian untuk mencegah Stunting menunjukkan bahwa,
konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di
atas 6 bulan, Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori
yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan
protein 7,5 persen dari total asupan kalori Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan
mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1–3
tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan, Jadi, pastikan si
kecil mendapat asupan protein yang cukup sejak ia pertama kali mencicipi, "Ternyata
hormon pertumbuhan itu kerjanya pukul 00.00 sampai 01.00 malam. Dia (hormon)
bekerja kalau tidur nyenyak. Dengan cara itu anak bisa tinggi.
(6) Jadi, satu hal yang harus di pahami bersama bahwa stunting itu bisa
diatasi untuk tidak menjadi stunting atau dikoreksi pada seribu
HPK/Hari Pertama Kehidupan. Sehingga ketika bayi lahir sampai 2
tahun ini masih bisa dilakukan modifikasi, intervensi supaya tidak
bisa menjadi stunting. Nah..dalam hal ini, kontribusi apa saja yang
sudah dilakukan oleh Dinas PPKB, PPPA Kab Jombang untuk
penurunan angka stunting di Kab. Jombang..?
Jawaban :
Dalam mengatasi stunting, Dinas PPKB, PPPA Kab Jombang sudah
mengerahkan dukungan yakni tenaga Penyuluh KB/PLKB dan para IMP/kader yang
terdiri dari PPKBD maupun Sub PPKBD yang tersebar di setiap desa/kelurahan yang
ada di Kabupaten Jombang. Penyuluh KB/PLKB beserta Kader Pendamping..nantinya
akan menjalankan pendampingan kepada keluarga dan calon PUS/Pasangan Usia
Subur sebelum proses kehamilan. Misalnya, mendorong calon pengantin agar mau
melakukan pemeriksaan sebelum menikah dan hamil.
Selain tetap mengoptimalkan pelayanan melalui kader Posyandu, Dinas PPKB,
PPPA Kabupaten Jombang juga melakukan penanganan dari hulu ke hilir. Dimulai dari
sebelum anak lahir, yakni saat para ibu atau PUS/Pasangan Usia Subur merencanakan
akan menikah, mereka harus dicek kesehatannya. Banyak perempuan Indonesia yang
hamil dalam kondisi yang sebenarnya belum siap sehingga kemungkinan anaknya bisa
stunting.
BKKBN sudah meluncurkan program siap nikah dan kedepannya calon
pasangan usia subur atau calon pengantin harus mendaftarkan hari pernikahannya tiga
bulan sebelumnya. Calon pengantin akan diminta untuk mengisi platform yang berisikan
penilaian status gizi dan kesiapan untuk hamil guna mencegah stunting. Platform
sedang disiapkan secara bersama-sama oleh BKKBN dan Kementerian Agama
(Kemenag).
Dinas PPKB,PPPA tidak akan mempersulit dan menggagalkan orang menikah.
Apabila ada yang tidak memenuhi syarat untuk hamil. Maka OPD kami tentu tidak
melarang pasangan yang akan menikah tetapi kami akan memberikan masukan dan
saran-saran untuk tidak hamil dulu sebelum kesehatannya memenuhi syarat dan kami
beserta tim akan senantiasa memberikan edukasi tentang stunting kepada masyarakat.
OPD kami juga sudah melakukan koordinasi dengan lintas sektoral terkait
sekaligus juga telah menggandeng organisasi TP PKK yang memiliki jaringan dari
desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan nasional. dalam percepatan
penurunan stunting.
Kemendes PDTT juga turut berkolaborasi memprioritaskan percepatan
penanganan stunting. Percepatan tersebut dilakukan dengan mengarahkan kebijakan
penggunaan Dana Desa untuk pencegahan stunting di Indonesia, termasuk di Kab
Jombang. Jadi kami menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk mencegah lahirnya
bayi-bayi stunting di dalam keluarga dengan cara menyiapkan betul remaja putri yang
akan menikah harus sehat. Ibu-ibu yang akan menambah lagi anaknya harus sehat
juga.
“Ingat pesan kami jangan terlalu muda untuk hamil (kurang dari 21 tahun), jangan
terlalu tua untuk hamil (usia lebih dari 35 tahun) dan jangan terlalu sering atau kurang
dari 3 tahun sudah hamil lagi dan jangan terlalu banyak. Dan ingat selalu pesan kami
usia ideal untuk hamil dan untuk melahirkan adalah usia 21-35 tahun dan pesan kami
yang kedua adalah 2 anak lebih baik, 2 anak lebih sehat. Mari bersama kita
ciptakan/kita wujudkan kesejahteraan dan kesehatan keluarga sebagai sebuah upaya
percepatan penurunan stunting.

(7) Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan agar status gizi anak dalam
kondisi baik
Jawaban :
Pemeriksaan status gizi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan sebaiknya mulai
dilakukan setidaknya sejak anak berusia satu bulan.
Demi memastikan tumbuh kembangnya berjalan dengan baik, tidak ada
salahnya untuk rutin mendatangi dokter, bidan, maupun posyandu rutin bahkan sampai
sang anak tumbuh besar.
Jika orangtua membawa si kecil diperiksa ke dokter dengan rutin, biasanya
mendapatkan buku kesehatan ibu anak (KIA) atau kartu menuju sehat (KMS). Dan jika
rutin mengikuti kegiatan BKB maka akan mendapatkan KKA/Kartu Kembang Anak.
Buku dan kartu tersebut akan lebih memudahkan para orang tua/para bunda
dalam memantau tumbuh kembang si kecil agar kondisi kesehatan anak bisa diperiksa
seoptimal mungkin. Jika terlihat adanya kelainan pada tumbuh kembang anak, bisa
dilakukan penanganan sedini mungkin.
Dengan rutin melakukan pemeriksaan status gizi, anak bisa berkembang lebih
baik dan lebih sehat. Status gizi anak tergolong baik ketika indikator grafik
pertumbuhannya berada di rentang normal.Artinya, berat badan sesuai dengan umur
dan tinggi badan, begitu pula dengan tinggi badan sesuai dengan umur dan berat
badan. Anak juga tidak tampak kurus, sangat kurus, gemuk, atau bahkan
obesitas.Kondisi ini menkitakan bahwa asupan gizi hariannya tercukupi dan sesuai
dengan aktivitasnya.

(7) Kesimpulan yang diambil dari pembahasan ini..?

7.1. Saat ini, stunting menjadi salah satu masalah yang diperhatikan oleh pemerintah
melalui sebuah inovasi yang diprakarsai Presiden Jokowi yang disebut Padat Karya
Tunai Desa Bidang Kesehatan. Program padat karya tunai desa ini merupakan
program yang mengutamakan sumber daya lokal, tenaga kerja lokal, dan teknologi
lokal desa. Program ini memiliki empat pilar, yaitu: 1) Meningkatkan perekonomian
masyarakat desa; 2) Menurunkan angka pengangguran masyarakat desa melalui
kegiatan swa kelola, 3) Mekanisme operasionalnya dikerjakan bersama secara
lintas sektor, dan 4) Dilaksanakan dengan integrasi lintas program dan lintas sektor.
7.2 Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting pada
1.000 HPK anak.
1. Pemenuhan gizi calon ibu dan ibu hamil.
2. Pemberian ASI eksklusif.
3. Berikan MPASI saat bayi 6 bulan.
4. Perilaku Hidup Sehat dan Bersih. Sanitasi buruk juga menjadi salah satu
indikator yang menyebabkan stunting. ...
5. Pantau tumbuh kembang anak.

7.3 Dinas PPKB, PPPA Kab Jombang siap bekerja keras untuk mencapai target
menurunkan prevalensi stunting hingga 14 % sebagaimana diamanatkan Presiden
Jokowi. Oleh karena itu mari kita ajarkan kepada anak-anak kita, kalau nanti bila
mereka atau istri mereka mengandung, harus hamil yang direncanakan. "Berikan
kasih sayang, makan makanan dengan gizi yang baik agar anaknya tidak stunting,
jadi anak yang cerdas dan berkualitas”.
7.4 Dampak stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada
1.000 HPK/Hari Pertama Kehidupan anak. Hitungan 1.000 HPK di sini dimulai sejak
janin sampai anak berusia 2 tahun. Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi
dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek
jangka panjang Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan perkembangan,
penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem
pembakaran, Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan
toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin.
Pada usia 1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat
dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil. Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi dirinya, asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada
dalam kandungannya. Pada saat bayi telah lahir, penelitian untuk mencegah
Stunting menunjukkan bahwa, konsumsi protein sangat mempengaruhi
pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat
asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki
badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total
asupan kalori. Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian
sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan
protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan, Jadi, pastikan si kecil mendapat
asupan protein yang cukup sejak ia pertama kali mencicipi. Dan ternyata hormon
pertumbuhan itu kerjanya pukul 00.00 sampai 01.00 malam. Dia (hormon) bekerja
kalau tidur nyenyak. Dengan cara itu anak bisa tinggi.
Agar info seputar stunting, masalah kesehatan lainnya maupun info2 yang
terkait dengan program KKBPK ( Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga)
sampai kepada keluarga2 yang ada, maka diharapkan ibu2/keluarga mengikuti
kegiatan yang dilaksanakan di lingkungannya masing2, seperti keluarga yang
punya anak balita selalu aktif/hadir di Posyandu Balita dan BKB, agar keluarga
memperoleh pengetahuan tentang gizi anak, mulai dari makanan apa saja yang
boleh untuk bayi di atas enam bulan, bagaimana tekstur yang baik, berapa banyak
yang harus diberikan, termasuk pengetahuan pentingnya ASI Eklusif, dsb..Begitu
juga dengan yang punya anak remaja mengikuti Posyandu Remaja/Posbindu dan
PIK-R, yang punya Lansia mengikuti kegiatan BKL maupun Posyandu Lansia dsb.
Stunting adalah kondisi tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan
anak seusianya, Di Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah kesehatan
dengan jumlah yang cukup banyak Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi
kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang
dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun, Hal ini disebabkan
oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan (growth
faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.
Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada
perkembangan otak, rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi
prestasi sekolah dan keberhasilan pendidikan, Dalam jangka panjang,
kekurangan gizi pada awal kehidupan akan menurunkan produktivitas dan
kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan
kesenjangan dimasyarakat. Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek,
Sp.M(K) mengatakan "

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara


ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada 2017. Angkanya
mencapai 36,4 persen. Namun, pada 2018, menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), angkanya terus menurun hingga 23,6 persen, Dari data yang sama,
diketahui pula stunting pada balita di Indonesia pun turun menjadi 30,8 persen.
Adapun pada Riskesdas 2013, stunting balita mencapai 37,2 persen, Perlu
diketahui bahwa riskesdas memang dirilis setiap lima tahun sekali. Sedangkan
stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang antara lain disebabkan gizi buruk,
Anak dikatakan stunting ketika pertumbuhan tinggi badannya tak sesuai grafik
pertumbuhan stkitar dunia. Atau dalam bahasa yang lebih umum adalah kuntet.
Dari Riskesdas 2018 itu, sangat pendek mencapai 6,7 Penurunan angka stunting
di Indonesia adalah kabar baik, tapi belum berarti sudah bisa membuat tenang.
Maklum, bila merujuk pada stkitar WHO, batas maksimalnya adalah 20 persen
atau seperlima dari jumlah total anak balita.

Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti
bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai, Kegagalan pertumbuhan
mungkin telah terjadi di masa lalu seseorang. Selain itu, efek jangka panjang
yang disebabkan oleh stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, acap kali
dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan
kematian akibat infeksi.

Apa itu stunting?


Mengutip dari Buletin Stunting yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan
RI, stunting adalah kondisi yang ditkitai ketika panjang atau tinggi badan anak
kurang jika dibandingkan dengan umurnya.
Mudahnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan
pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang
teman-teman seusianya dan memiliki penyebab utama kekurangan nutrisi.
Banyak yang tidak tahu kalau anak pendek adalah tkita dari adanya masalah
gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si kecil. Hanya saja, perlu diingat bahwa
anak pendek belum tentu stunting, sedangkan anak stunting pasti terlihat
pendek.
Anak masuk ke dalam kategori stunting ketika panjang atau tinggi badannya
menunjukkan angka di bawah -2 stkitar deviasi (SD). Terlebih lagi, jika kondisi
ini dialami anak yang masih di bawah usia 2 tahun dan harus ditangani
dengan segera dan tepat.

Ada beberapa kategori yang digunakan untuk mengelompokkan status gizi


anak, seperti:

1. Stunting

Stunting adalah gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang


membuatnya tinggi badannya terhambat sehingga tidak sesuai dengan anak
seusianya.
Gejala anak yang mengalami stunting berupa:

 Postur anak lebih pendek dari teman-teman seusianya


 Proporsi tubuh mungkin tampak normal, tapi anak terlihat lebih muda atau
kecil untuk usianya
 Berat badan rendah untuk anak seusianya
 Pertumbuhan tulang terhambat
2. Marasmus

Marasmus adalah kekurangan gizi yang terjadi karena anak tidak


mendapatkan asupan energi dalam waktu yang cukup lama.
Gejala khas yang muncul pada anak dengan marasmus yakni:

 Berat badan anak yang merosot pesat


 Kulit keriput seperti orang tua
 Perut cekung
 Cenderung cengeng
Bila si kecil mengalami hal ini, segera konsultasikan ke dokter.

3. Kwashiorkor

Sedikit berbeda dengan marasmus, kwashiorkor adalah kekurangan gizi akibat


dari rendahnya asupan protein.
Padahal, protein berperan penting sebagai zat untuk membangun dan
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.

Ciri khas dari kwashiorkor biasanya tidak membuat berat badan anak turun
drastis.

Ini karena tubuh anak memiliki banyak cairan sehingga membuat berat
badannya tetap normal, meski sebenarnya anak tersebut kurus.

Gejala kwashiorkor lainnya seperti:


 Perubahan warna kulit
 Rambut rambut seperti jagung
 Bengkak (edema) di beberapa bagian, seperti kaki, tangan, dan perut
 Wajah bulat dan sembab (moon face)
 Penurunan masa otot
 Diare dan lemas
Segera konsultasi ke dokter bila anak Kita memiliki tkita di atas.

4. Marasmus-kwashiorkor

Marasimus-kwashiorkor adalah gabungan kondisi dan gejala dari marasmus


serta kwashiorkor.

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh pola makan, khususnya karena tidak
tercukupinya asupan zat gizi tertentu seperti kalori dan protein.

Anak yang mengalami marasmus-kwashiorkor akan mengalami gejala seperti:

 Tubuh sangat kurus


 Muncul tkita-tkita tubuh kurus (wasting) di beberapa bagian tubuh. Misalnya
jaringan dan massa otot hilang, serta tulang yang langsung kentara pada kulit
seolah tidak terlapisi oleh daging.
 Mengalami penumpukan cairan di beberapa bagian tubuh (asites).
Konsultasikan ke dokter kalau si kecil memiliki gejala di atas.

5. Wasting (kurus)

Anak dikatakan bertubuh kurus (wasting) jika berat badannya jauh berada di
bawah normal atau tidak sesuai dengan tinggi badannya.

Indikator yang biasanya dipakai untuk menentukan wasting adalah berat


badan berbanding tinggi badan (BB/TB), untuk usia 0-60 bulan.

Wasting juga kerap disebut sebagai kekurangan gizi akut atau berat.

Kondisi ini biasanya disebabkan karena anak tidak memperoleh asupan zat
gizi yang cukup, atau mengalami penyakit yang mengakibatkan kehilangan
berat badan, seperti diare.

Gejala yang muncul ketika anak mengalami wasting yakni tubuh tampak
sangat kurus akibat berat badan rendah.

6. Underweight (berat badan kurang)


Underweight menkitakan kondisi berat badan anak yang kurang jika
dibandingkan usianya.
Indikator yang biasanya dipakai untuk menentukan berat badan kurang
adalah berat badan berbanding usia (BB/U) untuk anak 0-60 bulan.

Sementara anak usia 5-18 tahun menggunakan indeks massa tubuh


berbanding usia (IMT/U).

Tkita paling kentara ketika anak mengalami berat badan kurang yakni
tubuhnya terlihat kurus dan berat badannya kurang jika dibandingkan dengan
teman-teman seusianya.

Hal ini terjadi karena jumlah asupan energi yang masuk tidak setara dengan
energi yang keluar.

Anak dengan underweight biasannya lebih rentan terserang penyakit infeksi,


sulit berkonsentrasi, mudah lelah, hingga tidak berenergi saat beraktivitas.
7. Overweight (kelebihan berat badan)
Anak dikatakan overweight (kegemukan) ketika berat badannya tidak
sebanding dengan tinggi badannya.
Kondisi ini tentu akan membuat tubuh anak tampak gemuk dan kurang ideal.

Selain memiliki tubuh yang gemuk, anak dengan berat badan berlebih juga
memiliki ciri ukuran lingkar pinggang dan pinggul di atas normal.

Kondisi ini juga kerap membuat anak mengalami kelelahan parah serta nyeri
otot dan sendi.

Lebih buruknya, overweight berisiko membuat anak terserang berbagai


penyakit.
Penyakit yang mungkin muncul contohnya penyakit jantung, stroke, diabetes,
hingga gangguan muskuloskeletal seperti arthritis.

Usahakan selalu memberikan makanan sehat untuk anak, membawakan bekal


anak sekolah, dan camilan sehat untuk anak guna mengoptimalkan kebutuhan
gizinya.
Bila anak susah makan, Kita bisa memberikan susu anak agar tetap ada asupan
gizi.
8. Obesitas

Obesitas tidak sama dengan kegemukan karena berat badan yang dimiliki
anak obesitas berarti sudah berada jauh di atas rentang normal.

Hal ini bisa diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang
masuk ke dalam tubuh (terlalu banyak) dengan yang dikeluarkan oleh tubuh
(terlalu sedikit).

Dengan kata lain, obesitas bisa diartikan sebagai overweight di tingkat yang
lebih parah karena terjadi penumpukan jaringan lemak di seluruh tubuh.
Obesitas pada anak ditkitai dengan postur tubuhnya yang sangat gemuk,
bahkan sampai membuatnya sulit bergerak dan beraktivitas banyak.
Anak yang mengalami obesitas juga biasanya gampang kelelahan meski baru
sebentar melakukan kegiatan.

Hal yang perlu dilakukan agar status gizi anak dalam


kondisi baik
Pemeriksaan status gizi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan sebaiknya
mulai dilakukan setidaknya sejak anak berusia satu bulan.

Demi memastikan tumbuh kembangnya berjalan dengan baik, tidak ada


salahnya untuk rutin mendatangi dokter, bidan, maupun posyandu rutin
bahkan sampai sang anak tumbuh besar.

Jika Kita membawa si kecil diperiksa ke dokter dengan rutin, biasanya Kita
mendapatkan buku kesehatan ibu anak (KIA) atau kartu menuju sehat (KMS).
Buku dan kartu tersebut akan lebih memudahkan Kita dalam memantau
tumbuh kembang si kecil agar kondisi kesehatan anak bisa diperiksa seoptimal
mungkin.

Jika terlihat adanya kelainan pada tumbuh kembang anak, bisa dilakukan
penanganan sedini mungkin.

Dengan rutin melakukan pemeriksaan, status gizi anak bisa berkembang lebih
baik.

Status gizi anak tergolong baik ketika indikator grafik pertumbuhannya berada
di rentang normal.

Artinya, berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan, begitu pula
dengan tinggi badan yang sesuai dengan umur dan berat badan.

Anak juga tidak tampak kurus, sangat kurus, gemuk, atau bahkan obesitas.

Kondisi ini menkitakan bahwa asupan gizi hariannya tercukupi dan sesuai
dengan aktivitasnya.
Penilaian Status Gizi Anak, Cara
Mengukur Hingga Membaca
Hasilnya
Apakah cara menghitung status gizi anak dan orang dewasa sama?|Bagaimana cara menghitung
status gizi anak?|Apa saja permasalahan status gizi pada anak?|Hal yang perlu dilakukan agar
status gizi anak dalam kondisi baik

tatus gizi anak adalah salah satu tolak ukur penilaian tercukupinya kebutuhan
asupan gizi harian serta penggunaan zat gizi tersebut oleh tubuh. Jika asupan
nutrisi anak senantiasa terpenuhi dan digunakan seoptimal mungkin, tentu
tumbuh kembangnya akan optimal. Namun jika sebaliknya, status gizi si kecil
bisa saja bermasalah sehingga memengaruhi perkembangannya hingga
dewasa kelak. Nah, berikut penjelasan lengkapnya seputar cara menghitung
status gizi anak.

Apakah cara menghitung status gizi anak dan orang


dewasa sama?
Proses pertumbuhan pada masa anak-anak dan dewasa berbeda.

Dalam rentang usia anak-anak mulai dari usia 0-18 tahun, termasuk di masa
perkembangan anak 6-9 tahun, tubuh masih akan terus mengalami
pertumbuhan dan perkembangan.
Sementara setelah menginjak usia dewasa, pertumbuhan tersebut biasanya
akan berhenti secara bertahap.

Usia anak-anak merupakan masa-masa penting di mana pertumbuhan tubuh


berlangsung sangat pesat.

Mulai dari berat badan ideal anak 6-9 tahun, tinggi badan, hingga ukuran
tubuh secara keseluruhan akan terus mengalami perubahan.
Perkembangan kognitif anak, perkembangan sosial anak, perkembangan
emosi anak, terutama perkembangan fisik anak dipengaruhi oleh status
gizinya.
Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan tubuh sebelum memasuki usia dewasa
yang sesungguhnya di mana tubuh anak diharapkan sudah berkembang
dengan matang.

Nah, karena tubuh di usia anak-anak masih akan terus mengalami


perkembangan, maka cara menghitung status gizi anak berbeda dengan
orang dewasa.
Pengukuran indeks massa tubuh (IMT) yang sering kali dijadikan tolak ukur
status gizi orang dewasa tidak bisa digunakan pada anak.
Indeks massa tubuh (IMT) adalah penilaian status gizi untuk usia dewasa
dengan melakukan perbandingan berat badan dalam kilogram dengan tinggi
badan dalam meter kuadrat.
Perhitungan IMT dinilai kurang akurat dalam mengukur status gizi anak.

Lagi-lagi, ini karena berat badan dan tinggi badan di usia anak-anak
cenderung berubah dengan sangat cepat.

Mengutip dari Bahan Ajar Gizi: Penilaian Statuz Gizi, status gizi anak bisa
diukur dengan beberapa indikator tertentu, yaitu:
1. Jenis kelamin

Penilaian status gizi anak laki-laki tentu tidak sama dengan anak perempuan.

Hal ini disebabkan karena tumbuh kembangnya pun berbeda, biasanya anak
perempuan akan tumbuh jauh lebih cepat ketimbang laki-laki.

Itu sebabnya, dalam melakukan cara menghitung status gizi anak terhadap
status gizi anak, penting untuk memerhatikan jenis kelamin.

Sebab pola pertumbuhan anak laki-laki berbeda dengan perempuan.

2. Usia

Faktor usia sangat penting untuk menentukan dan melihat apakah status gizi
si kecil, termasuk gizi anak sekolah, sudah baik atau belum.
Hal ini sebenarnya memudahkan Kita untuk tahu, apakah sang buah hati
mengalami pertumbuhan yang normal jika dibandingkan dengan anak-anak
seusianya.

Meski memang setiap anak akan mengalami tumbuh kembang yang berbeda
walaupun memiliki rentang usia yang sama.

3. Berat badan

Berat badan adalah salah satu indikator dari penilaian status gizi anak yang
paling sering dipakai.

Ya, berat badan dianggap dapat memberikan gambaran mengenai kecukupan


jumlah zat gizi makro dan mikro yang ada di dalam tubuh.

Tak seperti tinggi badan yang perubahannya membutuhkan waktu yang agak
lama, berat badan bisa sangat cepat berubah.

Perubahan berat badan bisa menunjukkan perubahan status gizi pada anak.
Itulah mengapa berat badan kerap dipakai untuk menggambarkan status gizi
anak saat ini, atau dikenal juga sebagai pertumbuhan massa jaringan.

4. Tinggi badan atau panjang badan

Berbeda dengan berat badan yang bisa berubah dengan sangat cepat, tinggi
badan justru bersifat linier.

Arti linier di sini adalah perubahan tinggi badan tak begitu cepat dan
dipengaruhi oleh banyak hal dari masa lampau, tak hanya saat ini saja.

Mudahnya begini, jika si kecil makan terlalu banyak mungkin saja berat
badannya bertambah meski hanya 500 gram atau satu kilogram dalam
beberapa hari.

Namun, hal ini tidak berlaku pada tinggi badan.

Pertumbuhan tinggi badan sangat berkaitan dan tergantung dengan kualitas


makanan yang Kita berikan pada anak sejak kecil, bahkan mulai dari ia lahir.

Pemberian ASI eksklusif atau tidak saat bayi hingga kualitas makanan
pendamping yang Kita berikan kepada si kecil berpengaruh ke
pertumbuhannya.

Maka itu, tinggi badan cenderung dipakai sebagai indikator untuk mengetahui
masalah gizi kronis pada anak alias masalah nutrisi yang sudah berlangsung
sejak lama.

Dahulu, saat anak berusia 0-2 tahun panjang badan diukur dengan
menggunakan papan kayu (length board).
Sementara untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, pengukuran tinggi
badan menggunakan alat bernama mikrotoise yang diskitarkan ke dinding.

5. Lingkar kepala

elain indikator yang sudah disebutkan sebelumnya, lingkar kepala termasuk hal yang
biasanya diukur untuk tahu status gizi si kecil.

Meski tidak menggambarkan secara langsung, lingkar kepala bayi harus selalu diukur
setiap bulan hingga anak menginjak usia 2 tahun.

Pasalnya, lingkar kepala dapat memberi gambaran bagaimana ukuran dan tumbuh
kembang otak anak saat itu.

Pengukuran biasanya dilakukan di dokter, bidan, atau posyandu, dengan


menggunakan pita ukur yang dilingkarkan di kepala bayi.

Setelah diukur, lingkar kepala anak akan dikelompokkan ke dalam kategori normal,
kecil (mikrosefalus), atau besar (makrosefalus).
Lingkar kepala yang berukuran terlalu kecil atau besar merupakan tkita ada masalah
dengan perkembangan otak anak.

Bagaimana cara menghitung status gizi anak?


eperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penilaian dan cara menghitung
status gizi anak dan orang dewasa tidaklah sama.

Indikator usia, berat, serta tinggi badan, saling berkaitan untuk menentukan
status gizi anak.

Ketiga indikator tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam grafik


pertumbuhan anak (GPA) yang juga dibedakan sesuai dengan jenis
kelaminnya.

Nah, grafik ini yang nantinya akan menunjukkan apakah status gizi anak baik
atau tidak.

GPA juga memudahkan Kita dan tim medis untuk memantau tumbuh
kembang si kecil.

Ini karena karena dengan adanya grafik pertumbuhannya, penambahan tinggi


dan berat badan anak akan lebih mudah terlihat.

Ada beberapa kategori yang digunakan untuk menilai status gizi anak
menggunakan GPA, meliputi:

Mengukur status gizi anak usia 0-5 tahun

Grafik yang digunakan untuk mengukur status gizi anak usia kurang dari 5
tahun yaitu grafik WHO 2006 (cut off z score).
Penggunaan grafik WHO 2006 dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki
dan perempuan:

1. Berat badan berdasarkan umur (BB/U)

Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk
mengukur berat badan sesuai dengan usia anak.

Penilaian BB/U dipakai untuk mencari tahu kemungkinan seorang anak


mengalami berat badan kurang, sangat kurang, atau lebih.

Namun, indikator ini biasanya tidak bisa dipakai jika umur anak tidak diketahui
secara pasti.

Status gizi anak berdasarkan BB/U yakni:

 Berat badan normal: -2 SD sampai +1 SD


 Berat badan kurang: -3 SD sampai <-2 SD
 Berat badan sangat kurang: <-3 SD
 Risiko berat badan lebih: >+1 SD
Anak yang tergolong ke dalam risiko berat badan lebih bisa saja punya
masalah pertumbuhan.

Usahakan untuk memeriksa ulang menggunakan indikator BB/TB atau IMT/U.

2. Status gizi tinggi badan berdasarkan umur anak (TB/U)

Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk
mengukur tinggi badan sesuai dengan usia anak.

Penilaian TB/U dipakai untuk megindentifikasi penyebab jika anak memiliki


tubuh pendek.

Akan tetapi, indikator TB/U hanya bisa digunakan bagi anak usia 2-18 tahun
dengan posisi berdiri.

Sementara jika usianya masih di bawah 2 tahun, pengukurannya


menggunakan indikator panjang badan atau PB/U dengan posisi berbaring.

Bila anak berusia di atas 2 tahun diukur tinggi badannya dengan cara
berbaring, nilai TB harus dikurangi dengan 0,7 sentimeter (cm).

Status gizi anak berdasarkan TB/U yakni:

 Tinggi: >+3 SD
 Tinggi badan normal: -2 SD sampai dengan +3 SD
 Pendek (stunting): -3 SD sampai dengan <-2 SD
 Sangat pendek (severe stunting): <-3 SD
3. Berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB)

Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk
mengukur berat badan sesuai dengan tinggi badan anak.

Pengukuran ini yang umumnya digunakan untuk mengelompokkan status gizi


anak.

Status gizi anak berdasarkan BB/TB yakni:

 Gizi buruk (severely wasted): <-3 SD


 Gizi kurang (wasted): -3 SD sampai <-2 SD
 Gizi baik (normal): -2 SD sampai +1 SD
 Risiko gizi lebih: >+1 SD sampai +2 SD
 Gizi lebih (overweight): >+2 SD sampai +3 SD
 Obesitas: >+3 SD
Contoh Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) dengan indikator BB/U
untuk anak perempuan. Sumber: WHO
Mengukur status gizi anak usia 5-18 tahun

Pengukuran status gizi anak usia di atas 5 tahun bisa menggunakan


aturan CDC 2000 (ukuran persentil).
Persentil digunakan sebagai gambaran berapa nilai IMT anak.
Indeks massa tubuh digunakan pada usia ini karena pada masa
tersebut anak-anak mengalami pertambahan tinggi dan berat badan
yang berbeda-beda meski umurnya sama.
Jadi, perbandingan tinggi dan berat badan anak akan dilihat
berdasarkan usianya.
Contoh grafik kategori penilaian IMT dengan persentil sesuai usia
anak bisa dilihat pada gambar berikut:

Contoh Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) dengan indikator BB/U untuk anak laki-laki. Sumber: WHO

Sementara kategori penilaian IMT anak di atas usia 5 tahun yakni:


Contoh Grafik
 Gizi kurang (thinness): -3 SD sampai <-2 SD
 Gizi baik (normal): -2 SD sd +1 SD
 Gizi lebih (overweight): +1 SD sd +2 SD
 Obesitas: >+2 SD
Pengukuran status gizi anak dengan metode GPA memang tidak semudah
penggunaan indeks massa tubuh (IMT) seperti pada orang dewasa.
Supaya lebih mudah dan akurat, Kita bisa mencari tahu perkembangan status
gizi anak dengan cara rutin melakukan pengukuran ke dokter, bidan, maupun
posyandu.

Apa saja permasalahan status gizi pada anak?


Ada beberapa kategori yang digunakan untuk mengelompokkan status gizi
anak, seperti:

1. Stunting

Stunting adalah gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang


membuatnya tinggi badannya terhambat sehingga tidak sesuai dengan anak
seusianya.
Gejala anak yang mengalami stunting berupa:

 Postur anak lebih pendek dari teman-teman seusianya


 Proporsi tubuh mungkin tampak normal, tapi anak terlihat lebih muda atau
kecil untuk usianya
 Berat badan rendah untuk anak seusianya
 Pertumbuhan tulang terhambat
2. Marasmus

Marasmus adalah kekurangan gizi yang terjadi karena anak tidak


mendapatkan asupan energi dalam waktu yang cukup lama.
Gejala khas yang muncul pada anak dengan marasmus yakni:

 Berat badan anak yang merosot pesat


 Kulit keriput seperti orang tua
 Perut cekung
 Cenderung cengeng
Bila si kecil mengalami hal ini, segera konsultasikan ke dokter.

3. Kwashiorkor

Sedikit berbeda dengan marasmus, kwashiorkor adalah kekurangan gizi akibat


dari rendahnya asupan protein.
Padahal, protein berperan penting sebagai zat untuk membangun dan
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.

Ciri khas dari kwashiorkor biasanya tidak membuat berat badan anak turun
drastis.

Ini karena tubuh anak memiliki banyak cairan sehingga membuat berat
badannya tetap normal, meski sebenarnya anak tersebut kurus.
Gejala kwashiorkor lainnya seperti:

 Perubahan warna kulit


 Rambut rambut seperti jagung
 Bengkak (edema) di beberapa bagian, seperti kaki, tangan, dan perut
 Wajah bulat dan sembab (moon face)
 Penurunan masa otot
 Diare dan lemas
Segera konsultasi ke dokter bila anak Kita memiliki tkita di atas.

4. Marasmus-kwashiorkor

Marasimus-kwashiorkor adalah gabungan kondisi dan gejala dari marasmus


serta kwashiorkor.

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh pola makan, khususnya karena tidak
tercukupinya asupan zat gizi tertentu seperti kalori dan protein.

Anak yang mengalami marasmus-kwashiorkor akan mengalami gejala seperti:

 Tubuh sangat kurus


 Muncul tkita-tkita tubuh kurus (wasting) di beberapa bagian tubuh. Misalnya
jaringan dan massa otot hilang, serta tulang yang langsung kentara pada kulit
seolah tidak terlapisi oleh daging.
 Mengalami penumpukan cairan di beberapa bagian tubuh (asites).
Konsultasikan ke dokter kalau si kecil memiliki gejala di atas.

5. Wasting (kurus)

Anak dikatakan bertubuh kurus (wasting) jika berat badannya jauh berada di
bawah normal atau tidak sesuai dengan tinggi badannya.

Indikator yang biasanya dipakai untuk menentukan wasting adalah berat


badan berbanding tinggi badan (BB/TB), untuk usia 0-60 bulan.

Wasting juga kerap disebut sebagai kekurangan gizi akut atau berat.

Kondisi ini biasanya disebabkan karena anak tidak memperoleh asupan zat
gizi yang cukup, atau mengalami penyakit yang mengakibatkan kehilangan
berat badan, seperti diare.

Gejala yang muncul ketika anak mengalami wasting yakni tubuh tampak
sangat kurus akibat berat badan rendah.
6. Underweight (berat badan kurang)
Underweight menkitakan kondisi berat badan anak yang kurang jika
dibandingkan usianya.
Indikator yang biasanya dipakai untuk menentukan berat badan kurang
adalah berat badan berbanding usia (BB/U) untuk anak 0-60 bulan.

Sementara anak usia 5-18 tahun menggunakan indeks massa tubuh


berbanding usia (IMT/U).

Tkita paling kentara ketika anak mengalami berat badan kurang yakni
tubuhnya terlihat kurus dan berat badannya kurang jika dibandingkan dengan
teman-teman seusianya.

Hal ini terjadi karena jumlah asupan energi yang masuk tidak setara dengan
energi yang keluar.

Anak dengan underweight biasannya lebih rentan terserang penyakit infeksi,


sulit berkonsentrasi, mudah lelah, hingga tidak berenergi saat beraktivitas.
7. Overweight (kelebihan berat badan)
Anak dikatakan overweight (kegemukan) ketika berat badannya tidak
sebanding dengan tinggi badannya.
Kondisi ini tentu akan membuat tubuh anak tampak gemuk dan kurang ideal.

Selain memiliki tubuh yang gemuk, anak dengan berat badan berlebih juga
memiliki ciri ukuran lingkar pinggang dan pinggul di atas normal.

Kondisi ini juga kerap membuat anak mengalami kelelahan parah serta nyeri
otot dan sendi.

Lebih buruknya, overweight berisiko membuat anak terserang berbagai


penyakit.
Penyakit yang mungkin muncul contohnya penyakit jantung, stroke, diabetes,
hingga gangguan muskuloskeletal seperti arthritis.

Usahakan selalu memberikan makanan sehat untuk anak, membawakan bekal


anak sekolah, dan camilan sehat untuk anak guna mengoptimalkan kebutuhan
gizinya.
Bila anak susah makan, Kita bisa memberikan susu anak agar tetap ada asupan
gizi.
8. Obesitas

Obesitas tidak sama dengan kegemukan karena berat badan yang dimiliki
anak obesitas berarti sudah berada jauh di atas rentang normal.

Hal ini bisa diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang
masuk ke dalam tubuh (terlalu banyak) dengan yang dikeluarkan oleh tubuh
(terlalu sedikit).
Dengan kata lain, obesitas bisa diartikan sebagai overweight di tingkat yang
lebih parah karena terjadi penumpukan jaringan lemak di seluruh tubuh.
Obesitas pada anak ditkitai dengan postur tubuhnya yang sangat gemuk,
bahkan sampai membuatnya sulit bergerak dan beraktivitas banyak.
Anak yang mengalami obesitas juga biasanya gampang kelelahan meski baru
sebentar melakukan kegiatan.

Hal yang perlu dilakukan agar status gizi anak dalam


kondisi baik
Pemeriksaan status gizi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan sebaiknya
mulai dilakukan setidaknya sejak anak berusia satu bulan.

Demi memastikan tumbuh kembangnya berjalan dengan baik, tidak ada


salahnya untuk rutin mendatangi dokter, bidan, maupun posyandu rutin
bahkan sampai sang anak tumbuh besar.

Jika Kita membawa si kecil diperiksa ke dokter dengan rutin, biasanya Kita
mendapatkan buku kesehatan ibu anak (KIA) atau kartu menuju sehat (KMS).
Buku dan kartu tersebut akan lebih memudahkan Kita dalam memantau
tumbuh kembang si kecil agar kondisi kesehatan anak bisa diperiksa seoptimal
mungkin.

Jika terlihat adanya kelainan pada tumbuh kembang anak, bisa dilakukan
penanganan sedini mungkin.

Dengan rutin melakukan pemeriksaan, status gizi anak bisa berkembang lebih
baik.

Status gizi anak tergolong baik ketika indikator grafik pertumbuhannya berada
di rentang normal.

Artinya, berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan, begitu pula
dengan tinggi badan yang sesuai dengan umur dan berat badan.

Anak juga tidak tampak kurus, sangat kurus, gemuk, atau bahkan obesitas.

Kondisi ini menkitakan bahwa asupan gizi hariannya tercukupi dan sesuai
dengan aktivitasnya.

EDUKASI PERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI BALITA

Oleh : Kitang Muryanta


Berbicara permasalahan kesehatan reproduksi (kespro), ada banyak orang menganggapnya
sebagai pembahasan yang berkaitan dengan seksualitas saja, padahal seks dapat diartikan
sebagai jenis kelamin.

Berbagai hal berkaitan dengan pembahasan masalah kesehatan reproduksi, baik bagi balita (pra
sekolah), anak sekolah (6 – 12 tahun), remaja (10 – 19 tahun) maupun orang dewasa sudah
banyak dilakukan.

Bahkan diberbagai sekolahpun saat ini sudah mulai diberikan mata pelajaran yang terkait
dengan kesehatan reproduksi, ini kabar yang menggembirakan tentunya tinggal bagaimana
mengemasnya kedalam bagian dari kurikulum di sekolah.

Merawat kesehatan reproduksi balita memang sangat penting, karena membutuhkan peran
orang tua dalam meningkatkan derajad kesehatan secara menyeluruh, baik organ fisik, mental
dan sosial balita.

Peran yang bisa diambil orang tua adalah berupa bagaimana merawat, menjaga, mengasuh,
memelihara, membesarkan anak balitanya agar tumbuh dan berkembang secara sehat.

Ada sebuah peristiwa yang sering terjadi diberbagai tempat, misalnya: ‘seorang anak
perempuan kencing dengan posisi berdiri’ tentu akan banyak mendapatkan tanggapan dari
kaum ibu yang mengasuh pada saat itu, dimana ibu mengucapkan kepada anaknya : ‘kalau
kencing jangan berdiri dong’, anak perempuan harus dengan jongkok, begini caranya sembari
memberikan contoh, tetapi ada pula orang tua yang langsung menyapa dan melarang dengan
keras pada anak perempuan tersebut tanpa ada penjelasannya, padahal anak perempuan
tersebut hanya meniru apa yang telah dilihatnya pada teman laki-laki sebayanya yang waktu
kencing dilakukan dengan berdiri.

Dengan peristiwa diatas jelas bahwa pemahaman orang tua dalam memberikan tanggapan
kepada anak perempuannya sangat relatif dan beragam, tentunya pendidikan seksualitas perlu
dihadirkan juga pada balita yang menyangkut pengenalan identitas diri dan jenis kelamin,
hubungan antara laki-laki dan perempuan, organ-organ reproduksi dan fungsinya, bagaimana
merawat kesehatan, menghindarkan diri dari kekeran seksual dan sebagainya.

MENGENALI ORGAN SEKS

Rasa keingintahuan anak tentang seksualitas sebetulnya sudah muncul sejak anak masih balita,
mulai usia 3 (tiga) tahun rasa keingintahuan terhadap masalah seks tercermin mulai dari
pengamatan/penglihatan anak terhadap organ tubuhnya, hal ini terlihat dengan adanya
aktifitas maupun tkita-tkita anak bermain-main dengan organ seksnya, yaitu memegang-
megang, menggaruk-garuk ataupun menggesek-gesekkan alat kelaminnya.

Sebagai orang tua, jika melihat anaknya melakukan hal tersebut diatas, maka orang tua segera
melakukan tindakan pendekatan dengan anak dengan cara mengajak berbicara bahwa apa yang
dilakukan anak dengan memegang-megang kelamin/kemaluan maka tangan yang digunakan
bekas memegang-megang/menggaruk-garuk kelamin tersebut akan menjadi kotor (ada kuman
yang menempel) sehingga kalau makan, tangan belum dicuci/ dibersihkan bisa
terkena/menimbulkan penyakit (misalnya sakit perut).

Pada anak balita, keingintahuannya biasanya timbul bila ia berhadapan dengan orang lain yang
berlainan jenis dalam keadaan telanjang, ia akan melihat bahwa alat kelaminnya sendiri
berbeda dari alat kelamin orang lain, hal ini menimbulkan pertanyaan dalam diri anak dan
biasanya secara spontan ia akan langsung bertanya kepada orang tuanya, disini tugas orang tua
memberikan penjelasan bahwa ada perbedakan antara laki-laki dan perempuan, sehingga jenis
dan bentuk kelaminnya berbeda, termasuk organ tubuh lainnya yang dimiliki masing-masing.

Ada kasus yang kerap terjadi pada orang tua yang memberikan informasi atau pemahaman
yang keliru terhadap anak tentang pemberian istilah yang menyangkut organ reproduksi anak,
misalnya orang tua menyampaikan/mengatakan dengan sengaja atau tidak dengan sengaja,
yaitu memberikan nama-nama yang tidak sebenarnya, seperti penis dikatakan burung, lalu
vagina dikasih istilah dompet, akibatnya apa yang terjadi; informasi ataupun pemahaman yang
sudah terlanjur diterima anak akan bertahan lama hingga anak menjadi dewasa, hal ini akan
menimbulkan konsep yang salah pada anak mengenai seks dan akan terbawa sampai ia sudah
berkeluarga/menjadi orang tua yang berpotensi pula akan memberikan konsep yang salah pada
generasi berikutnya.

Perlunya lebih hati-hati orang tua memberikan pemahaman tentang organ reproduksi dan
fungsinya kepada balita, yaitu dengan memberikan informasi yang benar dan jelas.

DORONGAN SEKSUAL

Dalam perkembangan kehidupan manusia sejak lahir sampai dengan dewasa sudah memiliki
dorongan-dorongan seksual, namun antara satu dengan lainnya tidak sama, yaitu antara anak-
anak dan orang dewasa.

Dorongan seksual yang diwujudkan dalam kepuasan seksual pada anak-anak pencapainnya
tidak selalu melalui alat kelaminnya, tetapi melalui daerah-daerah lain seperti, mulut dan anus.
Cara pemuasannya juga berbeda sesuai dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui sesuai
dengan usianya, yaitu sebagai berikut :

4. Masa oral (0-1 tahun)


Merupakan tahap pertama perkembangan psikoseksual dimana pada masa tersebut
bayi memperoleh dan merasakan kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada
daerah mulutnya. Kepuasan
dan kenikmatan ini timbul karena adanya hubungan antara perasaan lapar kemudian
gelisah. Anak-anak
pada usia tersebut masih menyusui baik dari ASI maupun susu pengganti ASI.
Menghisap susu selain untuk memenuhi rasa lapar juga untuk mendapatkan kepuasan
tersendiri akibat adanya gesekan-gesekan di sekitar daerah mulut. Kepuasan ini
selain diperoleh melalui menyusu juga dapat dicapai dengan memasukkan benda yang
ada disekitarnya atau jarinya sendiri kedalam mulutnya.
5. Masa anal (1-3 tahun)
Setelah melalui masa oral, anak memindahkan pusat kenikmatan dari daerah mulut ke
daerah anus/dubur.
Rangsangan pada daerah anus ini berkaitan erat dengan kegiatan buang air besar/ tinja,
karena keduanya merupakan sumber kenikmatan, kepuasannya diperoleh dengan
menikmati duduk di pispot sampai lama.
Masa anal ini berhubungan pula dengan soal kebersihan, keteraturan atau kerahan yang
ingin diterapkan orang tua kepada balita.
Dari sisi anak, ia bukan lagi pribadi yang sepenuhnya pasif, melainkan ia mulai mau
menentukan sendiri.
Dari sisi perkembangan sosialnya, anak mulai bisa melakukan sendiri beberapa
aktifitasnya yang tadinya harus dilakukan dengan bantuan orang tua atau orang lain.
6. Masa phalik (3-5 tahun)
Masa dimana sumber kenikmatan berpindah ke daerah kelamin, akan tetapi kepuasan
seksual yang diperoleh pada tahap ini belum dihubungkan dengan tujuan
pengembangan keturunan/reproduksi.
Pada masa ini anak mulai menaruh perhatian terhadap perbedaan anatomic antara laki-
laki dan perempuan, terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seks.
Pada tahap perkembangan psikososialnya, biasanya tingkah laku yang menonjol pada
anak laki-laki adalah mempermainkan alat kelamin, yaitu dengan menarik-narik penis.
Pada anak perempuan bentuk tingkah lakunya adalah dengan menggesek-gesekkan
bagian luar alat kelaminnya pada guling maupun bantal.
Tingkah laku anak diatas adalah normal, bila orang tua memarahi, maka anak bisa
terganggu kejiwaannya seperti seks phobia, impotensi, frigiditas dikala ia dewasa.
Usahakan alihkan perhatian anak pada hal lain, dengan cara memindahkan tangan anak
dari aktifitas itu, berikan mainan yang menarik minatnya dan temani anak bermain
hingga lupa aktifitas tadi.
Bila sudah melewati masanya biasanya anak akan meninggalkan kebiasaan itu.
Katakan kepada anak dengan tenang, seperti : “Adik, penis/vaginanya nggak boleh
dibuat mainan, nanti bisa lecet, kalau lecet dipakai pipis akan sakit lo…”
Anak-anak sering melontarkan pertanyaan kepada orang tua, apabila ada pertanyaan
Dari anak sebaikknya orang tua jangan mengelak atau marah, tetapi bersikaplah tenang
dan pastikan bahwa memang anak membutuhkan informasi tersebut.
Berilah jawaban sebatas yang ditanyakan anak dan pergunakanlah bahasa yang dapat
dimengerti anak dengan menggunakan kata-kata/istilah yang mudah diingat anak.
Pertanyaan yang sering muncul dari anak balita tentang kesehatan reproduksi sangat
beragam, misalnya ; kenapa hanya ibu yang bisa melahirkan, kok ayah tidak bisa ?,
kenapa adik/bayi ada dalam perut ibu ?, bagaimana adik/bayi bisa keluar dari perut
ibu ?, kenapa alat kelaminku berbeda dengan milik adik ?, mengapa cara pipis anak
perempuan beda dengan laki-laki ?, apa sih menstruasi itu ?, dari mana keluar darah
menstruasi itu ?, kenapa ibu punya payu dara ?, apakah aku juga akan punya bayi ?,
bolehkan temanku memegang penisku ?, dan banyak lagi lainnya.
Dari pertanyaan diatas akan kita coba jawab pertanyaan ; “kenapa hanya ibu yang bisa
melahirkan ?, …..jawabannya, karena yang bisa hamil dan melahirkan hanya ibu, karena
hanya ibu perempuan yang punya rahim, rahim adalah tempat adik/bayi tumbuh dan
berkembang dari kecil hingga waktunya lahir.
Satu lagi, bagaimana adik/bayi ada dalam perut ibu ?, …..jawabannya, karena adik/bayi
bisa tumbuh dalam rahim ibu jika sebuah sel telur (sangat kecil) dan sebuah sel sperma
(biji kecil) saling bertemu, kemudian akan menghasilkan pembuahan dan akhirnya
tumbuhlah bayi dalam rahim ibu.
Sebagai informasi tambahan, bahwa ketika anak memasuki usia 6 (enam) tahun, ia
masuk tahap latent, dimana aktifitas seksual nampak seakan-akan menghilang atau
tidak aktif, tingkah laku yang condong kepada seks tidak terlihat dan anak-anak lebih
suka melakukan aktifitas-aktifitas lain yang tidak bersifat seks, yaitu seperti bermain-
main, berckita biasa dan sebagainya, baru pada tahap berikutnya, yaitu anak mulai
berusia 11-14 tahun akan nampak lagi aktifitas seksualnya.

PAHAMI ORGAN TUBUH

Semenjak anak bisa berbicara, orang tua perlu memberikan pemahaman kepada anak balitanya
mengenai kesehatan reproduksi, khususnya alat-alat reproduksi.

Orang tua dapat mulai menjelaskan nama-nama anggota tubuh dan fungsi/kegunaannya
seperti mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk makan dan minum, hidung
untuk bernafas dan sebagainya, setelah itu dikenalkan dengan nama alat kelaminnya baik laki-
laki maupun perempuan.

Orang tua perlu menghindari istilah-istilah yang salah kaprah dalam memberi nama alat
kelamin laki-laki maupun perempuan, karena jelas akan membingungkan anak dikemudian hari,
gunakan istilah-istilah yang sebenarnya seperti penis, vagina, dubur, payudara dan sebagainya.

Untuk mengenalkan nama-nama tersebut sebaiknya pergunakanlah waktu dan kesempatan


yang baik dan tepat, misalnya saat anak sedang mandi, atau saat anak sedang memakai

pakaian, atau pada saat anak melihat saudaranya yang berlainan jenis telanjang didepannya,
biasanya anak spontan akan heran dan langsung bertanya, kesempatan itulah yang harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh orang tua.

Orang tua perlu memberikan pemahaman pada anak balitanya bahwa organ tubuh mereka
adalah milik mereka sendiri yang harus dirawat, dipelihara dan dijaga dengan baik.
Cara merawat organ tubuh balita dapat dilakukan dengan :

Pertama, Menjaga kebersihan badan, lakukan mandi dan gosok gigi setiap hari 2 kali dengan
memakai sabun mandi dan pasta gigi anak, menjaga kebersihan rambut kepala dengan
shampoo, kebersihan kuku, mencuci tangan sebelum makan, kebersihan pakaian khususnya
untuk organ kelamin dan organ lainnya secara rutin maupun berkala. Pada
balita yang belum bisa melakukan aktifitas tertentu, maka orang tua dapat membantu
sepenuhnya aktifitas diatas.

Kedua, Tidak semua orang boleh menyentuh, apalagi memegang bagian tubuh yang sangat
pribadi, kecuali ibu saat membantu membersihkan anus setelah buang air besar, dokter yang
memeriksa bagian tubuh yang sakit. Hal ini
untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual, karena pelecehan seksual pada anak
seringkali justru dilakukan oleh orang terdekat dalam rumah.

Ketiga, Bila ada orang yang menyentuh tubuh anak, orang tua perlu mengajarkan pada anak
untuk berteriak dan berkata “tidak” atau anak mengatakan “Aku tidak suka badanku
dipegang” atau “Aku tidak suka kalau tubuhku disentuh”, bila anak merasa terancam dan tidak
nyaman ia dapat berteriak dengan mengatakan “Aku tidak mau” dan seterusnya.

Drs. Kitang Muryanta, adalah Penyuluh Keluarga Berencana


Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, DI. Yogyakarta

I. STUNTING
GERAKAN AISYIYAH SEHAT (GRASS) UNTUK MENCEGAH STUNTING PADA
MASA PANDEMI COVID-19

Dasarnya adalah :
 Surat Al Maidah (4; 2)
 Surat Ali Imron 110
 Visi dan Misi Aisyiyah Bidang Kesehatan
Visi: ‘Aisyiyah sebagai penggerak terwujudnya infrastruktur kesehatan menuju tercapainya
masyarakat sehat, Sedangkan Misinya adalah :
• Berperan aktif mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan
sehat dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
• Menggerakkan terwujudnya infrastuktur kesehatan yang berkualitas.
• Menggerakkan masyarakat yang sadar dan peduli kesehatan
• Situasi Terkini Balita Stunting…bahwa 1 dari 3 anak di wilayah di Dunia dan 1
dari 3 anak di Idonesia Mengalami Mall Nutrisi dan Stunting. (Sumber dari
WHO).
• 4 dari 10 anak tidak datang ke Posyandu
• Saat ini sekitar 8 juta anak Ind mengalami pertumbuhan tidak maksimal.
• Stunting terjadi sejak dalam kandungan dan akan nampak saat anak berusia 2
tahun
• Stunting adalah kondisi GAGAL TUMBUH pada anak balita akibat kekurangan
gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan (1.000 HPK).

Stunting pada anak Baduta menurut Riskesda


1. Tahun 2013 --- 32,9
2. Tahun 2016 --- 26,1
3. Tahun 2018 --- 29,9

Stunting pada anak Balita menurut Riskesda


1. Tahun 2010 --- 35,6
2. Tahun 2013 --- 37,2
3. Tahun 2016 --- 33,6
4. Tahun 2018 --- 30,8

3 komponen penting dalam Pencegahan Stunting :


1. Pola Asuh.
2. Pola Makan
3. Sanitasi.

• Kematian Ibu dan Bayi:


• Kematian Ibu : 305 per 100.000 kelahiran hidup.
• Kematian Bayi : 22 bayi per 1.000 kelahiran hidup.

• Ciri2 Stunting Pada Anak


• .Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi. Intervensi paling menentukan
pada 1000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan)
Beberapa Penyebab STUNTING :
 Faktor Gizi Buruk
 Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi (sebelum dan
pada masa kehamilan serta setelah melahirkan)
 Terbatasnya Layanan Kesehatan
 Praktik Pengasuhan yang Tidak Baik
 Kurangnya Akses Air Bersih dan Sanitasi
• Dampak Stunting, diantaranya adalah
1. Mudah sakit
2. Kemampuan kognitif berkurang.
3. Saat tua beresiko terkena penyakit yg berhubungan dengan pola makan
4. Fungsi2 tubuh tidak seimbang.
5. Mengakibatkan kerugian ekonomi
6. Postur tubuh tidak maksimal saat dewasa.

3 komponen penting dalam pencegahan stunting yakni :


 Pola Asuh
 Pola Makan
 Sanitasi

Hasil Survey
 Kebiasaan Konsumsi Susu Kental Manis (SKM), Krimer Kental Manis (KKM)
dan Status Gizi BALITA di 3 Provinsi (Aceh, Kalimantan Tengah dan Sulawesi
Utara).
Tahun 2019 sebanyak 2.700 responden, Ibu Balita 0-5 tahun
 1 dari 3 beranggapan Kental Manis Adalah Susu
Sebanyak 37% responden masih beranggapan susu kental manis/ krimer
kental manis adalah susu. Dengan kata lain, menunjukkan bahwa 1 dari 3 ibu
di 3 Provinsi tersebut percaya susu kental manis/ krimer kental manis
SKM/KKM adalah produk minuman yang menyehatkan anak.
 3 dari 10 anak minum SKM/KKM setiap hari.
64,1% tidak mengkonsumsi SKM
35,9% anak ditemukan mengkonsumsi SKM


• . STATUS GIZI BURUK YANG MENGKONSUMSI
SKM/KKM
• .

• ..

 Bayangkan apabila kental manis dikonsumsi oleh anak-anak terutama balita. Dalam 1
hari anak-anak bisa minum susu lebih dari 1 kali. Apa yang terjadi?
Padahal, batas konsumsi gula pada anak balita hanya 2 – 5 sendok teh atau tidak
lebih dari 30 gram per hr.
Jika 1 gelas kental manis sudah mengandung 23 gram gula, bagaimana bila anak
minum lebih dari 2 gelas per hari?
Belum lagi asupan makanan anak lainnya yang juga mengandung gula : nasi, snack,
permen, coklat dan makanan manis lainnya.
Bayangkan sedari kecil anak sudah mengkonsumsi lebih banyak gula dari yang
semestinya
Batas Konsumsi Gula Harian pada Anak, berdasarkan umur
3 tahun : 2 - 5 sendok teh
4-6 tahun : 2,5 - 6 sendok teh
7-12 tahun : 4 - 8 sendok teh
Di atas 13 tahun : 5 - 9 sendok teh (40 gram)
 Mari kita sosialisasikan bahwa kental manis adalah produk yang digunakan
hanya untuk topping makanan. Kental manis bukan produk susu untuk anak.
 Ini adalah beberapa temuan balita yang mengkonsumsi kental manis yang
akhirnya mengalami persoalan gizi.
 Arisandi di Konawe, yang beritanya sempat viral karena Arisandi akhirnya
meninggal duni.
 Lalu ada Vania di Batam yang mengkonsumsi kental manis sejak usia 3
bulan dan divonis gizi buruk.
 Juga temuan kami bersama PW Aisyiyah Kab. Pidie, Azka berumur 2,5
tahun mengkonsumsi kental manis sejak usia 1 tahun. Azka akan
mengamuk apabila tidak diberi kental amnis atau diganti dengan susu yang
lain. Saat ini Azka dan keluarganya sudah didampingi PWA kab Pidie untuk
diedukasi mengenai gizi.

 Setelah dilask penelitian bersama sejumlah mitra mengenai persepsi


masyarakat terhadap kental manis, dan hasilnya adalah sebagian besar
masyarakat beranggapan kental manis adalah susu.
 Apa yang mengakibatkan terbentuknya persepsi tersebut adalah iklan yang
diterima masyarakat melalui TV .
 Dalam survey yang dilaksanakan PP Aisyiyah, ditemukan bahwa 26,7% ibu
memberikan kental manis untuk anak setiap hari.
 14.5% anak dengan gizi buruk mengkonsumsi kental manis lebih
dari 1 kali sehari
 29.1 % anak dengan gizi kurang mengkonsumsi kental amnis lebih
dari 1 kali sehari
 Apa yang bisa kita simpulkan adalah bahwa telah terbentuk persepsi di
masyarakat bahwa kental manis adalah susu untuk anak. Persepsi tersebut
akibat iklan dan cara promosi kental manis sejak dahulu yang
menggambarkan kental manis adalah susu yang dikonsumsi anak.
 Kita bisa lihat dari iklan-iklan kental manis berikut ini, selalu
menampilkan anak-anak bahkan bayi.
 Dalam bentuk iklan yang lebih modern, promosi kental manis dibalut
dengan pesan bahwa kental manis adalah minuman keluarga yang
sehat dan bergizi.

 Oktober 2018, BPOM menetapkan aturan pemakaian dan promosi kental


manis diantara bukan untuk bayi, tidak boleh menggunakan anak-anak usia
dibawah 5 tahun dalam iklan maupun visual pada label serta tidak disajikan
sebagai hidangan tunggal berupa minuman susu dan sebagai satu-satunya
sumber gizi.

 Apakah dengan keluarnya peraturan BPOM ini masalah selesai?


 Jalan kita masih panjang untuk bersama-sama mencegah anak
mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak baik bagi tumbuh
kembang nya.
 Regulasi yang dikeluarkan BPOM patut di apresiasi, namun bukan berarti
tugas pemerintah selesai begitu saja. Justru ini adalah awal bagi
pemerintah, produsen dan kita sebagai masyarakat untuk saling
mengedukasi, mengawasi dan mengingatkan bahwa kental amnis bukanlah
produk pangan yang bergizi untuk anak.

Apa yang harus dilakukan oleh aisyiyah untuk mencegah stunting masa pandemi
covid-19
PWA/PDA
• Melakukan advokasi ke Pemda (Provinsi, Kabupaten/Kota)
• Bermitra dengan berbagai sektor terkait
• Berkoordinasi dengan Dinkes setempat untuk kerjasama dalam pencegahan
stunting di saat pandemi Covid -19
• Mengupayakan pendanaan dengan berbagai cara untuk peduli masyarakat
terdampak covid-19 khususnya ibu dan balita
• Mengoptimalkan dan menggerakkan peran Kader di setiap jenjang organisasi
• Memprioritaskan pemenuhan gizi seimbang pada ibu hamil & Balita
• Melakukan aksi-aksi peduli gizi ibu hamil dan Balita (Ta’awun sosial)

 Peran Kader Aisyiyah


Sebagai inti penggerak masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan bidang
kesehatan melalui penyadaran kelompok masyarakat dengan berbagai cara:
 Mapping dan memantau ibu hamil di sekitar tempat tinggal
 Mapping dan memantau anak yang terindikasi kurang gizi di sekitar
tempat tinggal
 Memberikan Edukasi pada keluarga (ibu) tentang:
• Gizi seimbang
• Memilih bahan pangan yang berkualitas
• Menjaga lingkungan dan penggunaan air bersih
• Melakukan edukasi tentang protokol kesehatan masa pandemi dengan 3
M (Menggunakan Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan Pakai Sabun
dan air mengalir)
• Mengupayakan dan memberi bantuaan pangan bergizi utk mencegah
kekurangan gizi keluarga, dan meningkatkan daya tahan tubuh,
khususnya untuk keluarga terdampak
• Mengajari cara mensiasati penurunan pendapatan keluarga dengan
ketrampilan untuk ketahanan pangan
II. .MUVIKID
MENGHINDARI RESIKO 4 TERLALU DENGAN PROGRAM KB

Muqadimah
Masih ingat dengan seruan “Dua Anak Cukup” yang jadi motto program Keluarga
Berencana (KB) sejak akhir tahun 70-an? Motto ini sangat membekas di benak
masyarakat Indonesia meski kampanyenya itu sendiri sempat meredup setelah era
reformasi. Lantas setelah era reformasi, motto tersebut mengalami pergeseran dan
berubah menjadi “Dua Anak Lebih Baik’.
Nah berhubung saat ini pemerintah berwacana untuk kembali menggalakkan kembali
program KB, yuk kita cari tahu dulu tentang maksud dari program tersebut
beserta tujuan dan manfaat keluarga berencana dari kacamata medis.

(1) Apa sih sebenarnya program Keluarga Berencana itu ?


Jawaban :
Keluarga Berencana atau yang lebih akrab disebut KB menurut UU No
10/1992 tentang Perekembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui PUP, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.
Sedangkan menurut UU 52/2009 tentang Perekembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Jadi Keluarga Berencana adalah program skala nasional untuk menekan angka
kelahiran dan mengendalikan pertambahan penduduk di suatu negara. Sebagai contoh,
Amerika Serikat punya program KB yang disebut dengan Planned Parenthood.
Program KB juga secara khusus dirancang demi menciptakan kemajuan,
kestabilan, dan kesejahteraan ekonomi, sosial, serta spiritual setiap penduduknya.

(2) ApaTujuanProgramKeluargaBerencana?
Jawaban : Tujuan dilaksanakan program KB adalah untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya pernikahan di usia dini.
Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang terlalu muda atau
terlalu tua, atau akibat penyakit sistem reproduksi. Menekan jumlah penduduk serta
menyeimbangkan jumlah kebutuhan dengan jumlah penduduk di Indonesia.
(3) Wujud bahwa masyarakat telah mendukung adanya program KB itu
apa?
Jawaban :
Salah satu wujud bahwa masyarakat mendukung program Keluarga Berencana adalah
pemakaian alat kontrasepsi untuk menunda/mencegah kehamilan. Berikut pilihan
beberapa alat kontrasepsi:
Alkon yg MKJP adalah
 IUD
 KB implan/susuk
 vasektomi dan tubektomi (KB permanen)
Alko yg Non MKJP adalah
 Suntik
 Pil
 Kondom
Alahmadulillah di Kab Jombang, jumlah peserta KB Aktif s/d Bln September 22021 yg
menggunakan alkon :
1. IUD sebanyak 19.605 akseptor atau sebesar 10,61 %
2. MOW sebanyak 11.926 akseptor atau sebesar 6,45 %
3. MOP sebanyak 432 akseptor atau sebesar 0,23 %
4. Imlpant sebanyak 20.036 akseptor atau sebesar 20,04 %
Jadi jumlah yg ikut Alkon MKJP sebanyak 51.999 akseptor atau sebesar 28,14 %.
PUS yg menggunakan Alkon Non MKJP adalah
1. Suntik 96.114 akseptor atau sebesar 52,02 %
2. Pil sebanyak 31.957 akseptor atau sebesar 61,46 %
3. Kondom sebanyak 4.690 akseptor atau sebesar 2,54 %
Total MKJP dan Non MKJP sebanyak 184.760 akseptor. Jadi kesimpulannya
obat dan alat kontrasepsi yang diminati oelh Pasangan Usia Subur yang ada di Kab.
Jombang adalah Suntik KB dan Pil KB. Namun demikian, harapan pemerintah, agar
PUS yang masih menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP bersedia konversi/ganti
cara dengan mengguinakan Akljon MKJP.

(4) Terus apa sebenarnya Tujuan dari penggunaan Alat Kontrasepsi


sendiri..?
Jawaban :
1. Mengendalikan Kelahiran dan Pertambahan Penduduk
Tujuan keluarga berencana umumnya digunakan untuk mengendalikan kelahiran dan
pertambahan penduduk. Program ini berfungsi untuk mengurangi populasi penduduk
pada suatu negara agar tidak adanya kepadatan penduduk yang memberikan
dampak bagi perekonomian keluarga dan stabilitas negara.
2. Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Tujuan keluarga berencana selanjutnya yakni untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga. Dengan adanya program KB maka keluarga mampu merencanakan
pengeluaran dan kebutuhan keluarga agar seimbang dengan pendapatan yang
dimiliki.
3. Meningkatkan Kesehatan Keluarga
Dengan adanya program KB diharapkan kesehatan keluarga yang menjadi peserta
program KB juga meningkat. Selain kesehatan reproduksi dan mental sang ibu, anak
yang dilahirkan juga dapat tumbuh normal dan diberikan kasih sayang yang penuh
oleh orang tua.
4. Mengatur Jarak Kelahiran Anak
Terakhir, tujuan keluarga berencana juga berguna untuk mengatur jarak kelahiran
anak. Anak-anak yang dilahirkan akan tumbuh besar dan penuh kasih sayang karena
banyaknya waktu luang yang dimiliki orang tua. Lebih lanjut, anak-anak yang lain
juga mampu mendapatkan pendidikan yang baik karena sumber pendapatan tidak
hanya habis untuk biaya kebutuhan sehari-hari saja.

(4) Selain tujuan adakah manfaat yang bisa didapatkan dari mengikuti
program KB…?
Jawaban :
Ada segudang manfaat program keluarga berencana ini baik untuk ibu, ayah, bahkan
anak-anak lainnya yang sudah lahir.
Untuk mendapatkan manfaat dari keluarga berencana, tentunya kita harus
menggunakan alat kontrasepsi dulu ya.
Adapun Manfaat dari pengunaan Alat Kontrasepsi / Keluarga Berencana
1. Menurunkan Risiko Kanker pada Ibu
Dengan menjadi peserta program keluarga berencana tentunya para ibu
menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Manfaat alat kontrasepsi hormonal ini
dapat membantu menurunkan risiko timbulnya kanker pada sistem reproduksi.
Dalam hal ini, kanker yang dapat diatasi yakni kanker indung telur (ovarium) juga
kanker dinding rahim (endometrium).
2. Menurunkan Risiko Kehamilan
Manfaat program keluarga berencana selanjutnya dapat berfungsi menurunkan
risiko kehamilan yang tidak diinginkan. Dengan menggunakan alat kontrasepsi
juga tentunya dapat mencegah kehamilan pada usia yang terlalu muda maupun
terlalu tua. Bila seorang ibu yang belum menopause melakukan hubungan suami
istri tanpa alat kontrasepsi ada kemungkinan terjadi kehamilan. Tetapi,
mengandung dan melahirkan di atas usia 35 tahun tentu sangat berisiko dan
dapat menyebabkan kematian.
3. Menjaga Kesehatan Mental
Depresi yang dialami oleh ibu usai melahirkan atau kerap disebut baby
blues ini sering terjadi karena dianggap belum siap merawat anak yang dilahirkan.
Selain itu depresi juga dapat terjadi pada ayah karena tidak siap secara fisik
maupun mental.
Umumnya ini terjadi karena jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan
belum memiliki rencana yang matang. Oleh sebab itu, program keluarga
berencana umumnya digunakan untuk mengatur jarak kelahiran anak agar orang
tua dapat merencanakan kehamilan dan merawat anak yang lahir agar tumbuh
dengan baik.
4. Tidak Mengganggu Tumbuh Kembang Anak
Banyak orang yang abai soal jarak kelahiran anak pada suatu keluarga.
Jika anak belum satu tahun sudah memiliki adik, tentunya tumbuh kembang anak
akan terganggu. Bila sudah begitu, air susu ibu (ASI) untuk anak tidak bisa penuh
sampai 2 tahun, sehingga kemungkinan mengalami gangguan kesehatan.
Manfaat keluarga berencana yang satu ini pun dianggap tidak begitu
berpengaruh oleh sebagian keluarga. Padahal, bila orang tua memiliki dua anak
yang masih kecil juga akan mengalami kesulitan membagi waktu dan perhatian
untuk keduanya.
Nah, itu dia ulasan mengenai tujuan dan manfaat keluarga berencana. Jika
ingin keluarga sehat dan sejahtera sebaiknya ikut program keluarga berencana.
Selain bisa memperbaiki kesehatan fisik dan mental, seluruh anggota keluarga
juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Terkait dengan pemberian ASI ada ketentuan yg telah dijelaskan dalam Al
Qur’an. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 233.
Yang Artinya :
Dan ibu2 hendaklah menyusui anak2nya selama 2 tahun penuh, bagi yg ingin
menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan
pakaian mereka dgn cara yg patut…
Melalui ayat tsb, Allah berfirman bahwa setiap ibu menyusui dianjurkan
memberikan ASI hingga bayi berusia 2 tahun. Pentingnya menyusui terbukti
dengan ayat dalam Al Quran tsb. Allah SWT scr langsung memerintahkan semua
ibu di dunia untuk memberi anak mereka makanan terbaik, yg datang langsung
dari payudara mereka.
Aktifitas menyusui sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah dalam byk sabdanya
juga mengingatkan tentang pentingnya menyusui.
Bagi ibu yg menyusui anak2nya, Allah menjanjikannya jauh dari siksa
neraka. Ini seperti penegasan Rasulullah dalam HR Ibnu Hibban, ‘Kemudian
malalikat itu mengajakku melajutkan perjalanan, tiba2 aku melihat bbrp wanita yg
payudaranya dicabik2 ular yg ganas. Aku bertanya : Mengapa mereka? Malaikat
itu menjawab : Mrk adalah para wanita yg tdk mau menyusui anak2nya (tanpa
alasan syar’i).
Memberi ASI bagi sang buah hati membawa pahala bagi sang ibu.
Rasulullah SAW bersabda, ‘Ketika seorang wanita menyusui anaknya, Allah
membalas setiap isapan air susu yg diisap anak dgn pahala memerdekakan
seorang budak dari keturunan Nabi Ismail, dan manakala wanita itu selesai
menyusui anaknya, malaikat-pun meletakkan tangannya ke atas sisi wanita itu
seraya berkata, ‘Mulailah hidup dari baru, karena Allah telah mengampuni semua
dosa2mu.
Sementara itu, Ali bin Abi Thalib pernah berkata, ‘Tidak ada satu-pun susu
yg lebih bermanfaat dan lebih sesuai bagi anak dari ASI’.

(5) Dalam menunda dan mencegah kehamilan perlu mengenal dan


menghindari 4 ( T ) atau 4 Terlalu . Apa sih maksud dari 4 T itu..?
Jawaban :
Hindari 4 T atau 4 Terlalu ini sebagai sebuah upaya untuk menyelamatkan ibu dan
bayi yang lahir yakni dengan jalan menghindari :
1. Terlalu muda usia hamil/melahirkan di bawah/kurang dari 21 tahun,
2. Terlalu tua usia untukhamil/ melahirkan yakni di atas 35 tahun.
3. Terlalu rapat jarak kehamilan/kelahiran yakni kurang dari 5 ( lima ) tahun
4. Terlalu sering hamil/melahirkan.
Upaya menghindari hal tersebut yakni dengan mengikuti program KB
melalui penggunaan alat dan obat kontrasepsi untuk menunda dan mencegah
kehamilan.
Ad 1. Seseorang yang hamil/melahirkan terlalu muda ada cukup banyak resikonya,
baik resiko fisik, resiko psikologis maupun resiko sosial, bagi bagi si ibu
ataupun bagi bayinya sendiri…..lihat lembar balik
Ad 2. Seseorang yang hamil/melahirkan terlalu tua ada cukup banyak resikonya,
baik resiko fisik, resiko psikologis maupun resiko sosial, bagi bagi si ibu
ataupun bagi bayinya sendiri….. lihat lembar balik
Ad3. Seseorang yang hamil/melahirkan terlalu rapat jarak kehamilan/kelahiran ada
cukup banyak resikonya, baik resiko fisik, resiko psikologis maupun resiko
sosial, bagi bagi si ibu ataupun bagi bayinya sendiri. ….. lihat lembar balik
Ad4. Seseorang yang hamil/melahirkan terlalu sering cukup banyak resikonya, baik
resiko fisik, resiko psikologis maupun resiko sosial, bagi bagi si ibu ataupun
bagi bayinya sendiri. ….. lihat lembar balik

(6) Untuk menghindari resiko 4 Terlalu, apa yang harus kita lakukan ?
Jawaban :
Ayo kita hindari risiko 4 Terlalu sebagai salah satu upaya menyelamatkan ibu dan
bayi, dengan cara :
1. Merencanakan kehamilan di usia yang sehat yaitu antara usia 21 – 35 tahun.
2. Rencanakan jarak kelahiran yang cukup yaitu minimal 3 tahun.
3. Rencanakan jumlah anak ideal yakni 2 anak.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
dr. H. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) pernah menyampaikan bahwa spacing atau jarak
kehamilan sangat berkorelasi dengan stunting. Menurutnya, jumlah kelahiran di
Indonesia mendekati angka 5 juta setiap tahunnya dan 90 persen kelahiran ada di
fasilitas kesehatan. Walau demikian, kontrasepsi pasca persalinan masih sangat
sedikit sehingga jarak kehamilan (spacing/ birth to birth interval) terlalu dekat.
“Mereka yang melakukan kontrasepsi pasca persalinan masih sangat sedikit.
Banyak di antara mereka yang terlena dan kemudian hamil di luar rencana sehingga
jarak kehamilannya terlalu dekat. “Itu pula lah yang membuat angka stunting
meningkat karena stunting juga sangat berkorelasi dengan spacing atau jarak
kehamilan maupun jarak kelahiran.
Mengingat jarak kehamilan sangat berpengaruh pada angka stunting, maka
bukan berlebihan jika kami dari Dinas PPKB,PPPA Kab Jombang mengajak ibu-ibu
yang baru melahirkan untuk menggunakan obat/alat kontrasepsi. Dinas PPKB,PPPA
Kab Jombang telah memberikan sarana dalam bentuk obat/alat kontrasepsi yang
bisa diberikan secara gratis kepada mereka yang memerlukan.

(7) Sejauhmana keberhasilan Program Pengendalian penduduk dan KB


yang sudah dilaksanakan selama ini
Jawaban :

Lkitasannya adalah UU NO 10/1992 ttg Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga Sejahtera serta Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Undang-
undang tersebut mengamanatkan bahwa penduduk sebagai modal dasar
pembangunan merupakan titik sentral dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan.
UU itu juga mengamanatkan bahwa pemerintah perlu membuat program yang
berkaitan dengan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan
keluarga/warga. Pemerintah juga perlu memperjuangkan kesejahteraan masyarakat,
serta mendukung visi misi pembangunan nasional yang tertera dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Ukuran keberhasilannya berupa sasaran strategis dalam bidang
kependudukan dan bisa mencapai pertumbuhan penduduk yang seimbang.
Indikatornya adalah total fertility rate mencapai 2,1 pada tahun 2024 dan
meningkatkan capaian angka kontrasepsi/kesertaan ber-KB. Harus pula bisa
memberi layanan terbaik untuk pasangan suami istri yang sudah tidak ingin memiliki
anak.
Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB-KR) masuk
sebagai salah satu kegiatan prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Khususnya, hal tersebut menyangkut
kesehatan ibu dan anak.
Pemerintah akan terus mendorong penguatan pelaksanaan program KB-KR
dengan cara meningkatkan cakupan dan kualitas layanan KB, sekaligus
menurunkan angka unmeet need dan drop out serta upaya penurunan Total Fertlity
Rate atau TFR di Kab Jombang.
Mencatut berbagai sumber, data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) terbaru dari BKKBN menyebutkan
tren angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) di Indonesia
nyatanya memang mengalami penurunan sejak tahun 1991.

Pada akhir tahun 1991, angka kelahiran total tercatat


mencapai tiga persen. Catatan terbaru melaporkan bahwa
angka kelahiran total di Indonesia berhasil diturunkan dari 2,6
anak per wanita pada 2012 menjadi 2,4 anak per wanita pada
2017. Penurunan tren ini sejalan beriringan dengan semakin
meningkatnya jumlah pemakaian alat kontrasepsi (alat
KB) dari 62% pada tahun 2012 menjadi 66 persen hingga 2017
silam.

Namun meski angka total kelahiran dinyatakan


menurun, angka tersebut diakui oleh KBBN belum mencapai
sasaran Renstra (Rencana Strategis) yang bertujuan untuk
menurunkan TFR hingga 2,28 anak per wanita.

Itulah kenapa pemerintah berencana untuk kembali


melanjutkan kampanye program Keluarga Berencana demi
mencapai target tersebut pada akhir 2019.

Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Undang‐Undang ini mengenali penduduk sebagai
modal dasar dan faktor dominan pembangunan sehingga perlu dilakukan upaya ‐upaya untuk
mewujudkan penduduk yang berkualitas. Upaya‐upaya tersebut berupa pengendalian
pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk,
pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya, peningkatan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan serta kehamilan. Dalam UU ini
dipaparkan hak penduduk untuk mendapatkan informasi dan pelayanan reproduksi dalam
kerangka pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia. Kewenangan dan tanggung jawab
Pemerintah dalam kependudukan adalah dengan menetapkan kebijakan dan program jangka
menengah dan jangka panjang pembangunan kependudukan /keluarga. Tanggung jawab
Pemerintah: ‐ menetapkan kebijakan nasional; ‐ menetapkan pedoman yang meliputi norma,
stkitar, prosedur, dan kriteria; ‐ memberikan pembinaan, bimbingan, supervisi, dan fasilitasi; dan
‐ sosialisasi, advokasi, dan koordinasi; ‐ pelaksanaan perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga. Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui: a. pengendalian
kelahiran; b. penurunan angka kematian; dan c. pengarahan mobilitas penduduk. Keluarga
Berencana merupakan kebijakan pemerintah untuk mewujudkan pertumbuhan kependudukan
seimbang dan meningkatkan kualitas keluarga. Pengertian Keluarga Berencana dalam UU ini:
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pengaturan kehamilan adalah upaya untuk
membantu pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak,
dan mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat
kontrasepsi. Kebijakan KB bertujuan untuk mengatur kehamilan, menjaga kesehatan dan
menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak, meningkatkan akses dan kualitas informasi,
pendidikan, konseling, dan pelayanan KB dan kespro, dan meningkatkan partisipasi pria. Satu
ayat menegaskan bahwa promosi aborsi untuk pengaturan kehamilan tidak diperbolehkan.
Dalam Bab Penurunan Angka Kematian pasal 30 penurunan angka kematian ditetapkan sebagai
kebijakan untuk mewujudkan penduduk seimbang dan berkualitas. Prioritas diberikan kepada: ‐
penurunan angka kematian ibu waktu hamil ‐ ibu melahirkan ‐ pasca persalinan ‐ bayi serta
anak Kelembagaan badan pelaksana kebijakan pengendalian penduduk dan pembangunan
keluarga juga dibahas. Dalam Undang‐Undang ini, diputuskan pembentukan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). BKKBN merupakan lembaga
pemerintah nonkementerian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab
kepada Presiden. Di daerah dibentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah
(BKKBD) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Dipaparkan bahwa BKKBN bertugas
melaksanakan pengendalian penduduk dan menyelenggarakan KB dengan merumuskan
kebijakan nasional, penetapan norma, stkitar, prosedur, kriteria, advokasi dan koordinasi, KIE,
pemantauan dan evaluasi, pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi. 2. Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional tahun 2010‐2014 Presiden memutuskan RJPM Nasional 2010‐2014 sebagai dokumen
perencanaan pembangunan nasional yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program
Presiden memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program
Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga yang berfungsi sebagai: a. pedoman
bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga; b. bahan
penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas pemerintah daerah dalam
mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM Nasional; c. pedoman Pemerintah
dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah. Dalam Lampiran Perpres Buku II Bab II
disebutkan bahwa bidang kesehatan dan gizi, kependudukan dan keluarga berencana,
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan bagian upaya kunci peningkatan
kualitas hidup manusia. Berangkat dari laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi, akses
dan kualitas pelayanan yang rendah, kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, dan
perlindungan anak yang belum optimal, ditetapkan sasaran pembangunan tahun 2010 ‐2014.
Sasaran Pembangunan tahun 2010‐2014: 1. Terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk yang ditkitai dengan: a. Menurunnya rata‐
rata laju pertumbuhan penduduk tingkat nasional (persen per tahun) (1,3 menjadi 1,1) b.
Menurunnya TFR per perempuan usia reproduksi (2,3 menjadi 2,1) c.
Meningkatnya CPR cara modern (persen) (57,4 menjadi 65,0) d. Menurunnya kebutuhan ber‐
KB tidak terlayani/unmet need dari jumlah pasangan usia subur (persen) (9,1 menjadi 5,0) e.
Menurunnya ASFR 15−19 tahun per 1.000 perempuan (35 menjadi 30) f.
Meningkatnya median usia kawin pertama perempuan (tahun) (19,8 menjadi 21) g.
Menurunnya disparitas TFR, CPR dan unmet need antarwilayah dan antartingkat
sosial ekonomi h. Meningkatnya keserasian kebijakan pengendalian penduduk i.
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas data dan informasi kependudukan, yang
bersumber dari sensus, survei, dan registrasi vital kependudukan 2.
Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat yang ditkitai dengan: a.
Meningkatnya umur harapan hidup (tahun) (70,7 menjadi 72,0) b.
Menurunnya angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup (228 menjadi 118) c.
Menurunnya angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup (34 menjadi 24) d.
Menurunnya angka kematian neonatal per 1.000 kelahiran hidup (19 menjadi 15) e.
Menurunnya prevalensi kekurangan gizi (terdiri dari gizi‐kurang dan gizi‐buruk)
pada anak balita (persen) (18,4 menjadi

Kedua, perbaikan status gizi masyarakat dengan meningkatkan: (a) asupan zat gizi makro
(karbohidrat, protein, dan lemak) dan zat gizi mikro (kapsul Vitamin A, zat besi (Fe),
garam beryodium, dan zat gizi mikro lainnya) untuk memenuhi angka kecukupan gizi;
(b) survailans pangan dan gizi; (c) pengetahuan masyarakat tentang pola hidup sehat dan
penerapan gizi seimbang; (d) pemberian ASI eksklusif sampai enam bulan; (e)
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP‐ASI) mulai dari bayi usia 6−24 bulan
dan makanan bagi ibu hamil KEK; (f) pemantauan
pertumbuhan bayi dengan prioritas usia dua tahun pertama; (g) kegiatan gizi berbasis masyarakat
melalui posyandu dan keluarga sadar gizi; (h) fortifikasi; (i) pemberian makanan pemulihan bali
ta gizi‐kurang; (j) penanggulangan gizi darurat; (k) tatalaksana penanganan gizi buruk
anak balita (0−59 bulan); dan (l) peningkatan jumlah, kualitas, dan penyebaran tenaga
gizi. Penanganan masalah gizi memerlukan upaya komprehensif dan terkoordinasi, dari
mulai proses produksi pangan, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi yang cukup nilai
gizinya dan aman dikonsumsi. Oleh karena itu, kerjasama lintas bidang dan lintas
program terutama pertanian, perdagangan, perindustrian, transportasi, pendidikan, agama,
kependudukan, perlindungan anak, ekonomi,
kesehatan, pengawasan pangan dan budaya sangat penting dalam rangka sinkronisasi dan integra
si kebijakan perbaikan status gizi masyarakat.

Manfaat keluarga berencana


(KB)
Program keluarga berencana tidak semata-mata dibuat untuk
memenuhi target pemerintah saja. Jika dilihat dari kacamata
medis, program ini sebenarnya memiliki banyak keuntungan
bagi kesehatan setiap anggota keluarga. Tak hanya ibu, anak
dan suami juga bisa merasakan efek dari program ini secara
langsung.

Berikut berbagai manfaat menjalankan program keluarga


berencana:

1. Mencegah kehamilan yang tidak


diinginkan
Di Indonesia, ada sekitar 20% insiden kebobolan hamil
(kehamilan yang tidak direncanakan/diinginkan) dari total
jumlah kehamilan yang tercatat pada populasi pasangan
menikah. Ini menkitakan bahwa akses informasi dan
pengetahuan soal kontrasepsi masih tergolong rendah.

Kehamilan yang tidak direncanakan bisa terjadi pada wanita


yang belum atau sudah pernah hamil tetapi sedang tidak ingin
punya anak. Kejadian ini juga bisa saja terjadi karena waktu
kehamilan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan, misalnya
jarak usia anak pertama dan kedua terlalu dekat.

Ada berbagai risiko komplikasi kesehatan yang mungkin


terjadi akibat kehamilan yang tidak diinginkan, baik untuk
sang ibu sendiri maupun jabang bayinya. Kehamilan yang
tidak direncanakan dan tidak diinginkan dapat meningkatkan
risiko bayi lahir prematur, berat rendah (BBLR), hingga cacat
lahir.

Sementara risiko pada ibu termasuk depresi saat hamil dan


setelah melahirkan (postpartum), hingga komplikasi
melahirkan yang bisa berujung fatal seperti toksemia,
perdarahan berat, hingga kematian ibu.

Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita dan pria Indonesia
untuk mengetahui tentang manfaat kontrasepsi dan
pentingnya merencanakan kehamilan sebelum memutuskan
untuk berhubungan seksual.

2. Mengurangi risiko aborsi


Kehamilan tidak diinginkan sangat berisiko meningkatkan
angka aborsi ilegal yang bisa berakibat fatal. Sebab pada
dasarnya, hukum Indonesia menyatakan aborsi adalah
tindakan ilegal dengan beberapa pengecualian tertentu.
Tindak aborsi sangat diatur ketat dalam UU Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61
tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

Berdasarkan dua aturan negara tersebut, aborsi di


Indonesia hanya boleh dilakukan di bawah pengawasan tim
dokter setelah didasari alasan medis yang kuat.
Misalnya, karena kehamilan berisiko tinggi yang mengancam
nyawa ibu dan/atau janin, korban perkosaan, dan kasus gawat
darurat tertentu. Di luar itu, aborsi dinyatakan ilegal dan
termasuk ranah hukum pidana.

Itu kenapa kebanyakan kasus aborsi di Indonesia dilakukan


sendiri diam-diam dengan prosedur yang tidak sesuai dengan
stkitar medis. Alhasil, risiko kematian ibu dan janin akibat
aborsi sangatlah tinggi.

3. Menurunkan angka kematian ibu


Merencanakan kapan waktu yang tepat untuk hamil dan punya
anak nyatanya menguntungkan buat kesehatan wanita.
Kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan dapat
memperbesar peluang risiko berbagai komplikasi kehamilan
dan melahirkan, termasuk kematian ibu.

Tren komplikasi kehamilan dan melahirkan sebagian besar


ditunjukkan oleh kelompok perempuan yang menikah di usia
terlalu dini. Data kolaborasi BPS dan UNICEF Indonesia
melaporkan, anak perempuan usia 10-14 tahun berisiko lima
kali lebih besar untuk meninggal saat masih hamil maupun
selama persalinan akibat komplikasinya daripada perempuan
yang hamil di usia 20-24 tahun.

Beberapa risiko komplikasi yang harus dihadapi oleh anak


perempuan yang hamil di usia belia adalah fistula obstetri,
infeksi, perdarahan hebat, anemia, dan eklampsia. Hal ini bisa
terjadi karena tubuh anak perempuan belum “matang” secara
fisik maupun biologis. Alhasil, mereka akan lebih berisiko
untuk menerima dampak dari kehamilan yang tidak
direncanakan dengan matang.

Risiko berbagai komplikasi ini juga tercermin dan mungkin


terjadi terlebih jika Kita semakin sering hamil dengan jarak
yang berdekatan.

Kabar baiknya, berbagai penyebab kematian ibu akibat


komplikasi kehamilan dan persalinan sebenarnya dapat
dicegah salah satunya dengan mengikuti program KB. Sebab
selain menekankan pentingnya kontrasepsi demi mencegah
kehamilan, program Keluarga Berencana juga menyediakan
akses layanan untuk merencanakan waktu, jumlah, dan jarak
kehamilan yang tepat bagi setiap pasangan.

4. Mengurangi angka kematian bayi


Wanitayang hamil dan melahirkan di usia dini berisiko lebih
tinggi melahirkan bayi prematur, lahir dengan berat badan
rendah, dan kekurangan gizi. Berbagai laporan bahkan
mengatakan bahwa bayi yang dilahirkan oleh perempuan
berusia sangat belia memiliki risiko kematian dini lebih tinggi
daripada ibu yang berusia lebih tua.

Hal ini terjadi karena janin bersaing untuk mendapatkan


asupan gizi dengan tubuh ibunya, yang notabene juga sama-
sama masih dalam tahap tumbuh kembang. Bayi yang tidak
mendapatkan cukup asupan gizi dan darah bernutrisi akan
terhambat atau bahkan gagal berkembang dalam kandungan.

5. Membantu mencegah HIV/AIDS


Salah satu metode kontrasepsi yang umum dan paling mudah
ditemukan adalah kondom. Ya, kontrasepsi ini bisa Kita
temukan dengan mudah di setiap minimarket dan toko
swalayan. Sayangnya, banyak orang masih segan
menggunakan kontrasepsi satu ini karena merasa bahwa
kondom justru mengurangi kenikmatan saat berhubungan
seksual.
Padahal penggunaan kondom tak hanya sebatas untuk
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan saja. Kondom juga
dapat mencegah penularan penyakit menular seksual,
termasuk HIV/AIDS.

Pada wanita, kontrasepsi dapat mengurangi risiko penyebaran


virus HIV dari ibu yang terinfeksi kepada bayi. Alhasil, risiko
bayi terinfeksi HIV setelah dilahirkan pun menurun.

6. Menjaga kesehatan mental


keluarga
Meski pahit untuk didengar, kenyataannya tidak semua anak
hasil kehamilan di luar rencana tergolong sejahtera lahir batin
selama hidupnya. Kehamilan yang tidak diinginkan berpotensi
merampas hak anak untuk bertumbuh kembang secara
maksimal dari segala aspek, mulai dari tumbuh kembang
secara biologis, sosial, dan pendidikan.

Ingat, setiap anak yang dilahirkan dari rahim seorang ibu


berhak untuk mendapatkan kasih sayang yang tulus dari
orangtua. Jadi, tentu saja kehadiran buah hati perlu
dipersiapkan secara matang.

Di sisi lain, wanita juga sangat rentan mengalami depresi saat


hamil dan setelah melahirkan. Apalagi jika kehamilan tersebut
terjadi pada usia belia atau bahkan ketika Kita dan pasangan
belum siap memiliki anak. Pria pun juga sudah terbukti bisa
mengalami depresi selama istrinya hamil atau melahirkan,
karena belum siap secara fisik, finansial, hingga mental untuk
menjadi seorang ayah sekaligus kepala keluarga.

Melalui program Keluarga Berencana, Kita dan pasangan bisa


menentukan sendiri kapan waktu yang tepat untuk memiliki
momongan. Dengan begitu, Kita berdua bisa mempersiapkan
kehamilan secara fisik, finansial, dan mental dengan lebih
baik. Program Keluarga Berencana juga bahkan dapat
membantu Kita merencanakan masa depan si kecil dengan
lebih matang. Nah, persiapan yang matang ini tentu akan
memengaruhi kondisi psikologis Kita sekeluarga.

Lebih jauh lagi, program Keluarga Berencana bisa memberikan


kesempatan seluas-luasnya bagi Kita dan pasangan untuk
mengembangkan potensi diri demi mencapai kesejahteraan
pribadi sebelum merasa mantap untuk membangun keluarga
bahagia. Entah itu meniti karir, melanjutkan studi ke tingkat
yang lebih tinggi, atau mengasah kemampuan yang Kita miliki.
Masih ingat dengan seruan “Dua Anak Lebih Baik” yang jadi
moto program Keluarga Berencana (KB) sejak akhir tahun 70-
an? Moto ini sangat membekas di benak masyarakat meski
kampanyenya itu sendiri sempat meredup setelah era
reformasi. Nah berhubung saat ini pemerintah berwacana
untuk kembali menggalakkan kembali program KB, yuk cari
tahu dulu tentang maksud dari program tersebut
beserta manfaat keluarga berencana dari kacamata medis.

Apa itu program keluarga


berencana?
Keluarga Berencana atau yang lebih akrab disebut KB adalah
program skala nasional untuk menekan angka kelahiran dan
mengendalikan pertambahan penduduk di suatu negara.
Sebagai contoh, Amerika Serikat punya program KB yang
disebut dengan Planned Parenthood.

Program KB juga secara khusus dirancang demi menciptakan


kemajuan, kestabilan, dan kesejahteraan ekonomi, sosial,
serta spiritual setiap penduduknya. Program KB di Indonesia
diatur dalam UU N0 10 tahun 1992, yang dijalankan dan
diawasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN),

Wujud dari program Keluarga Berencana adalah pemakaian


alat kontrasepsi untuk menunda/mencegah kehamilan
kehamilan. Berikut alat kontrasepsi yang paling sering
digunakan:

 Kondom
 Pil KB
 IUD
 Suntik
 KB implan/susuk
 vasektomi dan tubektomi (KB permanen)

Mencatut berbagai sumber, data Survei Demografi dan


Kesehatan Indonesia (SDKI) terbaru dari BKKBN menyebutkan
tren angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) di Indonesia
nyatanya memang mengalami penurunan sejak tahun 1991.

Pada akhir tahun 1991, angka kelahiran total tercatat


mencapai tiga persen. Catatan terbaru melaporkan bahwa
angka kelahiran total di Indonesia berhasil diturunkan dari 2,6
anak per wanita pada 2012 menjadi 2,4 anak per wanita pada
2017. Penurunan tren ini sejalan beriringan dengan semakin
meningkatnya jumlah pemakaian alat kontrasepsi (alat
KB) dari 62% pada tahun 2012 menjadi 66 persen hingga 2017
silam.

Namun meski angka total kelahiran dinyatakan


menurun, angka tersebut diakui oleh KBBN belum mencapai
sasaran Renstra (Rencana Strategis) yang bertujuan untuk
menurunkan TFR hingga 2,28 anak per wanita.

Itulah kenapa pemerintah berencana untuk kembali


melanjutkan kampanye program Keluarga Berencana demi
mencapai target tersebut pada akhir 2019.

Manfaat keluarga berencana


(KB)
Program keluarga berencana tidak semata-mata dibuat untuk
memenuhi target pemerintah saja. Jika dilihat dari kacamata
medis, program ini sebenarnya memiliki banyak keuntungan
bagi kesehatan setiap anggota keluarga. Tak hanya ibu, anak
dan suami juga bisa merasakan efek dari program ini secara
langsung.

Berikut berbagai manfaat menjalankan program keluarga


berencana:

1. Mencegah kehamilan yang tidak


diinginkan
Di Indonesia, ada sekitar 20% insiden kebobolan hamil
(kehamilan yang tidak direncanakan/diinginkan) dari total
jumlah kehamilan yang tercatat pada populasi pasangan
menikah. Ini menkitakan bahwa akses informasi dan
pengetahuan soal kontrasepsi masih tergolong rendah.

Kehamilan yang tidak direncanakan bisa terjadi pada wanita


yang belum atau sudah pernah hamil tetapi sedang tidak ingin
punya anak. Kejadian ini juga bisa saja terjadi karena waktu
kehamilan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan, misalnya
jarak usia anak pertama dan kedua terlalu dekat.

Ada berbagai risiko komplikasi kesehatan yang mungkin


terjadi akibat kehamilan yang tidak diinginkan, baik untuk
sang ibu sendiri maupun jabang bayinya. Kehamilan yang
tidak direncanakan dan tidak diinginkan dapat meningkatkan
risiko bayi lahir prematur, berat rendah (BBLR), hingga cacat
lahir.
Sementara risiko pada ibu termasuk depresi saat hamil dan
setelah melahirkan (postpartum), hingga komplikasi
melahirkan yang bisa berujung fatal seperti toksemia,
perdarahan berat, hingga kematian ibu.

Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita dan pria Indonesia
untuk mengetahui tentang manfaat kontrasepsi dan
pentingnya merencanakan kehamilan sebelum memutuskan
untuk berhubungan seksual.

2. Mengurangi risiko aborsi


Kehamilan tidak diinginkan sangat berisiko meningkatkan
angka aborsi ilegal yang bisa berakibat fatal. Sebab pada
dasarnya, hukum Indonesia menyatakan aborsi adalah
tindakan ilegal dengan beberapa pengecualian tertentu.
Tindak aborsi sangat diatur ketat dalam UU Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61
tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

Berdasarkan dua aturan negara tersebut, aborsi di


Indonesia hanya boleh dilakukan di bawah pengawasan tim
dokter setelah didasari alasan medis yang kuat.
Misalnya, karena kehamilan berisiko tinggi yang mengancam
nyawa ibu dan/atau janin, korban perkosaan, dan kasus gawat
darurat tertentu. Di luar itu, aborsi dinyatakan ilegal dan
termasuk ranah hukum pidana.

Itu kenapa kebanyakan kasus aborsi di Indonesia dilakukan


sendiri diam-diam dengan prosedur yang tidak sesuai dengan
stkitar medis. Alhasil, risiko kematian ibu dan janin akibat
aborsi sangatlah tinggi.

3. Menurunkan angka kematian ibu


Merencanakan kapan waktu yang tepat untuk hamil dan punya
anak nyatanya menguntungkan buat kesehatan wanita.
Kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan dapat
memperbesar peluang risiko berbagai komplikasi kehamilan
dan melahirkan, termasuk kematian ibu.

Tren komplikasi kehamilan dan melahirkan sebagian besar


ditunjukkan oleh kelompok perempuan yang menikah di usia
terlalu dini. Data kolaborasi BPS dan UNICEF Indonesia
melaporkan, anak perempuan usia 10-14 tahun berisiko lima
kali lebih besar untuk meninggal saat masih hamil maupun
selama persalinan akibat komplikasinya daripada perempuan
yang hamil di usia 20-24 tahun.
Beberapa risiko komplikasi yang harus dihadapi oleh anak
perempuan yang hamil di usia belia adalah fistula obstetri,
infeksi, perdarahan hebat, anemia, dan eklampsia. Hal ini bisa
terjadi karena tubuh anak perempuan belum “matang” secara
fisik maupun biologis. Alhasil, mereka akan lebih berisiko
untuk menerima dampak dari kehamilan yang tidak
direncanakan dengan matang.

Risiko berbagai komplikasi ini juga tercermin dan mungkin


terjadi terlebih jika Kita semakin sering hamil dengan jarak
yang berdekatan.

Kabar baiknya, berbagai penyebab kematian ibu akibat


komplikasi kehamilan dan persalinan sebenarnya dapat
dicegah salah satunya dengan mengikuti program KB. Sebab
selain menekankan pentingnya kontrasepsi demi mencegah
kehamilan, program Keluarga Berencana juga menyediakan
akses layanan untuk merencanakan waktu, jumlah, dan jarak
kehamilan yang tepat bagi setiap pasangan.

4. Mengurangi angka kematian bayi


Wanitayang hamil dan melahirkan di usia dini berisiko lebih
tinggi melahirkan bayi prematur, lahir dengan berat badan
rendah, dan kekurangan gizi. Berbagai laporan bahkan
mengatakan bahwa bayi yang dilahirkan oleh perempuan
berusia sangat belia memiliki risiko kematian dini lebih tinggi
daripada ibu yang berusia lebih tua.

Hal ini terjadi karena janin bersaing untuk mendapatkan


asupan gizi dengan tubuh ibunya, yang notabene juga sama-
sama masih dalam tahap tumbuh kembang. Bayi yang tidak
mendapatkan cukup asupan gizi dan darah bernutrisi akan
terhambat atau bahkan gagal berkembang dalam kandungan.

5. Membantu mencegah HIV/AIDS


Salah satu metode kontrasepsi yang umum dan paling mudah
ditemukan adalah kondom. Ya, kontrasepsi ini bisa Kita
temukan dengan mudah di setiap minimarket dan toko
swalayan. Sayangnya, banyak orang masih segan
menggunakan kontrasepsi satu ini karena merasa bahwa
kondom justru mengurangi kenikmatan saat berhubungan
seksual.

Padahal penggunaan kondom tak hanya sebatas untuk


mencegah kehamilan yang tidak diinginkan saja. Kondom juga
dapat mencegah penularan penyakit menular seksual,
termasuk HIV/AIDS.
Pada wanita, kontrasepsi dapat mengurangi risiko penyebaran
virus HIV dari ibu yang terinfeksi kepada bayi. Alhasil, risiko
bayi terinfeksi HIV setelah dilahirkan pun menurun.

6. Menjaga kesehatan mental


keluarga
Meski pahit untuk didengar, kenyataannya tidak semua anak
hasil kehamilan di luar rencana tergolong sejahtera lahir batin
selama hidupnya. Kehamilan yang tidak diinginkan berpotensi
merampas hak anak untuk bertumbuh kembang secara
maksimal dari segala aspek, mulai dari tumbuh kembang
secara biologis, sosial, dan pendidikan.

Ingat, setiap anak yang dilahirkan dari rahim seorang ibu


berhak untuk mendapatkan kasih sayang yang tulus dari
orangtua. Jadi, tentu saja kehadiran buah hati perlu
dipersiapkan secara matang.

Di sisi lain, wanita juga sangat rentan mengalami depresi saat


hamil dan setelah melahirkan. Apalagi jika kehamilan tersebut
terjadi pada usia belia atau bahkan ketika Kita dan pasangan
belum siap memiliki anak. Pria pun juga sudah terbukti bisa
mengalami depresi selama istrinya hamil atau melahirkan,
karena belum siap secara fisik, finansial, hingga mental untuk
menjadi seorang ayah sekaligus kepala keluarga.

Melalui program Keluarga Berencana, Kita dan pasangan bisa


menentukan sendiri kapan waktu yang tepat untuk memiliki
momongan. Dengan begitu, Kita berdua bisa mempersiapkan
kehamilan secara fisik, finansial, dan mental dengan lebih
baik. Program Keluarga Berencana juga bahkan dapat
membantu Kita merencanakan masa depan si kecil dengan
lebih matang. Nah, persiapan yang matang ini tentu akan
memengaruhi kondisi psikologis Kita sekeluarga.

Lebih jauh lagi, program Keluarga Berencana bisa memberikan


kesempatan seluas-luasnya bagi Kita dan pasangan untuk
mengembangkan potensi diri demi mencapai kesejahteraan
pribadi sebelum merasa mantap untuk membangun keluarga
bahagia. Entah itu meniti karir, melanjutkan studi ke tingkat
yang lebih tinggi, atau mengasah kemampuan yang Kita miliki.

SEJARAH PROGRAM KELUARGA BERENCANA


Program Keluarga Berencana yang kita kenal seperti sekarang ini adalah buah perjuangan
yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor di bidang itu, baik di dalam
maupun diluar negeri.
Di luar negeri upaya keluarga berencana mula-mula timbul timbul atas prakarsa kelompok
orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu, yaitu pada awal abad XIX
di Inggris.
Sejalan dengan ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara tradisional dan mulai
digunakannya alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat medis, maka dimulailah usaha-
usaha keluarga berencana di abad moderen, dengan tujuan dan sasaran yang lebih luas,
tidak terbatas pada upaya mewujudkan kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi
kehamilan/kelahiran saja.

Di Inggris dikenal Marie Stopes (1880-1950) yang menganjurkan pengaturan kehamilan di


kalangan keluarga buruh. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1966) yang
dengan program âbirth controlâ-nya merupakan pelopor KB modern.

Pada tahun 1952 Margareth Sanger meresmikan berdirinya International Planned Parenthood
Federation (IPPF). Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang-cabang IPPF tersebut.
PERKEMBANGAN ORGANISASI BKKBN

Secara historis, organisasi BKKBN dimulai dari suatu organisasi yang murni berstatus
swasta pada tahun 1957, kemudian menjadi organisasi semi pemerintah tahun 1968. Pada
tahun 1970 menjadi organisasi resmi pemerintah sebagai pelaksana dan pengelola program
KB nasional sampai dengan saat ini. Berikut ini digambarkan secara ringkas perkembangan
organisasi BKKBN.

1. Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN)

LKBN dibentuk dengan tugas mencakup dua hal, yakni melembagakan KB dan mengelola
segala jenis bantuan untuk KB. Setahun LKBN berdiri, proses pengenalan KB kepada
masyarakat berlangsung memuaskan dan tidak menghadapi tantangan yang berarti,
sehingga pemerintah memutuskan mengambil alih menjadi program pemerintah dan
menetapkan program KB nasional merupakan bagian integral dari program pembangunan
nasional dan masuk dalam program pembangunan lima tahunan.

2. BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 1970

Untuk melaksanakan dan mengelola program KB nasional dimaksud, pemerintah membentuk


BKKBN dengan pertimbangan bahwa program perlu ditingkatkan dengan cara lebih
memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia.
Pelaksanaan program perlu mengikutsertakan seluruh masyarakat dan pemerintah secara
maksimal serta diselenggarakan secara teratur, terencana dan terarah demi terwujudnya
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan tugasnya, BKKBN
bertanggung jawab kepada presiden, yang sehari-hari didampingi oleh Musyawarah
Pertimbangan KB Nasional.
Berdasarkan Keppres Nomor 8 Tahun 1970, wilayah program meliputi enam provinsi di Jawa
Bali yakni : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali.

3. BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 33 Tahun 1972

Dalam Keppres ini BKKBN menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
berkedudukan langsung di bawah presiden dengan fungsi membantu presiden dalam
menetapkan kebijaksanaan pemerintah di bidang program KB nasional dan
mengkoordinasikan pelaksanaan program KB nasional.
Penanggung jawab umum penyelenggaraan program KB nasional berada di tangan presiden,
sedangkan Ketua BKKBN bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Dalam Keppres ini, wilayah program diperluas dengan sepuluh provinsi di luar Jawa Bali I
yakni : DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat.
Disamping itu, Keppres ini menyatakan bahwa Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I dan
Bupati/Walikota Kepala Daerah Tingkat II adalah Penanggung Jawab Umum penyelenggaraan
program KB nasional di daerahnya masing-masing.

4. BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 38 Tahun 1978

Untuk dapat melaksanakan pokok-pokok kebijaksanaan program KB nasional dan program


kependudukan seperti tercantum dalam GBHN 1978 perlu penyesuaian dan peningkatan
organisasi BKKBN dengan Keputusan Presiden RI Nomor 38 Tahun 1978.
Dalam Keppres ini wilayah program KB diperluas lagi ke sebelas provinsi lainnya di Luar
Jawa Bali II, yakni : Riau, Jambi, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Irian Jaya, Timor Timur.
5. BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 64 Tahun 1983

Dalam GBHN 1983 dirumuskan bahwa program KB nasional bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, dengan
cara mengendalikan kelahiran untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia.
Untuk dapat melaksanakan tugas yang telah dirumuskan di dalam GBHN 1983 dilakukan
penyempurnaan kembali organisasi BKKBN dengan Keputusan Presiden RI Nomor 64 Tahun
1983. Keppres ini dilkitasi pula pertimbangan bahwa penyelenggaraan program KB nasional
sebagai bagian integral pembangunan nasional, perlu ditingkatkan dengan jalan lebih
memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber daya yang tersedia dan
untuk lebih menjamin tingkat kesejahteraan rakyat yang memadai, dengan mempercepat
penurunan kelahiran.

6. BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 109 Tahun 1993

Untuk mempercepat terwujudnya keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera dipkitang perlu
lebih meningkatkan peran serta semua pihak, pemerintah dan masyarakat secara
terkoordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan gerakan KB nasional dan
pembangunan keluarga sejahtera, menjadi dasar pertimbangan terbitnya Keputusan Presiden
RI Nomor 109 Tahun 1993.

7. BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 20 Tahun 2000

Seiring dengan perkembangan program KB, pembangunan nasional, era reformasi dan
globalisasi, diperlukan penyempurnaan kembali organisasi BKKBN dengan Keputusan
Presiden RI Nomor 20 Tahun 2000 yang sudah menampung perubahan program atau
substansi dalam Era Baru Program KB Nasional.
Dasar Pertimbangan keluarnya Keppres ini adalah untuk mempercepat terwujudnya keluarga
berkualitas, maju, mandiri dan sejahtera, dipkitang perlu untuk meningkatkan peran serta
semua pihak secara terkoordinasi, terintegrasi dan tersinkronisasi dalam program KB
nasional dan pembangunan KS serta pemberdayaan perempuan.
Status BKKBN dalam Keppres ini merupakan lembaga pemerintah non departemen yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden dan dipimpin
oleh seorang kepala yang dijabat oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan.

8. BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 166 Tahun 2000

Sesuai dengan tuntutan reformasi dalam bidang pemerintahan, dikeluarkan Keppres RI


Nomor 166 Tahun 2000 yang diperbaharui dengan Keppres RI Nomor 178 Tahun 2000 tentang
Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen yang di dalamnya
termasuk BKKBN.
Dalam Keppres ini BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang KB
dan KS sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
BKKBN sebagai lembaga pemerintah non departemen berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada presiden, dan dipimpin oleh seorang kepala yang dijabat dan
dikoordinasikan oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan.

9. BKKBN Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 yang diikuti dengan
Keputusan Presiden RI Nomor 110 Tahun 2001.

Dalam Keppres ini dikukuhkan kembali bahwa BKKBN tetap mempunyai tugas melaksanakan
tugas pemerintah di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BKKBN sebagai lembaga non departemen dipimpin oleh seorang kepala dan berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada presiden melalui koordinasi Menteri Kesehatan RI.

Berdasarkan Keppres ini, maka sebagian kewenangan BKKBN telah diserahkan kepada
pemerintah kabupaten/kota. Demikian pula kelembagaan BKKBN kabupaten/kota telah
diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota per-Januari 2004. Dengan diserahkannya
kelembagaan ini, maka lembaga yang menangani program KB di kabupaten/kota bentuknya
bervariasi, ada yang berbentuk dinas/badan merger, ada yang berbentuk kantor KB.
sumber : http://bali.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?
ID=220&ContentTypeId=0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 87 TAHUN 2014

TENTANG

PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN


KELUARGA,

KELUARGA BERENCANA, DAN SISTEM INFORMASI KELUARGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (2), Pasal


22 ayat (3), dan Pasal 50 ayat (4) Undang-Undang Nomor 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5080);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERKEMBANGAN


KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA,
KELUARGA BERENCANA, DAN SISTEM INFORMASI
KELUARGA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan
jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas,
penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta
lingkungan penduduk setempat.
2. Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk
pada seluruh dimensi penduduk.
3. Perkembangan Kependudukan adalah kondisi yang
berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan
yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan
pembangunan berkelanjutan.
4. Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga
berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat.
5. Kuantitas penduduk adalah jumlah penduduk akibat dari
perbedaan antara jumlah penduduk lahir, mati, dan
mobilitas penduduk.
6. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
7. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, dan bercirikan
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
8. Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.
9. Penyelenggaraan Program Keluarga Berencana adalah
proses, cara, dan tindakan untuk melaksanakan program
Keluarga Berencana oleh pemerintah dan pemerintah
daerah.
10. Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi
keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta
mengandung kemampuan fisik-materiil guna hidup mandiri
dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup
harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan batin.
11. Norma Keluarga Kecil, Bahagia, dan Sejahtera yang
selanjutnya disingkat NKKBS adalah suatu nilai yang sesuai
dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang
membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat,
yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan
jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir
dan kebahagiaan batin.
12. Advokasi adalah suatu bentuk rangkaian komunikasi
strategis yang dirancang secara sistematis dan dilaksanakan
dalam kurun waktu tertentu baik oleh individu ataupun
kelompok dengan maksud agar pembuat keputusan
membuat, merubah atau memperbaiki suatu kebijakan
publik sehingga menguntungkan bagi kelompok masyarakat
banyak dan masyarakat marjinal.
13. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi yang selanjutnya
disingkat KIE adalah kegiatan komunikasi untuk
meningkatkan pengetahuan serta memperbaiki sikap dan
perilaku keluarga, masyarakat dan penduduk dalam
Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
14. Pengaturan Kehamilan adalah upaya untuk membantu
pasangan suami istri untuk membantu pasangan dalam
mengambil keputusan tentang usia ideal untuk melahirkan,
jumlah ideal anak, dan jarak ideal kelahiran anak
15. Kader Keluarga Berencana yang selanjutnya disebut Kader
adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari
masyarakat untuk membantu menyelenggarakan program
kependudukan dan Keluarga Berencana di masyarakat.
16. Sistem Informasi Keluarga adalah seperangkat tatanan yang
meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat,
teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan
dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan
atau keputusan yang berguna dalam mendukung
pembangunan keluarga.
17. Pendataan keluarga adalah tata cara pengumpulan,
pengolahan, penyajian, dan pemanfaatan data demografi,
data Keluarga Berencana, data keluarga sejahtera, dan data
anggota keluarga yang dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah bersama masyarakat secara serentak
setiap 5 (lima) tahun dan data yang dihasilkan akurat, valid,
relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
18. Pencatatan dan Pelaporan Program Kependudukan dan
Keluarga adalah tata cara pencatatan dan pelaporan
program pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana.
19. Data dan Informasi Keluarga adalah data dan informasi hasil
pengumpulan, pengolahan, dan penyajian serta
penyebarluasan data berdasarkan pendataan keluarga.
20. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
21. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
22. Kepala Badan adalah kepala badan yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan
Keluarga Berencana.
23. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota
dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintah daerah.

Pasal 2
Pengaturan Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga
dimaksudkan untuk mewujudkan konsistensi kebijakan
nasional, provinsi dan kabupaten/kota dengan tujuan:
a. mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
antara kuantitas, kualitas, dan persebaran penduduk
dengan lingkungan hidup;
b. meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa
aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik
dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan
batin dengan melembagakan dan membudayakan norma
keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera;
c. meningkatkan upaya mengatur kelahiran anak, jarak, usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga berkualitas; dan
d. menyediakan Data dan Informasi Keluarga untuk digunakan
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai dasar
penetapan kebijakan, penyelenggaraan, dan pembangunan.

Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi tugas dan
tanggung jawab Pemerintah dalam perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga, kebijakan Keluarga
Berencana, penyelenggaraan Sistem Informasi Keluarga,
pemantauan dan pelaporan, pembinaan dan pengawasan, dan
pendanaan.

BAB II
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH

Bagian Kesatu
Penetapan Kebijakan Nasional

Pasal 4
Pemerintah menetapkan kebijakan nasional perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sebagai bagian dari
rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan
jangka menengah, dan rencana kerja pemerintah.

Pasal 5
Kebijakan nasional perkembangan kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 diarahkan untuk:
a. menjamin tercapainya kondisi bonus demografi;
b. meningkatkan kualitas penduduk untuk memanfaatkan
bonus demografi;
c. memberdayakan penerapan fungsi-fungsi keluarga; dan
d. memperkuat semangat gotong royong berbasis keluarga.

Pasal 6
Kebijakan nasional pembangunan keluarga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 diarahkan untuk:
a. melembagakan dan membudayakan NKKBS;
b. memberdayakan fungsi keluarga;
c. memandirikan keluarga;
d. memberdayakan kearifan lokal;
e. meningkatkan kualitas seluruh siklus hidup;
f. memenuhi kebutuhan dasar masyarakat; dan
g. memberdayakan peran serta masyarakat.

Pasal 7
(1) Kebijakan nasional pembangunan keluarga dimaksudkan
untuk memberdayakan keluarga agar dapat melaksanakan
fungsi keluarga secara optimal.
(2) Fungsi keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. fungsi keagamaan;
b. fungsi sosial budaya;
c. fungsi cinta kasih;
d. fungsi perlindungan;
e. fungsi reproduksi;
f. fungsi sosialisasi dan pendidikan;
g. fungsi ekonomi; dan
h. fungsi pembinaan lingkungan.

Pasal 8
(1) Penetapan kebijakan nasional perkembangan kependudukan
harus memperhatikan:
a. pengendalian kuantitas penduduk;
b. pengembangan kualitas penduduk; dan
c. pengarahan mobilitas penduduk.
(2) Pengendalian kuantitas penduduk sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui sinkronisasi
kebijakan kependudukan di tingkat nasional dan daerah.
(3) Sinkronisasi kebijakan pengendalian kuantitas penduduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhubungan dengan:
a. penetapan perkiraan jumlah, struktur, dan komposisi
penduduk;
b. penurunan laju pertumbuhan penduduk; dan
c. persebaran penduduk.
(4) Pengembangan kualitas penduduk dan pengarahan
mobilitas penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan huruf c dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 9
Dalam rangka pelaksanaan sinkronisasi kebijakan pengendalian
kuantitas penduduk, Pemerintah Daerah Provinsi dapat
menetapkan kebijakan dengan mengacu dan berpedoman
kepada kebijakan Pemerintah.

Pasal 10
Dalam rangka pelaksanaan sinkronisasi kebijakan pengendalian
kuantitas penduduk, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat
menetapkan kebijakan dengan mengacu dan berpedoman
kepada kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Provinsi.

Pasal 11
(1) Dalam rangka pelaksanaan sinkronisasi kebijakan
pengendalian kuantitas penduduk, Pemerintah menetapkan
program dan kegiatan penyelenggaraan pengendalian
kuantitas penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat ( 1) huruf a sebagai berikut:
a. perencanaan kependudukan;
b. penyediaan parameter kependudukan;
c. analisis dampak kependudukan;
d. kerja sama pendidikan kependudukan; dan
e. penanganan isu-isu kependudukan di daerah provinsi
dan kabupaten/kota.
(2) Penyelenggaraan pengendalian kuantitas penduduk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan
melalui:
a. pengendalian kelahiran;
b. penurunan angka kematian; dan
c. pengarahan mobilitas penduduk.
(3) Penyelenggaraan pengendalian kelahiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, bertujuan untuk
melembagakan dan membudayakan NKKBS melalui
Penyelenggaraan Program Keluarga Berencana.

Pasal 12
Pemerintah dalam memberikan pembinaan dan pemenuhan
pelayanan dasar dalam perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga, Keluarga Berencana, Sistem Informasi
Keluarga pada masyarakat melalui KIE, serta penyediaan
prasarana bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 13
Penurunan angka kematian dan pengarahan mobilitas
penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf
b dan huruf c dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Kedua

Penetapan Pedoman

Pasal 14
(1) Pemerintah menetapkan pedoman penyelenggaraan
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
meliputi:
a. perencanaan kependudukan dan/atau penyediaan
parameter;
b. analisis dampak kependudukan;
c. kerja sama pendidikan kependudukan;
d. penanganan isu-isu kependudukan;
e. penyelenggaraan Keluarga Berencana; dan
f. pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyelenggaraan
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Presiden.

Bagian Ketiga
Pembinaan, Bimbingan, Supervisi, dan Fasilitasi

Pasal 15
Pemerintah dalam melakukan pembinaan, bimbingan, supervisi,
dan fasilitasi penyelenggaraan perkembangan kependudukan
dan pembangunan keluarga berkoordinasi dengan Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.

Bagian Keempat

Sosialisasi, Advokasi, dan Koordinasi

Pasal 16
Pemerintah dalam melakukan sosialisasi, advokasi, dan
koordinasi melalui peningkatan akses dan kualitas
penyelenggaraan perkembangan kependudukan, pembangunan
keluarga, dan pelayanan Keluarga Berencana berkoordinasi
dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.

Pasal 17
(1) Dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas
penyelenggaraan perkembangan kependudukan,
pembangunan keluarga dan pelayanan Keluarga Berencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah:
a. menyediakan sarana dan prasarana perkembangan
kependudukan, pembangunan keluarga dan pelayanan
Keluarga Berencana;
b. memberikan pengayoman; dan
c. memberikan rujukan bagi peserta Keluarga Berencana
yang membutuhkan.
(2) Penyediaan sarana dan prasarana penyelenggaraan
perkembangan kependudukan, pembangunan keluarga dan
pelayanan Keluarga Berencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. KIE;
b. alat dan obat kontrasepsi; dan
c. Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Keluarga
Berencana.

BAB III
KEBIJAKAN KELUARGA BERENCANA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 18
(1) Kebijakan Keluarga Berencana bertujuan untuk:
a. mengatur kehamilan yang diinginkan;
b. menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu,
bayi, dan anak;
c. meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan,
konseling, dan pelayanan Keluarga Berencana dan
kesehatan reproduksi;
d. meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam
praktek Keluarga Berencana; dan
e. mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk
menjarangkan jarak kehamilan.
(2) Kebijakan Keluarga Berencana dilakukan melalui upaya:
a. peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat;
b. pembinaan keluarga; dan
c. pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama,
kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta
tata nilai yang hidup dalam masyarakat.
(3) Upaya kebijakan Keluarga Berencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disertai dengan KIE.

Pasal 19
(1) Upaya Keluarga Berencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) dilakukan melalui:
a. promosi;
b. perlindungan; dan/atau
c. bantuan sesuai dengan hak reproduksi.
(2) Upaya Keluarga Berencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dan/ atau
tenaga lain yang terlatih.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya Keluarga Berencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Kepala Badan.

Bagian Kedua

Peningkatan Keterpaduan dan Peran Serta Masyarakat

Pasal 20
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan
upaya kebijakan Keluarga Berencana secara menyeluruh
dan terpadu.
(2) Penyelenggaraan upaya kebijakan Keluarga Berencana
secara menyeluruh dan terpadu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara koordinatif antar
kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian.
(3) Dalam menyelenggarakan upaya kebijakan Keluarga
Berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
dan Pemerintah Daerah dapat melibatkan peran serta
masyarakat.
(4) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) paling sedikit berupa:
a. penyuluhan Keluarga Berencana; dan
b. pembinaan kepesertaan Keluarga Berencana.

Bagian Ketiga

Pembinaan Keluarga
Pasal 21
(1) Pembinaan keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (2) huruf b, dilaksanakan dalam rangka mendukung:
a. pengembangan ketahanan dan kesejahteraan keluarga;
dan
b. pelaksanaan fungsi keluarga.
(2) Pembinaan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disertai dengan:
a. KIE;
b. penyediaan sarana dan prasarana; dan
c. upaya pembinaan lainnya.

Pasal 22
Pengembangan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a
dilakukan dengan cara membentuk dan mengembangkan:
a. pembinaan keluarga balita dan anak;
b. pembinaan ketahanan keluarga remaja dan pembinaan
Pusat lnformasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja/ Mahasiswa;
c. pembinaan ketahanan keluarga lansia; dan
d. pemberdayaan ekonomi keluarga.

Bagian Keempat

Pengaturan Kehamilan

Pasal 23
Pengaturan Kehamilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (2) huruf c, ditujukan untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera menuju NKKBS dengan
menyelenggarakan Keluarga Berencana.

Pasal 24
(1) Penyelenggaraan Keluarga Berencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 19 dilaksanakan
dengan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui:
a. pendewasaan usia perkawinan;
b. pengaturan kehamilan yang diinginkan;
c. pembinaan kesertaan Keluarga Berencana; dan
d. peningkatan kesejahteraan keluarga.
(2) Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan kepada
tumbuh kembang kesadaran, kemauan, dan kemampuan
keluarga secara mandiri dalam membangun keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera.

Pasal 25
(1) Pendewasaan usia perkawinan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a diselenggarakan dalam
rangka pembudayaan sikap dan perilaku masyarakat untuk
melaksanakan perkawinan dalam usia ideal perkawinan.
(2) Usia ideal perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipertimbangkan dengan memperhatikan faktor faktor
antara lain:
a. kesiapan fisik dan mental seseorang dalam membentuk
keluarga;
b. kemandirian sikap dan kedewasaan perilaku seseorang;
c. derajat kesehatan termasuk reproduksi sehat;
d. pengetahuan tentang perencanaan keluarga sejahtera;
dan
e. peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 26
(1) Pengaturan kehamilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 ayat (1) huruf b diselenggarakan dalam rangka
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menunda
kehamilan anak pertama sampai pada usia ideal melahirkan
dan mengatur jarak kelahiran.
(2) Usia ideal melahirkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah usia yang ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-
faktor:
a. risiko akibat melahirkan;
b. kemampuan tentang perawatan kehamilan, pasca
persalinan, dan masa di luar kehamilan dan persalinan;
c. derajat kesehatan reproduksi sehat; dan/atau
d. kematangan mental, sosial, dan ekonomi dalam keluarga.

Pasal 27
(1) Menunda kehamilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
ayat (1) dilaksanakan dalam rangka perencanaan jumlah
dan jarak antara kelahiran anak yang dilakukan sendiri oleh
pasangan suami istri atas dasar kesadaran dan
kesukarelaan.
(2) Menunda kehamilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan menggunakan alat, obat dan/atau cara
kontrasepsi yang dapat diterima pasangan suami istri sesuai
dengan pilihannya.
(3) Jenis alat, obat dan/atau cara kontrasepsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan memperhatikan:
a. daya guna dan hasil guna;
b. risiko terhadap kesehatan; dan
c. nilai agama dan nilai yang hidup dalam masyarakat.

Pasal 28
(1) Penggunaan alat, obat, dan/atau cara kontrasepsi dilakukan
dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi
agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan.
(2) Penggunaan alat, obat, dan/atau cara kontrasepsi yang
menimbulkan risiko terhadap kesehatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang
berdasarkan stkitar.

Pasal 29
(1) Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan/
atau cara kontrasepsi hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan tenaga lain yang terlatih, serta dilaksanakan
di tempat dan dengan cara yang layak.
(2) Penentuan tempat dan cara yang Iayak untuk
mempertunjukkan dan memperagakan alat, obat, dan/atau
cara kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan memperhatikan sasaran, norma agama,
etik, dan sosial budaya masyarakat.

Pasal 30
Pelayanan obat, alat, dan/atau cara kontrasepsi untuk
pasangan suami istri, dilakukan oleh tenaga kesehatan dan/
atau tenaga lain yang terlatih sesuai dengan kewenangannya, di
fasilitas pelayanan kesehatan atau sarana lain yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan pengadaan
dan penyebaran alat serta obat kontrasepsi, meliputi
kegiatan perencanaan kebutuhan, penyediaan, dan
penyebaran.
(2) Pengadaan alat dan obat kontrasepsi dilaksanakan dengan
memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan,
penyediaan, dan keinginan masyarakat.
(3) Penyebaran alat dan obat kontrasepsi dilaksanakan dengan
memperhitungkan:
a. jarak antarwilayah;
b. letak geografis;
c. kebutuhan masyarakat; dan
d. pemerataan pelayanan.

Bagian Kelima

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

Pasal 32
(1) KIE bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap,
dan perilaku masyarakat dalam rangka mendukung
penyelenggaraan Keluarga Berencana.
(2) Sasaran pelaksanaan KIE sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. individu;
b. sekelompok orang; dan
c. masyarakat umum.
Pasal 33
(1) KIE dilakukan melalui penyampaian informasi dan/atau
peragaan alat, obat, dan/atau cara kontrasepsi.
(2) KIE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di
tempat dan dengan cara yang layak oleh:
a. tenaga kesehatan;
b. penyuluh Keluarga Berencana;
c. petugas lapangan Keluarga Berencana; dan
d. tenaga lain yang terlatih.

Pasal 34
Penyelenggaraan KIE sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
dilakukan melalui upaya:
a. Advokasi dan penggerakan;
b. konseling;
c. pendampingan; dan
d. pemberdayaan keluarga.

Pasal 35
Advokasi dan penggerakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
34 huruf a merupakan upaya pelayanan kepada masyarakat
dalam penyelenggaraan Keluarga Berencana yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota bersama individu, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, dan
pihak swasta.

Pasal 36
(1) Pelaksanaan Advokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35 ditujukan untuk mendukung kebijakan penyelenggaraan
Keluarga Berencana sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
(2) Sasaran pelaksanaan Advokasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan terhadap pemangku dan/atau penentu
kebijakan nasional dan daerah.
(3) Pelaksanaan penggerakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 dilakukan dalam rangka berpartisipasi dalam
penyelenggaraan Keluarga Berencana melalui:
a. pembimbingan;
b. pembinaan;
c. pengarahan; dan
d. menggerakkan pihak lain.

Pasal 37
(1) Penggerakan penyelenggaraan Keluarga Berencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3)
dilaksanakan melalui mekanisme operasional pelayanan
dasar Program Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana.
(2) Mekanisme operasional pelayanan dasar Program
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. analisis data mikro keluarga;
b. penajaman sasaran pelayanan dasar;
c. penguatan koordinasi antar pihak terkait di setiap
tingkatan;
d. melakukan evaluasi dan rencana tindak lanjut;
e. pembagian peran antar unsur terkait;
f. pelayanan terintegrasi dengan sektor pembangunan lain;
dan
g. pengendalian dan pemantauan.

Pasal 38
Konseling sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b
dilaksanakan sebelum pelayanan kontrasepsi dan pada saat
pelayanan kontrasepsi.

Pasal 39
Pendampingan dan pemberdayaan keluarga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 huruf c dan huruf d dilaksanakan
kepada keluarga tertentu.

BAB IV
PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI KELUARGA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 40
(1) Dalam rangka mendukung penyelenggaraan perkembangan
kependudukan, pembangunan keluarga, dan Keluarga
Berencana diperlukan Data dan Informasi keluarga yang
dikelola dalam Sistem Informasi Keluarga.
(2) Penyelenggaraan Sistem Informasi Keluarga harus
dilaksanakan secara bersinergi dengan sistem informasi
kependudukan.
(3) Sistem informasi kependudukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 41
(1) Penyelenggaraan Sistem Informasi Keluarga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 bertujuan menyediakan Data dan
Informasi Keluarga melalui pendataan keluarga, untuk
dapat digunakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan
perkembangan kependudukan, pembangunan keluarga,
Keluarga Berencana, dan pembangunan lain.
(2) Data dan Informasi Keluarga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus terinci dan terklasifikasi.
Bagian Kedua

Data Keluarga

Pasal 42
(1) Data keluarga terdiri atas:
a. data rutin; dan
b. data nonrutin.
(2) Data rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dikumpulkan secara berkala sesuai dengan jangka waktu
yang telah ditetapkan.
(3) Data nonrutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dikumpulkan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan dan
prioritas pembangunan keluarga yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
(4) Data nonrutin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri
atas:
a. data khusus; dan
b. data luar biasa.

Pasal 43
Data keluarga harus terbuka untuk diakses oleh unit kerja
instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang mengelola
Sistem Informasi Keluarga sesuai dengan kewenangan masing-
masing.

Pasal 44
Data keluarga harus memenuhi stkitar, yang meliputi:
a. data sesuai dengan Indikator Keluarga Sejahtera;
b. jenis, sifat, format, basis data, kodefikasi, dan metadata
yang dapat dengan mudah diintegrasikan;
c. akurat, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
d. mampu rekam pada alat/sarana pencatatan, pengumpulan,
pengolahan, penyajian, pemanfaatan dan penyimpanan data
yang kital, aman, serta mudah dioperasikan

Pasal 45
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan stkitar data rutin
dan data nonrutin diatur dengan Peraturan Kepala Badan.

Bagian Ketiga

Informasi Keluarga

Pasal 46
(1) Informasi keluarga meliputi:
a. data demografi;
b. data Keluarga Berencana;
c. data keluarga sejahtera; dan
d. data anggota keluarga.
(2) Data demografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
paling sedikit meliputi:
a. data rumah tangga;
b. data kepala keluarga menurut status perkawinan;
c. data anggota keluarga menurut jenis kelamin; dan
d. data kelompok umur.
(3) Data Keluarga Berencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan data hasil pendataan keluarga paling
sedikit meliputi:
a. jumlah pasangan usia subur;
b. jumlah pasangan usia subur yang sedang menjadi peserta
Keluarga Berencana; dan
c. jumlah pasangan usia subur yang tidak menjadi peserta
Keluarga Berencana.
(4) Data Keluarga Sejahtera sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c berdasarkan Indikator Keluarga Sejahtera dengan
variabel paling sedikit meliputi:
a. agama;
b. skitang;
c. pangan;
d. papan;
e. kesehatan;
f. pendidikan;
g. kepesertaan dalam program Keluarga Berencana;
h. tabungan;
i. interaksi dalam keluarga;
j. interaksi dalam lingkungan;
k. informasi; dan
l. peranan dalam masyarakat.
(5) Data anggota keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d paling sedikit meliputi:
a. jumlah jiwa;
b. nama anggota keluarga;
c. alamat tempat tinggal;
d. hubungan dengan kepala keluarga; dan
e. jenis kelamin, tanggal/bulan/tahun kelahiran.

Bagian Keempat

Sumber Data dan Informasi

Pasal 47
(1) Data dan lnformasi Keluarga bersumber dari keluarga dan
fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Data dan Informasi Keluarga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikumpulkan oleh pembantu pembina keluarga
berencana desa, penyuluh Keluarga Berencana dan/atau
petugas lapangan Keluarga Berencana.
Pasal 48
(1) Selain sumber sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat
(1), Data dan lnformasi Keluarga dapat diperoleh dari
institusi Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikumpulkan oleh unit pengelola Sistem Informasi Keluarga.

Pasal 49
Data dan Informasi Keluarga yang bersumber dari keluarga
diperoleh melalui pendataan keluarga dan survei, penelitian,
pelaporan, dan/atau cara lain yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 50
Data dan Informasi Keluarga yang bersumber dari fasilitas
pelayanan kesehatan diperoleh dari pencatatan kunjungan dan
pelayanan Keluarga Berencana di fasilitas pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 51
Data dan Informasi Keluarga yang telah dikumpulkan wajib
disampaikan kepada unit pengelola Sistem Informasi Keluarga.

Bagian Kelima

Pengumpulan Data dan Informasi

Pasal 52
Pengumpulan Data dan Informasi Keluarga dilaksanakan
melalui kegiatan:
a. pendataan Keluarga;
b. pencatatan dan pelaporan rutin pelayanan kontrasepsi;
c. pencatatan dan pelaporan rutin Pengendalian Lapangan
Program Keluarga Berencana;
d. survei dengan menggunakan metode dan perangkat yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah;
e. penelitian dan pengembangan;
f. pemanfaatan teknologi dan sumber lain yang sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat
dipertanggungjawabkan; dan
g. kegiatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 53
(1) Pendataan keluarga wajib dilaksanakan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota secara serentak setiap 5 (lima) tahun untuk
mendapatkan data keluarga yang akurat, valid, relevan, dan
dapat dipertanggungjawabkan melalui proses pengumpulan,
pengolahan, penyajian, penyimpanan, serta pemanfaatan
data dan informasi kependudukan dan keluarga.
(2) Pendataan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup data yang bersifat nasional dan daerah.
(3) Pendataan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh Kader setempat di bawah pembinaan
penyuluh Keluarga Berencana dan/ atau petugas lapangan
Keluarga Berencana.
(4) Hasil pendataan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib dilakukan pemutakhiran setiap tahun.
(5) Hasil Pendataan Keluarga digunakan untuk pengendalian
operasional penyelenggaraan program pengendalian
penduduk dan Keluarga Berencana.

Pasal 54
Pengumpulan Data dan Informasi Keluarga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 harus dilaksanakan sesuai stkitar
data keluarga.

Bagian Keenam

Pengolahan Data dan Informasi Keluarga

Pasal 55
(1) Pengolahan Data dan Informasi Keluarga dilakukan secara
berjenjang untuk menetapkan sasaran dan rencana
operasional.
(2) Pengolahan Data dan Informasi Keluarga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) di daerah provinsi dan
kabupaten/kota dilakukan melalui cara elektronik maupun
nonelektronik.
(3) Pengolahan Data dan Informasi Keluarga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan secara
berkala dalam rangka pengendalian pelaksanaan program
pengendalian penduduk dan keluarga berencana.

Pasal 56
(1) Pengolahan Data dan Informasi Keluarga dilakukan dengan
berbasis teknologi informasi yang memiliki kemampuan
transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dalam hal pengelola Sistem Informasi Keluarga belum
memiliki infrastuktur berbasis teknologi informasi,
pengolahan Data dan Informasi Keluarga dapat dilakukan
melalui sistem nonelektronik.

Pasal 57
(1) Pengolahan Data dan Informasi Keluarga meliputi:
a. pemrosesan;
b. analisis; dan
c. penyajian.
(2) Pemrosesan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan dengan cara:
a. validasi;
b. pengkodean;
c. perekaman data;
d. alih bentuk (transform);
e. pengelompokan; dan
f. pengecekan konsistensi data.
(3) Analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan dengan cara:
a. menentukan rancangan analisis;
b. penggalian data (data mining);
c. pelaksanaan analisis; dan
d. interpretasi.
(4) Penyajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilakukan dalam bentuk:
a. tekstual;
b. numerik; dan
c. model lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(5) Penyajian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
dilakukan melalui media elektronik dan/atau nonelektronik.

Pasal 58
(1) Pengolahan Data dan Informasi Keluarga dilakukan
terhadap:
a. pendataan keluarga;
b. pencatatan dan pelaporan pengendalian lapangan; dan
c. pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.
(2) Pendataan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilakukan melalui rekapitulasi dan pemutakhiran
data.

Pasal 59
Penyajian Data dan Informasi Keluarga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 57 ayat (1) huruf c dilakukan dalam rangka
pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program pengendalian
penduduk dan Keluarga Berencana secara berjenjang setiap
bulan.

Pasal 60
(1) Setiap kelurahan/desa wajib menyajikan data mikro
keluarga hasil pendataan keluarga yang akurat dan
terpercaya.
(2) Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib menyajikan data keluarga.

Bagian Ketujuh

Penyimpanan Data dan Informasi

Pasal 61
(1) Penyimpanan Data dan Informasi Keluarga dilakukan dalam
pangkalan data pada tempat yang aman dan tidak rusak
atau mudah hilang dengan menggunakan media
penyimpanan elektronik dan/atau nonelektronik.
(2) Pangkalan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berada di provinsi maupun kabupaten/kota.
(3) Pangkalan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) harus dikelola oleh pengelola Sistem Informasi
Keluarga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Pangkalan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dapat terhubung dengan pangkalan data yang
dikelola oleh Kepala Badan.
(5) Penyimpanan Data dan Informasi Keluarga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan di dalam
negeri.
(6) Penyimpanan Data dan Informasi Keluarga dilakukan paling
singkat 10 (sepuluh) tahun untuk Data dan Informasi
Keluarga nonelektronik dan paling singkat 25 (dua puluh
lima) tahun untuk Data dan Informasi Keluarga elektronik
sesuai jadwal retensi arsip.

Bagian Kedelapan

Keamanan dan Kerahasiaan Informasi

Pasal 62
(1) Pengamanan informasi keluarga dilakukan untuk menjamin
agar informasi keluarga:
a. tetap tersedia dan terjaga keutuhannya; dan
b. terjaga kerahasiaannya untuk informasi keluarga yang
bersifat tertutup.
(2) Pengamanan informasi keluarga harus dilakukan sesuai
stkitar pengamanan.
(3) Kerahasiaan informasi keluarga dan stkitar pengamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 63
(1) Untuk menjaga keamanan dan informasi keluarga, Kepala
Badan menetapkan kriteria dan batasan hak akses
pengguna informasi keluarga.
(2) Untuk menjaga keamamm dan kerahasiaan informasi
keluarga, setiap pengelola informasi keluarga harus:
a. melakukan pemeliharaan, penyimpanan, dan penyediaan
cadangan Data dan Informasi Keluarga secara teratur;
dan
b. membuat sistem pencegahan kerusakan Data dan
Informasi Keluarga.

Pasal 64
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan, dan pengamanan Data dan
lnformasi Keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
sampai dengan Pasal 63 diatur dengan Peraturan Kepala Badan.

Bagian Kesembilan

Sumber Daya Manusia

Pasal 65
(1) Unit pengelola Sistem Informasi Keluarga nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota harus memiliki sumber daya manusia
yang mengelola Sistem Informasi keluarga.
(2) Sumber daya manusia yang mengelola Sistem Informasi
Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki kompetensi di bidang:
a. kependudukan dan Keluarga Berencana;
b. komputer; dan/atau
c. statistik.
(3) Jumlah sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan.

Pasal 66
(1) Untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia
yang mengelola Sistem Informasi Keluarga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2), dilakukan pelatihan dan
pengembangan.
(2) Pelatihan dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan oleh institusi pelatihan yang
ditunjuk oleh Kepala Badan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 67
Setiap unit pengelola Sistem Informasi Keluarga harus
melakukan pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan
sumber daya manusia Sistem Informasi Keluarga di lingkungan
masing-masing melalui pemerataan, pemanfaatan, dan
pengembangan sumber daya manusia.

Pasal 68
Sumber daya manusia pengelola Sistem Informasi Keluarga
pada instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah berstatus
Aparatur Sipil Negara.

Pasal 69
Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber daya manusia dalam
penyelenggaraan Sistem Informasi Keluarga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 65, Pasal 66, dan Pasal 67 diatur dengan
Peraturan Kepala Badan.

BAB V

PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN


Pasal 70
(1) Kepala Badan, Gubernur, dan Bupati/Walikota melakukan
pemantauan dan evaluasi Pelaksanaan Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
Penyelenggaraan Keluarga Berencana, dan Penyelenggaraan
Sistem Informasi Keluarga.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali setiap 6 (enam)
bulan.
(3) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digunakan sebagai bahan pengambilan
kebijakan dan program.

Pasal 71
(1) Bupati/Walikota melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Penyelenggaraan Keluarga
Berencana, dan Penyelenggaraan Sistem Informasi Keluarga
di kabupaten/kota kepada Gubernur.
(2) Gubernur menyampaikan pelaporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada Kepala Badan.
(3) Kepala Badan menyampaikan pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kepada Presiden.
(4) Laporan hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) disampaikan
setiap 6 (enam) bulan sekali.

BAB VI

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Pasal 72
(1) Untuk mendukung penyelenggaraan perkembangan
kependudukan, pembangunan keluarga, dan Keluarga
Berencana dilakukan penelitian dan pengembangan.
(2) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), meliputi penelitian dan pengembangan terhadap
penyelenggaraan Kependudukan serta Keluarga Berencana
dan Keluarga Sejahtera.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian dan
pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Badan.

BAB VII

PEMBINAAN

Pasal 73
Menteri, menteri terkait, Kepala Badan, Gubernur, dan
Bupati/walikota melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga sesuai
dengan tugas dan kewenangan masing-masing.

Pasal 74
(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
ditujukan untuk:
a. memperkuat komitmen para pembuat kebijakan terhadap
pelaksanaan program pengendalian penduduk dan
Keluarga Berencana;
b. meningkatkan keterpaduan dan sinergitas antar berbagai
program untuk meningkatkan kualitas keluarga;
c. mendayagunakan berbagai potensi masyarakat dan media
sebagai mitra kerja dalam menyelenggarakan
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi
Keluarga; dan
d. meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap dan
perilaku masyarakat sehingga dapat mendukung program
pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui kegiatan:
a. koordinasi pelaksanaan Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan
Sistem Informasi Keluarga antarinstansi Pemerintah dan
Pemerintah Daerah;
b. advokasi dan sosialisasi Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan
Sistem Informasi Keluarga;
c. pelatihan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
untuk menyelenggarakan Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan
Sistem Informasi Keluarga;
d. monitoring dan evaluasi pelaksanaan Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga; dan/atau
e. pemberian penghargaan.
(3) Menteri, menteri terkait, Kepala Badan, Gubernur, dan
Bupati/Walikota dalam melaksanakan pembinaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
mengikutsertakan masyarakat.

BAB VIII

PENDANAAN

Pasal 75
(1) Pendanaan yang berkaitan dengan Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Penyelenggaraan Sistem Informasi Keluarga
yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan/atau
c. sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
(2) Pengelolaan dana yang bersumber dari sumber lain yang sah
dan tidak mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 76
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan
pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994
tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 30,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3553),
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 77
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3553) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 78
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober
2014
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO
BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 319

Penjelasan...............................

Anda mungkin juga menyukai