Anda di halaman 1dari 4

AGAR ANAK SENANG MATEMATIKA

Mestakung dalam memotivasi anak

Bagaimana sih mendidik anak yang baik? Anak saya sangat nakal, tidak mau belajar, bagaimana caranya
agar ia mau belajar? Anak saya sebenarnya pintar tapi malasnya minta ampun, sehingga nilainya jelek,
bagaimana membuat ia suka belajar? Bagaimana agar anak suka matematika? Anak saya paling benci fisika,
gimana caranya agar ia suka fisika? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan sejenis diajukan ketika saya
memberikan seminar-seminar di berbagai tempat di Indonesia.

Mari kita belajar dari fisika, (lihat 3 hukum mestakung)

Konsep mestakung dapat kita pakai untuk memotivasi anak. Caranya adalah dengan menempatkan anak
pada kondisi kritis. Ketika anak berada pada kondisi kritis maka akan terjadi mestakung, dimana seluruh sel-
sel tubuh akan bekerja bersama-sama menghasilkan suatu motivasi dari dalam. Bukan itu saja, nanti secara
ajaib semesta (lingkungan sekitar) akan membantu/mendukung – Mestakung!

Kondisi kritis dapat diciptakan dengan memberikan akses seluas-luasnya bagi anak untuk untuk
mengerjakan sesuatu yang positif tanpa paksaan. Seorang Ibu senang membaca. Di rumahnya banyak sekali
buku. Ia tidak pernah memaksa anaknya membaca buku-buku dia. Tapi buku-bukunya mudah dijangkau
anak-anaknya. Suatu hari anaknya yang berumur 9 tahun secara diam-diam membaca buku kisah hidup
Napoleon Bonarparte. Anak itu terobsesi untuk menjadi jenderal seperti Napoleon – Anak ini kita katakan
berada pada kondisi kritis. Mestakung terjadi, anak ini melahap banyak sekali buku pelajaran. Walau masih
umur 9-10 tahun tapi sudah belajar matematika tingkat perguruan tinggi. Luar biasa kalau mestakung
bekerja.

Seorang Ibu lain sering menyetel televisi untuk acara-acara sains. Anaknya yang berusia 10 tahun yang
tadinya acuh tak acuh, suatu saat ikut menonton acara pelajaran kimia yang disajikan secara menarik.
Selesai acara anak itu ingin menjadi ilmuwan yang hebat.- ia berada pada kondisi kritis. Motivasinya begitu
kuat. Buku pelajaran kimia kelas 1-3 SMA dilalapnya hanya dalam waktu kurang dari setahun. Dan ia
menjadi anak yang pintar bukan hanya kimia tetapi juga matematika.

Seorang ayah banyak mengoleksi buku-buku tentang Einstein. Anaknya penasaran dengan koleksi ini, diam-
diam dia membaca dan membaca. Ia juga belajar sendiri fisika SMA terutama tentang teori gravitasi. Tidak
puas dengan pelajaran SMA ia belajar pelajaran universitas tentang teori gravitasi Einstein. Akhirnya di usia
12 tahun ia berhasil menulis beberapa paper tentang teori gravitasi Einstein. Kini ia sedang kuliah dan
membuat thesis di Swedia dengan beasiswa.

Cara lain untuk menempatkan anak pada kondisi kritis adalah dengan mempertemukan anak dengan
ilmuwan hebat atau peraih Nobel, membawa anak ke acara-acara science fair, mempertemukan anak-anak
dengan para juara lomba internasional, mengajak ke museum sains, mengajak bermain dengan
matematika, atau membawa ia ke konser musik.

Ketika anak itu sudah pada kondisi kritis dan termotivasi, langkah berikutnya adalah menyediakan fasilitas
bagi anak itu untuk mencapai ambisinya itu. Disini kita hanya boleh menyediakan fasilitas pendukung,
AGAR ANAK SENANG MATEMATIKA

tidak boleh memaksa anak. Paksaan tidak akan menimbulkan mestakung dalam diri anak. Sebaliknya akan
membuat anak akan melakukan hal sebaliknya.

Selanjutnya adalah terus mendampingi anak, memenuhi segala kebutuhannya agar apa yang diimpi-
impikan itu bisa tercapai. Disini pengorbanan orang tua sangat besar. Ibu Tuti bercerita bahwa ketika
anaknya berusia 2,5 tahun, keingintahuan anak ini sangat besar, ia ingin belajar membaca dan ingin
dibacakan buku. Ibu Tuti dengan sabar membacakan berbagai buku dan ensiklopedi anak-anak 3 kali
sehari, ini berlangsung terus hingga 1 tahun. Ibu Tuti pernah mengalami jenuh, kesal dan bosan
membacakan buku-buku itu. Tapi ia terus sabar. Tahu apa yang terjadi setelah anak itu berusia 4 tahun?
Anak itu menjadi sangat cinta baca dan tumbuh jadi anak yang pintar. Usia 9 tahun pengetahuan anak itu
sangat luas dan ia bisa membuat cerita dan komik yang menarik. Sang Ibu menuai apa yang sudah ditabur
dengan susah payah.(***)

(Yohanes Surya)

Berbagai cara sudah kita lakukan agar anak tidak takut matematika, tapi perlu diingat ketika kita
berusaha agar anak tidak takut matematika bukan berarti memaksakan kehendak sehingga anak merasa
tertekan dan pada akhirnya tidak mau lagi belajar matematika. Mengubah sebuah stigma
pelajaranmatematika itu menakutkan, rumit dan membosankan seyogyanya harus mulai dilakukan baik
oleh orangtua, guru bahkan siswa itu sendiri. Terutama siswa sekolah dasar (SD) karena merupakan
tingkat awal yang harus mulai membangun asumsi pada otak anak agar pelajaran matematika itu tidak
sesulit yang banyak orang bayangkan.

Sebuah metode sederhana yang perlu dijalankan yaitu bagaimana membuatmatematika berjalan
tanpa rumus dan hanya menggunakan logika otak sehingga sianak dapat menterjemahkan logika-logika
tersebut menjadi sebuah rumus tersendiri yang bisa dipahami.

"Siswa sekolah dasar (SD) yang terpenting adalah penguasaan ilmu berhitung dulu dan dalam
pembelajarannya lebih banyak menggunakan alat bantu peraga" seperti dikutip dari
Dosen matematika surya institue.

" untuk anak kelas 1-3, kita dapat memberika cara belajar matematika dengan alat bantu peraga
menggunakan tangan dan alat bergerak untuk berhitung, yang penting aktif berhitung dan bergerak."
kata lulusan mathematics, universitas berkeley amerika.

Musik dan komputer juga bisa menjadi alat bantu untuk anak dalam belajar matematika, dengan
nyanyian, dengan bantuan softwere matematika atau gamematematika, misal game tembak
menembak, permainan berhitung serta lain sebagainya sehingga anak tidak jenuh karena belajar
matematika dengan diselingi permainan-permainan yang pada dasarnya memang anak lebih suka
AGAR ANAK SENANG MATEMATIKA

bermain dari pada belajar matematika.

menjaga rasa penasaran anak juga penting agar anak lebih terbiasa dengan persoalanmatematika

Bagi sebagian besar anak kecil, matematika adalah pelajaran yang mengerikan. Alhasil, banyak anak
kecil menghindari untuk belajar mata pelajaran tersebut. Nah, tugas orang tua adalah membuat
pelajaran matematika jadi topik menarik dan menyenangkan bagi anak-anak. Caranya? Berikut adalah
beberapa tips bagi orangtua untuk membuat matematika menarik untuk anak.

1. Membuat matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan

Anak-anak menyukai suasana belajar yang interaktif dan penuh warna. Oleh karena itu, para orang tua
bisa mengajarkan matematika dengan membuat permainan untuk anak. Setelah anak mengalami
beberapa kemajuan dalam pelajaran, Anda dapat menaikkan tingkat kesulitannya. Ini adalah langkah
menuju belajar mandiri dan aktif.

2. Meningkatkan kepercayaan diri anak

Angka dan rumus membuat anak tidak menyukai matematika. Akibatnya, anak menjadi malas belajar
dan mendapat nilai yang buruk. Orang tua memiliki peranan besar untuk membangun tingkat
kepercayaan diri anak-anak mereka. Orangtua perlu memastikan bahwa mereka dapat mendorong anak
untuk menyelesaikan tugas matematika sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Setelah
kepercayaan diri anak meningkat, dia akan dapat memecahkan pertanyaan-pertanyaan sulit dalam
pelajaran tersebut.

3. Mengembangkan motivasi anak

Metode ini tentu telah dipraktikkan di sekolah. Namun,mengembangkan motivasi anak tidak hanya
perlu dilakukan di sekolah, tetapi juga di rumah. Oleh karena itu, cobalah menanamkan metode ini
untuk meningkatkan kualitas belajar anak, terutama untuk pelajaran matematika. Orang tua harus
memastikan bahwa mereka ikut memotivasi anak dengan memberi dorongan semangat dan
membimbing mereka di rumah.

4. Fakta menarik tentang matematika

Anak-anak selalu tertarik untuk mempelajari sesuatu yang baru. Jadi, saat mengajarkan mereka konsep-
konsep baru, pastikan Anda berbicara tentang latar belakang konsep atau teori-teori tersebut. Hal ini
AGAR ANAK SENANG MATEMATIKA

membuat mereka lebih terlibat dalam pelajaran yang Anda ajarkan. Belilah buku-buku tentang
matematika dan beberapa informasi tentang penemu teori tertentu dalam rumusan matematika untuk
anak-anak Anda. Ini akan membuat mereka jadi lebih penasaran.

Tips ini akan berguna untuk para orang tua dan memudahkan mereka dalam membimbing anak di
rumah. Percayalah, semua anak dilahirkan pintar, hanya bagaimana cara orang tua membentuk
kepribadian anak itu sendiri.

"Siswa yang lebih dini menyelesaikan soal berhitung dalam kehidupan sehari-hari umumnya berpotensi
mendapat nilai matematika yang tinggi di sekolah menengah, perguruan tinggi dan seterusnya," kata
Jeff Sharpe, direktur eksekutif Vertex Academic Services di Manhattan, AS seperti
dilansirnymetroparents.com, Jumat (22/6/2012).

Anda mungkin juga menyukai